Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENINGKATKAN


PARTISIPASI PEMILIH DI TENGAH PANDEMI COVID 19
DI KOTA MAKASSAR

Disusun Dan Diajukan Oleh


SRI WIDYA HASTUTI HS
Nomor Stambuk :105640231715

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
STRATEGI KOMISI PEMILIHAN UMUM DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI PEMILIH DI TENGAH PANDEMI COVID 19
DI KOTA MAKASSAR

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh


Sri widya hastuti Hs
Nomor Stambuk :1056401105317

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

ii
PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam

Meningkatkan Pemilih ditengah Pandemi Covid

19 Di Kota Makassar
Nama Mahasiswa : Sri Widya Hstuti Hs
Nomor Stambuk : 105641105317
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Samsir Rahim, S.Sos, M.Si Ahmad Taufik,S.IP M.AP

Mengetahui :
Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Pemerintahan

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Mahasiswa : Sri Widya hastuti Hs
Nomor Stambuk : 105640231715

iii
Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya


sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan
orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku,
sekalipun itu pencabutan akademik.

Makassar, 15 April 2021


Yang Menyatakan

Sri Widya Hastuti Hs

iv
ABSTRAK

SRI WIDYA HASTUTI HS . 2020. Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam


Meningkatkan Partisipasi Pemilih Ditengah pandemi Di Kota Makassar
(Samsir Rahim selaku pembimbing 1 dan selaku pembimbing II Ahmad Taufik)

Tujuan penelitian untuk mengetahui Strategi Komisi Pemilihan Umum


Dalam Meningkatakan Partisipasi Pemilih di tengah pandemi covid 19 di Kota
Makassar. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 8 (lima) orang. Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori Soerjono Soekanto berdasarkan Strategi Normatif, Strategi Ideal,
Strategi Faktual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya (a) Strategi normatif yaitu
menunjukkan bahwa KPU sudah bekerja keras agar masyarakat di Kota Makassar
mematuhi norma-norma dalam pelaksanaan pemilu agar pelaksanaan pemilu
berjalan dengan lancar. (b) Strategi ideal menunujukan bahwa KPU menjalankan
tugasnya dengan baik kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat menyalurkan
aspirasinya melalui pemilihan umum dengan menggunakan hak suaranya. (c)
Strategi faktual KPU terus berupaya mensosialisasikan Pilkada dimasa pandemi
.KPU kota Makassar merancang beberapa metode tidak langsung yang bertujuan
untuk mencegah penyebaran Covid-19. Metode tersebut melalui media massa baik
TV maupun koran, lalu melalui sosialisasi kreatif dengan relawan demokrasi
dibantu PPK dan PPS, yang terakhir juga dengan sosial media yaitu instagram,
youtube maupun halaman resmi KPU kota Makassar

Kata kunci : Strategi , Partisipasi, Pemilu

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan kami berbagai karunia serta nikmat yang tiada

terhitung kepada seluruh makhluknya terutama manusia. Dan demikian

pula tidak lupa salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir

zaman. Dengan keyakinan ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam

Meningktkan Partisipasi Pemilih ditengah pandemic Covid 19 di Kota

Makassar”.Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk

memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua. Ayahanda Hasanuddin,

S.Sos., M. Si dan ibunda Hasmawiah S,Pd atas segala kasih sayang, cinta,

pengorbanan serta do’a yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau

panjatkan kepada Allah SWT sehingga menjadi pelita terang dan semangat

yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai cita-cita, serta seluruh

keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan

disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari

vi
bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargan

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat, bapak Dr. H. Samsir Rahim,

S.Sos., M. Si selaku pembimbing I dan bapak Ahamad Taufik, S. IP., M.AP

selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan tenaganya

dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga dari awal

persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan

yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang

berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya

kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan

seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah banyak membantu penulis.

5. Para pihak Dinas/Instansi yang ada pada lingkup pemerintah Kabupaten Wajo

yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

vii
6. Kepada seluruh keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,

terutama kepada satu angkatan 2017 Ilmu Pemerintahan terkhusus kelas b

Akbar, Uskar, Nia, lia’dan teman-teman kelas ku yang tidak bisa saya sebutkan

semua namanya.

Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua

pihak atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak

disadari. Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat

dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 15 april 2021

Penulis

Sri Widya Hastuti HS

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
A. Peneliti Terdahulu................................................................................. 6
B. Pengertian Strategi ............................................................................... 8
C. Pengertian Kelembagaan (Istitusi)........................................................ 13
D. Pengertian Partisipasi Politik................................................................ 16
E. Konsep Pemilihan Umum .................................................................... 26
F. Pandemi Covid-19 ............................................................................... 29
G. Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil................................................... 30
H. Kerangka Pikir...................................................................................... 31
I. Fokus penilitian.................................................................................... 32
J. Deskripsi fokus penilitia ...................................................................... 32

BAB III PENELITIAN .................................................................................. 33

A. Waktu dan lokasi penelitian ................................................................. 33


B. Jenis dan Tipe Penelitian ..................................................................... 33
C. Sumber Data ........................................................................................ 34
D. Informan Penelitian ............................................................................. 34
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 35

x
F. Teknik Analisis Data............................................................................ 36
G. Keabsahan Data.................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................. 40
A. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 40
B. Visi dan misi Pemerintah Kota Makassar ............................................ 44
C. Hasil Penelitian .................................................................................... 52
D. Pembahsan ........................................................................................... 60
BAB V PENUTUP.............................................................................. 68
A. Kesimpulan........................................................................................... 68
B. Saran..................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 70

Lampiran............................................................................................. 72

Riwayat Hidup....................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1 Informan ..................................................................................... 35


2. Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Dan Luas Setiap Kecematan ..................... 43
3. Tabel 4.2 Jumlah Kecematan Dan Kelurahan Dikota Makassar................. 44
4. Table 4.3 Jumlah Pemilih di Kota Makassar............................................... 47
5.

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Karangka Pikir................................................................... 31


Gambar 4.1 Peta Kota Makassar...................................................................... 42
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar ... 51

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenerja Komisi Pemilihan Umum dilaksanakan oleh sebuah Komisi

Pemiihan Umum (KPU) yang indenpenden dan non partisipasi untuk mewujudkan

kedaulatan rakyat guna menghasilkan suatu pemerintahan yang bersifat

Demokratis. Penyelenggaraan Pemilu yang bersifat Luber Jurdil hanya dapat

terwujud apabila penyelenggara Pemilu integritas yang tinggi serta memahami

dan menghormati hak-hak sipil dan politik dari warga negara. Penyelenggara

pemilu lemah berpotensi menghambat pemilu yang berkualitas, sebagaimana hal

tersebut dituangkan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan satu-satunya lembaga yang

mempunyai kewenangan dalam menyelenggarakan pemilu yang ada di Indonesia

yaitu Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan

Gubernur (Pilgub) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Seluruh aspek yang

berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu menjadi tanggung jawab KPU dan

bukan lembaga lainnya. Sebagai lembaga negara yang bersifat nasional, tetap dan

mandiri dalam menyelenggarakan Pemilu, kedudukan KPU termasuk dalam pasal

22 e ayat (5) UUD 1945 yang menyatakan bahwa pemilihan umum

diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional,

tetap, dan mandiri. Hal tersebut juga terdapat dalam pasal 1 angka 6 Undang-

Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum dan untuk

menyelenggarakan Pemilu.

1
2

Pemilu selanjutnya akan disebut Pemilu Pemilihan kepala daerah. Pada tahun

ini sangatlah berbeda dari Pemilu sebelumnya, di karenakan ini pertama

kalinya dilaksanakan Pemilu Pemilihan Kepala Daerah di tengah pandemi

Covid-19. Berkenaan dengan adanya Pilkada Serentak pada tahun 2020 yang

juga bersamaan dengan terjadinya Pandemi covid-19, Pemerintah dengan sigap

dan tepat juga memikirkan dan mengantisipasi agar Pemilu Kepala daerah ini

harus tetap Terlaksana, Pilkada ini juga sebelumnya sempat di undur, dimana

sebelumnya Pilkada ini di rencanakan pada 23 September 2020 lalu harus di

undur hingga 9 Desember tahun 2020 ini. Sesuai dengan Keputusan bersama

antara KPU, Bawaslu, Pemerintah dan DPR, serta di keluarkannya Undang-

Undang Nomor 6 tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga

Atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur,

Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang. Pemilu Kepala daerah

(Pilkada) merupakan sebuah kebutuhan masyarakat untuk menghasilkan

pemimpin ditingkat daerah. Masyarakat Pada tatanan yuridis normatif dan

pengalaman empirik, pengisian Kepala Daerah telah dipaparkan dalam UU

Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 24 ayat 5 yang berbunyi Kepala Daerah dan

Wakil Kepala daerah sebagaimana dimaksud ayat 2 dan ayat 3 dipilih satu

pasangan secara langsung oleh rakyat daerah itu sendiri.” Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Pilkada secara langsung oleh rakyat.

Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator

implementasi penyelenggaraan kekuasaan negara tertinggi yang absah oleh


3

rakyat (kedaulatan rakyat), yang dimanifestasikan keterlibatan mereka dalam

pesta demokrasi (Pemilu). Pilkada dimasa pandemi Covid-19 ini juga

dikhawatirkan menurunnya minat Pemilih dari masyarakat, dan Ini jelas

bertentangan dengan tujuan pelaksaan Pilkada itu sendiri karena dalam

pelaksanaan pilkada ini sendiri selain mencari Pemimpin bagi masyarakat,

dibutuhkan suara dan peran serta masyarakat dalam pemilihan itu sendiri.

Kalau Pilkada diselenggarakan ditengah pandemi covid-19 kemungkinan

masyarakat/pemilu akan enggan untuk mendatangi TPS karena rasa

kekhawatiran terhadap virus Covid-19 itu sendiri, dan takutkan adanya

kecurangan dalam perhitungan atau perolehan suara. Di karenakan banyaknya

kekhawatiran Masyarakat yang mengakibatkan Para Pemilih kekurangan minat

untuk datang ketempat pemilihan, hal ini dapat menimbulkan kecurangan

dalam prolehan suara dimana di takutkan akan meningkatnya masyarakat yang

memilih golput sehingga di khawatirkan dapat disalah gunakan hak suara

masyarakat yang tidak menggunakan hak suaranya, di tambah lagi Covid-19

ini menyerang berbagai kalangan tanpa terkecuali.

Dengan segala pertimbangan yang sudah diuraikan diatas membuat kami

berpikir bahwa tahapan pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Provinsi dan

kota/kabupaten serentak tahun 2O2O agar tetap dapat berlangsung/dilaksanakan

secara demokratis dan berkualitas serta untuk menjaga stabilitas Politik dalam

Negeri, Namun harus sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku, hal ini

dilihat dari bagaimana keadaan yang sedang berlangsung, dimana kasus Covid-19

terus meningkat, jumlah penderita dan kematian akibat pandemi ini terus
4

berkembang, tetapi ini tidak menyurutkan minat para pemilih untuk tetap ikut

serta dan membantu mensukseskan Pilkada ini, di tambah waktu atau perkiraan

Covid-19 

Pemilu Kepala daerah di Kota Makassar Tahun 2020 ini ada tiga macam

tahapan kegiatan Pemilu Kepala daerah yang meliputi tahap persiapan,

pelaksanaan, dan penyelesaian, pelaksanaan, dan penyelesaian, tentu merupakan

sebuah tugas yang amat rumit dan memerlukan banyak strategi dalam

melaksanakan tata kerja program dan kegiatan dari ketiga tahapan Pemilu Kepala

daerah tersebut, yang pada akhirnya nanti diharapkan dengan ketiga tahapan

tersebut akan diperoleh hasil yang maksimal dalam Pemilu Kepala daerah. Dan

terbukti tingkat partisipasi Pemilu

Pada Rapat Pleno KPU Kota Makassar gelar pemungutan suara ulang pada

tanggal 16 maret 2021 menunjukan bahwa jumlah DPT tahun 2021 yang disahkan

mencapai 70% pemilih. Dengan jumlah pemilih 901.087. Di bandingkan daftar

pemilihan sebelumnya Pada tanggal 19 Desember 2020 mencapai 68% Jumlah

pemilh tahun 2021 ini meningkat meskipun masih belum mencapai target KPU

Namun, saat ini Pemilu Pemilihan Kepala Daerah 2020 dilaksanakan dimasa

Pandemi Covid-19.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh

tentang bagaimana. Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan

Partisipasi Pemilih ditengah pandemi covid 19 di Kota Makassar.


