Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

PERENCANAAN DRAINASE KOTA

4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI


Pada tugas besar sistem drainase perkotaan ini akan di lakukan studi di lokasi yaitu
di kota kupang khususnya di kawasan pertokoan Oebobo dengan luas daerah 1,90 Ha. Area
jalan ini mengalami kasus terjadinya genangan air pada permukaan jalan dan menyebabkan
kemacetan lalu lintas. Jalan tersebut perlu mendapatkan perhatian terhadap sistem drainase
yang ada. Dimana gambaran lokasi dapat memperlihatkan beberapa permukiman serta
pertokoan jauh dari daerah aliran sungai (DAS).
Sistem jaringan drainase yang ada belum juga berfungsi secara menyeluruh. Seperti
pada lokasi bagian tertentu terdapat permukaan jalan yang tidak rata sehingga ketika musim
hujan saluran pada bagian tertentu tidak berfungsi dengan baik. Penelitian ini bersifat studi
kasus melalui survey langsung di lapangan yang di sertai dengan analisis berdasarkan
metode-metode dan formula yang tersedia.

4.2 LAYOUT SALURAN DRAINASE KOTA


Layout jaringan drainase dipakai dalam penelitian ini adalah pada kawasan pertokoan
Oebobo. Dan peta lokasinya diambil dari aplikasi Google Earth 2016.

Gambar 4.1Lokasi Perencanaan dan Sistem Jaringan Drainase

Sumber : Google Earth

1
Gambar 4.2Layout

Sumber :Hasil Analisa

Gambar 4.3Pembagian Zona Pada Lokasi dan Lay Out Drainase

Sumber :Google Earth

2
4.3 PERHITUNGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM

Perencanaan saluran drainase berdasarkan data curah hujan harian maksimum. Data
diambil dari Stasiun Klimatologi Lasiana pada periode tahun 2000 sampai dengan tahun
2009.
Tabel 4.1 Data Curah HujanHarian Maksimum Stasiun Klimatologi Lasiana

Curah Hujan
No. Tahun Bulan Maksimum R (mm)
Stasiun Lasiana
1 2000 Nop 80 80
2 2001 Jan 98 98
3 2002 Des 200 200
4 2003 Nop 210 210
5 2004 Des 160 160
6 2005 Okt 236 236
7 2006 Des 94 94
8 2007 Mar 125 125
9 2008 Feb 81 81
10 2009 Feb 62 62
Rata-rata 134.60
Sumber :Stasiun Lasiana

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, maka untuk menghitung curah hujan rencana
menggunakan 4 ( empat ) jenis distribusi, yaitu distribusi Gumbel, Log - Person Type III,
Normal dan Log Normal.

4.3.1 Pemilihan Distribusi Curah Hujan Maksimum


1. Distribusi Gumbel
Menghitung curah hujan rancangan dengan metode Gumbel.
Langkah perhitungan untuk mencari Xrt :
𝑋1 +𝑋2+⋯…….𝑋𝑛 1346
𝑋𝑟𝑡 = 1 =
𝑛 10

= 134.60 𝑚𝑚

3
Tabel 4.2Distribusi Gumbel

Sumber :Hasil Analisa

Untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 perhitungan besarcurah hujannya pada tabel
4.3 berikut

Tabel 4.3Besarnya curah hujan harian maksimum untuk periode ulang Tr tahun

Sumber :HasilAnalisa

4
Grafik 4.1 Distribusi Hujan Metode Gumbel

Grafik Hujan Rancangan


Distribusi Ej-Gumbel
300.00 273.08
245.55
250.00 217.81
180.42
200.00
Xtr (mm)

150.82
150.00
100.00
106.13
50.00
-
0 20 40 60 80 100 120

t (kala ulang tahun)

Sumber :Hasil Analisa

2.Distribusi Log Person Type – III

Menghitung curah hujan rancangan dengan metode Log Person - III.

Tabel 4.4 Distribusi Log Person Type - III

No. X ( mm ) Log X (Log X - Log Xr)2(Log X - Log Xr)3(Log X - Log Xr)4


1 70.0 1.8451 3.40439 6.28143 11.5898493
2 85.0 1.9294 3.72266 7.18257 13.8581781
3 163.0 2.2122 4.89377 10.82595 23.9490239
4 115.0 2.0607 4.24648 8.75070 18.0325549
5 175.0 2.2430 5.03122 11.28522 25.3131715
6 133.0 2.1239 4.51075 9.58015 20.3468276
7 69.0 1.8388 3.38137 6.21782 11.4336359
8 117.0 2.0682 4.27739 8.84644 18.2960888
9 108.0 2.0334 4.13481 8.40783 17.0966717
10 77.0 1.8865 3.55885 6.71373 12.6653938
∑ 20.2412 41.16168 84.0918 172.5813956
Log Xr 2.0241
Sd 2.1386
Cs 1.1941
Cv 1.0565
Ck 1.64

Sumber :Hasil Analisa

5
Untuk periode ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 perhitungan besar curah hujannya pada tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5 Besarnya curah hujan harian maksimum untuk periode ulang Tr tahun

Sumber :Hasil Analisa.

Grafik 4.2Ditribusi Hujan Metode Log Person - III

Grafik Hujan Rancangan


Distribusi Log PersonType lll
400.00
336.34
350.00
278.76
300.00
228.57
250.00
Xrt (mm)

172.75
200.00
137.37
150.00 97.46
100.00
50.00
-
0 20 40 60 80 100 120

Tr (tahun)

Sumber :Hasil Analisa

Berikut adalah persyaratan statistic dari distribusi - distribusi yang telah diselesaikan.

