Anda di halaman 1dari 85

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Judul

Lampiran 2 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 3 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Pembimbing

Lampiran 4 : Undangan Seminar Proposal Untuk Dosen Penguji

Lampiran 5 : Jadwal Seminar Proposal

Lampiran 6 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 : Daftar Wawancara

Lampiran 9 : Struktur Organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Lampiran 10: Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan DBD

10

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAKSI

PERANAN PUSKESMAS DALAM UPAYA PENANGGULANGAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

(Studi pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan)

Nama : Mirna Hikmah Dalimunthe


NIM : 090921003
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M. Si.

Sebagai salah satu puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Pembantu
Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Kualitas pelayanan kesehatan diupayakan agar Visi dan Misi Puskesmas
Pembantu Sidorejo Hilir Medan dapat tercapai yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang
dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Dimulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan,
dilanjutkan pengorganisasian dan pelaksanaannya pada wilayah kerja puskesmas
serta dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu Data-data yang diperoleh melalui wawancara kepada 2 orang key
informan dan 6 orang informan sebagai unit analisis, kemudian diolah melalui teknik
analisa deskriptif, berupa penganalisaan data yang telah dikumpulkan,
diklasifikasikan dan diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.
Adapun hasil penelitian ini yaitu: Upaya dan tindakan yang dilaksanakan
Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan
tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan
tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan
program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan
tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis.
Kata Kunci: Penanggulangan DBD, Medan Sehat Sejahtera.

11

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAKSI

PERANAN PUSKESMAS DALAM UPAYA PENANGGULANGAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

(Studi pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan)

Nama : Mirna Hikmah Dalimunthe


NIM : 090921003
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dosen Pembimbing : Drs. Kariono, M. Si.

Sebagai salah satu puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Pembantu
Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Kualitas pelayanan kesehatan diupayakan agar Visi dan Misi Puskesmas
Pembantu Sidorejo Hilir Medan dapat tercapai yaitu: “Medan Sehat Sejahtera 2011”.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang
dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan
Demam Berdarah Dengue (DBD). Dimulai dari perencanaan kegiatan-kegiatan,
dilanjutkan pengorganisasian dan pelaksanaannya pada wilayah kerja puskesmas
serta dilakukannya pengawasan terhadap kegiatan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, yaitu Data-data yang diperoleh melalui wawancara kepada 2 orang key
informan dan 6 orang informan sebagai unit analisis, kemudian diolah melalui teknik
analisa deskriptif, berupa penganalisaan data yang telah dikumpulkan,
diklasifikasikan dan diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.
Adapun hasil penelitian ini yaitu: Upaya dan tindakan yang dilaksanakan
Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan
tidak bertambahnya warga yang terkena DBD dan Kecamatan Sidorejo Hilir Medan
tidak termasuk daerah endemik. Akan tetapi perlu ditingkatkan penyuluhan DBD dan
program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan fogging di sekolah-sekolah dan
tempat tinggal warga secara serentak serta pembagian bubuk abate gratis.
Kata Kunci: Penanggulangan DBD, Medan Sehat Sejahtera.

11

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan kekayaan yang tidak ternilai bagi kehidupan manusia.

Setiap manusia ingin selalu dapat hidup sehat, agar dapat menjalankan aktivitasnya

masing-masing. Berbagai macam upaya yang dilakukan untuk dapat hidup sehat dan

terhindar dari penyakit.

Dalam mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam

Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, mewujudkan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Puskesmas (Pusat

Kesehatan Masyarakat) sebagai salah satu tempat untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, sesuai dengan fungsi puskesmas

sebagai pengemban, pembinaan, dan pelayanan kesehatan yang sekaligus merupakan

pos operasi terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2004 penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah

mengancam masyarakat. Penyakit DBD belakangan ini semakin marak di kota

Medan. Penyakit “maut” yang disebarkan melalui sengatan nyamuk Aedes Aegypti

itu sudah menyerang 213 penderita dan merenggut 7 nyawa warga kota. (Dinas

Kesehatan Pemko Medan, 2004).

Penderita DBD di Indonesia setiap tahun meningkat, di tahun 2005 meningkat

lebih dari dua kali dibandingkan tahun sebelumnya, yakni berjumlah 12.482 jiwa.

Pada tahun 2005 penyakit DBD sudah menjadi masalah yang endemis pada 122

12

Universitas Sumatera Utara


daerah Tingkat 11605 daerah Kecamatan, dan 1800 desa/kelurahan di Indonesia.

Sedangkan ramalan jumlah penderita DBD pada anak-anak (umur 5-14 tahun) untuk

tahun 2006-2010 juga meningkat, terutama juga bulan Nopember dan Desember.

(http://www.RSU Dr. Pirngadi Medan_ Analisa Kecenderungan Penderita Demam

Berdarah Dengue Tahun 2001-2005 untuk Peramalan Tahun 2006-2010).

Binatangnya memang semakin lama makin kecil, dari sapi (gila) muncul (flu)

burung dan terakhir mewabah nyamuk (demam berdarah). Dalam hal ini diperlukan

kekompakan masyarakat untuk keluar dari masalah wabah.

Di Indonesia sejak dilaporkannya kasus DBD pada tahun 1968, terjadi

kecenderungan peningkatan insidens. Sejak tahun 1994, seluruh provinsi di Indonesia

telah melaporkan kasus DBD dan daerah tingkat II yang melaporkan DBD juga

meningkat. Namun angka kematian menurun tajam dari 41,3% (1968) menjadi 3%

(1984) dan sejak tahun 1991 CFR (Case Fertility Rate) atau angka kematian stabil

dibawah 3%. (Thomas Suroso, 1996:15)

Sewaktu terjadi wabah, berbagai seterotype virus Dengue berhasil diisolasi.

Virus Dengue tipe I, II, III, dan IV berhasil diisolasi dari penderita DBD di Indonesia.

Virus Dengue tipe II dan tipe III secara bergantian merupakan seterotype virus yang

dominan, namun virus Dengue tipe III sangat berkaitan dengan kasus DBD berat.

Kesehatan lingkungan yang mungkin kurang memadai dan kemudian juga

perubahan musim yang mungkin secara mendadak berubah-ubah. Kadang dingin

kadang panas kemudian dingin lagi, panas lagi, hujan lagi. Musim hujannya tidak

terus menerus hujan, tapi berubah-ubah. Kadang-kadang panas, kadang dingin.

13

Universitas Sumatera Utara


Masalahnya terlebih dalam kasus DBD sebelum dokter tiba, keluarga dekat

korban perlu menstabilkan si korban dan mempersiapkannya untuk perawatan

intensif dari tenaga medis professional. Di setiap puskesmas kalau ada kasus demam

berdarah sesegera mungkin melaporkannya kepada Dinas Kesehatan.

DBD merupakan penyakit yang disebarluaskan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Penyebab penyakit adalah semacam virus yang termasuk dalam self limiting diseases.

Istilahnya ini maksudnya adalah penyakit akan sembuh dengan sendirinya tanpa

diobati anti virus. Kendati begitu, efek yang ditimbulkan dalam perjalanan

penyakitnya terkadang tidak dapat diatasi secara simptomatik dan suportif, dan bisa

menimbulkan komplikasi yang fatal.

Ada trauma psikologis di tengah masyarakat, DBD sulit dicegah karena

hingga kini belum ditemukan obat atau vaksin pencegahnya. Selain itu, DBD

ternyata tidak mengenal batas usia, batas wilayah serta status sosial di tengah

masyarakat. Jadi, kita harus berkonsentrasi membasmi pembawa virus tersebut, yaitu

nyamuk Aedes Aegypti. Dimana nyamuk Aedes Aegypti ternyata mempunyai

kebiasaan-kebiasaan hidup yang unik.

Untuk membantu program penanggulangan wabah DBD, diperlukan

dukungan seluruh anggota keluarga untuk melapor ke puskesmas setempat

(puskesmas terdekat dari kemungkinan tempat digigit nyamuk Aedes Aegypti) bila

ada pasien yang terjangkit DBD. Berdasarkan laporan ini, akan dibuat pencatatan

dan selanjutnya tenaga medis puskesmas akan datang ke tempat itu untuk melakukan

penyemprotan.

14

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal ini, Pemko Medan (Walikota Medan) sudah jauh hari meniup

“genderang perang” dengan penyakit yang sudah rutin setiap tahunnya menimpa

warga kota. Pemko Medan menggulirkan rencana dalam usaha memberikan

pelayanan publik, salah satunya dalam bidang kesehatan. Selain melaksanakan

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Pemko Medan juga memberikan

pengobatan gratis bagi penderita DBD yang berobat di rumah sakit, dengan

persyaratan pasien itu penduduk kota Medan.

Jika memang penyakit DBD ternyata lebih berbahaya dari pada SARS dan flu

burung, dan kehadiran DBD yang sudah di anggap sebagai tamu rutin seharusnya

penanganannya jadi agenda prioritas. Sama pentingnya dalam masalah

penanggulangan banjir dan sektor pendidikan serta persoalan pembangunan lainnya.

Untuk menindaklanjuti program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau

perang terhadap DBD oleh Pemko Medan maka di setiap puskesmas yang ada di kota

Medan, terutama daerah-daerah yang endemik seperti tahun-tahun yang lalu

dilaksanakan kegiatan 3M. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tenaga medis puskesmas

yang berkoordinasi dengan pihak dari kecamatan dan kelurahan serta kepala

lingkungan yang ada di kelurahan pada wilayah kerja puskesmas masing-masing.

Menyimak aktifitas pemberantasan DBD dilakukan aparat sudah cukup

memadai, termasuk upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui fogging massal

dilaksanakan baik terhadap ribuan sekolah maupun pemukiman penduduk. Mengapa

di era Millenium, ketika ilmu kedokteran dan penemuan beragam vaksin di dunia saat

ini begitu pesat dan gencar dilakukan, ternyata penyakit yang sudah puluhan tahun

mendera masyarakat kota Medan itu hingga detik ini belum juga bisa dicarikan obat

15

Universitas Sumatera Utara


penawarnya. Sehingga penderita terutama dari kalangan anak-anak bawah lima tahun

(Balita) terhindar dari maut.

Sebagai masyarakat beragama, persoalan maut siapa pun tidak bisa

menundanya karena sudah takdir dari Tuhan Yang Maha Esa, namun sebagai

manusia kita pantas berusaha maksimal dengan berbagai cara antara lain mencari

vaksin dan obat jitu baik untuk memberantas tuntas wabah DBD maupun

mengenyahkan nyamuk Aedes Aegypti itu sampai akar-akarnya.

Puskesmas merupakan ujung tombak dalam pengembangan kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan

pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya

dalam bentuk kegiatan pokok. Terlebih dalam hal kasus penanggulangan DBD yang

sedang melanda saat ini.

Demikian juga dengan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan merupakan

salah satu puskesmas yang terdapat di kota Medan yang melaksanakan berbagai

upaya dan kegiatan dalam perang terhadap DBD. Upaya dan kegiatan itu dalam

kenyataannya tidak berhasil sepenuhnya sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kenyataannya di lapangan upaya dan tindakan puskesmas terlambat, karena

masyarakat sudah ada yang terkena Demam Berdarah Darah (DBD). Apakah

puskesmas terlambat dalam hal sosialisasi DBD dan melaksanakan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) atau warga yang kurang peduli dan kurang kesadaran akan

keberhasilan lingkungan.