5

B. Rumusan Masalah 

Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah adalah: Bagaimana

Strategi Komisi pemeilihan dalam meningkatkan Partisipasi pemilih ditengah

pandemi Covid 19 di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, diatas maka tujuan penelitian ini Bagaimana

upaya Strategi komisi pemilihan umum dalam meningkatkan partisipasi pemilih

ditengah pandemi Covid 19 di Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian

terhadap Komisi Pemilihan Umum dalam meningkatkan Partisipasi pemilih

ditengah pandemi Covid 19 di Kota Makassar dan juga dapat dijadikan acuan

agar Komisi pemilihan umum dapat lebih meningkatkan Partisipasi.

2. Memberikan Pendidikan politik khususnya pada strategi Komisi Pemilihan

Umum Di Kota Makassar dan Partisipasi pemilih pada pemilihan Kepala

daerah.
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan bagi penulis untuk

menalikan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang akan dilakukan. Dari bebrapa sumber peneliti

terdahulu peneliti tidak menemukan judul yang sama seperti judul penelitian

penulis. Penulis mengangkat beberpa penelitian terdahulu sebagai referensi atau

tambahan informasi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Berikut ini adalah beberpa penelitian terdahulu yang berupa skripsi dan jurnal

dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Pertama, hasil penelitian dari Siti Zaenab mahasiswi Ilmu pemerintahan

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan judul “Strategi komisi

pemilihan umum KPU Bangkalan dalam meningkatkan Partisipasi Masyarakat

pada Pelaksanaan Pilkada Serentak” pada tahun 2019. Penelitian Siti Zaenab

berfokus pada strategi Komisi pemilihan umum dalam hal penyelesaian masalah

meningkatkan tingkat partisipasi msayarakat Kabupaten Bangkalan. Rendahnya

tingkat partisipasi Masyarakat dalam Pilkada menurut peneliti yakni, disebabkan

oleh kejenuhan masyarakat terhadap pemilu, kepercayaan rendah dan kurangnya

daya dorong terhadap masyarakat tentang pentingnya Pemilu Pilkada untuk

kemajuan Kabupaten yang masyarakat tempati. Kesamaan dari penelitian Siti

Zaenab adalah strategi yang merupakan merancang dari (communication


7

management) untuk mencapai suatu tujuan. Perbedaan dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti adalah subyek penelitian Siti Zaenab menggunakan

KPU Bangkalan, sedangkan obyek yang akan peneliti teliti menggunakan subyek

KPU kota Surabaya. Obyek penelitian Siti Zaenab berfokus meningkatkan

partisipasi masyarakat pada pelaksanaan Pilkada Serentak, sedangkan pada

penelitian yang ini berfokus kepada strategi komisi Pemilihan umum dalam

meningkatkan partispasi pemilih ditengah pandemic covid 19 yang dilakukan

KPU Kota Makassar

Kedua, jurnal dari Nopi Amalia dan Andi Mulyadi mahasiswa Universitas

Muhammadyah Sukabumi dengan judul “Strategi Koimsi Pemilihan Umum

dalam mengurangi angka golput pada pemilihan presiden dan wakil presiden”

pada tahun 2019. Penelitian ini berfokus kepada mengurangi presentasi golput dan

mencapai target yang di tetapkan, dengan menggunakan teori G. Dess dan Miller.

Untuk menentukan informan Nopi Amalia dan Andi Mulyadi menggunakan

teknik snowball sampling. Kesamaan dari penelitian penelitin Nopi Amalia dan

Andi Mulyadi adalah materi tentang strategi komunikasi yang dilakukan KPU.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tersebut adalah

subyek penelitian menggunakan KPU kota Sukabumi, sedangkan penelitian yang

akan peneliti teliti adalah KPU kota Makassar. Obyek penelitian tersebut berfokus

meningkatkan partisipasi masyarakat pada pelaksanaan Pemilihan Presiden dan

Wakil Presiden, sedangkan pada penelitian ini peneliti berfokus kepada strategi

Komisi Pemilihan umum dalam meningkatkan Partisipasi masyarakat yang


8

dilakukan KPU Kota Makassar dalam mengelola Pilkada dimasa Pandemi Covid-

19.

Ketiga, hasil penelitian dari Ahmad Subhi, mahasiswa Ilmu politik

Universitas Sunan Kali jaga yang berjudul “Strategi Komunikasi Komite Aspirasi

masyarakat dalam memperjuangkan hak-hak masyarat” pada tahun 2014. Dalam

penelitian Ahmad Subhi berfokus pada strategi komisi pemilhan umum mengenai

permasalahan pencemaran lingkungan. Sebagai forum 2014. Dalam penelitian

Ahmad Subhi berfokus pada strategi komisi pemilihan umum mengenai

permasalahan pencemaran lingkungan. Sebagai forum penyaluran aspirasi

masyarakat yang terbentuk dalam mengatur strategi agar semua aspirasi. yang

telah ditampung oleh kam dari masyarakat dapat tersalurkan dengan baik,

sehingga dapat menyelesaikan masalah. Masyarakat menuntut untuk ganti rugi

karena lingkungannya tercemar. Kesamaan dari penelitian Ahmad Subhi dengan

peneliti adalah obyek yang digunakan yaitu strategi komisi pemilihan umum

Tetapi Ahmad menggunakan strategi komisi pemelihan umum untuk mengatasi

permasalahn. Sedangkan peneliti menggunakan strategi komisi pemilihan umum

dalam meningkatkan Partisipasi pemilih ditengah pandemi Covid 19 di Kota

Makassar.Subyek yang digunakan Ahmad dengan peneliti juga berbeda. Subyek

Ahmad adalah Komite Aspirasi Masyarakat kam sedangkan punya peneliti adalah

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar.

B. Pengertian Strategi

Stategi merupakan aspek dinamis dari kedudukan artinya, ketika seseorang

telah melaksanakan atau menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya


9

sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu

strategi. Strategi sangat penting karena dapat mengatur perilaku seseorang, di

samping itu peran menyebabkan seseorang dapat meramalkan perbuatan oran lain

pada batas-batas tertentu. Sehingga orang dapat menyesuaikan perilakunya sendiri

dengan perilaku orang-orang sekelompoknya.

Menurut Soekanto (2016), bahwasannya strategi dapat di artikan sebagai

suatu aspek dinamis yang dapat berbentuk tindakan atau perilaku yang dilakukan

oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu jabatan dan melaksanakan

hak-hak serta kewajibannya sesuai dengan kedudukannya tersebut. Sementara itu,

pengertian menurut The Ling adalah dinamisasi dari status atau penggunaan hak-

hak dan kewajiban, atau bisa juga disebut status subjektif.

Adapun cakupan dalam strategi menurut Soekanto, (2016) adalah sebagai

berikut :

1. Strategi meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Strategi dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan

2. Strategi merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi

3. Strategi juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat

Menurut Marion, pembahasan terkait berbagai macam strategi yang

melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal berikut:


10

1. Strategi tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak

dipertahankan kelangsungannya

2. Strategi tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu melaksanakannya. Mereka terlebih dahulu

berlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya

3. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu

melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat karena

mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-

kepentingan pribadi yang terlalu banyak

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan strateginya, belum

tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan sering kali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang-

peluang tersebut (Soejono Soekanto,2016)

George Booeree (2016) menyatakan bahwa strategi kaitannya dengan

kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan

berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Semisal

dalam perusahaan, strategis sosial dan pimpinan perusahaan ditentukan oleh

pengharapan yang diminta orang lain padanya sebagai seorang pemimpin

perusahaan. Dalam hal ini, peranan dibedakan menjadi peranan sosial dan peranan

individual. Strategi sosial merupakan pengharapan kemasyarakatan (sosial)

tentang tingkah laku dan sikap yang dihubungkan dengan status tertentu tanpa

menghiraukan kekhususan orang yang mendukung status itu. Strategi


11

perseorangan yaitu pengharapan tingkah laku dalam status tertentu yang

berhubungan erat dengan sifat khusus dari individu itu sendiri, dimana bagian ini

sesuai dengan status individu didalam situasi tertentu. Strategi sosial baru timbul

saat manusia tersebut baru bisa diketahui oleh manusian kalau ia mempelajari atau

mengalaminya.

Teori strategi menurut Role Theory adalah teori yang merupakan

perpaduan antara teori, orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil

dari dunia teater. Dalam teater, seorang aktor harus bermain sebagai seorang

tokoh tertentu dan dalam posisinya dalam tokoh itu ia diharapkan untuk

berperilaku secara tertentu.

Posisi aktor itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam

masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, posisi orang dalam masyarakat

sama dengan posisi aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan

daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan

adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut. Dari

sudut pandang inilah disusun teori-teori strategi.

Makna Strategi sendiri dapat dijalankan lewat beberapa cara yaitu:

1. Penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari

kalangan drama atau teater yang hidup subur pada zaman yunani kuno atau

Romawi. Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakterisasi yang disanding

untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama.


12

2. Penjelasan starategi merujuk pada konotasi ilmu sosial, yaitu strategi sebagai

suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi

(posisi) dalam struktur sosial.

3. Penjelasan yang lebih operasional, menyebutkan bahwa peran seorang aktor

adalah suatu batasan yang dirancang oleh aktor lain, yang kebetulan sama-

sama berada dalam satu penampilan.

Kahetal mengenalkan teori strategi pada literatur perilaku organisasi.

Mereka menyatakan bahwa sebuah lingkungan organisasi dapat mempengaruhi

harapan setiap individu mengenai perilaku strategi mereka. Harapan tersebut

meliputi norma-norma atau tekanan untuk bertindak dalam cara tertentu. Individu

akan menerima pesan tersebut, menginterprestasikannya, dan merespon dalam

berbagai cara. Masalah akan muncul ketika pesan yang dikirim tersebut tidak

jelas, tidak secara langsung, tidak dapat diinterprestasikan dengan mudah, dan

tidak sesuai dengan daya tangkap si penerima pesan. Akibatnya, pesan tersebut

dinilai ambigu atau mengandung unsur konflik. Ketika hal itu terjadi, individu

akan merespon pesan tersebut dengan cara yang tidak diharapkan oleh si pengirim

pesan.

Menurut Soekanto (2016) strategi terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya

yaitu:

a. Strategi Normatif

Strategi Normatif adalah jenis strategi yang dapat dilakukan oleh

seseorang ataupun lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang

berlaku dalam kehidupan masyarakat.

b. Strategi Ideal
13

Strategi Ideal adalah jenis strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan

sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem.

c. Strategi Faktual

Strategi Faktual adalah strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit dilapangan atau

kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.

Dalam penelitian ini jenis strategi yang dijalankan oleh KPU di Kota

Makassar adalah jenis strategi normatif, yang mana KPU Kota Makassar dan

menjalankan strateginya di dasarkan pada Undang-Undang Nomor 15 tahun

2011 tentang penyelenggara Pemilu.

C. Pengertian Kelembagaan (Institusi)

Kelembagaan umumnya banyak dibahas dalam sosiologi, antropologi,

hukum dan politik, organisasi dan manajemen, psikologi maupun ilmu lingkungan

yang kemudian berkembang kedalam ilmu ekonomi dan politik karena kini mulai

banyak pakar politik berkesimpulan bahwa kegagalan pembangunan ekonomi dan

politik pada umumnya karena kegagalan kelembagaan. Dalam bidang ilmu politik

kelembagaan banyak ditekankan pada aturan main (the rules) dan kegiatan

kolektif (collective action) untuk kepentingan bersama atau umum (public).

Tony Djogo (2016) Ada berbagai definisi kelembagaan yang disampaikan

oleh ahli dari berbagai bidang. Menurut Ruttan dan Hayami, (2016) Lembaga

adalah aturan didalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang

memfasilitasi organisasi antara anggotanya untuk membantu mereka dengan


14

harapan di mana setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan

yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Sedangkan menurut

Ostrom, (2016) kelembagaan diidentikan dengan aturan dan rambu-rambu sebagai

panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk

mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain.

Penataan institusi (institutional arrangements dapat ditentukan oleh beberapa

unsur: aturan operasional untuk pengaturan pemanfaatan sumber daya, aturan

kolektif untuk menentukan, menegakan hukum atau aturan itu senditi dan untuk

merubah aturan operasional serta mengatur hubungan kewenangan organisasi.

Dari definisi para ahli tersebut Djogo (2016) menyimpulkan dan

mendefinisikan kelembagaan sebagai suatu tatanan dan pola hubungan antara

anggota masyarakat atau oraganisasi yang saling mengikat yang dapat

menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antara organisasi yang di

wadahi dalam suatu orgaisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor

pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal

untuk pengendalian perilaku sosial serta insentif untuk bekerja sama dan

mencapai tujuan bersama. Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016)

kelembagaan didefinisikan sebagai suatu sistem badan sosial atau organisasi yang

melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan tertentu.