6
Tabel 4.6 Persyaratan parameter statistik.

No. Jenis Syarat Hasil Hitungan Keterangan


1 Ej Gumbel Cs = 1,14 1.62 Tidak memenuhi
Ck = 5,4 3.22 Tidak memenuhi
Log Pearson
2 III Cs≠0 1,1941 Memenuhi
Cv≈0.3 1.0565 Memenuhi
Sumber :Hasil Analisa
Dari tabel diatas, yang memenuhi persyaratan parameter statistic adalah jenis
distribusi Log - Person Type III. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya menggunakan
data dari distribusi tersebut.

3. Uji Kecocokkan

Uji kecocokkan atau uji penyimpangan dimaksudkan untuk mengetahui ada


tidaknya perbedaan yang nyata Antara besarnya curah hujan harian maksimum hasil
pengamatan lapangan dengan hasil perhitungan. Ada 2 ( dua ) cara uji
penyimpangan, yaitu :
1. Chi Square atau Chi Kuadrat
2. Smirnov - Kolmogrov.

Kedua cara uji penyimpangan ini terhadap data daridistribusi Log - Person type III.

1. Uji Chi Square

Jumlah data, n = 10
Jumlah kelas,
K = 1 + 3.322 Log n
= 1 + 3.322 Log 10
= 4,322
=5
Expected Frequency,
EF =n:K

7
= 10 :5
= 2,00
Jangkauan
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠−𝑄𝑚𝑖𝑛
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
77,0−70
= 5

Tabel 4.7 Perhitungan untuk Chi Square

Frekuensi Harapan Frekuensi Tiap Kelas −


Interval Kelas EF-OF = X²
(EF) (OF)
70,00 - 71,40 2,00 3 -1,00 0,5
71,40 - 72,80 2,00 3 -1,00 0,5
72,80 - 74,20 2,00 1 1,00 0,5
74,20 - 75,60 2,00 1 1,00 0,5
75,60 - 77,00 2,00 2 0,00 0
Jumlah 10,00 10,00 2,00

Sumber :Hasil Analisa

Dari tabel di atas diperoleh data :


Chi Square hitung, X2 = 3,00
Derajat Bebas, dk = K –1 = 4
DerajatSignifikan, α = 5 %
Dari tabel Nilai Kritis untuk Distribusi Chi Square dengan dk = 5 dan derajat
signifikan 5 %, diperoleh :
Chi Square Kritis, X2 Cr= 11,070

Syarat agar distribusi dapat diterima maka, X2Cr> X2 hitung.


Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh 11.070 > 3.000 atau X2 Cr > X2
hitung, maka distribusi Log - Person Type III dapat diterima.

2. Uji Smirnov – Kolmogrov


Uji Smirnov –Kolmogrov ini dengan membandingkan probabilitas
(peluang) masing – masing variasi dari distribusi empiris dan toeritisnya akan
terdapat perbedaan ∆ tertentu. Apabila ∆maks yang terbaca pada kertas
probabilitas lebih kecil dari ∆cr ( ∆ kritis ) yang didapat dari tabel, maka

8
penyimpangan yang terjadi hanya karena kesalahan yang terjadi secara kebetulan
sehingga distribusi/sebaran dapat diterima.
Rumus yang digunakan:
Log X - Log X r
K
Slog x

Pr
Px  1 -
100

Perhitungannya dilampirkan dalam tabel sebagai berikut


 n 
Sn    100 0 0
 N -1 

Tabel 4.8Perhitungan untuk Smirnov –Kolmogrov

No. X Log X K Pr ( % ) Px Sn Sn - Px
1 62.0 1.792 -2.160 95.389 0.046 0.111 0.065
2 81.0 1.908 -1.363 86.165 0.138 0.222 0.084
3 94.0 1.973 -0.919 81.029 0.190 0.333 0.144
4 98.0 1.991 -0.795 79.591 0.204 0.444 0.240
5 125.0 2.097 -0.069 53.547 0.465 0.556 0.091
6 128.0 2.107 0.002 51.088 0.489 0.667 0.178
7 160.0 2.204 0.667 27.957 0.720 0.778 0.057
8 200.0 2.301 1.333 4.825 0.952 0.889 -0.063
9 210.0 2.322 1.478 (0.233) 1.002 1.000 -0.002
10 236.0 2.373 1.826 (12.333) 1.123 1.111 -0.012
∑ 21.0696 ∆maks 0.240
Log Xr 2.1070
Cs 1.5208
Sd 0.1456

Sumber :Hasil Analisa


Dari tabel di atas diperoleh nilai ∆maks = 0.091. Dari table nilai kritis
untuk uji Smirnov – Kolmogrov dengan jumlah data, N = 10 dan α = 5 %,
diperoleh nilai ∆cr = 0.290. Yang artinya ∆maks < ∆cr sehingga distribusi yang
dipilih, Log - Person Type III dapat diterima. Dari Uji persyaratan statistik dan
Uji kesesuaian diperoleh jenis distribusi yang memenuhi persyaratan adalah Log
- Person Type III. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya menggunakan data
dari distribusi tersebut.