Masyarakat terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak puskesmas bahwa

di daerahnya ada yang terkena DBD. Dari hasil laporan tersebut maka pihak

16

Universitas Sumatera Utara


puskesmas melaksanakan fogging dan penyuluhan. Seharusnya puskesmas harus

berperan aktif terjun ke masyarakat dan bukan hanya menantikan laporan dari

masyarakat. Padahal semestinya jauh-jauh hari pemerintah telah menetapkan kasus

DBD sebagai prioritas penanganan. Karena seperti yang kita ketahui bersama

kehadiran DBD yang sudah dianggap tamu rutin bagi masyarakat kota ini, seharusnya

penanganannya menjadi agenda prioritas.

Dengan demikian, DBD tidak hanya diperangi saat penyakit maut itu sudah

mengambil nyawa, tapi “perang” melawan nyamuk Aedes Aegypti itu dilaksanakan

sebelum wabahnya datang. Antara lain melaksanakan kegiatan penyuluhan Demam

Berdarah Dengue disekolah-sekolah dan kelurahan, gotong royong membersihkan

selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir, pemberian garam abate secara gratis

kepada warga kota, fogging di rumah-rumah warga dan sekolah-sekolah dan bentuk

Pemberantasan Sarang Nyamuk lebih awal.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Sanapiah Faisal (1992:28), dalam rancangan usulan penelitian perlu

ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Rumusannya perlu jelas dan tegas,

sehingga keseluruhan proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke alamat

yang jelas.

17

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana Peranan Puskesmas dalam Upaya Penanggulangan Demam

Berdarah Dengue?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan puskesmas dalam upaya penanggulangan Demam

Berdarah Dengue yang dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan.

2. Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan Puskesmas Pembantu

Sidorejo Hilir Medan dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

dalam meningkatkan kinerja dalam menanggulangi Demam Berdarah Dengue.

2. Untuk mengembangkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan

sebagai penerapan dari berbagai teori yang di dapat selama masa perkuliahan.

3. Sebagai bahan referensi penelitian di bidang Ilmu-ilmu Sosial pada umumnya dan

Ilmu Administrasi Negara pada khususnya.

18

Universitas Sumatera Utara


1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berfikir untuk melakukan penelitian dan

teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek

penelitian. Teori diartikan sebagai serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi

dan proposal yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran yang

sistematis tentang suatu fenomena (Singarimbun 1989:37).

1.5.1 Peranan Puskesmas

1.5.1.1 Pengertian Peranan

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta 1976:735), peranan

berasal dari kata peran, yang artinya sesuatu yang menjadi bagian atau yang

memegang pimpinan yang terutama.

Pengertian peranan menurut Miftah (1990:10), dirumuskan sebagai suatu

rangkaian perilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau

karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal.

Selain itu menurut Soerjono Soekanto (1990:10) juga memberikan pengertian

mengenai peranan role yaitu aspek dinamis kedudukan/status. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia

menjalankan suatu peranan. Jadi peranan menentukan apa yang diperbuat tertentu,

sehubungan dengan posisinya dalam masyarakat.

Berdasarkan beberapa defenisi peranan di atas dapatlah disimpulkan bahwa

peranan mengandung arti perbuatan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas

19

Universitas Sumatera Utara


utama dalam proses atau cara yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan

kedudukan seseorang.

Dalam hal ini adalah peranan puskesmas dalam bentuk kegiatan-kegiatan

yang dilakukan tenaga medis untuk membina dan menyelenggarakan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya. Kegiatan tersebut dapat

juga dilaksanakan berkoordinasi dengan pegawai kecamatan, keseluruhan dan kepala

lingkungan di wilayah kerja puskesmas.

1.5.1.2 Pelayanan Publik

1.5.1.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Moenir (1992:16-17) mengemukakan arti pelayanan yaitu proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.

Lebih lanjut Gie (1993:105) mendefenisikan pelayanan adalah suatu kegiatan

dalam suatu organisasi atau instansi yang dilakukan untuk mengamalkan atau

mengabdikan diri kepada masyarakat.

Ditambah lagi dengan pendapat Boediono (2003:6), bahwa pelayanan

merupakan suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang

memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan

keberhasilan.

Menurut pendapat Syahrir (1991:154), pelayanan publik adalah jenis bidang

usaha yang dikelola oleh pemerintah dan tujuannya untuk melayani kepentingan

masyarakat, dan mempunyai fungsi sosial tanpa berorientasi kepada aspek

keuntungan.

20

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan beberapa defenisi dari pelayanan di atas dapatlah disimpulkan

bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi yang

ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang berbentuk uang, barang, ide, atau

gagasan ataupun surat-surat berharga atas keikhlasan, rasa senang, jujur, dan

mengutamakan rasa puas bagi yang menerima pelayanan.

Adapun bentuk dan sifat penyelenggaraan umum harus mengandung sendi-

sendi; kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi,

ekonomis, keadilan, dan ketepatan waktu (Boediono, 2003:68-70). Uraiannya

sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Yang dimaksud dengan kesederhanaan meliputi mudah, lancar, cepat, tidak

berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan dan kepastian

Arti adanya kejelasan dan kepastian disini adalah hal-hal yang berkaitan dengan:

a. Prosedur atau tata cara pelayanan umum;

b. Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif;

c. Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan umum;

d. Rincian biaya/tarif pelayanan umum dan tata cara pembayarannya.

e. Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum;

f. Hak dan kewajiban, baik bagi pemberi pelayanan maupun penerima

pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan /

21

Universitas Sumatera Utara


kelengkapannnya, sebagai alat untuk memastikan pemprosesan pelayanan

umum;

g. Pejabat yang menerima keluhan masyarakat.

3. Keamanan

Artinya bahwa dalam proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan

kepastian hukum.

4. Keterbukaan

Hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan

secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

5. Efisiensi

Yang dimaksud efisiensi disini adalah:

a. Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang berkaitan

langsung dengan produk pelayanan umum yang diberikan;

b. Dicegah dengan adanya penanggulangan kelengkapan persyaratan dari satuan

kerja/instansi pemerintah lain yang terlait.

6. Ekonomis

Dalam pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan

memperhatikan:

a. Nilai barang atau jasa pelayanan umum tidak menuntut biaya yang tinggi dan

diluar kewajaran;

b. Kondisi dan kemampuan perundang-undangan yang berlaku;

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

22

Universitas Sumatera Utara


7. Dimaksud dengan sendi keadilan disini adalah keadilan yang merata, dalam arti

cakupan/jangkauan pelayanan harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi

yang merata dan diperlukan secara adil.

8. Ketepatan Waktu

Yang dimaksud dengan ketepatan waktu disini adalah dalam pelaksanaan

pelayanan umum bersifat sederhana, terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan

terjangkau. Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor

81 Tahun 1993 mengutarakan pula bahwa pelayanan umum mengandung unsur-

unsur:

a. Hak dan kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus

jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.

b. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi

kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap

berpegang pada efisien dan efektifitas.

c. Mutu, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat

memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang

dapat dipertanggungjawabkan.

d. Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah terpaksa

terlalu mahal maka instansi pemerintah yang bersangkutan berkewajiban

memberi peluang kepada masyarakat untuk ikut menyelenggarakan sesuai

dengan peraturan yang berlaku (Sedarmayanti, 2000:193).

23

Universitas Sumatera Utara


Peraturan sudah ditetapkan, pola pelayanan sudah dirumuskan, tetapi

terkadang pelayanan publik yang diberikan pegawai dan aparatur pemerintah belum

dapat memuaskan bagi penerima layanan. Beberapa faktor yang menyebabkan

pelayanan tidak memuaskan adalah:

1. Tidak atau kurangnya kesadaran terhadap tugas yang menjadi tanggung

jawabnya. Akibatnya mereka bekerja dan melayani seenaknya (santai), padahal

orang yang menunggu hasil kerjanya sudah gelisah. Akibat dari hal ini ialah tidak

adanya disiplin kerja.

2. Sistem, prosedur dan metode kerja yang tidak memadai, sehingga mekanisme

kerja tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan atau tidak berjalan semestinya.

3. Pengorganisasian tugas pelayan yang belum serasi, sehingga mekanisme

penanganan tugas, tumpang tindih atau tercecer suatu tugas tidak ada yang

menanganinya.

4. Pendapatan pegawai tidak mencukupi memenuhi kebutuhan meskipun secara

minimal. Akibatnya pegawai tidak tenang dalam bekerja, berusaha mencari

tambahan pendapatan dalam jam kerja dengan cara antara lain menjual jasa

pelayanan.

5. Kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas yang dibebankan padanya.

Akibatnya hasil pekerjaan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan.

6. Tidak tersedianya sarana pelayanan umum yang memadai, akibatnya pekerjaan

menjadi lamban, waktu banyak hilang dan penyelesaian masalah terlambat

(Moenir, 1992:40-41).

24

Universitas Sumatera Utara


1.5.1.2.2 Kualitas Pelayanan Publik

Berbicara mengenai kualitas pelayanan berarti berbicara tentang bagaimana

cara yang harus diperoleh dalam usaha meningkatkan mutu atau kualitas, dimana

dalam hal ini setiap organisasi atau instansi memiliki cara agar pelayanan yang

diberikan dapat dijalankan dengan sebaik mungkin.

Pelayanan yang diharapkan tentunya pelayanan yang dapat memberi rasa puas

bagi si penerima layanan. Pemberi kualitas pelayanan yang baik dari suatu organisasi

atau instansi bersumber dari aktifitas pegawai yang secara langsung menentukan

keberhasilan organisasi. Jadi apabila pegawai dapat bekerja sebagaimana dengan

tujuan yang telah ditetapkan, maka pelayanan pun akan dapat diberikan dengan baik.

Secara sederhana defenisi mutu/kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkunganyang memenuhi

atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pengertian mutu/kuallitas dapat

diartikan kinerja untuk standar yang diharapkan oleh pelanggan. Titik temu

kebutuhan pelanggan juga diartikan sebagai mutu yang pertama dan setiap waktu.

Menyediakan pelanggan dengan jasa secara konsisten adalah pelayanan

bermutu/berkualitas. Arti mutu tidak hanya memuaskan pelanggan, tetapi

menyenangkan pelanggan, memberi inovasi kepada pelanggan, dan membuat

pelanggan menjadi kreatif (Boediono, 2003:113).

Menurut asumsi Syahrir (1991:156), bahwa kepuasan dalam pelayanan publik

mengandung unsur:

1. Pelayanan yang merata dan sama (equalible service).

2. Pelayanan yang diberikan tepat pada waktunya (timely service).

25

Universitas Sumatera Utara


3. Pelayanan yang diberikan memenuhi jumlah barang dan jasa (ample service).

4. Pelayanan harus merupakan pelayanan yang berkesinambungan (continuous

service).

5. Pelayanan merupakan pelayanan yang selalu meningkatkan kualitas dan

penampilannya (progressive service).

1.5.1.2.3 Bentuk-Bentuk Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh siapapun, bentuknya tidak terlepas dari tiga

macam yaitu:

1. Pelayanan dengan lisan

Bidang pelayanan lisan tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada

yang memerlukan. Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan

ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu:

- Memahami benar masalah-masalah termasuk dalam bidang tugasnya.

- Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan dengan lancar, singkat,

tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh

kejelasan mengenai sesuatu.

- Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

- Meski dalam keadaan sepi tidak mengobrol dan bercanda dengan teman

karena menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.

- Tidak melayani orang-orang yang hanya ingin sekedar mengobrol dengan

cara yang sopan.

26

Universitas Sumatera Utara


2. Pelayanan melalui tulisan

Bentuk ini merupakan layanan yang paling menonjol dalam pelaksanaan tugas,

tidak hanya dari segi jumlah tetapi juga dari segi peranannya. Pada dasarnya

pelayanan melalui tulisan cukup efisien terutama bagi layanan jarak jauh karena

faktor biaya, namun satu hal yang harus diperhatikan yaitu faktor kecepatan.