Pada umumnya Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu

Lembaga formal dan lembaga non-formal. Menurut Sitti Bulkis (2016),

Kelembagaan lokal dan area aktifitasnya terbagi jadi tiga kategori, yaitu kategori

sektor publik (administrasi loka dan pemerintah lokal): kategori sektor sukarela
15

(organisasi keanggotaan dan koperasi); kategori sektor swasta (organisasi jasa dan

bisnis swasta). Bentuk resmi suatu lembaga yaitu lembaga garis (line

organization, military organization); lembaga garis dan staf (line and staff

organization); lembaga fungsi (functional organization). Jadi pengertian dari

kelembagaan adalah suatu sistem sosial yang melakukan usaha untuk mencapai

tujuan tertentu yang memfokuskan pada perilaku dengan nilai, norma dan aturan

yang mengikutinya, serta memiliki bentuk dan area aktifitas tempat

berlangsungnya.

Dari berbagai elemen teori di atas dapat kita lihat bahwa definisi institusi

atau kelembagaan didominasi oleh unsur-unsur aturan, tingkah laku atau kode

etik, norma, hukum, dan faktor pengikat lainnya antar anggota masyarakat yang

membuat orang saling mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan

sesuatu karena ada keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumber daya alam

yang didukung oleh peraturan dan penegakan hukum serta insentif untuk mentaati

aturan atau menjalankan institusi. Tidak ada manusia atau organisasi yang bisa

hidup tanpa interaksi dengan masyarakat atau organisasi lain yang saling

mengikat.

Menurut Mariam Budiarjo dalam bukunya “Dasar-dasar Ilmu Politik”

`institusional sering dinamakan pendekatan tradisional , mulai berkembang abad

19 sebelum Peran Dunia II. Dalam pendekatan ini negara menjadi fokus pokok,

terutama segi konstitusional dan yudirisnya. Bahasan tradisional menyangkit

antara lain sufat dari UUD, masalah kedaulatan, kedudukan dan kekuasaan formal

serta yudiris dari lembaga-lembaga kenegaraan seperti parlemen, badan eksekutif,


16

dan badan yudikatif. Bahasan ini lebih bersifat statis dan deksriptif dari pada

analitis, dan banyak memakai ulasan sejarah. Yang terjadi, pendekatan tradisional

lebih sering bersifat normatif (yaitu sesuai dengan ideal atau standar tertentu)

dengan mengamsumsikan norma-norma demokrasi Barat. Di samping itu, bahasan

biasanya terbatas pada negara-negara demokrasi Barat, seperti Inggris, Amerika,

Prancis, Belanda dan Jerman. Pendekatan ini cenderung untuk mendesak konsep

kekuasaan dari kedudukan sebagai satu-satunya faktor penentu, sehingga menjadi

hanya salah satu dari sekian banyak faktor (sekalipun mungkin penentu yang

paling penting) dalam proses membuat dan melaksanakan keputusan.

D. Pengertian Partisipasi Politik

Dalam khazanah ilmu sosial dan ilmu politik, terma partisipasi politik

menjadi salah satu terma yang cukup ramai di diskusikan oleh para ahli. Secara

umum, terma partisipasi politik sering dipakai untuk melihat aktifitas warga

negara, baik sebagai perseorangan maupun yang tergabung dalam suatu kelompok

untuk ikut serta dalam bidang politik.

Partisipasi politik adalah adanya keterlibatan individu ataupun kelompok

dengan cara sukarela sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa

kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk

berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi

kebijakan pemerintah.

Partisipasi politik memiliki pengertian yang beragam. Ada beberapa ahli

yang mengungkapkan pendapatnya tentang partisipasi politik. Menurut Ramlan

Surbakti yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah keikut sertaan warga
17

negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau

memengaruhi hidupnya. Miriam Budiarjo secara umum mengartikan partisipasi

politik sebagai kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara

aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara secara

langsung atau tidak langsung memengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka yang dimaksud partisipasi politik

adalah adanya kegiatan atau keikutsertaan warga negara dalam proses

pemerintahan. Kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk memengaruhi

jalannya pemerintahan. Sehingga dengan adanya partisipasi politik tersebut akan

berpengaruh terhadap kehidupan mereka.

Menurut Fauls dalam Pengantar Sosiologi oleh (Damsar, 2016)

memberikan batasan partisipasi politik sebagai “keterlibatan secara aktif dari

individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan”.Partisipasi politik

merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi. Asumsi yang mendasari

demokrasi (partisipasi) adalah orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi

dirinya adalah orang itu sendiri. Karena keputusan politik yang dibuat dan

dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan

warganegaramaka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan

yang mempengaruhi hidupnya dalam keikutsertaan warga negara dalam

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

Kegiatan warga negara biasa dibagi menjadi dua yaitu : mempengaruhi isi

kebijakan umum dan ikut menentukan pembuatan dan pelaksana keputusan

politik. Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik


18

mempunyai bermacam-macam bentuk dan intensitas. Jumlah orang yang

mengikuti kegiatan yang tidak intensif, yaitu kegiatan yang tidak banyak menyita

waktu, seperti memberikan suara dalam pemilu, besar sekali. Sebaliknya, kecil

sekali jumlah orang yang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam

politik. Kegiatan sebagai aktivis politik ini mencakup antara lain menjadi

pemimpin dari partai atau kelompok kepentingan.

Samuel P. Huntington dan Johan M. Nelson dalam (Rama, 2016), no easy

choice: political participation in developing contries mengatakan bahwa

“partisipasi politik adalah kegiatan warganegara yang bertindak sebagai pribadi-

pribadi yang di maksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh

pemerintah”.

Menurut Nimmo (2016), Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

politik yaitu:

a) Peluang resmi yaitu peluang partisipasi yang terlibat dalam partisipasi politik

yang di dukung kebijakan yang dibuat oleh negara.

b) Sumber daya sosial yang bermakna partisipasi ditentukan oleh kelas sosial dan

perbedaan geografis. Tidak ada orang yang memiliki peluang yang sama

berkenaan dengan sumber daya sosial dan sumber daya ekonomi untuk terlibat

dalam partisipasi politik. Berkaitan dengan perbedaan demografis tersebut,

ada juga perbedaan dalam partisipasi misalnya usia, jenis kelamin, suku,

tempat tinggal, agama dan lain sebagainya.

c) Motivasi pribadai, yaitu motif yang mendasari kegiatan berpolitik yang sangat

bervariasi. Motif ini disengaja atau tidak disengaja, rasional atau tidak,
19

dipaham psikologis atau sosial, yang diarahkan dari dalam diri sendiri atau

dari luar dan dipikirkan atau tidak dipikirkan.

Partisipasi politik adalah keikutsertaan warganegara dalam kegiatan politik

yang legal untuk mempengaruhi keputusan dan kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah. Partisipasipolitikyang dimaksud adalah keterlibatanwargadalam

segalatahapan kebijakan,mulaidari sejak perencanaan,pembuatan keputusan

sampaidengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam

pelaksanaan keputusan. Peran warga dalam partisipasi politik tersebut,selama

ini bisadikatakan masih sangat kurang (Sunandar, 2004).

Partisipasi politik adalah salah satu aspek penting suatudemokrasi.

Partisipasi politik merupakan ciri khas dari modernisasipolitik. Adanya keputusan

politik yang dibuat dan dilaksanakan olehpemerintah menyangkut dan

mempengaruhi kehidupan warga negara,maka warga negara berhak ikut serta

menentukan isi keputusanpolitik.Oleh karena itu yang dimaksud dengan

partisipasi politik.

Di negara-negara demokrasi padaumumnyadianggap bahwa partisipasi

masyarakatnya lebih banyak,maka akan lebih baik. Dalam implementasinya

tingginya tingkatpartisipasi menunjukkan bahwa warga negara mengikuti

danmemahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan

itu. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah padaumumnya dianggap sebagai

tanda yang kurang baik, karena dapatditafsirkan bahwa banyak warga tidak

menaruh perhatian terhadapmasalah kenegaraan (Budiarjo, 2016).


20

Selain itu ada faktor yang berdiri sendiri (bukan variable independen).

Artinya bahwa rendah kedua faktor itu dipengaruhi olehfaktor-faktor lain, seperti

status sosial, afiliasi politik orang tua, danpengalamanberoganisasi. Yang

dimaksud status sosial yaitu kedudukanseseorang berdasarkan keturunan,

pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain. Selanjutnya status ekonomi yaitu kedudukan

seseorang dalam lapisanmasyarakat, berdasarkan pemilikan kekayaan. Seseorang

yangmempunyai status sosial dan ekonomi tinggi diperkirakan tidak

hanyamempunyai pengetahuan politik, akan tetapi memiliki minat sertaperhatian

pada politik dan kepercayaan terhadap pemerintah (Ramlan, 2016).

A.Rahman H.I (H.I, 2016) menyatakan bahwa secara umumtipologi

partisipasi sebagai kegiatan dibedakan menjadi:

a. partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi padaproses input dan

output.

b. partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanyapada output, dalam

arti hanya menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan saja

setiap keputusanpemerintah.

c. golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karenamengagapsistem politik

yang ada menyimpang dari yangdicita-citakan.

Menurut Ardial (2016), fungsi komunikasi politik sering diterapkan dalam

pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Adapun fungsi komunikasi pol

tik yang lainnya diantaranya yaitu:

1. Fungsi Artikulasi Kepentingan


21

Proses mengolah aspirasi masyarakat yang beraneka ragam untuk disaring dan

Fungsi Agregasi Kepentingan

Penggabungan berbagai kepentingan yang sama atau hampir sama untuk

disatukan dalam rumusan kebijakan yang lebih lanjut.

2. Fungsi Pembuat Kebijakan

Dijalankan oleh lembaga legislatif dengan berbagai hak yang dimiliki lembaga

tersebut seperti inisiatif, angket, budget, interplasi, dan amandemen melalui

kerja sama dengan lembaga eksekutif.

3. Fungsi Penerapan Kebijakan

Dijalankan lembaga eksekutif dan jajaran birokrasinya, yang tidak hanya

sekadar pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan peraturan, namun juga

perlu membeberkan penafsiran atas aturan tersebut agar mudah dipahami dan

dilaksanakan warga negara.

4. Fungsi Penghakiman Kebijakan

Membuat keputusan dan menetapkan solusi terhadap pertikaian atau

persengketaan yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan,

dan penegasan fakta yang perlu mendapatkan keadilan.

Menurut Cangara (2016), adapun unsur komunikasi politik diantaranya yaitu:

1. Komunikator Politik

Komunikator politik adalah individu yang ada dalam suatu institusi, asosiasi,

partai politik, lembaga pengelola media massa dan tokoh masyarakat. Selain
22

itu juga bisa berupa negara, badan internasional dan mereka yang mendapat

tugas atas nama negara.

2. Pesan Politik

Pesan politik adalah pernyataan yang disampaikan baik secara tertulis maupun

tidak tertulis, baik secara verbal maupun non verbal, tersembunyi maupun

terang terangan, baik disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung

politik. Contohnya pidato politik, propogada dan lain sebagainya.

3. Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik adalah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator politik dalam menyampaikan pesan politiknya.

4. Sasaran atau Target Politik

Sasaran atau target politik adalah anggota masyarakat yang diharapkan bisa

memberi dukungan dalam bentuk dukungan suara kepada partai atau kandidat

dalam pemilu.

5. Pengaruh dan Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan yaitu terciptanya pemahaman terhad

ap sistem pemerintah dan partai politik, dimana akan bermuara pada pemberia

n suara dalam pemilu, dimana itu akan menentukan terpilih tidaknya seorang k

andidat untuk posisi.

Menurut Arifin (2003:65), bentuk-bentuk komunikasi politik diantaranya yaitu:

1. Retorika, yaitu seni berbicara yang banyak digunakan dalam perdebatan di

ruang sidang pengadilan untuk saling mempengaruhi sehingga bersifat


23

kegiatan antar personal lalu berkembang menjadi kegiatan komunikasi massa

yakni berpidato pada khalayak.

2. Agitasi Politik, agitasi in bertujuan membangkitkan rakyat pada suatu gerakan

politik, baik lisan maupun tulisan dengan merangsang dan membangkitkan

emosi khalayak. Dimulai dengan cara membuat kontradiksi dalam masyarakat

dan menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami.