4.3.2 LENGKUNG IDF (INTENSITY – DURATION – FREQUENCY CURVE)


Hubungan antara intensitas hujan, lama hujan dan frekuensi biasanya
dinyatakan dalam IDF (Intensitas – Durasi – Frekuensi). Dibutuhkan data hujan

9
jangka pendek, namun karena tidak tersedia dan data curah hujan yang tersedia
hanyalah data hujan harian, maka perhitungan intensitas curah hujan dengan
menggunakan rumus Mononobe.
2
𝑅24 243
Rumus Mononobe : 𝐼= ×
24 𝑡

Perhitungan Intensitas Hujan Jam-Jaman menggunakan data Log Person Type


III dengan Rumus Mononobe dilampirkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.9 Perhitungan Intensitas Hujan Jam-Jaman Menggunakan Data Log Person
Type III dengan Rumus Mononobe

Intensitas pada Durasi, t ( menit )


Tr R24 (mm)
It=5 It=10 It=15 It=30 It=45 It=60 It=120 It=180 It=360 It=720 It=1440 It=2880
1 1000 597,51 1.085,7 684,0 522,0 328,8 250,9 207,1 130,5 99,6 62,7 39,5 24,9 15,7
2 200 464,85 844,7 532,1 406,1 255,8 195,2 161,2 101,5 77,5 48,8 30,7 19,4 12,2
3 100 356,55 647,9 408,1 311,5 196,2 149,7 123,6 77,9 59,4 37,4 23,6 14,9 9,4
4 50 245,36 445,8 280,9 214,3 135,0 103,0 85,1 53,6 40,9 25,8 16,2 10,2 6,4
5 20 180,79 328,5 207,0 157,9 99,5 75,9 62,7 39,5 30,1 19,0 12,0 7,5 4,7
6 5 114,63 208,3 131,2 100,1 63,1 48,1 39,7 25,0 19,1 12,0 7,6 4,8 3,0
∑ 1.959,69 3.561,0 2.243,3 1.711,9 1.078,5 823,0 679,4 428,0 326,6 205,8 129,6 81,7 51,4
Jumlah data ( n ) 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Maksimum 1.085,7 684,0 522,0 328,8 250,9 207,1 130,5 99,6 62,7 39,5 24,9 15,7
Minimum 208,3 131,2 100,1 63,1 48,1 39,7 25,0 19,1 12,0 7,6 4,8 3,0
Rata - rata 593,5 373,9 285,3 179,7 137,2 113,2 71,3 54,4 34,3 21,6 13,6 8,6
Sumber: Hasil Analisa

10
Grafik 4.3 Lengkungan IDF

Grafik Lengkung IDF


1.150,0
1.100,0
1.050,0
1.000,0
950,0
900,0
850,0
800,0
750,0 Tr = 5
I (mm/jam)

700,0
650,0 Tr = 20
600,0
550,0
500,0 Tr = 50
450,0
400,0 Tr = 100
350,0
300,0
250,0 Tr =200
200,0
150,0
100,0 Tr = 1000
50,0
-
0 50 100 150 200 250 300 350 400
t (menit)

Sumber :Hasil Analisa

4.4 PERHITUNGAN WAKTU KONSENTRASI


Metode Rasional ini sangat mudah dalam penggunaannya, namun hanya terbatas untuk
DAS dengan ukuran kecil( A< 500 Ha ). Persamaan dasar metode Rasional sebagai berikut.

QP  C  I  A

Dimana:
QP=Debit banjir puncak pada periodeulang Tr tahun ( m3/det )
C= Koefisien pengaliran
I= Intensitas hujan( mm/jam )
A = Luas DAS ( Jika A dalam Ha, maka persamaan tersebut dikali dengan 0.00278
dan jika A dalam Km2, maka dikali dengan 0.278 )
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa :

1. Curah hujan terjadi serentak dan seragam menurut waktu


2. Curah hujan terjadi tersebar seragam menurut ruang
3. Lamanya hujan setidaknya sama dengan lama waktu konsentrasi ( tc )

4.4.1 Menentukan Debit Banjir Dengan Metode Rasional

11
a. Koefisien Pengaliran
Koefisien ini menggambarkan keadaan permukaan DAS yang menunjukkan
ada tidaknya tanaman yang dapat menyerap air kedalam tanah. Koefisien
pengaliran merupakan perbandingan komponen berikut.
Volume air yang berhasil mencapai muara DAS
C
Volume air hujan yang jatuh di atas DAS
Pada DAS yang akan direncanakan ini terdiri dari berbagai penggunaan
lahan dengan koefisien yang berbeda-beda, sehingga penentuan nilai C dengan
persamaan berikut.
A1C1  A 2 C 2  ...  A n C n
Cw 
A1  A 2  ...  A n
dimana :
Cw = Koefisien pengaliran gabungan
A1, A2, An = Bagian luas DAS sebanyak n buah dengan tata guna lahan
yang berbeda
Tabel 4.10 menunjukkan data tata guna lahan berdasarkan hasil observasi
dan koefisien pengaliran dari wilayah atau petak A yang akan direncanakan.
Koefisien pengaliran untuk petak lainnya dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.10 Data Tata Guna Lahan

No jenis tata guna lahan Ai( Ha) Ci


1 Pertokoan 1.83 0.6
2 Jalan 0.23 0.8
jumlah 2.06

Sumber :Hasil Analisa

Besarnya koefisien pengaliran( Cw ) dihitung sebagai berikut.