Pelayanan ini terdiri atas dua golongan: pertama, layanan berupa petunjuk,

informasi dan sejenisnya yang ditujukan pada orang yang berkepentingan; kedua,

layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan,

dan lain-lain.

3. Pelayanan yang berbentuk perbuatan

Umumnya layanan ini dilakukan oleh petugas-petugas tingkat menengah dan

bawah, karena ini faktor keahlian dan keterampilan petugas sangat menentukan

terhadap hasil perbuatan dan pekerjaan. Tujuan utama orang yang berkepentingan

dalam layanan ini adalah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau

hasil perbuatan, bukan sekedar penjelasan dan kesanggupan secara lisan.

Namun pada dasarnya persyaratan pokok dalam memberi pelayanan, walau

dalam bentuk apapun adalah tingkah laku yang sopan, cara penyampaian sesuatu

yang berkaitan dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang yang bersangkutan,

waktu penyampaian yang tepat dan keramahan (Moenir, 1992:190-197).

Dalam pelayanan terdapat beberapa faktor pendukung yang penting, antara

lain faktor kesadaran, aturan, organisasi, keterampilan petugas, dan sarana.

Uraiannya adalah sebagai berikut:

27

Universitas Sumatera Utara


1. Faktor kesadaran, yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung

dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran pegawai pada segala tingkat terhadap tugas

menjadi tanggungjawabnya, membawa dampak yang sangat positif terhadap

organisasi. Ia akan menjadi sumber kesungguhan dan disiplin tugas, sehingga

hasilnya dapat diharapkan melalui standar yang telah ditetapkan.

2. Faktor aturan, yaitu dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan.

Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan

teratur dan terarah. Agar peraturan dapat mencapai apa yang dimaksud, maka ia

harus dipahami oleh semua orang yang bertugas dalam bidang yang diatur dengan

disertai disiplin yang tinggi.

3. Faktor organisasi, yaitu merupakan alat serta sistem yang memungkinkan

berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan. Sebagai suatu sistem, organisasi

merupakan alat yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan, dalam hal ini

pelayanan yang baik dan memuskan. Agar organisasi berfungsi dengan baik

perlu ada pembagian, baik dalam hal organisasi maupun tugas pekerjaan sampai

pada jenis organisasi atau pekerjaan yang paling kecil.

4. Faktor pendapatan, yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung

pelaksanaan pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga ia tidak melakukan

penyimpangan.

5. Faktor keterampilan petugas, yaitu kemampuan dan keterampilan para pegawai

dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan.

28

Universitas Sumatera Utara


6. Faktor sarana, yaitu sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas atau

pekerjaan layanan. Sarana terbagi atas dua macam: pertama, sarana kerja meliputi

peralatan, perlengkapan dan alat bantu; kedua, fasilitas meliputi segala

kelengkapannya dengan fasilitas komunikasi dan segala kemudahan lainnya

(Moenir, 1992:88-127).

1.5.1.2.4 Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan manajemen pelayanan umum sangat sederhana yaitu

kepuasan penerima layanan. Kepuasan terdiri atas dua komponen besar yaitu layanan

dan produk. Uraiannya sebagai berikut:

1. Layanan, dalam hal ini agar dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok

orang yang dilayani. Pegawai harus dapat memenuhi empat persyaratan pokok

yaitu:

- Tingkah laku yang sopan.

- Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya

diterima oleh yang bersangkutan.

- Waktu menyampaikan yang tepat.

- Keramahtamahan melalui cara berbicara yang wajar dan disampaikan

dengan hati tulus dan terbuka.

2. Produk, dalam hal ini adalah kepuasan yang dapat berbentuk sebagai berikut:

- Barang, yaitu sesuatu benda dalam bentuk nyata yang diterima oleh yang

bersangkutan dapat memuaskan dari teknik, penampilan dan kenyamanan

serta beberapa kemudahan atau jaminan.

29

Universitas Sumatera Utara


- Jasa, yaitu sesuatu hasil yang tidak harus dalam bentuk fisik, tetapi dapat

dinikmati oleh panca indera atau perasaan (gerak, suara, keindahan,

kenyamanan, dan rupa).

- Surat menyurat berharga, yaitu suatu produk yang berupa surat-surat

berharga sebagai hasil kegiatan atau pekerjaan administrasi perkantoran

(Moenir, 1992:196-205).

1.5.1.2.5 Standar Pelayanan

Standar atau ukuran dasar khusus adalah untuk mengetahui mutu pelayanan.

Oleh karena itu, sementara orang ada yang menyebutnya dengan mutu pelayanan.

Sasaran ukuran adalah untuk mengetahui apakah pelayanannya sudah prima atau

belum prima. Standar pelayanan bagi birokrasi pada umumnya ditentukan dalam

Undang-Undang atau perundang-undangan lainnya. Apabila tidak ada ditentukan

dalam perundang-undangan, bisa dilakukan dengan mengumpulkan pendapat para

ahli untuk di analisis menghasilkan standar pelayanan. Dalam menentukan standar

pelayanan, lebih baik melalui penelitian lapangan, atau mendengarkan pendapat

pelanggan (Boediono, 2003:78).

1.5.1.3 Pengertian Penyuluhan

Secara hanafiah, penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau

pun alat untuk menerangi keadaan yang gelap. Dari asal perkataan tersebut dapat

diartikan bahwa penyuluhan dimaksudkan untuk memberi penerangan atau pun

30

Universitas Sumatera Utara


kepada mereka yang disuluhi, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai

sesuatu masalah tertentu.

Claaretal, membuat rumusan penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan

pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang

mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan

pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program non edukatif

(Zulkarimein, 1990:7). Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha

pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau

melaksanakan ide-ide baru (Zulkarimein, 1990:7).

Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar

masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan

sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada

masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi dan berperilaku

hidup menurut apa yang seharusnya.

Menurut Zulkarimein (1990:11) hal-hal pokok dalam melakukan penyuluhan:

1. Masalah yang dihadapi

2. Siapa yang disuluh

3. Apa tujuan (objecvitives) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan

4. Pendekatan yang dipakai

5. Pengemban pesan

6. Metode/saluran yang digunakan

7. Sistem evaluasi didalam rencana

31

Universitas Sumatera Utara


1.5.1.4 Pengertian Administrasi Publik

Menurut Prajudi Atmosudirdjo (1982:272) mengemukakan administrasi

publik adalah administrasi dari pada negara sebagai organisasi, dan administrasi yang

mengejar tercapainya tujuan-tujuan yang bersifat kenegaraan.

Lebih lanjut Dwight Waldo (1955:26) mendefenisikan administrasi publik adalah

manajemen dan organisasi dari pada manusia-manusia dan peralatannya guna

mencapai tujuan pemerintah.

Ditambah lagi dengan pendapat Felix A. Nigro dan Lloyd G. Nigro (1970:21),

bahwa administrasi publik adalah suatu kerjasama kelompok dalam lingkungan

pemerintahan; yang meliputi ketiga cabang pemerintahan: eksekutif, legislatif, dan

yudikatif serta hubungan di antara mereka; dan mempunyai peranan penting dalam

perumusan kebijaksanaan pemerintahan, dan karenanya merupakan sebagian proses

politik; serta berkaitan erat dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan

dalam menyajikan pelayanan kepada masyarakat.

Menurut Gerald E. Caiden (1982:27), bahwa ada tujuh hal khusus dari

administrasi publik yaitu: tidak dapat dielakkan, senantiasa mengharapkan ketaatan,

mempunyai prioritas, mempunyai pengecualian, puncak pimpinan politik, sulit

diukur, sehingga kita terlalu banyak mengharap dari publik administrasi ini.

1.5.1.5 Fungsi Administrasi

Puskesmas dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)

melaksanakan beberapa kegiatan. Dalam melakdsanakan kegiatan selayaknya

terlebih dahulu membuat fungsi-fungsi administrasi.

32

Universitas Sumatera Utara


Menurut G. R. Terry (1986:5) fungsi administrasi dibagi 4, yaitu:

1. Planning

2. Organizing

3. Actuating

4. Controlling

Planning (Perencanaan)

Harold Koontz and Cyril O’Donnel mengemukakan arti perencanaan adalah

fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan memilih tujuan-tujuan,

kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program dari alternatif-alternatif

yang ada (S. P. Hasibuan, 2003:40).

Sedangkan G. R. Terry (1986:163) menyatakan bahwa perencanaan meliputi

tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta asumsi-asumsi

mengenai masa yang akan datang dalam arti hal menvisualisasi serta merumuskan

aktivitas-aktivitas yang di usulkan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil

yang diinginkan.

Ditambah lagi pendapat S. P. Hasibuan (2003:40) bahwa arti perencanaan

adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang

terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.

Berdasarkan beberapa defenisi perencanaan (planning) diatas dapatlah

disimpulkan bahwa perencangaan adalah masalah “memilih” yang terbaik dari

berbagai alternatif yang ada.

33

Universitas Sumatera Utara


Organizing (Pengorganisasian)

Malayu S. P. Hasibuan (2003:40) mengemukakan arti pengorganisasian

adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam

aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada

setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang

yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan

aktivitas-aktivitas tersebut.

Lebih lanjut G. R. Terry (1986:40) mengemukakan arti pengorganisasian

adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara

orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan

demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu

dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.

Actuating (Menggerakkan)

Menggerakkan merupakan manajemen ketiga, dimana bahwa usaha-usaha

perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit

yang dihasilkan sampai kita mengimplementasikan aktivitas-aktivitas yang

diusahakan dan yang diorganisasi.

Menurut G. R. Terry (1986:313) actuating merupakan usaha untuk

menggerakkan anggota-anggota kelompok demikian rupa hingga mereka

berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran perusahaan tersebut oleh

karena para anggota itu ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

34

Universitas Sumatera Utara


Controling (Pengawasan)

Kreitner (1986:533) mengemukakan arti pengawasan adalah proses

melakukan tindakan koreksi yang dianggap perlu untuk menjamin tujuan organisasi

tercapai secara efektif dan efisien.

Lebih lanjut Henry Fayol mengartikan bahwa pengawasan merupakan

pemeriksaan apakah semua yang terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan,

intruksi yang dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang ditetapkan (Malayu S. P.

Hasibuan, 2003:42).

Berdasarkan beberapa defenisi pengawasan diatas dapat dismpulkan bahwa

pengawasan dimaksud untuk melihat kelemahan dan kesalahan dan akhirnya

memperbaikinya dan mencegah jangan timbul lagi.

1.5.1.6 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membinaperan

serta masyarakat, disamping itu juga memberikan pelayanan secara menyeluruh dan

terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk usaha-usaha kegiatan

pokok (Rozaini, 1996:36).

1.5.1.7 Fungsi Puskesmas

Puskesmas mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat di

seluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap orang sehat dapat memperoleh

pengobatan dan perawatan dengan biaya yang serendah-rendahnya.

35

Universitas Sumatera Utara


Menurut Rozaini (1996:38-39) menyatakan bahwa fungsi Puskesmas sebagai

organisasi kesehatan fungsional dibagi atas 3 fungsi yaitu:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

Sedangkan yang menjadi tujuan puskesmas dapat dibagi atas 2 yaitu:

1. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh pada individu keluarga

dan masyarakat yang meliputi pelayanan kuratif, preventif serta rehabilitif.

2. Memberikan pelayanan kesehatan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan agar terlaksananya proses

fungsi puskesmas yaitu (Rozaini, 1996:42):

a. Merangsang masyarakat, termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam

rangka menolong mereka sendiri.

b. Memberi petunjuk kepada masyarakat bagaimana menggunakan sarana yang ada

secara efektif dan efisien.

c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak

menimbulkan ketergantungan.

d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

e. Bekerjasama dengan sektor lain dalam melaksanakan program puskesmas.