3. Propaganda, ini berasal dari bahasa latinPropagare yang berarti menanam

tunas suatu tanaman. Orang yang melakukan propaganda (disebut

Propagandis) yang mampu menjangkau khalayak kolektif lebih besar,

biasanya ini dilakukan politikus atau kader partai politik yang memiliki

kemampuan mudah terkena sugesti.

4. Public Relations Politics, yaitu suatu upaya alternatif dalam mengimbangi

propaganda yang dianggap membahayakan kehidupan sosial dan politik.

Tujuannya yaitu untuk menciptakan hubungan saling percaya, harmonis,

terbuka atau akomodatif antara politikus, profesional atau aktivis

(komunikator) dengan khalayak (kader, simpatisan, masyarakat umum).

5. Kampanye Politik, yaitu bentuk komunikasi politik yang dilakukan orang atau

kelompok (organisasi) dalam waktu tertentu untuk memperoleh dan

memperkuat dukungan politik dari rakyat atau pemilih. Tujuan kampanye

politik ini yaitu untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak

yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.


24

6. Lobi Politik, ini berpengaruh dari pribadi seorang politikus sangat

berpengaruh seperti kompetensinya, penguasaan masalah dan karisma. Lobi

politik merupakan gelanggang terpenting bagi pembicaraan para politikus atau

kader mengenai kekuasaan, pengaruh, otoritas, konflik dan konsensus.

7. Media Massa, ini berfungsi sebagai perluasan panca indera manusia dan

sebagai media dalam hal pesan politik untuk memperoleh pengaruh,

kekuasaan otoritas, membentuk dan mengubah opini publik atau dukungan

dan juga citra politik, bagi khalayak yang lebih luas atau yang tidak bisa

terjangkau oleh bentuk komunikasi yang lain.

Menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik sebagai terbagi menjadi dua

yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partispasi aktif adalah mengajukan

usul mengenai kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang

berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan

perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin

pemerintah. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif

berupa kegiatan-kegiatan yang menaati peraturan, menerima, dan melaksanakan

saja setiap keputusan pemerintah.

wahyu (2016), menyebut partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan

sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam

proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam

proses pembentukan kebijakan umum.

Ada beberapa konsep partisipasi yaitu:


25

a. Partisipasi sebagai kebijakan, yaitu konsep yang memandang partisipasi

sebagai prosedur konsultasi para pembuat kebijakan kepada masyarakat

sebagai subjek keuangan daerah.

b. Partisipasi sebagai strategi, konsep ini melihat partisipasi sebagai salah satu

strategi untuk mendapatkan dukungan masyarakat demi kredibilitas kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah.

c. Partisipasi sebagai alat komunikasi, konsep ini melihat partisipasi sebagai alat

komunikasi bagi pemerintah (sebagai pelayan masyarakat) untuk mengetahui

keinginan rakyat.

d. Partisipasi sebagai alat penyelesaian sengketa, konsep yang melihat partisipasi

sebagai alat penyelesaian sengketa dan toleransi atas ketidak percayaan dan

keracunan yang ada dimasyarakat.

Menurut Weimar, ada lima faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

partisipasi politik, yakni:

a. Modernisasi

Modernisasi yang terjadi diberbagai aspek, berkaitan pada komersialisasi

pertanian, industrialisasi, meningkatnya laju urbanisasi, peningkatan

kualitas pendidikan, meluasnya peran media massa dan komunikasi.

Kemajuan tersebut berdampak pada peningkatan partisipasi masyarakat,

terutama yang berada didaerah perkotaan, untuk berpartisipasi dalam

kegiatan politik.

b. Terjadinya perubahan struktur kelas esensial


26

Yang dimaksud disini adalah lahirnya kelas menengah dan pekerja baru

yang semakin meluas dalam masa industrialisasi. Kemunculan mereka

tentu saja bersamaan dengan adanya tuntutan-tuntutan baru yang pada

akhirnya akan berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah.

c. Pengaruh kelompok intelektual dan meningkatnya komunikasi massa

Gagasan-gagasan mengenai nasionalisme liberalisme dan egalitarisme

memunculkan tuntutan-tuntutan untuk berpartisipasi dalam proses

penentuan kebijakan. Komunikasi yang semakin meluas mempermudah

maasyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.

d. Terjadinya konflik antar pemimpin politik

Para pemimpin politik yang saling memperebutkan kekuasaan, seringkali

memperoleh kemenangan dengan cara mencari dukungan massa. Dalam

hal ini, seringkali terjadi partisipasi yang dimobilisasi.

e. Adanya keterlibatan pemerintah yang semakin meluas dalam segi sosial,

ekonomi, dan kebudayaanMeluasnya ruang gerak pemerintah seringkali

menimbulkan tuntutan yang terorganisasi untuk turut serta dalam

mempengaruhi pengambilan kebijakan politik. Hal seperti itu merupakan

dampak dari aktifitas pemerintah dari berbagai aspek kehidupan.

E. Konsep Pemilihan Umum

Pengertian pemilihan umum adalah suatu proses untuk memilih orang-

orang yang akan menduduki kursi pemerintahan. Pemilihan umum ini diadakan

untuk mewujudkan negara yang demokrasi, dimana para pemimpinnya dipilih

berdasarkan suara mayoritas terbanyak.


27

(Morissan: 2016) Pengertian pemilihan umum adalah cara atau sarana

untuk memahami keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan negara kedepan.

Jenis tujuan pemilihan umum adalah:

1. Sangat mungkin ada peralihan pemerintahan yang aman dan tertib

2. Untuk melakukan kedaulatan rakyat dalam rangka melakukan hak asasi

warga negara

Menurut Harris G.Warren, pemilu adalah kesempatan bagi para

warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan

apakah yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah. Dan dalam

membuat keputusannya itu para warga negara menentukan apakah

sebenarnyayang mereka inginkan untuk dimiliki. Sedangkan menurut

A.Sudiharto,pemilu adalah sarana demokrasi yang penting dan

merupakan perwujudan yang nyata untuk keikut sertaan rakyat dalam kehidupan

kenegaraan(Ramlan, 2016).

Menurut Ali Moertopo pengertian pemilu sebagai berikut: “Pada

hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan

kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih

anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada

gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik

dan jalannya pemerintaan negara”.


28

Walaupun setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memilih,

namun Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang membahas tentang Pemilihan

Umum danpembahasan pembatasan umur untuk dapat ikut serta di dalam

pemilihan umum. Batas waktu untuk menetapkan batas umum ialah waktu

pendaftaran pemilih untuk pemilihan umum, yaitu: sudah genap berumur 17 tahun

dan atau sudah kawin. Adapun .

Adapun ketetapan batas umur 17 tahun yaitu berdasarkan perkembangan

kehidupan politik di Indonesia, bahwa warga negara Republik Indonesia yang

telah mencapai umur 17 tahun, ternyata sudah mempunyai pertanggung jawaban

politik terhadap negara dan masyarakat, sehingga seajarnya diberikan hak untuk

memilih wakil-wakilnya dalam pemilihan anggota badan-badan perwakilan

rakyat.Dalam pelaksanaan pemilihan umum asas-asas yang digunakan diantaranya

sebagai berikut:

a. Langsung

Langsung, berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk

memilih secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan keinginan diri

sendiri tanpa ada perantara.

b. Umum

Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh warga negara yang

memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin,

golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial yang lain.

c. Bebas
29

Bebas, berarti seluruh warga negara yang memenuhi persyaratan sebagai pem

ilih pada pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja yang akan dicoblos untuk

membawa aspirasinya tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
30

d. Rahasia

Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya, pemilih dijamin kerahasiaan

pilihannya. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat

diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.

e. Jujur

Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan pemilu harus bertindak dan

juga bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Adil

Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilihan

umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak

manapun.

F. Pandemi Covid-19

Pada Tahun 2020, Dunia dikejutkan dengan virus corona (Covid-19) yang

awalnya menjangkit di kota Wuhan, China. Virus ini semakin mewabah seiring

perpindahan manusia yang pada akhirnya menginfeksi hampir seluruh negara di

dunia. WHO (World Health Organization) semenjak 20 Januari 2020 telah

menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global karena Covid-19. Hal ini

merupakan mimpi buruk bagi masyarakat di dunia, skalanya mungkin bisa

disamakan dengan perang dunia II, karena event-event berskala international

(pertandingan olahraga contohnya) hampir seluruhnya ditunda hingga dibatalkan.

Kondisi ini pernah terjadi di perang dunia saja, tidak pernah ada situasi lainnya

yang dapat membatalkan acara-acara tersebut. Di Indonesia saja, hingga saat ini

ada 400,483 terkonfirmasi terinfeksi Covid-19, 61,078 kasus aktif,325,793 kasus

sembuh.Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah sendiri untuk menangani


31

wabah virus Covid-19 yang telah masuk hingga ke pelosok negeri. Salah satu

upaya pemerintah untuk mengurangi pertambahan kasus Covid-19 adalah dengan

mensosialisaikan gerakan Physical Distancing.Gerakan ini mengajak masyarakat

untuk menjaga jarak aman minimal 1 meter, tidak melakukan kontak langsung

dengan orang lain dan menghindari kerumunan massa.

G. Pemilihan Kepala Daearah dan Wakil

Kepala Daerah dan Wakil memiliki daya tarik yang berbeda

masyarakat/pemilih. Pilpres lebih banyak menyajikan informasi kepada

masyarakat berkaitan isu-isu nasional. Dimana isu-isu tersebut terkadang tidak

terlalu relevan dengan keadaan di Kota Makassar. Seperti persoalan kemiskinan,

kelaparan, atau kurangnya lapangan pekerjaan. Persoalan tersebut relatif tidak

terjadi di Kota Makassar . Meski ada beberapa isu yang berkaitan seperti

pembangunan infrastruktur, ketersediaan listrik, dan lain-lain.

Pada Pemilu Tahun 2020 sangat berbeda jika dibandingkan dengan Pemilu

sebelumnya. sangatlah berbeda dari Pemilu sebelumnya, di karenakan ini pertama

kalinya dilaksanakan Pemilu Pemilihan Kepala Daerah di tengah pandemi Covid-

19. Berkenaan dengan adanya Pilkada Serentak pada tahun 2020 yang juga

bersamaan dengan terjadinya Pandemi covid-19, Pemerintah dengan sigap dan

tepat juga memikirkan dan mengantisipasi agar Pemilu Kepala daerah ini harus

tetap Terlaksana. Selain itu upaya untuk menarik perhatian sampai dengan

masyarakat berpartisipasi untuk mencoblos, antara Pilkada sangat berbeda. Kalau

Pilkada masyarakat hanya mendapat informasi dan dorongan dari media massa,

tapi kalau Pileg dan Pilbup peserta Pemilu mendatangi satu persatu masyarakat

untuk diajak memilih peserta Pemilu. Pada Pileg dan Pilbup masyarakat “dirayu”
32

sedemikian rupa oleh Tim Sukses untuk mau mencoblos. Dengan demikian

partisipasi politik masyarakat pada Pilkada kurang mandiri, karena adanya

dorongan lebih peserta dengan berbagai cara. Termasuk kemungkinan terjadinya

Money Politics. Pada Pilpres, sentuhan Tim Sukses tidak terlalu besar, tidak

sampai datang ke daerah seperti dikota Makassar

H. Kerangka Pikir

Strategi adalah suatu aspek dinamis yang dapat berbentuk tindakan atau

perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu

jabatan dan melaksanakan hak-hak serta kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya tersebut. Secara konvensional kegiatan ini mencakup tindakan

seperti : Strategi normatif, Strategi ideal dan Strategi faktual. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat melalui bagan kerangka pikir berikut :

Bagan Kerangka Pikir

Starategi Komisi Pemilihan Umum


dalam meningkatkan partisipasi
pemilih di tengah pandemic covid 19
di Kota makassar

1. Strategi Normatif
2. Strategi Ideal
3. Strategi Faktual
(Soekanto, 2016)

Agar terciptanya Partisipasi


Pemilih Masyarakat yang baik

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


33

I. Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah strategi Komisi

Pemilihan Umum dalam meningkatkan partisipasi pemilih ditengah pandemic

covid 19 di Kota Makassar berdasarkan sketsa kerangka konseptual penelitian

tersebut, yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Strategi Normatif

2. Strategi Ideal

3. Strategi Faktual

J. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Strategi Normatif

Strategi Normatif adalah yang berpegang teguh kepada norma,

aturan, dan ketentuan-ketentuan yang berlaku seperti mengacu kepada

sikap, loyalitas, dan kesetiaan seseorang terhadap aturan yang berada

dilingkungannya.