[ 1,83 × 0,6 + 0,23 × 0,8 ] 1,282
𝐶𝑤 = = = 0,62
1,83 + 0,23 2,06
Jadi, koefisien pengaliran sebesar 0,62

Tabel 4.11Nilai Koefisien Pengaliran ( Cw )

12
zona
Tata Guna Lahan A B
A (Ha) Ci A (Ha) Ci
Pertokoan 1,5 0,6 0,59 0,6
Jalan 1,43 0,8 0,72 0,8
Jumlah 2,93 0,70 1,31 0,71
Sumber : Hasil Analisa

b. Waktu Konsentrasi

tc  t0  td
2 
 menit 
n
t 0    3.28  L  1 
3 S 2 

td 
Ls
menit 
60V

Dimana:
tc : Waktu konsentrasi (jam)
t0 : Waktu yang diperlukan oleh air untukmengalir kesaluran terdekat (menit)
td : Waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir disepanjang saluran
L : Panjang lintasan aliran diatas permukaan lahan (m)
Ls : Panjang lintasan aliran di dalam saluran (m)
n : Angka kekasaran Manning
V : Kecepatan aliran dalam saluran (m/det)
S : Kemiringan lahan
Waktu konsentrasi untuk setiap saluran pada daerah yang direncanakan
ditabulasikan pada Tabel di bawah ini. Saluran yang direncanakan adalah saluran
dengan pasangan beton, sehingga besarnya angka kekasaran saluran, koefisien
Manning adalah 0.03
Perhitungan Tc Primer 1
𝑠 𝐿
𝑇𝑑 = 60.𝑉
49
=60.1,5

= 0,544 menit
2 𝑛
𝑇0 = 3*3.28*L0*
√𝑠

13
= 18,56 menit
𝑇𝐶 = 𝑇0 + 𝑇𝑑
= 0,544 + 18,56 = 19,104 menit
= 0,3184 jam

Perhitungan Tc Sekunder 1
𝑠𝐿
𝑇𝑑 = 60.𝑉
103
=60.1,5

= 1,144 menit
2 𝑛
𝑇0 = 3*3.28*L0*
√𝑠

= 25,54 menit
𝑇𝐶 = 𝑇0 + 𝑇𝑑
1,144 + 25,54 = 26,684 menit
= 0,4447 jam
Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam bentuk tabel
Tabel 4.12Waktu KonsentrasiUntukSetiapSaluran

NO Jenis Saluran Ls V Td(menit) Lo(n) s(%) n to(menit) tc(jam)


1 Saluran Primer 1 49 1.5 0.544 49 0.030 0.03 18.56 0.3184
2 Saluran Sekunder 1 103 1.5 1.144 103 0.070 0.03 25.54 0.4447
3 Saluran Sekunder 2 49 1.5 0.541 49 0.060 0.03 13.03 0.2262
4 Saluran Sekunder 3 55 1.5 0.608 55 0.010 0.03 35.90 0.6084
5 Saluran Sekunder 4 150 1.5 1.662 150 0.010 0.03 98.11 1.6629
6 Saluran Sekunder 5 143 1.5 1.586 143 0.070 0.03 35.38 0.6161
7 Saluran Sekunder 6 143 1.5 1.586 143 0.070 0.03 35.38 0.6161
8 Saluran Primer 2 140 1.5 1.561 140 0.080 0.03 32.58 0.5690
9 Saluran Sekunder 7 54 1.5 0.596 54 0.030 0.03 20.31 0.3484
10 Saluran Sekunder 8 52 1.5 0.573 52 0.080 0.03 11.96 0.2089
11 Saluran Sekunder 9 52 1.5 0.573 52 0.070 0.03 12.78 0.2226
12 Saluran Sekunder 10 54 1.5 0.596 54 0.030 0.03 20.31 0.3484
13 Saluran Sekunder 11 138 1.5 1.536 138 0.130 0.03 25.15 0.4447
14 Saluran Sekunder 12 138 1.5 1.536 138 0.130 0.03 25.15 0.4447
15 Saluran Sekunder 13 133 1.5 1.480 133 0.030 0.03 50.45 0.8655
16 Saluran Sekunder 14 59 1.5 0.656 59 0.010 0.03 38.72 0.6563
17 Saluran Sekunder 15 53 1.5 0.587 53 0.010 0.03 34.64 0.5872
18 Saluran Primer 3 143 1.5 1.594 143 0.020 0.03 66.55 1.1357
Sumber : Hasil Analisa

14
c. Intensitas Hujan
Intensitas hujan dihitung dengan menggunakan rumus Mononobe.
2
R  24  3
I  24  
24  t 
Dimana :
I = Intensitas curah hujan( mm/jam )
t = Lama hujan ( jam )
R24 = Tebal hujan maksimum harian, selama 24 jam ( mm )

Tebal hujan maksimum harian (R24) yang digunakan untuk menghitung


intensitas hujan adalah curah hujan rencana berdasarkan hasil analisa distribusi Log
Person-Type III dapat dilihat pada Tabel di bawah ini yang sesuai dengan periode
ulang dari masing – masing saluran yang direncanakan.