36

Universitas Sumatera Utara


Menurut Departemen Kesehatan (1984:23) yang menjadi sistem upaya

kesehatan puskesmas yaitu:

a. Puskesmas dengan wilayah kerja tertentu.

Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

b. Peran serta masyarakat dalam bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa.

c. Peran serta dalam bentuk pembangunan kesehatan kuratif, prepentif, promotif,

dan rehabilitif serta pendidikan tenaga kesehatan.

d. Sistem rujukan yang efektif.

1.5.1.8 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas terdiri dari satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Adapun faktor-faktor yang merupakan bahan pertimbangan wilayah

kerja puskesmas yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan

keadaan infrastruktur lainnya.

Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah, sehingga pembagian

puskesmas ditetapkan oleh Bupati/Walikota yang mendengarkan saran teknis dari

kepala kantor Departemen Kesehatan/Kotamadya yang telah disetujui oleh kepala

kantor Departemen Kesehatan Propinsi. Khusus untuk kota besar wilayah kerja

puskesmas hanya mencakup satu kelurahan saja.

37

Universitas Sumatera Utara


1.5.2 Demam Berdarah Dengue

1.5.2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti betina

(D. S. Anggraeni, 2010:6).

1.5.2.2 Tanda Dan Gejala DBD

Menurut D. S. Anggraeni (2010:15) bahwa tanda-tanda dan gejala seseorang

yang menderita DBD yaitu:

1. Penderita mengalami demam tinggi.

2. Penderita mengalami pendarahan atau bintik-bintik merah pada kulit.

3. Penderita mengalami keluhan pada saluran pernapasan.

4. Penderita mengalami keluhan pada saluran pencernaan.

5. Penderita biasanya merasakan sakit pada waktu menelan.

6. Penderita mengalami keluhan pada bagian tubuh yang lain, misalnya nyeri atau

sakit kepala, nyeri pada otot, tulang, sendi, dan ulu hati, serta pegal-pegal di

seluruh tubuh.

7. Penderita dapat mengalami pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening,

yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.

8. Pada keadaan yang parah, penderita dapat mengalami keadaan renjatan atau

shock, yang dikenal dengan dengue shock syndrome atau DSS, dengan tanda-

tanda sebagai berikut:

38

Universitas Sumatera Utara


a. Kulit penderita terasa lembap dan dingin;

b. Tekanan darah penderit menurun;

c. Denyut nadi penderita cepat dan lemah;

d. Penderita mengalami nyeri perut yang hebat;

e. Penderita mengalami pendarahan,baik dari mulut, hidung, maupun anus;

pendarahan pada anus umumnya terlihat seperti tinja yang berwarna hitam;

f. Penderita lemah dan mengalami penurunan tingkat kesadaran;

g. Penderita mengalami kegelisahan;

h. Mulut, hidung, dan ujung jari penderita tampak kebiru-biruan; dan

i. Penderita tidak buang air kecil selama 4-6 jam.

1.5.2.3 Jenis-Jenis DBD

Demam Berdarah Dengue dibagi atas 3 jenis, yaitu:

a. Dengue Klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4-7 hari, nyeri-nyeri

pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak

pendarahan dibawah kulit.

b. Dengue Haemorhagic Fever (DBD), gejalanya sama dengan dengue klasik

ditambah dengan pendarahan dari hidung, mulut, dan dubur.

c. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan

syok/presyok. Pada bentuk ini sering terjadi kematian. Karena seringnya terjadi

pendarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematian cukup tinggi.

39

Universitas Sumatera Utara


1.5.2.4 Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab DBD

Yang menjadi vektor penyakit DBD ialah nyamuk Aedes Aegypti, yang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih.

2. Hidup di dalam dan di sekitar rumah.

3. Menggigit/menghisap darah pada siang hari dan sore hari.

4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar.

5. Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah

bukan di got/comberan.

6. Di dalam rumah: bak mandi, tampangan, vas bunga, tempat minuman burung,

perangakap semut dan lain-lain.

7. Di luar rumah: drum, tangki penampungan air, kaleng bekas, ban bekas, botol

pecah, potongan bambu, tempurung kelapa dan lain-lain.

Virus Dengue berukuran sangat kecil (35-45 mm). Virus ini ditularkan oleh

nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui kontak seksual atau ditularkan dari induk ke

telur nyamuk. Nyamuk yang sudah mengandung virus Dengue ini sangat berbahaya.

Virus masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus kulit.

Setelah itu disusul periode tenang selama lebih kurang empat hari. Dalam tubuh

manusia, virus Dengue melakukan replikasi secara tepat.

Apabila jumlahnya sudah cukup, virus akan memasuki sirkulasi darah

manusia (viraemia). Manusia yang berada pada tahap viraemia, pada umumnya akan

mengalami gejala panas. Dimana tubuh manusia memilki reaksi yang berbeda-beda.

40

Universitas Sumatera Utara


1.5.3 Hubungan Peranan Puskesmas Dalam Upaya Penanggulangan DBD

dengan Administrasi Negara

Administrasi Negara adalah ilmu yang mempelajari tentang lembaga-lembaga

negara dalam segi aksi, operasionil dari lembaga tersebut. Dalam hal ini puskesmas

sebagai lembaga pemerintah yang merupakan perangkat pemerintah daerah yang

kedudukannya dibawah Pemko Medan yang menyelenggarakan pelayanan publik

dalam bidang kesehatan.

Puskesmas mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat

diseluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap orang sehat dapat memperoleh

pengobatan dan perawatan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Dalam

melaksanakan kegiatan penanggulangan DBD puskesmas melakukan fungsi

administrasi perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan.

1.6 Defenisi Konsep

Defenisi Konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan

atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau

individu tertentu (Singarimbun, 1995:34).

Dalam penelitian ini penulis mengemukakan defenisi konsep yang digunakan

yaitu:

1. Peranan, mengandung arti perbuatan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas

utama dalam proses cara yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan

kedudukan seseorang. Dalam hal ini adalah peranan puskesmas dalam bentuk

41

Universitas Sumatera Utara


kegiatan yang dilakukan tenaga medis puskesmas untuk membina dan

menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2. Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi

mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan

pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk

kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.

3. Peranan puskesmas yaitu kegiatan atau perbuatan yang dilakukan tenaga medis

puskesmas untuk membina kesehatan masyarakat dan menyelenggarakan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerjanya.

4. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah merupakan penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti

betina.

1.7 Defenisi Operasional

Menurut Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah unsur-unsur

penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Sehingga

dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai

pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut.

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel, variabel yang dimaksud adalah

Peranan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan. Adapun fungsi Puskesmas

Pembantu Sidorejo Hilir Medan:

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, dengan indikator:

- Melaksanakan penyuluhan DBD ke masyarakat.

42

Universitas Sumatera Utara


- Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

- Melaksanakan penyuluhan dan pengawasan kebersihan lingkungan.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, dengan indikator.

- Mengadakan kegiatan gotong royong dengan warga masyarakat untuk

membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

- Menghimbau masyarakat untuk melaksanakan program 3M.

- Mengajak masyarakat membersihkan/menguras dan menutup rapat

penampungan air.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, dengan indikator:

- Melaksanakan fogging di tempat tinggal warga dan sekolah-sekolah.

- Membagikan bubuk abate secara gratis dan menaburkan pada tempat

penampungan air.

- Memberikan rujukan perobatan ke rumah sakit bagi pasien DBD.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional,

dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini secara umum berisikan bentuk penelitian, lokasi penelitian,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

43

Universitas Sumatera Utara


BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum Puskesmas Pembantu Sidorejo

Hilir Medan, visi dan misi Puskesmas tersebut, gambaran fisik Puskesmas,

struktur organisasi, kedudukan, tugas pokok dan fungsi organisasi,

mekanisme pelaksanaan pencegahan DBD.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan berupa dokumen yang akan dianalisis.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang data-data yang diperoleh setelah melakukan

penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis mengenai hasil penelitian

yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi semua pihak yang

membutuhkan.

44

Universitas Sumatera Utara


BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nawawi

(1991:31) metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah dengan

menggambarkan, melukiskan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau

peristiwa sebagaimana adanya. Sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan

fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara

objektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki serta dilakukan juga

pemberian interpretasi-interpretasi yang kuat.

Ciri-ciri penelitian deskriptif adalah:

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian

dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang di selidiki sebagaimana

adanya dengan interpretasi rasioanal.

2.2 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan yang berlokasi di Jalan Tangkul I Medan.

45

Universitas Sumatera Utara


2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai atau peristiwa-peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi,

1991:144).

Berdasarkan hal itu yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh tenaga medis di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dan masyarakat

di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

2.3.2 Sampel

Menurut Singarimbun (1995:149), sampel dapat diartikan sebagai kegiatan

dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian.

Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili populasi.

Unit analisis yang menjadi key informan ada 2 orang dan yang menjadi

informan ada 6 orang, yaitu:

1. Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan: 1 orang

2. Tenaga medis Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan bagian DBD: 1

orang

3. Warga penderita DBD di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan: 6 orang

46

Universitas Sumatera Utara


2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan 2 (dua) cara yaitu:

a. Data Primer yang diperoleh melalui:

Observasi

Yaitu merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

pelbagai proses biologis dan psikhologis. Diantaranya yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan.

Wawancara

Yaitu digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Wawancara dilakukan kepada tenaga medis dan warga yang menderita DBD di

wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

b. Data Sekunder yang diperoleh melalui:

Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu data yang mendukung penelitian, yang mendukung, melengkapi data primer

dan pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari sejumlah buku,

tulisan, dan karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.

47

Universitas Sumatera Utara


2.5 Teknik Analisa Data

Berdasarkan data kualitatif ini maka metode penganalisaannya adalah analisa

deskriptif, interpretasi penelitian atas hasil wawancara. Yaitu data yang telah

dikumpulkan diklarifikasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek

yang diteliti. Kemudian penarikan kesimpulan yang berhubungan dengan pemecahan

masalah yang dihadapi.

48

Universitas Sumatera Utara


BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan didirikan pada tahun 1990 oleh

Walikota KDH TK II Medan, atas Program Bantuan Pembangunan Sarana

Kesehatan. Puskesmas ini dibangun karena semakin bertambahnya jumlah penduduk

di Kecamatan Sidorejo Hilir, sehingga dirasakan perlu dibangun sebuah puskesmas.

3.2 Visi dan Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

Visi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu: “Medan Sehat

Sejahtera 2011”.

Misi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata serta

terjangkau.

4. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan individu, keluarga,

masyarakat, beserta lingkungan.

49

Universitas Sumatera Utara


3.3 Gambaran Fisik Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

3.3.1 Wilayah Kerja

Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan hanya melayani kelurahan Sidorejo Hilir saja.