2. Strategi ideal

Strategi Ideal adalah yang diinginkan oleh masyarakat kepada

panitia Komisi Pemilihan Umum agar apa yang diharapkan oleh

masyarakat terwujud dan diimplementasikan sesuai dengan apa yang

dicita-citakan atau yang diangan-angankan.

3. Strategi Faktual

Strategi Faktual adalah strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga khusus yang didasarkan pada kenyataan secara nyata yang terjadi

di kehidupan sosial.
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 2

(dua) bulan terhitung dari tanggal 15 Febuari s.d 15 April 2020. Lokasi

penelitian ini dilakukan dikantor Komisi Pemilihan Umum di Kota Makassar.

Dengan pertimbangan bahwa pengembangan peran dalam meningkatkan

Partisipasi Masyarakat pada Pemilu Pilkada Perlu ditingkatkan lagi dengan

para pegawai dan staf Komisi Pemilihan Umum di Kota Makassar

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif, yaitu

penelitian yang mendeskripsikan tentang strategi Komisi Pemilihan

Umum dalam meningkatkan Partisipasi pemlih di tengah pandemi Covid-

19 di Kota Makassar.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dimana

dalam memperoleh data dan informasi menggunakan landasan teori

sebagai pemandu yang merupakan bahan pembahasan dari penelitian

agar fokus penelitian sesuai dengan fakta dan keadaan lokasi

penelitian tersebut.
35

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua) yaitu:

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung pada saat melakukan

penelitian, sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan yang

bersangkutan dengan cara wawancara untuk mendapatkan informasi yang ada

relefansinya dengan permasalahan penelitian.

b. Data Sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari litelature dan dokumen serta

data yang diambil dari sumber tertentu yang digunakan sebagai pendukung

data primer berupa seperangkat informasi dalam bentuk dokumen, laporan

dan informasi tertulis lainnya berkaitan dengan penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan ialah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh

pewawancara. Informan adalah orang yang dianggap menguasai dan

memahami bebagai data, informasi, maupun peristiwa yang terjadi dari

subjek objek penelitian, teknik penentuan informan dilakukan dengan

puposive sampling melalui key person, dengan menentukan kelompok orang

menjadi informan sesuai dengan kriteria yang dipilih terkait dengan masalah

penelitian. Penentuan informan kunci ditetapkan saat memasuki lapangan dari

selama penelitian berlangsung atau dikenal dengan desain emergent sampling

karena sample atau informan dalam penelitian kualitatif tidak dapat

ditentukan sebelumnya.
36

Adapun informan penelitian yang terpilih yaitu pihak yang betul-betul

mengerti serta mengalami permasalahan penelitian tersebut. Informan tersebut

dalam penelitian ini terdiri dari beberapa orang yaitu:

Tabel 3.1 Informan


No Nama Jabatan Jumlah
M.faridl wajdi
1 Ketua KPU Kota Makassar 1

2 Asdar narling Seketaris


Romy harminto
Divisi perecanaan dan data 1
,SH.,M.SI
Divisi SDM dan Partisipasi
3 Endang 1
masyarakat
4 M.gunawan Divsi teknis 1
5 Abd.rahman Divisi hukum 1
6 Marini abdullah Divisi data 1
7 Makbul Masyarakat 1

8 Kafir Masyarakat 1

TOTAL INFORMAN 8
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati objek yang diteliti

dalam penelitian ini menempuh dua cara yaitu:


37

a. Pengamatan Langsung

Pengamatan langsung yang dilakukan tanpa perantara terhadap objek yang

diteliti.

b. Pengamatan Tidak Langsung

Pengamatan yang dilakukan terhadap suatu objek yang melalui perantara

suatu alat atau cara, baik yang dilaksanakan dalam situasi sebernarnya

maupun buatan.

2. Wawancara

Teknik Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data secara langsung

dengan responden yang mengacu pada pedoman wawancara yang telah

dipersiapkan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

kepada subjek penelitian. Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dokumen

primer ( dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami sesuatu

peristiwa). Dan dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkanda orang lain

yang selanjutnya ditulis oleh orang ini).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas tersebut

adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan :

1. Data Reduction (Reduksi Data), reduksi data adalah analisis data yang

dilakukan dengan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal


38

yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang diperoleh di dalam lapangan

dituliskan/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci.

2. Data Display (Penyajian Data), selanjutnya penyajian data dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah teks yang bersifat narasi.

3. Conclusion Drawing/Verification, langkah ketiga adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Dari data yang diperoleh, kemudian dikategorikan,

dicari tema dan polanya kemudian ditarik kesimpulan. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya (Sugiyono, 2016).

G. Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, data bisa dikatakan akurat ketika terjadi

keselarasan antara yang di laporkan dengan apa yang perbedaan antara yang

sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Untuk menguji kebenaran

informasi pada metodologi ini dapat digunakan uji kredibilitas. Untuk

menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan

berbagai cara yaitu :

1. Perpanjangan pengamatan

Hal ini dilakukan ketika peneliti masih menemukan kekeliruan dari hasil

penelitiannya sehingga mengharuskan untuk melakukan peninjauan kembali


39

ke lokasi penelitian sehingga bisa mendapatkan informasi yang lebih akurat

lagi dari apa yang sudah didapatkan sebelumnya.

2. Meningkatkan Ketekunan

Lebih mencermati hal yang ingin di teliti dengan cara lebih

memfokuskan diri pada hal yang ingin di teliti sehingga lebih sistematis dan

lebih jelih lagi untuk melihat apakah data yang di kumpulkan itu benar atau

salah.

3. Triangulasi

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai

kondisi berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai

cara.

Hal ini dilakukan dengan tiga triangulasi, yaitu :

a. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi

terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan

atau tulisan  pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara  itu akan

menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan

memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang

diteliti.

b. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakanteknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang

sama.Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancaramendalam,

Sertadokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.


40

c. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik melihat

kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu wawancara

antara pagi, siang ataupun sore hari.

4. Analisis Kasus Negatif

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak di

temukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang

diperoleh dianggap benar dan di jadikan sebagai referensi.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar

ataupun suara rekaman antara peneliti dan informan penelitian sehingga ada

yang bukti yang jelas atau kongkret bahwa peneliti betul-betul terjun langsung

kelapangan atau lokasi penelitian untuk melakukan penelitian dan data yang

dikumpulkan adalah data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti

atau opini

6. Mengadakan membercheck

Hal ini dilakukan berupa pengevaluasian data kembali oleh peneliti atas

data yang diperoleh dari informan apakah jawaban yang diberikan informan

sesuai dengan pertanyaan peneliti atau tidak sehingga data yang terkumpul

lebih kredibel lagi sehingga data yang di peroleh adalah data akurat

(Sugiyono, 2016)
41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Luas wilayah kota akassar seluruhnya berjumlah kurang 175,77 km2

daratan termasuk 11pulau diselat makassar ditambah luas wilayah perairan

kurang lebih 100 km. Jumlah keceamtan 143 kota ini terdiri dari 14 kecamatan

dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari

permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384

jiwa yang terdiri dari lakilaki 557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa

dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %

Kota Makassar dan terletak di bagian barat dari Provinsi Sulawesi

Selatan, dengan Kota Makassar Luas wilayah kota makassar seluruhnya

berjumlah kurang 175,77 km2 daratan termasuk 11pulau diselat makassar

ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 km. Jumlah keceamtan 143

kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota ini berada pada

ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota Makassar pada

tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari lakilaki 557.050 jiwa dan

perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65 %.

Letak Koordinat 5°8′S 119°25′E di pesisir barat daya pulau Sulawesi,

menghadap Selat Makassar. Batas Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten

Pangkajene Kepulauan di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur

dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.Masyarakat Kota Makassar terdiri

dari beberapa etnis yang hidup berdampingan secara damai. Penduduk


42

Makassar kebanyakan dari Suku Makassar, sisanya berasal dari suku Bugis,

Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya. Mayoritas

penduduknya beragama Islam Pembagian Wilayah Kota Makassar dibagi

menjadi 14 kecamatan, 143 kelurahan, 885 RW dan 4446 RT.

Administrasi dan batas fisik Kota Makassar dan batas wilayah adalah

sebagai berikut :

1. Arah timur Kabupaten Maros

2. Arah barat Selat Makassar.

3. Arah utara Kabupaten Maros

4. Arah barat Kabupaten Gowa

Kota Makassar Merupakan salah satu tempat wilayah kota Makassar

berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan

dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut.

Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 -

5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai. Tallo yang

bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara.

Wilayah Kepulauan
43

Secara garis besar kota makassar ditandai dengan bentang wilayah

dari daerah dataran. Kota ini berada ketinggian antara 0-25 meter

dari permukaan laut dengan suhu 20° C sampai dengan 32°C . Kota

Makassar diapit dua buah sungai yaitu: sungai tallo yang bermuara

dengan sebelah utara kota dan sungai jenebarang bermuara pada

bagian selatan kota. Dengan luas wilayah 128,18 km² (Total 175,77

km²). Sangat strategis dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik.

Dari sisi ekonomi, Maassar menjadi simpul jasa distibusi yang

tentuya yang akan lebih efisien dibandingkan daerah lain. Makassar

saat ini memiliki keunggulan komparif dibanding wilyah lain

dikawan timur Indonesia

Sumber: Kota Makassar Dalam Angka 2020


44

memiliki 143 kelurahan. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh

kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate,

Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya.

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Dan Luas Setiap Kecematan

Kecamatan Luas (km2)


Tamalanrea 31,84 km²;
Biringkanaya 48,22 km²;
Manggala 24,14 km²;
Panakkukang 17.05 km²;
Tallo 5,83 km²;
Ujung Tanah 5,94 km²
Bontoala 2,10 km²;
Wajo 1,99 km
Ujung Pandang 2, 63 km²
Makassar 2,52 km²
Rappocini 9,23 km²;
Tamalate 20,21 km²
Mamajang 2,25 km²
Mariso 1,82 km²
Jumlah 48,69
Sumber Angka Dalam Angka 2020

Tabel 4.2 Jumlah Kecematan Dan Kelurahan Dikota Makassar


No Kecamatan Jumlah kelurahan
1 Tamalanrea 8
2 Biringkanaya 12
3 Manggala 11
4 Panakkukang 11
5 Tallo 15
6 Ujung Tanah 9
7 Bontoala 12
8 Wajo 8
9 Ujung pandang 10
10 Makassar 14
11 Rappocini 11
12 Tamalate 11
13 Mamajang 13
14 Mariso 9
Jumlah 143
Sumber: Kota Makassar Angka 2020
45

B. Visi dan Misi Pemerintahan Kota Makassar sebagai berikut:

Visi pemerintahan Kota Makassar adalah untuk mewujudkan Makassar

kota. Dunia yang smart city dengan, Imunitas kuat untuk semua konsep ini

sebenarnya sudah dterapkan ini merupakan perpaduan kearifan local makssar

dengan kecanggihan sisitwem kota cerdas. Dalam Bahasa makassar,

penerapan konsep ini mampu mendengarkan keluhan masyarakat.

Misi adalah rumusan umum mengenai yang akan dilaksanakan untuk

mewujudkan visi yang telah ditentukan. yang telah ditentukan. Rumusan misi

membantu lebih jelas penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan

langkah-langkah yang harus dilakukan. Misi pemerintah Kota Makassar

Kedepan sebagai berikut:

1) Revolusi SDM dan percepatan refor asi birokrasi menuju SDM kota

unggulan dan pelayanan public kelas dunia bersih dan indikasi korupsi.

2) Program strategis yang mencakup dalm hal ini adalah revolusi Pendidikan

dimana semua anak harus sekolah Selanjutnya, penguatan keimanan umat

1.000 beasiswa anak Lorong, berpretasi, dan 10.ooo skill training gratis.

3) Ada program percepatan tata pemerintahan smart city yang bersih dan

indikassi korupsi dan program menujju npendaptan hasil.

4) Rekonstruksi kesehatan, ekonami, social dan budaya menuju masyarakat

sejahteraan dengan imunitas ekonomi dan kesehatan kota yang kuat untuk

semua

5) Restorasi ruang kota Yng inklusif menuju kota nyaman kelas dunia yang

smart untuk semua.


46

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpang

an jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari

wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah

utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar

berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan

dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut.

Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5

derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai. Tallo yang

bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan

kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77

Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah

perairan kurang lebih 100 Km².

Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki

143 kelurahan. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh kecamatan yang

berbatasan dengan Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah

kabupaten yakni sebelah utara dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur

dengan kabupaten Maros, sebelah selatan dengan kabupaten Gowa dan

sebelah barat dengan Selat Makassar.

Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Makassar,

memberi penjelasan bahwa secara geografis, kota Makassar memang sangat

strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi

ekonomi, Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih
47

efisien dibandingkan daerah lain. Memang selama ini kebijakan makro

pemerintah yang seolah-olah menjadikan Surabaya sebagai home base

pengelolaan produk-produk draft kawasan Timur Indonesia, membuat

Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Padahal dengan

mengembangkan Makassar, otomatis akan sangat berpengaruh terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan Timur Indonesia dan

percepatan pembangunan. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan kondisi

geografis - Makassar memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain

di kawasan Timur Indonesia. Saat ini Kota Makassar dijadikan inti

pengembangan wilayah terpadu.

Wilayah Kota Makassar luas wilayah 175,77 km²dengan memiliki 11 pulau

diselat Makassar dan ditambah luas perairan kurang lebih 100 km². Jumlah

kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143

kelurahan. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan

dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo,

Tamalanrea dan Biringkanaya.

Daftar Kelurahan sebagai Berikut :

1. Ende (wajo)

2. Daya (kec. Biringkanayya )

3. Melayu Baru (kec wajo)

4. Butung (kec wajo) Kelurahan Bontoa

5. Baru

6. Saweringading
48

7. Malimongan tua

8. Wajo baru

Tabe 4.3 Jumlah Pemilih di Kota Makassar


Tidak
No Kelurahan Jumlah Pemilih Memilih
Memilih
1 Ende 3293 2703 590
2 Daya 3142 2674 468
3 Melayu 2029 1589 440
4 Butung 3673 2797 876
5 Baru 4126 3308 818
6 Saweringading 3418 2754 664
Malimongan 2907 617
7 3524
tua
8 Wajo baru 3267 2666 601
JUMLAH 26.472 21.398 5.074

2. Profil KPU Kota Makassar

Sesuai Undang Undang Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 Tentang Pemilihan

Pemilu, maka Visi dan Misi Komisi Pemilihan Umum KPU Kabupaten

Pangkajene dan Kepulauan adalah :

a. VISI

Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemil

ihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan

akuntabel, demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasa

rkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik In

donesia.

b. MISI
49

1. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki

kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan

Pemilihan Umum.

2. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

adil, akuntabel, edukatif dan beradab.

3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan Pemilihan Umum yang

bersih, efisien dan efektif.

4. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara

adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara

konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam

Pemilihan Umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia

yang demokratis.

Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang

Pemilihan Umum dan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999

tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan Penetapan Organisasi dan

Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan bahwa

untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU Kota Makassar dan

Kepulmempunyai tugas kewenangan sebagai berikut :


50

1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum.

2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak

sebagai peserta Pemilihan Umum.

3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan

mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat

sampai di Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;

4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk

setiap daerah pemilihan. Menetapkan keseluruhan hasil Pemilihan Umum

di semua daerah pemilihan untuk DPR, DPRD I dan DPRD II.

5. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil

Pemilihan Umum.

6. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.

Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat

tambahan huruf : tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum.

Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut

juga ditambahkan, bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai

dimaksud dalam Pasal 10, selambat-lambatnya 3 (tiga) tahzun setelah

Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem Pemilihan

Umum.
51

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Komisi Pemilihan Umum Kota Makassar

KETUA UMUM

M.FARIDIL WAJDI, SH

ANGGOTA DIVISI SDM, ANGGOTA DIVISI


ANGGOTA DIVISI HUKUM ANGGOTA DIVISI PARSITIPASI
PERECANAAN TEKNIS
ABD RAHMAN S.TH.I.,M.AG MASYARAKAT
ROMY HARMINTO, M.GUNAWAN,SH
ENDANG SARI. S.IP, M.SI
M.AG

SEKERETARIS

ASDAR MARLANG ,SH.,M.SI

KASUBAG UMUM,
PROGRAM & DATA TEKNIS & HUPMAS KASUBAG HUKUM KEUANGAN &
NURKHAERIYYAH,SH., MM LOGISTIK
ARYASTUTI AARUDI , SE MARIN ABDULLAG ,SH
MUSTAR JAYA , S,Pd

1. MEGAWATI AZN 1. LISWAN S. ATJO


S.IP., M.SI 1. NIKOLAS, SE 1. NIRMALASARI ANWAR,
AN, S.SOS
2. RIYANO,S.SOS SIP
2. FIRMANSYAH A. 2. SALIM ,S.SOS M.SI
3. YULIANTI,S.SOS 2. WAPIYAH, S.IP ., M.SI
MALIK 3. MUH. WIJYAH ,S.I
3. FATWATI, SE
3. YUAWITA, A.Md P., M.SI
4. JUNITA MADING, SE
5. NIRMALA SATRIADI, A.
Md
6. Wahyuni, A.Md
HONORER

1. IKHSAN ARIPIN
2. M.SALEH
3. A.BASO KAMOALI
52

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan tentang strategi komisi pemilihan

umum dalam meningkatkan partisipasi pemilihan di tengah pandemi Covid-19 di

Kota Makassar. Dalam pelaksanaan pemilu pemilihan kepala daerah, dikota

Makassar tahun 2020 terdapat 154 TPS (tempat pemungutan suara) yang tersebar

di 59 Kelurahan dan 10 Kecamatan di seluruh Kota Makassar.

KPU Kota Makassar gelar pemungutan suara ulang pada tanggal 16 Maret

2021 menunjukkan bahwa jumlah DPT tahun 2021 yang di sahkan KPU mencapai

70% pemilih. Jumlah pemilih tahun 2021 meningkat di bandingkan daftar pemilih

sebelumnya pada tanggal 19 Desember 2020. Pada pelaksanaan pemilih pemilihan

kepala daerah. KPU Kota Makassar telah melakukan berbagai cara atau strategi

untuk meningkat pemilih di tengah pandemic Covid-19.

Adapun strategi yang digunakan mengaju pada tiga indikator dalam teori

(Seokarno 2016). Uraian penelitian ini di kemukakan sebagai berikut:

Strategi Normatif

Strategi Normatif adalah jenis strategi yang dapat dilakukan oleh

seseorang ataupun lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang

berlaku dalam kehidupan masyarakat.

Maka dilakukan wawancara dengan informan MI , selaku anggota

KPU mengemukakan bahwa :

“Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemilu harus


Mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum,pengecekan suhu tubuh saat
memasuki TPS, lalu mencuci tangan saat memasuki TPS yang sudah
disediakan tempat cuci tangan , lalu setelah itu pemilih diberikan sarung
tangan plastik dan sarung tangan karet, pada form pemberitahuan sudah
diberitahukan bahwa pemilih harus memakai masker tetapi masker juga
53

disediakan bagi pemilih yang tidak membawa masker, tinta ditetes tidak
di celup Bersama sama dan ada ruang khusus untuk pemilih sersuhu 37,3
derajat celcius” (Hasil wawancara Bersama MI,tanggal 15 feruari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait

Stategi Normatif menyatakan masyarakat harus Mandiri, jujur, adil, berkepastian

hukum,pengecekan suhu tubuh saat memasuki TPS, lalu tersediannya tempat cuci

tangan , lalu setelah itu pemilih diberikan sarung tangan plastik dan sarung tangan

karet, pada form pemberitahuan sudah diberitahukan bahwa pemilih harus

memakai masker tetapi masker juga disediakan bagi pemilih yang tidak membawa

masker, tinta ditetes tidak di celup Bersama sama dan ada ruang khusus untuk

pemilih sersuhu 37,3 derajat celcius, dalam pelaksanaan pemilu masyarakat harus

mengikuti semua aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh KPU setempat.

Adapun penjelasan dari informan MI, selaku anggota KPU mengemukakan

bahwa :

“Norma yang perlu diperhatikan yaitu Pastikan anda terdaftar dalam


pemilih, tidak datang terlambat, jangan menggunakan atribut
kampanye dan memamerkan pilihan saat di TPS, tolak segala bentuk
politik uang atau serangan fajar, dan pastikan anda tau siapa yang akan
dicoblos. Norma yang tidak boleh dilanggar dalam pelaksanaan
pemiliu seperti menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun
masyarakat, dan mengaggu ketertiban umum. ”( Hasil wawancara
Bersama MI,tanggal 16 februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa Pastikan

masyarakat terdaftar dalam pemilih, tidak datanga terlambat, tidak menggunakan

atribut kampanye dan memamerkan pilihan saat di TPS, menolak segala bentuk

politik uang atau serangan fajar, dan pastikan masyarakat tau siapa yang akan di

coblos.
54

Adapun penjelasan RI dari informan , selaku anggota KPU mengemukakan

bahwa :

”Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemilu adalah


Luber Jurdil : Langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil. Saya rasa semua
norma harus dipatuhi atau diikuti sehingga dalam pelaksanaan pemilu
berjalan dengan baik. Kebiasaan masyarakat Kota Makassar adalah ikut
dalam pemilihan (ikut mencoblos salah satu pasangan), mengawasi surat
suara”. ( Hasil wawancara Bersama RI ,tanggal 16 februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait dengan

strategi normatif menyatakan dalam pelaksanaaan pemilu yang harus diperhatikan

adalah Luber Jurdil yaitu Langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Selanjutnya untuk mengetahui norma-norma dalam pemilihan umum maka

kami melakukan wawancara dengan sejumlah informan masyarakat salah satunya

Ml yang mengemukakan bahwa :

“Kita perlu menghormati sesama pemilih. Sebagai masyarakat kita tidak


boleh menjelek-jelekan pilihan orang lain. Sebagian masyarakat
mengharapkan serangan fajar (materi)”. (Hasil wawancara Bersama MI,
tanggal 17 februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa toleransi antar

masyarakat masih tinggi, sebagian masyarakt mendambakan serangan fajar.

Selanjutnya untuk mengethuai norma-norma dalam pemilihan umum maka

kami melakukam wawancara dengan sejumlah informan masyarakat salah satunya

MI yang mengumukankan bahwa :

“KPU memberitahukan bagaimana tata cara menggunakan hak pilih


yang benar dan memberikan semacam motivasi untuk datang memilih”
(Hasil wawancara Bersama Ml tanggal 18 februari 2021)
55

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukan bahwa KPU Kota

Makassar memberitahukan bagaimana tata cara menggunakan hak pilih yang

benar dan memberikan semacam motivasi untuk dating memilih.

1. Strategi Ideal

Starategi Ideal adalah jenis strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya

dilakukan sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem.

Maka dilakukan wawancara dengan informan RI, selaku anggota KPU,

mengemukakan bahwa :

“Strategi KPU membantu penyusunan program dan anggaran


pemilu di Kabupaten/Kota. KPU dalam menjalankan tugasnya
bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.langkah-;angkah dilakukan oleh KPU melalui proses
perencanaan/penyusunan program KPU, ketersediaan anggaran untuk
melaksanakan program sosialisasi, dan integritas.” (Hasil wawancara
Bersama RI ,tanggal 18 februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait dengan

strategi ideal menyatakan KPU membantu penyusunan program dan anggaran

pemilu di Kabupaten/Kota. Dan dalam menjalankan tugasnya KPU bertanggung

jawab sesuai dengan aturan perundang-undangan.

Adapun penjelasan dari informan EG, selaku anggota KPU , mengemukakan

bahwa :

“Strategi KPU yaitu memberikan pelayanan teknis pelaksanaan


pemilu, membantu peyusunan laporan penyelenggaraan pemilu dan
pertanggung jawaban KPU,salah satu peranan KPU yaitu memberikan
informasi pemilihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya melalui pemilihan umum dengan
menggunakan hak suaranya. (Hasil wawancara Bersama EG tanggal 19
februari 2021)
56

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU meberikan

pelayanan teknis pelaksanaan pemilu, membantu penyusunan laporan

penyelnggaraan pemilu dan petanggung jawaban KPU, dalam menjalankan

strateginya KPU memberikan informasi pemilihan kepada masyarakat, sehingga

masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya melalui pemilihan umum

menggunakan hak pilihnya.

Adapun penjelasan dari informan RI selaku , selaku anggota KPU,

mengatakan bahwa :

“Strategi KPU pada masyarakat yaitu menyampaikan informasi dan


kegiatan, menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses
pengaduan, memperlakukan masyarakat secara adil dan
menyampaikan hasil pemilihan.peran KPU dikecamatan Minasatene
cukup baik. Dimana bila terjadi kendala atau masalah, KPU langsung
cepat merespon. Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemilu, KPU memberikan informasi kepada masyarakat melalui media
yang ada.( Hasil wawancara Bersama RI tanggal 20 februari 2021)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU

menyampaikan informasi dan kegiatan, menjawab pertanyaan serta menampung

dan memproses pengaduan, memperlakukan masyarakat secara adil dan

menyampaikan haasil pemilhan.