Tabel 4.13Tebal Hujan Maksimum Harian dari Setiap Jenis Saluran


No. JenisSaluran Tr ( tahun ) R24( mm )
1 Sekunder 10 245.36
2 Primer 10 245.36
Sumber : Hasil Analisa

Contoh perhitungan:
1. Primer 1
𝑅20 24 2/3
I = ×
24 𝑡
245,36 24 2/3
= ×
24 0,3184

= 182,4328 mm/jam
2. Sekunder 1
𝑅20 24 2/3
I = ×
24 𝑡
245,36 24 2/3
= ×
24 0,4447

= 145,9981 mm/jam

15
Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam tabel berikut
Tabel 4.14Intensitas Curah Hujan

NO Jenis Saluran R24(mm) tc(jam) I(mm/jam)


1 Saluran Primer 1 245.36 0.3184 182.4328
2 Saluran Sekunder 1 245.36 0.4447 145.9981
3 Saluran Sekunder 2 245.36 0.2262 229.1521
4 Saluran Sekunder 3 245.36 0.6084 118.4690
5 Saluran Sekunder 4 245.36 1.6629 60.6027
6 Saluran Sekunder 5 245.36 0.6161 117.4778
7 Saluran Sekunder 6 245.36 0.6161 117.4778
8 Saluran Primer 2 245.36 0.5690 123.8829
9 Saluran Sekunder 7 245.36 0.3484 171.7971
10 Saluran Sekunder 8 245.36 0.2089 241.6413
11 Saluran Sekunder 9 245.36 0.2226 231.5777
12 Saluran Sekunder 10 245.36 0.3484 171.7971
13 Saluran Sekunder 11 245.36 0.4447 146.0015
14 Saluran Sekunder 12 245.36 0.4447 146.0015
15 Saluran Sekunder 13 245.36 0.8655 93.6622
16 Saluran Sekunder 14 245.36 0.6563 112.6299
17 Saluran Sekunder 15 245.36 0.5872 121.3085
18 Saluran Primer 3 245.36 1.1357 78.1450
Sumber : Hasil Analisa

d. Debit Banjir Puncak


Perhitungan debit banjir puncak untuk setiap jenis saluran ditabelkan pada Tabel
berikut:
Tabel 4. 15 Debit Banjir Puncak untuk Setiap Jenis Saluran

Jenis Saluran C I(mm/jam) A(Ha) Q Air Hujan(m^3/detik)


Saluran Primer 1 0,70 182,4328 0,20 0,0707
Saluran Sekunder 1 0,70 145,9981 0,27 0,0764
Saluran Sekunder 2 0,70 229,1521 0,23 0,1021
Saluran Sekunder 3 0,70 118,4690 0,21 0,0482
Saluran Sekunder 4 0,70 60,6027 0,25 0,0294
Saluran Sekunder 5 0,70 117,4778 0,22 0,0501
Saluran Sekunder 6 0,70 117,4778 0,25 0,0569
Saluran Primer 2 0,70 123,8829 0,27 0,0648
Saluran Sekunder 7 0,70 171,7971 0,11 0,0366
Saluran Sekunder 8 0,70 241,6413 0,11 0,0515
Saluran Sekunder 9 0,71 231,5777 0,15 0,0685
Saluran Sekunder 10 0,71 171,7971 0,15 0,0508
Saluran Sekunder 11 0,71 146,0015 0,23 0,0662
Saluran Sekunder 12 0,71 146,0015 0,23 0,0662
Saluran Sekunder 13 0,71 93,6622 0,24 0,0443
Saluran Sekunder 14 0,71 112,6299 0,16 0,0355
Saluran Sekunder 15 0,71 121,3085 0,12 0,0287
Saluran Primer 3 0,71 78,1450 0,34 0,0524

Sumber : Hasil Analisa

16
4.4.2 Analisa PertumbuhanPenduduk

Peningkatan jumlah penduduk pada kota –kota besar dapat berpengaruh terhadap
terjadinya banjir di daerah perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan
bertambahnya jumlah air kotor yang dibuang penduduk sehingga menambah beban
saluran pembuangan, serta juga mengakibatkan beralihnya fungsi lahan menjadi
permukiman penduduk yang bila pemakaiannya tidak teratur dan tidak direncanakan
dengan baik dapat menimbulkan genangan air.
Peningkatan jumlah pendudukdapatdiperkirakandenganrumusberikut:
 Goemetric Rate of Grow
Rumus :
Pn  P0  1  q n
 Exponential Rate of Grow
Rumus :

Pn  P0  eq n
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk tahun ke n ( jiwa )
P0 = Jumlah penduduk tahun awal ( jiwa )
q = Rasio pertambahan penduduk( % )
n = Jangka waktu( tahun )
e = Bilangan pokok system logaritma= 2,7182818
Berdasarkan peta topografi, wilayah yang akan direncanakan sistemjaringan
drainasenya adalah pada kawasankuaninodata jumlah penduduknya sebagai
berikut:

17
Gambar 4.4 Jumlah Rumah Pada Lokasi

Sumber : Google Maps

1. Jumlah penduduk
a. Lokasi Pertokoan
P0 = jumlah toko x jumlah orang (10 orang) = 25 x 10 = 250 jiwa
b. Jumlah total penduduk
Po = 250 jiwa
Rasio pertambahan jumlah penduduk rerata, q = 3.00 % = 0.03
Perkiraan jumlah penduduk untuk beberapa tahun yang akan datang dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 4.16Analisa Pertumbuhan Penduduk

Pn (jiwa)
No Jangka Waktu (tahun) Po (jiwa) q (%)
geometric exponential
1 2 250 0.03 265.225 265.459
2 5 250 0.03 289.819 290.459
Sumber : Hasil Analisa

18
4.4.3PerhitunganDebir Air BuanganPenduduk
Debit air buangan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:

QB 

Pn  1.61  10 -3 
A
dimana :
QB = Debit air kotor( Ltr/detik/Km2 )
Pn = Jumlah penduduk( jiwa )
A = Luas daerah layanan (Km2 )