3.3.2 Program Kerja

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan untuk tujuan pokok

pembangunan kesehatan maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

melaksanakan berbagai upaya kesehatan dengan meningkatkan fungsi puskesmas

melalui program pokok puskesmas. Ada 7 (tujuh) program kerja Puskesmas

Pembantu Sidorejo Hilir Medan yaitu:

1. Promosi Kesehatan

2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)

3. Kesehatan Lingkungan

4. Peningkatan Gizi

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan

7. Pencatatan dan Pelaporan

3.3.3 Fasilitas Fisik

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam menjalankan kegiatannya

didukung oleh fasilitas fisik puskesmas yang meliputi:

50

Universitas Sumatera Utara


3.4 Fasilitas gedung puskesmas permanen

3.5 Fasilitas alat-alat

3.6 Fasilitas administrasi

3.7 Fasilitas immunisasi

3.3.3.1 Fasilitas gedung

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan ini merupakan satu gedung

permanen yang terdiri dari:

1. Ruang periksa pasien/kamar dokter : 1 buah

2. Ruang Poliklinik gigi dan mulut : 1 buah

3. Ruang obat dan apotik : 1 buah

4. Ruang KIA, gizi, dan KB : 1 buah

5. Ruang suntik : 1 buah

6. Ruang kartu : 1 buah

7. Tata usaha : 1 buah

8. Toilet/WC : 1 buah

3.3.3.2 Fasilitas Alat-Alat

Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan yaitu:

- Alat-alat pemeriksaan pasien

- Alat-alat suntik dan alat-alat P3K

- Timbangan bayi dan dewasa

51

Universitas Sumatera Utara


- Lemari pendingin tempat penyimpanan bahan-bahan immunisasi

- Alat-alat laboratorium

3.3.3.3 Fasilitas Administrasi

Adapun fasilitas administrasi yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu

Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Kartu berobat

- Buku catatan

- Lemari/rak kartu

- Meja dan kursi

- Mesin tik

- Stempel

- Arsip

3.3.3.4 Fasilitas Immunisasi

Adapun fasilitas immunisasi yang dimiliki oleh Puskesmas Pembantu

Sidorejo Hilir Medan yaitu:

- Lemari pendingin

- Alat-alat immunisasi

- Vaksin seperti: BCG, DPT, Polio, Campak, DT, Tetanus Toxoid, Hepatitis B.

52

Universitas Sumatera Utara


3.3.4 Fasilitas Kesehatan

Untuk menunjang kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

Pembantu Sidorejo Hilir Medan didirikan sarana-sarana kesehatan. Hal ini dapat

dilihat pada tabel:

Tabel 1. Keadaan Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pembantu


Sidorejo Hilir Medan / 2011
No. Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas Pembantu 1

2 RS. Bersalin 2

3 Praktek Dokter Umum 7

4 Praktek Dokter Gigi 2

5 Praktek Dokter Spesialis 1

6 Apotik 3

Jumlah 16

3.4 Struktur Organisasi, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

3.4.1 Struktur Organisasi

Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Puskesmas Pembantu

Sidorejo Hilir Medan digerakkan oleh orang-orang/tenaga pelayanan dengan

bidang/sub bidang tertentu. Kesemua bidang merupakan satu kesatuan pelayanan

pembangunan kesehatan, yang bergerak menurut pembagian kerja yang telah

ditentukan.

53

Universitas Sumatera Utara


Antara bidang/sub bidang yang satu dengan yang lainnya dapat dijelaskan dari

Struktur Organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan, yang dikepalai oleh

seorang dokter. Segala kegiatan dipertanggungjawabkan kepada Dokter sebagai

Kepala Puskesmas.

Adapun struktur organisasi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan terdiri

dari 3 unsur yaitu:

1. Unsur pimpinan : Kepala Puskesmas

2. Unsur pembantu puskesmas : Unsur Tata Usaha

3. Unsur Pelaksana : Unit terdiri dari tenaga jabatan fungsional

3.4.2 Jumlah Pegawai

Adapun jumlah pegawai di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

sebanyak 12 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 2. Nama, Pendidikan dan Jabatan Pegawai di Wilayah Kerja Puskesmas


Pembantu Sidorejo Hilir Medan
No. Nama Jabatan Golongan

1 Dr. Fredes Siahaan Ka. Pustu IV/C

2 Drg. Chairumahnum Dokter Gigi IV/B

3 Ernimi. M Bidan III/D

4 Tialam Gurning Perawat III/D

5 Rolimah Hasibuan Bidan III/D

6 Rabiah Analis III/D

54

Universitas Sumatera Utara


7 Esra Ria Silalahi Akademi Bidan III/D

8 Juliana Sitepu Akademi Bidan III/C

9 Drg. Nurhafizah Nst Dokter Gigi III/B

10 Tirsem Perawat Gigi III/B

11 Mudianti .M. Saragih Perawat III/A

12 Maisarah Asisten Apoteker II/A

Sumber: Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan 2011

3.4.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan adalah unsur pelaksana Dinas

Kesehatan Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala

puskesmas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Kesehatan. Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian urusan kerumahtanggaan dalam bidang kesehatan.

Untuk melaksanakan tugas maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

mempunyai fungsi:

1. Sebagai pusat pengembangan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh, terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

55

Universitas Sumatera Utara


3.5 Mekanisme Pelaksanaan Pencegahan Terjangkitnya DBD

Pencegahan penyakit DBD dikenal dengan istilah pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) yang dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, yaitu kimia, biologi,

dan fisika. Adapun masing-masing uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Pemberantasan secara Kimiawi

Pengendalian DBD secara kimia, dapat ditempuh dengan 2 (dua) teknik berikut,

yaitu:

a. Pengasapan (fogging), yaitu suatu teknik yang digunakan untuk

mengendalikan DBD dengan menggunakan senyawa kimia malathion dan

fenthion, yang berguna untuk mengurangi penularan sampai batas waktu

tertentu.

b. Pemberantasan larva nyamuk dengan zat kimia. Namun, mengingat tempat

perkembangbiakan larva vektor DBD banyak terdapat pada penampungan air

yang airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan

masak, maka larvisida (kimia pemberantas larva) yang digunakan harus

mempunyai harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

 Efektif pada dosis rendah

 Tidak bersifat racun bagi manusia/mamalia

 Tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan bau pada air yang

diperlakukan

 Efektivitasnya lama.

56

Universitas Sumatera Utara


2. Pemberantasan secara Hayati

Pengendalian larva Aedes Agypti secara hayati tidak sepopuler cara kimiawi oleh

karena penurunan padat populasi yang diakibatkannya terjadi perlahan-lahan

tidak sedrastis bila menggunakan larvisida (kimiawi). Organisme yang

digunakan dalam pengendalian secara hayati umumnya bersifat predator,

parasitik atau patogenik dan umumnya ditemukan pada habitat yang sama

dengan larva yang menjadi mangsanya. Beberapa agen hayati adalah ikan

cupang dan larva ikan nila yang mangsanya adalah larva nyamuk. Ada juga

beberapa agen hayati berikut yang belum begitu dikenal oleh umum namun telah

diuji coba di laboratorium dan lapangan pada skala kecil efektivitasnya untuk

memberantas larva nyamuk Aedes Agypti.

3. Pemberantasan secara Fisika

Cara yang hingga saat ini masih dianggap paling tepat untuk mengendalikan

penyebaran penyakit demam berdarah adalah dengan mengendalikan populasi

dan penyebaran vektor DBD. Cara pemberantasannya adalah dengan melakukan

kegiatan 3M, yaitu Menguras dan menaburkan bubuk abate, Menutup tempat

penampungan air,dan Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung

air.

Mekanisme Pelayanan Penanggulangan DBD

Tindakan yang harus dilakukan bila ada penderita DBD:

1. Pertolongan pertama yang penting memberi minum sebanyak mungkin.

2. Kompres dengan air es.

57

Universitas Sumatera Utara


3. Beri obat turun panas.

4. Selanjutnya penderita segera dibawa ke dokter/puskesmas yang terdekat untuk

diperiksa. Bila diduga terserang demam berdarah akan dikirim ke rumah sakit

untuk dirawat.

5. Lapor segera ke Puskesmas setempat dengan membawa surat ke rumah sakit.

6. Selanjutnya akan dilakukan tindakan penanggulangan di daerah rumah penderita

dan sekitarnya, tanpa dipungut bayaran.

Jadi sementara ini fogging dan penyuluhan dilakukan kalau memang ada indikasi

kejadian luar biasa demam berdarah, atau jelas-jelas di situ ada kasusnya.

Pemberantasan Sarang Nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M sebagai berikut:

1. Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak

mandi.

2. Menutup tempat penampungan air sehingga tidak ada nyamuk yang memiliki

akses ke tempat itu untuk bertelur.

3. Mengubur barang bekas sehingga tidak dapat menampung air hujan dan

dijadikan tempat nyamuk bertelur.

4. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak

hinggap.

5. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk

abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.

Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.

58

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan dipaparkan hasil-hasil penelitian berupa data primer yang

telah diperoleh dari lapangan. Data primer ini diperoleh melalui wawancara

dilakukan terhadap 2 orang key informan dan 6 orang informan. Jadi seluruh

respoden dalam penelitian ini berjumlah 8 orang.

4.1 Deskripsi Data Hasil Wawancara

4.1.1 Kriteria Key Informan

Agar key informan mampu menjelaskan tentang masalah pokok tersebut di

atas secara mendalam, maka untuk itu penulis memberi syarat sebagai berikut:

1. Tenaga Medis di Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan yang mengepalai

puskesmas (dalam hal ini Kepala Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan).

2. Tenaga Medis terutama yang menangani bagian DBD (dalam hal ini perawat

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan).

3. Pernah mendapat pelatihan mengenai DBD.

Berdasarkan kriteria di atas dianggap bahwa key informan mempunyai

pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang masalah yang dibahas dalam

penelitian.

59

Universitas Sumatera Utara


4.1.1.1 Hasil Wawancara

Berikut ini diuraikan hasil wawancara penulis dengan key informan.

Pertanyaan yang diajukan terdiri dari 17 pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian, yaitu:

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3

indikator Pengembangan Kesehatan Masyarakat.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, yang berisikan 7

pertanyaan dari 3 indikator Pembinaan Peran Serta Masyarakat untuk Hidup Sehat.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, yang berisikan 3

pertanyaan dari 4 indikator Pelayanan Kesehatan secara Menyeluruh kepada

Masyarakat.

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat.

Untuk melaksanakan pengembangan kesehatan masyarakat Puskesmas

Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah

Dengue (DBD) melaksanakan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan Demam

Berdarah Dengue (DBD), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging, abatisasi,

dan Pengamatan Epidemis (PE).

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan sudah sejak lama mengadakan

kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) serta kegiatan yang sifatnya

turun langsung ke masyarakat. Untuk pengorganisasian kegiatan penyuluhan DBD

Puskesmas memberdayakan tenaga medis untuk malaksanakan penyuluhan. Ketika

memasuki musim penghujan puskesmas meningkatkan kegiatan penyuluhannya.

60

Universitas Sumatera Utara


Puskesmas menggerakkan beberapa orang tenaga medis dalam kegiatan

penyuluhan ini setiap hari Jumat. Kegiatan pengawasan kebersihan lingkungan yang

dilaksanakan puskesmas berkoordinasi dengan kelurahan dan kepala lingkungan

setempat.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan: Upaya dan tindakan apa

saja yang dilakukan puskesmas dalam rangka perang terhadap DBD? Jawaban dari

tenaga medis puskesmas bahwa tindakan yang dilakukan puskesmas adalah

melakukan penyuluhan tentang DBD kepada warga, penyuluhan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), melaksanakan penyemprotan pada sekolah-sekolah, dan

rumah-rumah warga, memberikan penyuluhan agar warga tetap menjaga kebersihan

selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir dan mengadakan gotong royong di

lingkungan tempat tinggal.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa tindakan yang dilakukan

puskesmas adalah memberdayakan seluruh tenaga medis dan tenaga administrasi

puskesmas untuk terjun langsung ke masyarakat pada hari Jumat untuk

melaksanakan penyuluhan tentang DBD kepada warga. Selain itu jika ada

pertemuan di kecamatan, kelurahan penyuluhan DBD tetap dilaksanakan.

Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau yang

dikenal dengan 3M, melaksanakan fogging pada sekolah-sekolah, rumah-rumah

warga, penyuluhan agar warga tetap menjaga kebersihan lingkungan dan

menghimbau warga agar melaksanakan gotong royong membersihkan saluran/parit

yang tergenang pada lingkungan tempat tinggalnya.

61

Universitas Sumatera Utara


Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Himbauan apa yang diberikan

kepada warga dalam kegiatan perang terhadap DBD?

Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas sama yaitu:

1. Menghimbau warga agar melaksanakan program 3M pada lingkungan tempat

tinggalnya yaitu:

 Menguras bak mandi, untuk memastikan tidak adanya larva nyamuk yang

berkembang di dalam air dan tidak ada telur yang melekat pada dinding bak

mandi.

 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air (seperti tampayan, drum, dan

lain-lain) agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu.

 Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol

pecah, dan lain-lain) yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi

tempat berkembang biak nyamuk. Kumpulkan potongan bambu, tempurung

kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya.

2. Melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan di dalam rumah dan di

halaman rumah.

3. Bila ada salah seorang warga diduga menderita DBD, segera mungkin

melaporkan ke puskesmas, kelurahan, dan kepling setempat agar dilakukan

fogging di rumah tersebut.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Dalam kegiatan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) puskesmas berkoordinasi dengan pihak mana saja? Jawaban

tenaga medis bahwa puskesmas berkoordinasi dengan pihak kecamatan, kelurahan,

62

Universitas Sumatera Utara


dan kepala lingkungan di wilayah kerja puskesmas untuk melaksanakan kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas melakukan

pengawasan kebersihan lingkungan dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) dan rutinkah kegiatan tersebut dilaksanakan? Jawaban dari tenaga medis

bahwa puskesmas melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan di tiap-tiap

kelurahan. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk dilaksanakan setiap hari

Jumat. Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa puskesmas dalam

melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan berkoordinasi dengan kepala

lingkungan pada tiap-tiap kelurahan. Menyarankan agar setiap kepala lingkungan

mau memonitor warga tiap-tiap rumah agar melaksanakan 3M di tempat tinggalnya

masing-masing. Karena kepala lingkungan yang dekat dengan warga sehingga

mudah dilakukan pengawasan.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas melakukan penyuluhan

DBD kepada masyarakat sebelum mendapat laporan dari masyarakat? Jawaban dari

tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa puskesmas selalu melaksanakan

penyuluhan DBD sebelum menerima laporan dari warga, karena penyuluhan DBD

merupakan program kerja puskesmas, dan menghimbau agar melaksanakan kegiatan

3M pada tempat tinggal warga serta membagikan bubuk abate secara gratis.

Selanjutnya penulis menanyakan: Kapankah penyuluhan DBD kepada warga

dilaksanakan puskesmas dan dengan pihak mana puskesmas berkoordinasi? Jawaban

tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa penyuluhan DBD dilaksanakan setiap

hari Jumat di kelurahan pada wilayah kerja puskesmas dan juga bila ada kegiatan

63

Universitas Sumatera Utara


yang sifatnya turun ke lapangan. Dalam hal ini puskesmas berkoordinasi dengan

pihak kelurahan dan kepala lingkungan untuk mengajak warga datang ke kelurahan

untuk mendapatkan penyuluhan DBD.

Pertanyaan selanjutnya yang penulis ajukan: Apa yang menjadi penyebab

warga dapat terkena DBD? Jawaban dari tenaga medis bahwa penyebab warga dapat

terkena DBD karena warga kurang menjaga kebersihan lingkungan tempat

tinggalnya, kurangnya kesadaran untuk melaksanakan gotong royong membersihkan

selokan/parit, kurang perduli dengan pola hidup sehat, lalai melaksanakan program

3M, dan cuaca yang buruk.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa warga menunggu ada

yang menderita penyakit DBD dulu, setelah itu timbul kesadarannya akan kebersihan

lingkungan dan pola hidup sehat. Kemudian tidak melaksanakan program 3M. Hal

ini yang menjadi kendala utama bagi pihak puskesmas dalam kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk.

2. Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

Perencanaan kegiatan gotong royong yang melibatkan warga untuk

membersihkan selokan/paritnya yang airnya tidak/kurang mengalir dilaksanakan pada

hari Minggu setiap bulannya. Pengorganisasian kegiatan gotong royong melibatkan

tenaga medis dan menggerakkannya pada hari Minggu. Pengawasannya

dilaksanakan puskesmas yang berkoordinasi dengan kepala lingkungan untuk

mengajak peran serta warga dalam kegiatan gotong royong.

64

Universitas Sumatera Utara


Selain itu, kepala lingkungan juga mengawasi warga dalam kegiatan gotong

royong. Jika ada yang kurang peduli maka puskesmas dan kepala lingkungan

melakukan penyuluhan perlunya gotong royong dan pendekatan persuasif.

Tujuannya agar warga lain waktu turut serta dalam kegiatan gotong royong.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah warga di ajak ikut serta dalam

kegiatan gotong royong membersihkan selokan/parit? Jawaban dari tenaga medis

adalah dalam hal ini, puskesmas bekerja sama dengan kelurahan terutama dengan

kepala lingkungan setempat untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan gotong

royong membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas sama dengan apa yang dijelaskan

oleh tenaga medisnya dan menambahkan bahwa dengan adanya koordinasi dengan

pihak kelurahan khususnya kepala lingkungan setempat memudahkan puskesmas

untuk mengajak warga melaksanakan kegiatan gotong royong.

Kemudian penulis menanyakan: Bagaimana respon masyarakat terhadap

kegiatan gotong royong tersebut? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas

bahwa respon masyarakat positif atau menyambut dengan baik dan melaksanakan

kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan /parit yang airnya tidak/kurang

mengalir.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Dengan pihak mana saja

puskesmas berkoordinasi dalam kegiatan gotong royong? Jawaban dari tenaga medis

bahwa dalam kegiatan gotong royong puskesmas berkoordinasi dengan camat, lurah,

dan kepala lingkungan.

65

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa dalam kegiatan gotong

royong puskesmas kerjasama lintas sektoral yaitu dengan camat, lurah, dan terutama

kepala lingkungan. Karena kepala lingkungan yang mengenal dan dekat dengan

masyarakat.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Kendala apa yang ditemukan

puskesmas untuk mengajak warga ikut serta dalam kegiatan gotong royong serta

bagaimana mengatasinya? Jawaban dari tenaga medis bahwa puskesmas

menemukan ada warga yang tidak ikut serta dan kurang kesadarannya dalam

kegiatan gotong royong. Solusinya adalah melakukan pendekatan persuasif terhadap

warga itu dan menjelaskan bahaya dari Demam Berdarah Dengue sehingga perlu

dilaksanakan gotong royong dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Sedangkan jawaban dari Kepala Puskesmas bahwa selaku pimpinan

puskesmas selain ikut memberikan penyuluhan, juga berkoordinasi dengan kepala

lingkungan agar memberi pengarahan dan pendekatan persuasif terhadap warga

yang kurang kepeduliannya dan berharap lain waktu warga itu dapat ikut serta.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apakah warga ikut serta dalam kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala

Puskesmas bahwa ada warga yang ikut serta dan ada juga warga yang tidak ikut

serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Warga yang tidak ikut

berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk dikarenakan kurangnya

kesadaran akan bahaya DBD.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Bagaimana respon warga terhadap

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) tersebut? Jawaban dari tenaga medis

66

Universitas Sumatera Utara


dan Kepala Puskesmas bahwa respon masyarakat positif terhadap kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk, tetapi dalam prakteknya warga masih ada yang

tidak melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilingkungan

tempat tinggalnya.

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Bagaimana tingkat kesadaran

warga akan kebersihan lingkungan? Jawaban dari tenaga medis bahwa warga kurang

kesadaran akan kebersihan lingkungan. Sedangkan jawaban Kepala Puskesmas

bahwa warga kurang kesadarannya akan kebersihan lingkungan, sehingga apabila

ada yang terkena DBD maka kesadarannya mulai muncul.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

Perencanaan kegiatan dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada

masyarakat maka Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan berupa fogging

dilaksanakan sebulan 1 (satu) kali. Pengorganisasian fogging oleh tenaga medis dan

pegawai kelurahan. Fogging dilaksanakan di rumah warga yang terindikasi Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan disekolah-sekolah. Pada rumah warga, fogging

dilaksanakan 1 (satu) kali, tetapi jika ada warga yang terindikasi atau meninggal

terkena Demam Berdarah Dengue (DBD) maka fogging dilakukan sebanyak 2 (dua)

kali. Pengawasan kegiatan ini berkoordinasi dengan kepala lingkungan setempat.

Fogging melibatkan tenaga medis puskesmas dan berkoordinasi dengan

kepala lingkungan. Selain rumah warga yang terindikasi Demam Berdarah Dengue

(DBD), fogging juga dilaksanakan pada radius 200 meter. Hal ini bertujuan untuk

memberantas sarang nyamuk Aedes Aegypti.

67

Universitas Sumatera Utara


Selain fogging pelayanan kesehatan lain berupa pemberian bubuk abate gratis.

Hal ini bertujuan untuk melaksanakan abatisasi yaitu menaburkan bubuk abate di bak

mandi dan tempat penampungan air. Puskesmas melakukan pengawasan pada rumah

warga dan menjelaskan penggunaannya sekaligus menanyakan apakah warga telah

melaksanakan abatisasi. Puskesmas berkoordinasi dengan kepala lingkungan agar

melakukan pendekatan langsung kepada warga pada setiap rumah warga di

lingkungannya.

Penulis mengajukan pertanyaan: Apa tindakan yang di ambil puskesmas jika

mendapatkan laporan DBD dari warga? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala

Puskesmas bahwa puskesmas akan mendatangi rumah warga yang terkena DBD,

penderita dibawa ke puskesmas/dokter, lalu melakukan pemeriksaan Epidemologi,

bila positif terkena DBD akan dikirim langsung ke rumah sakit untuk dirawat, dan

selanjutnya puskesmas melaksanakan fogging di rumah warga yang menderita DBD .

Kemudian penulis mengajukan pertanyaan: Berapa kali fogging dilakukan

puskesmas pada rumah warga yang menderita DBD? Jawaban dari tenaga medis dan

Kepala Puskesmas bahwa fogging 2 (dua) kali dilakukan jika ada warga yang

terkena atau meninggal karena DBD dan 1 (satu) kali dilakukan fogging jika tidak

ada warga yang terkena DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Dimana saja puskesmas

melakukan fogging? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas bahwa

puskesmas melakukan fogging di rumah-rumah warga dan di sekolah-sekolah.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah puskesmas membagikan

bubuk abate kepada warga? Jawaban dari tenaga medis dan Kepala Puskesmas

68

Universitas Sumatera Utara


bahwa puskesmas membagikan bubuk abate secara gratis kepada warga serta

petunjuk penggunaannya.

4.2.1. Kriteria Informan

Agar informan mampu menjelaskan tentang masalah pokok tersebut di atas

secara mendalam, maka untuk itu penulis memberi syarat sebagai berikut:

1. Warga yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan.

2. Pernah menderita DBD.

Berdasarkan kriteria diatas dianggap bahwa informan mempunyai

pengalaman dan pengetahuan yang cukup tentang masalah yang dibahas dalam

penelitian ini.

4.2.1.1 Hasil Wawancara

Berikut ini diuraikan hasil wawancara penulis dengan informan. Pertanyaan

yang diajukan terdiri dari 16 pertanyaan yang terbagi atas 3 bagian, yaitu:

1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat, yang berisikan 7 pertanyaan dari 3

indikator pengembangan kesehatan masyarakat.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, yang berisikan 6

pertanyaan dari 3 indikator pembinaan peran serta masyarakat untuk hidup sehat.

3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, yang berisikan 3

pertanyaan dari 3 indikator pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada

masyarakat.