Selanjutnya untuk mengetaui ideal dalam pemilihan umum maka kami

melakukan wawancara dengan sejumlah informan masyarakat salah satunya Kf

mengemukakan bahwa :

“KPU mensosialisasikan cara-cara dan calon Kepala Daerah yang akan


dipilih. KPU mensosialisasikan mulai tingkat keluarahan sampai
kecamatan”.( Hasil wawancara Bersama RI tanggal 21 febuari 2021)
57

Berdasarkan hasil wawancara diatas terkait diatas KPU mensosialisasikan

cara-cara dan calon Kepala Daerah yang akan dipilih. KPU mensosialisasikan

mulai tingkat keluarahan sampai kecamatan.

2. Strategi Faktual

Strategi Faktual adalah peranan yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit dilapangan atau

kehidupan sosial yang terjadi secara nyata.

Maka dilakukan wawancara dengan informan RI, selaku anggota

KPU, mengemukakan bahwa :

“Dalam mensukseskan pelaksanaan pemilu, KPU memiliki 4 aspek


utama yakni, koordinasi secara berjenjang baik tingkat TPS` , menjaga
hak konstitusional warga negara, menjaga otentisitas suara rakyat. dan
memperketat protokol kesehatan KPU sudah menjalankan program
yang sudah ditentukan berupa sosialisasi secara langsung
kemasyarakat.yang kerap terjadi misalnya kurangnya kertas suara dan
tidak siapnya penyelenggaran”. Hasil wawancara Bersama RI ,tanggal
23 februari 2021)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait strategi faktual

menyatakan KPU memiliki 4 aspek utama yakni yakni, koordinasi secara

berjenjang baik tingkat TPS, menjaga hak konstitusional warga negara, menjaga

otentisitas suara rakyat. dan memperketat protokol kesehatan KPU juga sudah

menjalankan program yang sudah ditentukan berupa sosialisasi secara langsung

kemasyarakat. KPU menyatakan kerap terjadi masalah seperti kurangnya kertas

suara dan tidak siapnya penyelenggara.

Adapun penjelasan dari informan MN, selaku anggota KPU mengemukakan

bahwa :
58

“Untuk mensukseskan pemilu, KPU terus berupaya mensosialisasikan


Pilkada dimasa pandemi .KPU kota Makassar merancang beberapa metode
tidak langsung yang bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Metode tersebut melalui media massa baik TV maupun koran, lalu melalui
sosialisasi kreatif dengan relawan demokrasi dibantu PPK dan PPS, yang
terakhir juga dengan sosial media yaitu instagram, youtube maupun
halaman resmi KPU kota Makassar. Dalam rancangan Pilkada kota
Makassar tahun 2020”.( Hasil wawancara Bersama MN pada tanggal 1
April 2021)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa terkait strategi faktual

menyatakan untuk mensukseskan pemilu, KPU harus terus berupaya melakukan

sosialisasi melalui media massa bail TV maupun koran lalu melalui sosialisasi

kreatif dengan relawan demokrasi dibantu PPK dan PPS, yang terakhir juga

dengan sosial media yaitu instagram, youtube maupun laman resmi KPU kota

Makassar. Dalam rancangan Pilkada kota Makassar tahun 2020

Adapun penjelasan dari informan, RI selaku anggota KPU mengemukakan

bahwa :

“Sebagai penyelenggara pemilu yang profesional tentunya harus


meningkatkan SDM yang kompoten sebagai cara untuk menciptakan
penyelenggara yang profesional, meningkatkan partisipasi dan kualitas
pemilih. Tentunya pada saat ini, tujuan KPU belum tercapai secara
maksimal. Indonesia merupakan negara demokraasi tetapi masih
kurangnya kesadaran maasyarakat akan pentingnya terlibat dalam
menentukan calon-calon pemimpin.KPU masih kurang berintegrasi
untuk mewujudkan pemilu yang jujur dan adil. Kendala-kendala dalam
pelaksanaan pemilu problematika terkait distribusi logistik, susah
mendapatkan formulir c6 saat pelaksanaan pemilu, proses perhitungan
suara yang harus melewati waktu lama (tengah malam), dan gugatan
atas haasil akhir suara”.( Hasil wawancara Bersama RI pada tanggal 2
April 2021)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa sebagai penyelenggara

pemilu yang profesional tentunya harus meningkatkan SDM yang kompeten


59

sebagai cara untuk menciptakan penyelenggra yang profesional, meningkatkan

partisipasi, dan kualitas pemilih meningkatkan partisipasi dan kualitas pemilih.

Selanjutnya untuk mengetahui faktual dalam pemilihan umum maka kami

melakukan wawancara dengan sejumlah informan masyarakat salah satunya ML

mengemukakan bahwa :

”Dalam mensukseskan pemilu KPU terus berupaya agar tertibnya pada


saat pelaksanaan pemilu dan jujur pada saat perhitungan suara.
Kendala yang biasanya terjadi, pelaksanaan pemilu selalu tidak tepat
waktu dengan waktu yang dijanjikan”.( Hasil wawancara Bersama ML
3 April 2021)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa KPU sudah berusaha

keras agar tertibnya pelaksanaan pemilu dan jujur pada saat perhitungan suara.

Sebagian masyarakat mengeluh tentang tidak tepat waktunya pelaksanaan pemilu.

Adapun penjelasan dari informan RI, selaku anggota KPU mengemukakan

bahwa:

“Menyuseskan Pilkada di masa Pandemi Covid-19. KPU kota


Makassar terus berbenah dan berkordinasi dengan pihak-pihak terkait
untuk dapat menyukseskan pilkada dimasa pandemi Covid-19. Salah-
satunya berkoordinasi dengan satgas Covid-19 sehingga pada tahapan
selanjutnya pengundian nomor urut paslon, penetapan paslon hingga
debat public dapat dilaksanakan dengan baik dengan mengikuti arahan
Satgas Covid-19. Sehigga tahapan pelaksanaan pilkada sesuai dengan
yang ada di PKPU Nomor 6 Tahun 2020”
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa sebagai

menyuseksekan Pilkada dimasa pandemi Covid-19. KPU Kota Makassar terus

berbenah dan berkordanasi dengan pihak-pihak terkait untuk menyuseskan dimasa

pandemi covid 19. Salah -satunya dengan satgas Covid-19 sehingga pada tahapan

selanjutnya pengundian nomor urut paslon, penetapan paslon hingga debat public
60

dapat dilaksanakan dengan baik dengan mengikuti arahan Satgas Covid-19.

Sehigga tahapan pelaksanaan pilkada sesuai dengan yang ada di PKPU Nomor 6

Tahun 2020

Selanjutnya untuk mengetahui faktual dalam pemilihan umum maka kami

melakukan wawancara dengan sejumlah informan masayrakat salah satunya KF

mengemukakan bahwa

“Dalam tahap sosialisasi KPU ,pada saat Pilkada ditengah pandemi


Covid- 19 prinsip komunikasi hendaknya di pegang dan di
implementasikan ke masyarakat. Menggunakan perkataan yang lembut,
menyampaikan dengan jelas tidak samar dan terburu-buru hingga
berbicara tidak menggunakan bahasa yang sulit dimengerti akan
menjadikan komunikasi berdampak ke arah yang baik, informasi tidak
hanya tersampaikan dan dimengerti. Namun, mampu menggerakkan hati
komunikan atau lawan bicara dan merubah pandangan, sikap dan perilaku”
(Hasil wawancar pada tanggal 15 April 2020)
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam tahap sosiasasi

KPU pada saat Pilkada diitengah pamdemi Covid 19 , prinsip komunikasi

hendaknya dipegang dan di implementasikan ke masarakat. Menggunakan

perkataan yang lembut, menyampaikan dengan jelas tidak samar dan terburu-

terburu hingga berbicara tidak menggunakan Bahasa yang sulit dimengerti akan

menjadikan kpmunikasi berdampak karah yang baik, informasi tidak

tersampaikan dang di mengerti. Namun mampu menggerakan hati komunikan

atau lawan bicara dan merubah padangan, sikap dan perilaku.

D. Pembahasan

Pembahasan merupakan isi hasil analisi data dan fakta yang peneliti

dapatkan dilanpangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan.

Pembahasan hasil peneliti ini dilakukan untuk memberikan penafsiran terhadap

hasil yang diperoleh selama peneliti berlansung. Adapun teori yang digunakan
61

dalam peneletian ini teori (Soekanto, 2016), ini memberikan bagaimana strategi

yang ektif dalam meningkatkan Partisipasi pemilih ditengah Covid 19 diantranya

yaitu:

1. Strategi normatif

Strategi normatif adalah jenis strategi yang dapat dilakukan oleh seseorang

ataupun lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat. Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan pemilu harus mandiri, jujur, adil, berkepastian

hukum,pengecekan suhu tubuh saat memasuki TPS, lalu tersediannya tempat

cuci tangan dan handsanitizer , lalu setelah itu pemilih diberikan sarung

tangan plastik dan sarung tangan karet, pada form pemberitahuan sudah

diberitahukan bahwa pemilih harus memakai masker tetapi masker juga

disediakan bagi pemilih yang tidak membawa masker, face shield untuk

petugas TPS , penyemprotan disinfektan secara berkala oleh Linmas TPS,

tinta ditetes tidak di celup Bersama sama dan ada ruang khusus untuk pemilih

sersuhu 37,3 derajat celcius. Dapat diketahui bahwa terkait Stategi Normatif

menyatakan masyarakat harus Mandiri, jujur, adil, berkepastian

hukum,pengecekan suhu tubuh saat memasuki TPS, lalu tersediannya tempat

cuci tangan dan handsanitizer , lalu setelah itu pemilih diberikan sarung

tangan plastik dan sarung tangan karet, pada form pemberitahuan sudah

diberitahukan bahwa pemilih harus memakai masker tetapi masker juga

disediakan bagi pemilih yang tidak membawa masker, face shield untuk
62

petugas TPS , penyemprotan disinfektan secara berkala oleh Linmas TPS,

tinta ditetes tidak di celup Bersama sama dan ada ruang khusus untuk pemilih

sersuhu 37,3 derajat celcius, dalam pelaksanaan pemilu masyarakat harus

mengikuti semua aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh KPU

setempat.Norma yang perlu diperhatikan yaitu Pastikan anda terdaftar dalam

pemilih, tidak datang terlambat, jangan menggunakan atribut kampanye dan

memamerkan pilihan saat di TPS, tolak segala bentuk politik uang atau

serangan fajar, dan pastikan anda tau siapa yang akan dicoblos.

Norma yang tidak boleh dilanggar dalam pelaksanaan pemiliu seperti

menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat, dan

mengaggu ketertiban umum. dapat diketahui bahwa pastikan masyarakat

terdaftar dalam pemilih, tidak datanga terlambat, tidak menggunakan atribut

kampanye dan memamerkan pilihan saat di TPS, menolak segala bentuk

politik uang atau serangan fajar,pastikan masyarakat tau siapa yang akan di

coblos dan harus menggunakan protokol kesehatan .

Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemilu adalah

Luber Jurdil ,Langsung, bebas, rahasia, jujur dan adil. Saya rasa semua norma

harus dipatuhi atau diikuti sehingga dalam pelaksanaan pemilu berjalan

dengan baik. Kebiasaan masyarakat Kota Makassar adalah ikut dalam

pemilihan (ikut mencoblos salah satu pasangan), mengawasi surat suara.

Perlu menghormati sesama pemilih. Sebagai masyarakat kita tidak boleh

menjelek-jelekan pilihan orang lain. Sebagian masyarakat mengharapkan


63

serangan fajar KPU memberitahukan bagaimana tata cara menggunakan hak

pilih yang benar dan memberikan semacam motivasi untuk datang memilih”

2. Strategi Ideal

Starategi Ideal adalah jenis strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya

dilakukan sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem sebagai brikut:

1) Strategi KPU membantu penyusunan program dan anggaran pemilu di

Kabupaten/Kota. KPU dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.langkah-;angkah dilakukan

oleh KPU melalui proses perencanaan/penyusunan program KPU,

ketersediaan anggaran untuk melaksanakan program sosialisasi, dan

integritas,dapat diketahui bahwa terkait dengan peranan ideal menyatakan

KPU membantu penyusunan program dan anggaran pemilu di

Kabupaten/Kota. Dan dalam menjalankan tugasnya KPU bertanggung

jawab sesuai dengan aturan perundang-undangan.