Tabel 4.17 Perhitungan Debit Air Buangan Penduduk per m3/detik/Ha

Jangka Waktu Po Pn (jiwa)


q (%) A ( Ha ) QB ( m3/det/Ha )
(tahun) (jiwa) geometric exponential
2 250 0.03 265.225 265.459 4,24 0.00010
5 250 0.03 289.819 290.459 4,24 0.00011

Sumber : Hasil Analisa


Perhitungan debit air buangan penduduk pada setiap saluran yang direncanakan
dilihat pada Tabel berikut:

19
Tabel 4.18 Debit Air Buangan Penduduk pada Setiap Saluran

Luas jumlah
Jenis jumlah air rata air limbah yang Q limbah
Petak Catchmant penduduk FP
Saluran rata( m3/det) dihasilkan ( %) (M3/det)
Area ( km2) /orang
Saluran
Primer 1 A 0,0002 13 0,00000104 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00027 0,00000104
Sekunder 1 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00023 0,00000104
Sekunder 2 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00021 0,00000104
Sekunder 3 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00025 0,00000104
Sekunder 4 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00022 0,00000104
Sekunder 5 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00025 0,00000104
Sekunder 6 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00027 0,00000104
Primer 2 A 18 5 0.7 0.000066
Saluran
0,00011 0,00000104
Sekunder 7 A 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00011 0,00000104
Sekunder 8 A 16 5 0.7 0.000058
Saluran
0,00015 0,00000104
Sekunder 9 B 13 5 0.7 0.000047
Saluran
0,00015 0,00000104
Sekunder 10 B 15 5 0.7 0.000055
Saluran
0,00023 0,00000104
Sekunder 11 B 14 5 0.7 0.000051
Saluran
0,00023 0,00000104
Sekunder 12 B 14 5 0.7 0.000051
Saluran
0,00024 0,00000104
Sekunder 13 B 14 5 0.7 0.000051
Saluran
0,00016 0,00000104
Sekunder 14 B 14 5 0.7 0.000051
Saluran
0,00012 0,00000104
Sekunder 15 B 14 5 0.7 0.000051
Saluran
0,00034 0,00000104
Primer 3 B 14 5 0.7 0.000051
Sumber : Hasil Analisa

20
4.5 PERHITUNGAN DEBIT RENCANA

Pada dasarnya saluran drainase digunakan untuk membuang atau menyalurkan limpasan
air hujan dan air kotor buangan penduduk khususnya pada daerah perkotaan. Kapasitas
saluran drainase dapat dihitung dengan persamaan berikut.
QR  Q H  QB
dimana :
QR = Debit rencana( m3/detik )
QH = Debit air hujan( m3/detik )
QB = Debit air kotor / air buangan( m3/detik )

Debit rencana dihitung untuk setiap jenis saluran yaitu saluran kuarter, saluran tersier dan
saluran sekunder. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya telah diperoleh besar debit
air hujan (QH) untuk masing–masing jenis saluran dan besarnya debit airbuangan (QB).
Setiap saluran drainase menerima debit air hujan dan air buangan (debit rencana) dari
wilayah yang dilayani. Ada beberapa saluran yang selain menerima debit rencana juga
menerima debit air hasil tampungan dari saluran sebelumnya. Dalam perhitungan
diasumsikan debit air dari saluran sebelumnya tiba secara bersamaan pada saluran yang
ditinjau.
Perhitungan debit total untuk beberapa saluran yang juga menerima debit air dari saluran
sebelumnya ditabulasikan pada Tabel di atas dan debit ini yang akan digunakan untuk
mendesain dimensi saluran. Berikut adalah table perhitungan debit rencana total untuk
ditampung pada setiap saluran

Primer 1
Qbanjir = LuasCatchment *i*C
= 0.0002*182.4328*0,3
= 0,0109 m3/det
Qtotal = Qbanjir + Qlimbah
= 0.0109 + 0.000047
= 0.0110 m3/det

21
Sekunder 1

Qbanjir = LuasCatchment *i*C


= 0.00027*145,9981*0.3
= 0,0118 m3/det
Qtotal = Qbanjir + Qlimbah
= 0.0118 + 0,000047
= 0,0119 m3/det

Perhitungan selanjutnya dilampirkan dalam bentuk tabel:

Tabel 4.19 Debit Rencana Total yang Ditampung Setiap Saluran

Luas Catchmant Area Panjang Saluran


Debit Aliran m3/det
Jenis Saluran Intensity C
km2 m
Q banjir Q limbah Q total
Saluran Primer 1 0,0002 49 182,4328 0,3 0,0707 0,000047 0,0708
Saluran Sekunder 1 0,00027 103 145,9981 0,3 0,0764 0,000047 0,0764
Saluran Sekunder 2 0,00023 49 229,1521 0,3 0,1021 0,000047 0,1022
Saluran Sekunder 3 0,00021 55 118,4690 0,3 0,0482 0,000047 0,0483
Saluran Sekunder 4 0,00025 150 60,6027 0,3 0,0294 0,000047 0,0294
Saluran Sekunder 5 0,00022 143 117,4778 0,3 0,0501 0,000047 0,0501
Saluran Sekunder 6 0,00025 143 117,4778 0,3 0,0569 0,000047 0,0570
Saluran Primer 2 0,00027 140 123,8829 0,3 0,0648 0,000066 0,0649
Saluran Sekunder 7 0,00011 54 171,7971 0,3 0,0366 0,000047 0,0367
Saluran Sekunder 8 0,00011 52 241,6413 0,3 0,0515 0,000058 0,0516
Saluran Sekunder 9 0,00015 52 231,5777 0,3 0,0685 0,000047 0,0685
Saluran Sekunder 10 0,00015 54 171,7971 0,3 0,0508 0,000055 0,0509
Saluran Sekunder 11 0,00023 138 146,0015 0,3 0,0662 0,000051 0,0663
Saluran Sekunder 12 0,00023 138 146,0015 0,3 0,0662 0,000051 0,0663
Saluran Sekunder 13 0,00024 133 93,6622 0,3 0,0443 0,000051 0,0444
Saluran Sekunder 14 0,00016 59 112,6299 0,3 0,0355 0,000051 0,0356
Saluran Sekunder 15 0,00012 53 121,3085 0,3 0,0287 0,000051 0,0288
Saluran Primer 3 0,00034 143 78,1450 0,3 0,0524 0,000051 0,0524
Sumber : Hasil Analisa