69

Universitas Sumatera Utara


1. Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan informan: Apakah

Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang DBD dari pihak puskesmas sebelum

terkena DBD? Adapun jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil dan Asbiah

Lubis bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan DBD, sedangkan menurut

Tania Septari, Ikhsan, Putri Ayu Lestari, dan M. Pane bahwa puskesmas tidak

pernah melaksanakan penyuluhan DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan kepada informan: Sepengetahuan

Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan penyuluhan di kelurahan? Jawaban dari

informan seluruhnya sama yaitu: bahwa puskesmas pernah melaksanakan

penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada warga di kelurahan.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah Bapak/Ibu pernah

mendapat penyuluhan tentang kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari

pihak puskesmas? Jawaban dari informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari,

Asbiah Lubis, dan M. Pane bahwa puskesmas pernah melaksanakan penyuluhan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sewaktu mengadakan penyuluhan di

kelurahan dan pada saat pihak puskesmas penyuluhan turun lapangan ke rumah-

rumah warga. Sedangkan menurut Ikhsan dan Putri Ayu Lestari bahwa puskesmas

tidak pernah melakukan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah Bapak/Ibu mengetahui

tentang kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Jawaban dari informan

yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Ikhsan, dan Asbiah Lubis mengetahui bahwa

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan kegiatan 3M, Menguras,

70

Universitas Sumatera Utara


Menutup, Mengubur benda-benda yang diperkirakan sarang nyamuk Aedes Agypti

sebagai penyebar virus Demam Berdarah Dengue (DBD). Sedangkan menurut Putri

Ayu Lestari dan M. Pane bahwa mereka tidak mengetahui tentang kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu pihak mana

saja yang membantu puskesmas dalam sosialisasi pencegahan dan penanggulangan

terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)? Jawaban dari informan yaitu: Menurut

Aidil, Tania Septari, Ikhsan, Asbiah Lubis, dan M. Pane sama bahwa puskesmas

dibantu pihak dari kecamatan, kelurahan, dan terutama kepala lingkungan. Hal ini

terbukti dari kegiatan fogging terdapat kepala lingkungan dan pegawai kelurahan

serta pelaporan yang dilaksanakan pihak kelurahan atau kepala lingkungan.

Sedangkan menurut Putri Ayu Lestri bahwa ia kurang mengetahui pihak mana saja

yang membantu puskesmas dalam sosialisasi pencegahan dan penanggulangan

terhadap DBD.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu apa yang

menjadi penyebab merajalelanya Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini? Jawaban

dari seluruh informan sama bahwa penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

karena kurang kesadaran akan kebersihan lingkungan, lalai melaksanakan kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan perubahan cuaca yang tidak menentu.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu bagaimana

cara menjaga kebersihan lingkungan? Jawaban dari semua informan sama bahwa

caranya dengan melaksanakan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau

71

Universitas Sumatera Utara


lebih dikenal dengan 3M pada lingkungan dalam rumah dan pekarangan serta

bergotong royong membersihkan selokan/parit.

2. Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu kegiatan apa

saja yang seharusnya dilaksanakan puskesmas bersama-sama dengan masyarakat

untuk penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD)? Adapun jawaban dari

seluruh informan sama bahwa kegiatan yang seharusnya dilaksanakan puskesmas

bersama-sama dengan masyarakat adalah gotong royong dan Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN) karena nyamuk Aedes Agypti hanya hidup di tempat yang

bersih.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu apakah

rmasyarakat ikut serta dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan

selokan/parit yang airnya tidak/kurang mengalir? Adapun jawaban dari informan

yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Ikhsan, Asbiah Lubis, dan M. Pane sama bahwa

masyarakat ikut serta dalam kegiatan gotong royong. Kegiatan ini dilaksanakan

pada hari Minggu dan diberitahukan kepada warga pada hari Jumat dan Sabtu.

Sedangkan menurut Putri Ayu Lestari bahwa masyarakat di lingkungannya tidak ikut

serta dalam kegiatan gotong royong untuk membersihkan selokan/parit, karena

masyarakat di lingkungannya kurang perduli akan ajakan kepala lingkungan untuk

bergotong royong dan cenderung masyarakat di lingkungannya cuek dan mengurus

urusannya masing-masing.

72

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah kegiatan gotong royong

rutin dilaksanakan oleh masyarakat di lingkungan ini? Adapun jawaban informan

yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, dan M. Pane bahwa kegiatan gotong royong

dilingkungannya dilaksanakan sebulan sekali. Sedangkan menurut Ikhsan, Asbiah

Lubis, dan Putri Ayu Lestari bahwa kegiatan gotong royong di lingkungannya jarang

atau tidak rutin dilaksanakan oleh masyarakat. Gotong royong di lingkungannya

hanya dilaksanakan 3 (tiga) bulan sekali.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Apakah masyarakat ikut serta

dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Adapun jawaban informan

sama bahwa masyarakat ikut serta dalam kegiatan PSN karena warga itu sendiri

yang menjadi pelaku utama hidup untuk sehat serta menjaga kebersihan lingkungan

tempat tinggalnya.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Bagaimana respon masyarakat

terhadap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)? Adapun jawaban

informan sama bahwa warga menyambut positif dan melaksanakan kegiatan PSN di

lingkungan tempat tinggalnya. Namun, ada juga warga yang kurang perduli akan

hal itu, menunggu ada yang menderita DBD baru melaksanakannya.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Menurut Bapak/Ibu bagaimana

tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan? Adapun jawaban

informan yaitu: Menurut Aidil, Tania Septari, Asbiah Lubis, Putri Ayu Lestari, dan

M. Pane bahwa tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih

sangat kurang. Sedangkan menurut Ikhsan bahwa tingkat kesadaran masyarakat

tinggi terhadap kebersihan lingkungan.

73

Universitas Sumatera Utara


3. Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

Pertanyaan selanjutnya yang penulis ajukan: Menurut Bapak/Ibu tindakan

atau langkah pertama yang dilakukan puskesmas bila ada warga yang diduga

menderita DBD? Adapun jawaban seluruh informan sama yaitu: bahwa tindakan

atau langkah pertama yang dilakukan puskesmas bila ada warga yang diduga

menderita DBD adalah tenaga medis dari puskesmas mendatangi penderita DBD ke

rumahnya, memeriksanya, lalu dibawa ke puskesmas/dokter terdekat, bila positif

terserang DBD maka akan dikirim ke rumah sakit untuk dirawat. Selanjutnya rumah

yang terkena DBD akan di fogging oleh puskesmas dan kepala lingkungan.

Selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan: Sepengetahuan Bapak/Ibu

apakah puskesmas melaksanakan fogging di daerah ini? Jawaban dari seluruh

informan sama bahwa puskesmas melaksanakan fogging di daerah ini dan

lingkungan sekitarnya 1 (satu) kali kepada warga yang tidak terkena DBD, tetapi

jika ada warga yang terkena atau meninggal karena DBD maka akan di fogging

sebanyak 2 (dua) kali.

Penulis mengajukan pertanyaan yang terakhir: Apakah puskesmas

membagikan bubuk Abate kepada warga? Adapun jawaban dari informan yaitu:

Menurut Tania Septari, Asbiah Lubis, dan M. Pane bahwa puskesmas membagikan

bubuk Abate secara gratis sekaligus menjelaskan cara penggunaannya. Sedangkan

menurut Aidil, Ikhsan, dan Putri Ayu Lestari bahwa mereka merasa tidak pernah

mendapat bubuk Abate dari puskesmas.

74

Universitas Sumatera Utara


BAB V

ANALISA DATA

Setelah terkumpulnya data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

analisa data. Pada tahap ini sasaran utama adalah untuk mengetahui bagaimana

usaha-usaha apa saja yang dilakukan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

dalam penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah kerja Puskesmas

Pembantu Sidorejo Hilir Medan.

5.1 Pengembangan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian penulis maka diketahui bahwa Pengembangan

Kesehatan Masyarakat merupakan fungsi Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir. Bagi

key informan berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator pengembangan kesehatan

masyarakat sedangkan bagi informan berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator.

 Melaksanakan penyuluhan DBD ke masyarakat.

Kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dilaksanakan

puskesmas di masyarakat menurut key informan telah dilaksanakan secara maksimal.

Ada responden menjawab bahwa pernah mendapatkan penyuluhan tentang Demam

Berdarah Dengue (DBD) dari puskesmas. Namun ada sebagian lagi informan yang

menjawab bahwa tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang Demam Berdarah

Dengue (DBD) dari puskesmas. Ada juga informan yang mengetahui informasi

Demam Berdarah Dengue (DBD) dari media elektronik dan media cetak.

75

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian, Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak hanya diperangi

saat penyakit maut itu sudah mengambil nyawa, tapi “perang" melawan nyamuk

Aedes Agypti itu dilaksanakan sebelum wabahnya datang.

 Melaksanakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilaksanakan di dalam rumah dan

pekarangan tempat tinggal merupakan kunci utama penanggulangan Demam

Berdarah Dengue (DBD). Warga dituntut untuk menjadi pelaku utama dalam

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang bertujuan untuk menghindari

terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sekaligus untuk menjaga

kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Dari hasil wawancara terhadap key informan bahwa puskesmas melaksanakan

penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada masyarakat di wilayah

kerjanya. Akan tetapi ada juga informan yang menyatakan bahwa puskesmas tidak

pernah melakuka n kegiatan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Seharusnya puskesmas lebih intensif terjun langsung ke masyarakat sebagai upaya

pelayanan.

 Melaksanakan penyuluhan dan pengawasan kebersihan lingkungan.

Dalam melaksanakan penyuluhan dan pengawasan kebersihan lingkungan

menurut pihak puskesmas selalu key informan melaksanakan penyuluhan baik itu

penyuluhan DBD maupun Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) karena penyuluhan

tersebut merupakan program kerja puskesmas dan dalam pengawasan kebersihan

lingkungan pihak puskesmas selalu melaksanakan pengawasan kebersihan

lingkungan di tiap-tiap kelurahan. Dalam pengawasan kebersihan lingkungan

76

Universitas Sumatera Utara


puskesmas juga berkoordinasi dengan pihak kecamatan, kelurahan, dan kepala

lingkungan di wilayah kerja puskesmas.

Sedangkan menurut informan dari hasil wawancara bahwa pihak puskesmas

tidak pernah melaksanakan penyuluhan DBD maupun Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) dan pengawasan kebersihan lingkungan. Seharusnya puskesmas lebih

intensif lagi melakukan penyuluhan dan lebih sering terjun langsung ke masyarakat

dan juga aktif dalam pengawasan kebersihan lingkungan masyarakat di wilayah kerja

puskesmas.

5.2 Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat.

Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat, bagi key informan

berisikan 7 pertanyaan dari 3 indikator sedangkan bagi informan berisikan 6

pertanyaan dari 3 indikator.

 Mengadakan kegiatan gotong royong dengan warga masyarakat untuk

membersihkan parit selokan//parit yang airnya tidak/kurang mengalir.

Kegiatan gotong royong membersihkan selokan/parit yang airnya

tidak/kurang mengalir yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

bersama dengan warga masyarakat dilaksanakan sekali dalam sebulan. Kegiatan ini

berkoordinasi dengan pihak kecamatan, kelurahan, dan kepala lingkungan di

lingkungan masing-masing.

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan gotong royong menurut key informan

dilaksanakan secara rutin yaitu sekali dalam sebulan dan dari pihak kepala

lingkungan ikut mengawasi jalannya kegiatan gotong royong. Sedangkan menurut

77

Universitas Sumatera Utara


informan bahwa kegiatan gotong royong ada hanya saja dilaksanakan sekali dalam 3

(tiga) bulan. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran warga terhadap

kebersihan lingkungan.

 Menghimbau masyarakat untuk melaksanakan program 3M.