2) Strategi KPU yaitu memberikan pelayanan teknis pelaksanaan pemilu

membantu peyusunan laporan penyelenggaraan pemilu dan pertanggung

jawaban KPU, salah satu peranan KPU yaitu memberikan informasi

pemilihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat menyalurkan

aspirasinya melalui pemilihan umum dengan menggunakan hak suaranya.

dapat diketahui bahwa KPU meberikan pelayanan teknis pelaksanaan

pemilu, membantu penyusunan laporan penyelnggaraan pemilu dan

petanggung jawaban KPU, dalam menjalankan strateginya KPU


64

memberikan informasi pemilihan kepada masyarakat, sehingga masyarakat

dapat menyalurkan aspirasinya melalui pemilihan umum menggunakan

hak pilihnya.

3) Strategi KPU pada masyarakat yaitu menyampaikan informasi dan

kegiatan, menjawab pertanyaan serta menampung dan memproses

pengaduan, memperlakukan masyarakat secara adil dan menyampaikan

hasil pemilihan. Strategi KPU diKota Makassar cukup baik. Dimana bila

terjadi kendala atau masalah, KPU langsung cepat merespon. Dalam

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilu, KPU memberikan

informasi kepada masyarakat melalui media yang ada. KPU

menyampaikan informasi dan kegiatan, menjawab pertanyaan serta

menampung dan memproses pengaduan, memperlakukan masyarakat

secara adil dan menyampaikan haasil pemilhan.

4) KPU mensosialisasikan cara-cara dan calon Kepala Daerah yang akan

dipilih. KPU mensosialisasikan mulai tingkat keluarahan sampai

kecamatan

3. Strategi Faktual

Strategi Faktual adalah strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit dilapangan atau

kehidupan sosial yang terjadi secara nyata berikut:

1) Dalam mensukseskan pelaksanaan pemilu, KPU memiliki 4 aspek utama

yakni, koordinasi secara berjenjang baik tingkat TPS` , menjaga hak

konstitusional warga negara, menjaga otentisitas suara rakyat. dan


65

memperketat protokol kesehatan KPU sudah menjalankan program yang

sudah ditentukan berupa sosialisasi secara langsung kemasyarakat.yang

kerap terjadi misalnya kurangnya kertas suara dan tidak siapnya

penyelenggaran

2) Untuk mensukseskan pemilu, KPU terus berupaya mensosialisasikan

Pilkada dimasa pandemi. KPU kota Makassar merancang beberapa metode

tidak langsung yang bertujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Metode tersebut melalui media massa baik TV maupun koran, lalu melalui

sosialisasi kreatif dengan relawan demokrasi dibantu PPK dan PPS, yang

terakhir juga dengan sosial media yaitu instagram, youtube maupun laman

resmi KPU kota Makassar. Dalam rancangan Pilkada kota Makassar tahun

2020.

3) Sebagai penyelenggara pemilu yang profesional tentunya harus

meningkatkan SDM yang kompoten sebagai cara untuk menciptakan

penyelenggara yang profesional, meningkatkan partisipasi dan kualitas

pemilih. Tentunya pada saat ini, tujuan KPU belum tercapai secara

maksimal. Indonesia merupakan negara demokraasi tetapi masih

kurangnya kesadaran maasyarakat akan pentingnya terlibat dalam

menentukan calon-calon pemimpin.KPU masih kurang berintegrasi untuk

mewujudkan pemilu yang jujur dan adil. Kendala-kendala dalam

pelaksanaan pemilu problematika terkait distribusi logistik, susah

mendapatkan formulir c6 saat pelaksanaan pemilu, proses perhitungan


66

suara yang harus melewati waktu lama (tengah malam), dan gugatan atas

haasil akhir suara.

4) Dalam mensukseskan pemilu KPU terus berupaya agar tertibnya pada saat

pelaksanaan pemilu dan jujur pada saat perhitungan suara. Kendala yang

biasanya terjadi, pelaksanaan pemilu selalu tidak tepat waktu dengan

waktu yang. Menyuseskan Pilkada di masa Pandemi Covid-19. KPU kota

Makassar terus berbenah dan berkordinasi dengan pihak-pihak terkait

untuk dapat menyukseskan pilkada dimasa pandemi Covid-19. Salah-

satunya berkoordinasi dengan satgas Covid-19 sehingga pada tahapan

selanjutnya pengundian nomor urut paslon, penetapan paslon hingga debat

public dapat dilaksanakan dengan baik dengan mengikuti arahan Satgas

Covid-19. Sehigga tahapan pelaksanaan pilkada sesuai dengan yang ada di

PKPU Nomor 6 Tahun 2020”

5) Dalam tahap sosialisasi KPU, pada saat Pilkada ditengah pandemi Covid-

19 prinsip komunikasi hendaknya di pegang dan di implementasikan ke

masyarakat. Menggunakan perkataan yang lembut, menyampaikan dengan

jelas tidak samar dan terburu-buru hingga berbicara tidak menggunakan

bahasa yang sulit dimengerti akan menjadikan komunikasi berdampak ke

arah yang baik, informasi tidak hanya tersampaikan dan dimengerti.

Namun, mampu menggerakkan hati komunikan atau lawan bicara dan

merubah pandangan, sikap dan perilaku.


67

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang di sajikan pada bab

sebelumnya tentang. strategi komisi pemilihan umum dalam meningkatkan

partisipasi pemilihan di tengah pandemi Covid-19 di Kota Makassar, maka dapat

di simpulkan bahwa KPU harus terus bekerja keras untuk meningkatkan

partisipasi pemili. Setiap pemilu dilaksanakan terutama di setiap penyelenggara

pemilihan Kepala Daerah. Mengingat data laporan KPU yang menyebutkan

jumlah pemiluh pemilihan kepada daerah tahun 2021 jumlah pemilih meningkat

70% di bandingkan Jumlah pemilih pada tanggal 19 Desember 2020, mencapai

68% keberhasilan KPU Kota Makassar gelar pemungutan suara ulang. KPU Kota

Makassar sudah berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan partisipasi

pemilih. Upaya-upaya yang dilakukan oleh KPU Kota Makassar, meniggunakan

tiga strategi dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilihan kepala

daerah. Dikemukakan sebagai berikut:

1.Strategi Normatif

adalah jenis strategi yang dapat dilakukan oleh seseorang ataupun lembaga

yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku dalam kehidupan

masyarakat. Norma-norma yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemilu

harus Mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum,pengecekan suhu tubuh saat

memasuki TPS, lalu mencuci tangan saat memasuki TPS yang sudah disediakan

tempat cuci tangan , lalu setelah itu pemilih diberikan sarung tangan plastik dan

sarung tangan karet, pada form pemberitahuan sudah diberitahukan bahwa


68

pemilih harus memakai masker tetapi masker juga disediakan bagi pemilih yang

tidak membawa masker, tinta ditetes tidak di celup Bersama sama dan ada ruang

khusus untuk pemilih bersuhu 37,3 derajat celcius

2.Strategi Ideal

Starategi Ideal adalah jenis strategi yang dilakukan oleh seseorang atau

lembaga yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang seharusnya dilakukan

sesuai dengan kedudukannya didalam suatu sistem. Dan Strategi KPU membantu

penyusunan program dan anggaran pemilu di Kabupaten/Kota. KPU dalam

menjalankan tugasnya bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.langkah-;angkah dilakukan oleh KPU melalui proses

perencanaan/penyusunan program KPU, ketersediaan anggaran untuk

melaksanakan program sosialisasi, dan integritas.

3. Strategi faktual

Strategi Faktual adalah strategi yang dilakukan oleh seseorang atau lembaga

yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit dilapangan atau kehidupan sosial

yang terjadi secara nyata. Dengan Mensosialisasikan Pilkada dimasa pandemi

.KPU merancang beberapa metode tidak langsung yang bertujuan untuk

mencegah penyebaran Covid-19. Metode tersebut melalui media massa baik TV

maupun koran, lalu melalui sosialisasi kreatif dengan relawan demokrasi dibantu

PPK dan PPS, yang terakhir juga dengan sosial media yaitu instagram, youtube

maupun halaman resmi.

B. Saran
69

1. Masyarakat diharapkan untuk lebih sering mengikuti informasi baik dari

media atau mengikuti sosialisasi yang diadakan oleh KPU Kota Makassar.

Agar tumbuh kesadaran akan pentingnya mengikuti Pemilihan Kepala

Daerah dan Pemilihan Umum lainnya.

2. Pihak Kota Makassar diharapkan lebih gencar lagi dalam melakukan

sosialisasi.

3. Pihak KPU Kota Makassar diharapkan lebih gencar lagi dalam melakukan

sosialisasi.

4. Sosialisasi merupakan ujung tobak kekuatan yang miliki KPU kota

Makassar , pada masa pandemic Covid 19 seperti saat ini untuk

menginformasikan tata acara pilkada. Langkah

5. Kpu kota makassar perlu membangun strtegi jaringan dengan penguruan

tinggi, Lembaga survey

6. Hendaknya secara rutin KPU kota Makassar selalu mengsosilasasikan

kegiataan yang berkaiatan dengan pemilu tidak hnya dilakukan pada sat

pemilu akan dilakasanakan

DAFTAR PUSTAKA
70

Abdullah, Rozali.2016. Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, PT.


RajagrafindoPersada, Jambi

Ardial. 2016. Komunikasi Politik. Jakarta: Indeks.

Budiarjo, M. (2007). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.
Boore, C. George. 2015. Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismashopie

Cangara, Hafied. 2016. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:


Rajawali Pers.
Djogo, Tony, Dkk.2016. Kelembagaan Dan Kebijakan Dalam Pengembangan
Agroforestri,World Agroforestri Centre (ICRAF), Bogor.

Damsar. (2016). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media


Grup.

Efriza. Political Explore: Sebuah Kajian Ilmu Politik. Bandung: Alphabeta.


20116.

Fauzia, Farida. 2016. Tugas, Wewenang Dan Kewajiban Sekretariat Jendral Kpu,
Sekretatiat Kpu Provinsi, dan Sekretriat Kpu Kabupaten/Kota, Jakarta

Hutami, Gartiria. 2016. Pengaruh Konflik strategu dan Ambiguitas strategi


Terhadap Komitmen Indenpendensi Auditor Internal Pemerintah Daerah
(Studi Empiris Pada Inspektorat Kota Semarang) (universitas
Diponegoro, Jurnal:5

Karianga, Hendra. 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Keuangan


Daerah (Perspektif Hukum dan Demokrasi), Bandung: PT.Alumni
Bandung

Mukhtie, Fadjar. “Pemilu, Perselisihan Hasil Pemilu dan Demokrasi”, (Malang:


Setara Press, 20116:1)

Morisson. (2016). Hukum Tata Negara RI Era Reformasi. Jakarta: Ramdina


Prakoso
Nimmo, Dan. (2016). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, dan Media.
Bandung: PT Rempaja Rosdakarya
Rama, D. W. (2016). Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan
Pemilu Tahun 2009 di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kenda.
Semarang: Unnes.
Ramlan, S. (2016). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
71

Surbakti, Ramlan.Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana


Indonesia, 2016
Siswo, Dkk.2014. Journa, Upaya Komisi Pemilihan Umum (Kpu) Dalam
Meningkatkan Partiipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah
Dan Wakil Kepala Daerah Di Kabupaten Kutai Katanegara, Kutai

Soekanto, Soerjono. 2016. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada
Soebagio.”Implikasi Golongan Putih dalam Perspektif Pembangunan Demokrasi
di Indonesia”, Universitas Islam Yusuf, Tangerang 2008:82

Sugiyono. 2016. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA.

Sunandar, U. (2016). Pemerintah Desa Dan Kelurahan. Bandung: Tarsito.


Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 2016),
242.
Undang-undang Nomor 15 tahun 2011” tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Umum” (Yogyakarta: PustakaMahardika, 2016)

Undang-undang Pemilu Nomor15Tahun 2011 “Tentang Penyelenggran


Pemilu”(Yogyakarta: PustakaMahardika, 2011:50-57)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (n.d.). Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19), Revisi ke-3
Kesepakatan Pertemuan pada 1 Maret 2020”
72

L
A
M
P
I
R
A
N
73
74
75
76
77
78

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto wawancara bersama (Anggota KPU)

Foto Wawancara Bersama Anggota KPU


79

Foto Wawancara Bersama Anggota KPU

Foto Kantor KPU Kota Makassar


80

Foto wawancara Bersama (ketua KPU Kota Makassar)

Foto wawancara bersama masyarakat


81

Foto wawancara bersama masyarakat

Foto wawancara Bersama masyarakat

Anda mungkin juga menyukai