4.6 PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN


4.6.1 Desain Saluran

22
Dimensi saluran drainase dihitung dengan menggunakan rumus pengaliran berikut.

Q= A* V
1
V = 𝑛 :∗ 𝑅 2/3 *𝐼1/2
dimana
Q : Debit rancangan ( m3/det )
A : Luas penampang basah ( m2 )
V :Kecepatan aliran ( m/det )
n :Angka kekasaran saluran ( koefisien Manning )
Rn :Jari-jari hidrolis ( m ), ( A/P )
P :Keliling basah saluran ( m )
I :Kemiringan saluran ( % )
Kecepatan minimum yang diijinkan untuk menghindari pengendapan
adalah sebesar 0.6 - 0.9 m/detik. Kecepatan maksimum untuk menghindari
penggerusan pada saluran :

No Jenis Pasangan Saluran Kecepatan Aliran (V) Koefisien Manning


(n)
1 Pasangan Beton 2 - 4 m/det
2 Pasangan Batu 1.5 - 2 m/det
3 Pasangan Tanah 0.7 - 0.9 m/det

Koefisien kekasaran saluran, n manning ( lihat buku Open Channel Hydraulics, Ven
te Chow) untuk saluran dengan material pembentuk sebagai berikut.
a. Saluran tanah n= 0,023
b. Pasangan batu n= 0,030
c. Pasangan beton n= 0,014
Saluran drainase didesain dengan bentuk penampang persegi dari pasangan
beton. Dengan menggunakan syarat penampang ekonomis dp/dh = 0 atau keliling
basah mencapai nilai minimum sehingga debit saluran mencapai maksimum.
Untuk saluran persegi :
B = 2h
R = A/P

23
Untuk mendapatkan dimensi dari setiap saluran, maka dibuat contoh
perhitungan dimensi untuk saluran 1.1 dan perhitungan dimensi untuk saluran
lainnya ditabulasikan pada Tabel di bawah:
Dalam perencanaan dimensi saluran drainase, digunakan metode trial and
eror untuk mendapatkan dimensi yang pas dengan debit saluran yang akan
direncanakan
1. Perencanaan dimensi saluran Primer 1
A = B*h
= 0,85 * 0,90
= 0,77 m2
P = B + 2h
=0,85 + 2*0,90
= 2,65 m
R = A/P
=0,77/2,65
=0,289 m
1
V = 𝑛 ∗ 𝑅 2/3*𝐼1/2

=0,2522 m/det
Q = A* V
=0,1929 m3/det

2. Sekunder 1
A = B*h
= 0,65 * 0,70
=0,46 m2
P = B + 2h
=0,65 + 2*0,70
= 2,05 m
R = A/P
= 0,46/2,05
=0,222 m

24
1
V = 𝑛 ∗ 𝑅 2/3*𝐼1/2

= 0,3233 m/det
Q = A* V
=0,1471 m3/det

25
Tabel 4.20 Rekapitulasi Debit Rencana Saluran
Luas Cathchman Area Panjang Saluran Intensitas
Jenis Saluran Petak TC Debit Saluran Q saluran
km2 m I
Saluran Primer 1 A 0,0002 49 182,4328 0,3184 SP1 + SS1 0,0708
Saluran Sekunder 1 A 0,00027 103 145,9981 0,4447 SS1 0,0764
Saluran Sekunder 2 A 0,00023 49 229,1521 0,2262 SS2 0,1022
Saluran Sekunder 3 A 0,00021 55 118,4690 0,6084 SS3 0,0483
Saluran Sekunder 4 A 0,00025 150 60,6027 1,6629 SS4 0,0294
Saluran Sekunder 5 A 0,00022 143 117,4778 0,6161 SS5 +SS2 0,0501
Saluran Sekunder 6 A 0,00025 143 117,4778 0,6161 SS6 0,0570
Saluran Primer 2 A 0,00027 140 123,8829 0,5690 SP1+SS1+ SS3+SP2 0,0649
Saluran Sekunder 7 A 0,00011 54 171,7971 0,3484 1/2(SP1+SS1+ SS3+SP2)+SS7 0,0367
Saluran Sekunder 8 A 0,00011 52 241,6413 0,2089 SS5 +SS2+SS4+SS8 0,0516
Saluran Sekunder 9 B 0,00015 52 231,5777 0,2226 SS9 0,0685
Saluran Sekunder 10 B 0,00015 54 171,7971 0,3484 1/2(SP1+SS1+ SS3+SP2)+SS10 0,0509
Saluran Sekunder 11 B 0,00023 138 146,0015 0,4447 1/2(SP1+SS1+ SS3+SP2)+SS10+SS11 0,0663
Saluran Sekunder 12 B 0,00023 138 146,0015 0,4447 SS9+SS12 0,0663
Saluran Sekunder 13 B 0,00024 133 93,6622 0,8655 SS13 0,0444
Saluran Sekunder 14 B 0,00016 59 112,6299 0,6563 SS9+SS12+SS13+SS14 0,0356
Saluran Sekunder 15 B 0,00012 53 121,3085 0,5872 SS15 0,0288
Saluran Primer 3 B 0,00034 143 78,1450 1,1357 1/2(SP1+SS1+ SS3+SP2)+SS10+SS11+SS15+SP3 0,0524
Sumber: Hasil Analisa

26
Tabel 4.21Perhitungan Kapasitas saluran
jenis saluran B (m) h(m) A(m2) P(m) Rn (m) S(%) n V ((m/det) Q kapasitas (m3/det) Q total (m3/det) W H Ket
Saluran Primer 1 0,85 0,9 0,77 2,65 0,289 0,030 0,03 0,2522 0,1929 0,0708 0,17 0,94 OK
Saluran Sekunder 1 0,65 0,7 0,46 2,05 0,222 0,070 0,03 0,3233 0,1471 0,0764 0,17 0,63 OK
Saluran Sekunder 2 0,75 0,8 0,60 2,35 0,255 0,060 0,03 0,3286 0,1972 0,1022 0,17 0,77 OK
Saluran Sekunder 3 0,7 0,75 0,53 2,2 0,239 0,010 0,03 0,1282 0,0673 0,0483 0,17 0,70 OK
Saluran Sekunder 4 0,65 0,7 0,46 2,05 0,222 0,010 0,03 0,1222 0,0556 0,0294 0,17 0,63 OK
Saluran Sekunder 5 0,7 0,75 0,53 2,2 0,239 0,070 0,03 0,3393 0,1781 0,0501 0,17 0,70 OK
Saluran Sekunder 6 0,5 0,55 0,28 1,6 0,172 0,070 0,03 0,2726 0,0750 0,0570 0,17 0,45 OK
Saluran Primer 2 0,8 0,85 0,68 2,5 0,272 0,080 0,03 0,3958 0,2691 0,0649 0,17 0,85 OK
Saluran Sekunder 7 0,85 0,9 0,77 2,65 0,289 0,030 0,03 0,2522 0,1929 0,0367 0,17 0,94 OK
Saluran Sekunder 8 0,8 0,85 0,68 2,5 0,272 0,080 0,03 0,3958 0,2691 0,0516 0,17 0,85 OK
Saluran Sekunder 9 0,55 0,6 0,33 1,75 0,189 0,070 0,03 0,2900 0,0957 0,0685 0,17 0,50 OK
Saluran Sekunder 10 0,85 0,9 0,77 2,65 0,289 0,030 0,03 0,2522 0,1929 0,0509 0,17 0,94 OK
Saluran Sekunder 11 0,8 0,85 0,68 2,5 0,272 0,130 0,03 0,5045 0,3431 0,0663 0,16 0,84 OK
Saluran Sekunder 12 0,6 0,65 0,39 1,9 0,205 0,130 0,03 0,4182 0,1631 0,0663 0,16 0,55 OK
Saluran Sekunder 13 0,6 0,65 0,39 1,9 0,205 0,030 0,03 0,2009 0,0784 0,0444 0,16 0,55 OK
Saluran Sekunder 14 0,8 0,85 0,68 2,5 0,272 0,010 0,03 0,1399 0,0952 0,0356 0,19 0,87 OK
Saluran Sekunder 15 0,65 0,7 0,46 2,05 0,222 0,010 0,03 0,1222 0,0556 0,0288 0,19 0,65 OK
Saluran Primer 3 0,85 0,9 0,77 2,65 0,289 0,020 0,03 0,2059 0,1575 0,0524 0,18 0,95 OK
Sumber : Hasil Analis

27
4.7 PERHITUNGAN BANGUNAN PELENGKAP
Dibangun gorong-gorong berbahan beton berbentuk persegi disesuaikan
dengan dimensi saluran yang dekat dengan gorong-gorong
Berikut beberapa rumus perhitungan gorong-gorong;
𝐴 𝜋𝑟 2 𝑟 1 2 1
𝐴 = 𝜋𝑟 2 𝑃 = 2𝜋r𝑅 = = = 𝑉 = × 𝑅3 × 𝑆 2 𝑄 = 𝐴 × 𝑉
𝑃 2𝜋r 2 𝑛
Dimana;
Q = debit / debit saluran (m3/det)
A = luas penampang basah saluran (m2)
V = kecepatan rata-rata (m/det)
n = koefisien kekasaran saluran
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan memanjang saluran
P = keliling basah saluran (m)

Tabel 4.22 :Hasil Analisa Peerhitungan Bangunan Palengkap (Gorong Gorong)

Nama Saluran v2 Q Saluran A Saluran b h A rencana P R n S (%) w H


G1 1,5 0,023 0,0152 0,4 0,5 0,2 1,4 0,1429 0,03 0,0271 0,15 0,65
G2 1,5 0,024 0,0157 0,5 0,6 0,275 1,6 0,1719 0,03 0,0212 0,15 0,70
G3 1,5 0,047 0,0312 0,4 0,5 0,18 1,3 0,1385 0,03 0,0283 0,2 0,65
G4 1,5 0,05 0,0368 0,5 0,6 0,275 1,6 0,1719 0,03 0,0212 0,15 0,70
Sumber : Perhitungan

28

Anda mungkin juga menyukai