Dari hasil wawancara menurut key informan kegiatan menghimbau

masyarakat untuk melaksanakan program 3M selalu dilaksanakan oleh puskesmas

kepada masyarakatnya dan kegiatan himbauan tersebut dilakukan terjun langsung ke

masyarakat setiap hari Jumat. Selain itu puskesmas juga melaksanakan pertemuan di

kecamatan dan kelurahan.

Sedangkan menurut informan ada sebagian informan yang mendapat

himbauan program 3M dari puskesmas dan melaksanakannya, ada juga sebagian

informan yang tidak mendapat himbauan program 3M dari puskesmas, alasannya

mulai dari tidak tahu dan kurangnya kepedulian masyarakat untuk melaksanakan

program 3M tersebut.

 Mengajak masyarakat membersihkan/menguras dan menutup rapat

penampungan air.

Dari hasil wawancara menurut key informan puskesmas selalu mengajak

masyarakat membersihkan/menguras dan menutup rapat tempat penampungan air.

Menurut sebagian informan pihak puskesmas pernah mengajak masyarakat

membersihkan/menguras dan menutup rapat tempat penampungan air, sedangkan

sebagian informan lagi merasa tidak pernah di ajak pihak puskesmas

membersihkan/menguras dan menutup rapat tempat penampungan air. Kalaupun ada

masyarakat yang tahu tentang pelaksanaan membersihkan/menguras dan menutup

78

Universitas Sumatera Utara


rapat tempat penampungan air, tetapi kenyataannya dilapangan kesadaran mereka

untuk melaksanakan kegiatan tersebut masih sangat kurang.

5.3 Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat, bagi key

informan berisikan 4 pertanyaan dari 3 indikator sedangkan bagi informan berisikan 3

pertanyaan dari 3 indikator.

 Melaksanakan fogging di tempat tinggal warga dan sekolah-sekolah.

Dari hasil wawancara terhadap key informan bahwa kegiatan fogging

dilaksanakan sebulan sekali di sekolah-sekolah dan rumah-rumah penduduk yang

tidak terindikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) sedangkan pada rumah warga

yang terkena atau meninggal karena Demam Berdarah Dengue (DBD) fogging

dilakukan 2 (dua) kali. Seluruh informan menyatakan bahwa fogging hanya

dilakukan sekali saja pada rumah-rumah warga yang tidak terindikasi Demam

Berdarah Dengue (DBD), sedangkan pada rumah warga yang terkena atau meninggal

karena Demam Berdarah Dengue (DBD) fogging dilakukan 2 (dua) kali.

Dengan demikian, fogging yang dilaksanakan puskesmas sudah efektif

dilaksanakan sebulan sekali di tiap kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas dan

dilaksanakan secara serempak.

 Membagikan bubuk abate secara gratis dan menaburkan pada tempat

penampungan air.

Kegiatan abatisasi yang dilaksanakan puskesmas menurut key informan

dengan cara membagikan bubuk abate secara gratis kepada warga. Dalam hal ini

79

Universitas Sumatera Utara


puskesmas menjelaskan pemakaiannya serta menghimbau menaburkan pada bak

mandi dan tempat penampungan air. Tetapi belakangan ini puskesmas tidak

mendapatkan bubuk abate dari Dinas Kesehatan sehingga belakangan ini puskesmas

tidak lagi membagikan bubuk abate kepada warga. Hal ini di akui pihak puskesmas

menjadi kendala dalam pemberian bubuk abate kepada warga. Dari hasil wawancara

dengan informan bahwa ada warga yang tidak mendapat bubuk abate dari puskesmas.

Pembagian bubuk abate itu tidak merata dilaksanakan puskesmas. Padahal

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging, dan abatisasi merupakan cara

mematikan jentik nyamuk yang ada di bak mandi dan tempat penampungan air.

Seharusnya pihak puskesmas melapor dan menanyakan kepada Dinas

Kesehatan agar pemberian bubuk abate secara gratis itu tetap diberikan kepada warga

dan tidak diberhentikan begitu saja. Karena pemberian bubuk abate merupakan salah

satu cara untuk memberantas Demam Berdarah Dengue (DBD).

 Memberikan rujukan perobatan ke rumah sakit bagi pasien DBD.

Dari hasil wawancara dengan key informan bahwa puskesmas selalu

memberikan rujukan perobatan ke rumah sakit bagi pasien yang menderita DBD.

Penderita yang positif terkena DBD biasanya langsung dibawa ke rumah sakit oleh

puskesmas. Menurut seluruh informan pelayanan yang diberikan puskesmas ketika

ada warganya yang terkena DBD adalah langsung mendatangi rumah warga,

memeriksanya, dan bila positif terkena DBD maka puskesmas langsung memberikan

rujukan perobatan ke rumah sakit untuk dirawat.

80

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian, pelayanan yang diberikan oleh puskesmas dalam

memberikan rujukan perobatan ke rumah sakit pada pasien DBD dirasakan sudah

baik dan memberi rasa puas bagi informan.

81

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Pembantu

Sidorejo Hilir Medan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Perencanaan kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) oleh

Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan di masyarakat dilaksanakan pada

setiap hari Jumat dan kegiatan tersebut sifatnya juga turun langsung ke

lapangan/masyarakat. Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan dalam

pengorganisasiannya memberdayakan tenaga medis untuk melaksanakan

penyuluhan terhadap warga. Pengawasan kegiatan penyuluhan dan upaya

penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) dilaksanakan oleh puskesmas

dan berkoordinasi dengan kepala lingkungan terhadap warga di lingkungannya.

b. Upaya dan tindakan yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir

Medan di wilayah kerjanya dalam kegiatan “perang” melawan Demam Berdarah

Dengue (DBD) yaitu: Penyuluhan tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) dan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), fogging dilaksanakan pada radius 200

meter pada sekolah-sekolah dan rumah warga yang diduga menderita Demam

Berdarah Dengue (DBD) dan melaksanakan Pengamatan Epidemis (PE).

c. Meningkatnya jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) disatu sisi

penyebabnya kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan

82

Universitas Sumatera Utara


tempat tinggalnya. Kesadaran mulai muncul ketika di daerahnya ada yang

menderita Demam Berdarah Dengue (DBD).

d. Kegiatan fogging yang dilaksanakan Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

dilaksanakan sebulan sekali pada rumah warga yang tidak terindikasi Demam

Berdarah Dengue (DBD) sedangkan pada rumah warga yang terindikasi atau

meninggal karena Demam Berdarah Dengue (DBD) fogging dilaksanakan 2

(dua) kali dalam sebulan. Puskesmas juga melaksanakan abatisasi dengan

memberikan bubuk abate secara gratis dan menerangkan penggunaannya kepada

warga untuk ditaburkan pada bak mandi dan tempat penampungan air.

e. Dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) Puskesmas

Pembantu Sidorejo Hilir Medan melaksanakan kerjasama dengan pihak

kecamatan, kelurahan, dan kepala lingkungan yang ada di wilayah kerjanya.

Terutama dengan kepala lingkungan, Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan

sangat mengharapkan bantuannya dalam mengawasi warganya dalam

melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan gotong royong.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan sebagai bahan masukan

untuk lebih meningkatkan mutu dan manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi pihak Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir Medan agar meningkatkan

kegiatan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada masyarakat dalam

rangka memberi pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan membina peran

serta masyarakat untuk hidup sehat.

83

Universitas Sumatera Utara


b. Bagi pihak kecamatan, kelurahan, dan khususnya kepala lingkungan agar tetap

memberikan penyuluhan dan pengawasan kebersihan lingkungan dan kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan juga kegiatan gotong royong.

c. Bagi pihak Dinas Kesehatan agar tetap memberikan bubuk abate kepada

Puskesmas sehingga Puskesmas Pembantu Sidorejo Hilir dapat memberikan

bubuk abate secara gratis kepada warganya.

d. Bagi pihak warga masyarakat agar meningkatkan kesadaran akan pentingnya

pola hidup bersih dan sehat dan juga agar warga rutin melaksanakan kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) atau lebih dikenal dengan 3M pada

lingkungan dalam rumah dan pekarangan serta bergotong royong membersihkan

selokan/parit.

84

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Alifared. 1997. Metode Penelitian Sosial Dalam Bidang Ilmu Administrasi Negara.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Azwar, Azrul, 1996. Puskesmas dan Kesehatan Pokok. Akadoma, Jakarta.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Rineka Cipta, Jakarta.

Dainur, 1994, Kegiatan KIA di Puskesmas dan Permasalahannya, EGC, Jakarta.

Dimock & Dimock. 1992. Administrasi Negara Jilid 1 dan 2. Rineka Cipta. Jakarta.

Dini Siti Anggraeni. 2010. Stop! Demam Berdarah Dengue. Cita Insani Madani.
Bogor.

Departemen Kesehatan. 1984. Pedoman Stratifikasi Puskesmas. Jakarta.


.
Depkes. 1981. Demam Berdarah: Diagnosa dan Pengelolaan Penderita, Jakarta.

Depkes RI. 1986. Kumpulan Ringkasan (Bagian Hasil Penelitian, Makalah,


Laporan Kegiatan, mengenai Hubungan antara Puskesmas dan
Masyarakat Tahun 1985), Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan Badan
Penelitian dan Pengembangan. Jakarta.

Faisal, Sanapiah, 1995, Format-format Penelitian Sosial, Rajawali Pers, Jakarta.

Hadinegoro dan Sri Rezeki S., 2004, Demam Berdarah Dengue, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Haryanti, Budi. 1990. Berbagai Aspek DBD dan Penanggulangannya, Universitas


Indonesia Perss, Depok.

Hasibuan, Malayu, S. P. 2003. Dasar, Pengertian, dan Masalah. Bumi Aksara,


Jakarta.

Horton, Paul B., & Chester L. Hunt. 1988. Sosiologi Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.

Moenir, H.A. S. 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara,


Jakarta.

Nasir, Moh.1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Sosial, Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Nasution S. 1996. Metode Penelitian Administrasi Negara Naturalistik-Kualitatif,


Tarsita, Bandung.

Nasution, Zulkarimein. 1990. Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan,


Lembaga Penerbit Fakultas FE-UI. Jakarta.

Nazrul, Hendrawan. 1998. 100 Pertanyaan dan Jawaban DBD. Puspa Swara.
Jakarta.

Poerdawarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.


Jakarta.

R. G. Terry. 1986. Principles of Management. Alumni. Bandung.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Dasar 1945.

Suharsimi Arikunto. 2007. Manajemen Penelitian. PT RINEKA CIPTA. Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. CV Alfabeta. Bandung.

Sedarmayanti. 2000. Restrukrisasi dan Pemberdayaan Organisasi, Mandar Maju,


Bandung.

Sokanto, Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Perss, Jakarta.

Sunaryo, Sumarno P.S. 1988. Demam Berdarah Dengue, Universitas Indonesia


Press, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Thoha, Miftah. 1990. Kepemimpinan dan Manajemen Suatu Pendekatan Perilaku,
Sinar Baru, Bandung.

Sumber Lain:

http://www.RSU Dr. Pirngadi Medan researchgate.net/publication_Analisa


Kecenderungan Penderita Demam Berdarah Dengue Tahun 2001-2005 untuk
Peramalan Tahun 2006-2010)

http://www.medantalk.com/awas-demam-berdarah-mengganas/

Universitas Sumatera Utara


STRUKTUR ORGANISASI PUSTU SIDOREJO HILIR
Kepala Puskesmas Pembantu
Sidorejo Hilir

dr. Fredes Siahaan Adm / Kepegawaian

Rabiah

KTU Perlengkapan
Rabiah Rabiah

Keuangan
Rabiah

KESLING KIA / KB Pengobatan Promkes


Juliana. S
Tirsem Poli Umum : dr. Fredes Siahaan drg. Hj. Chairumahnum
Poli gigi : drg. Hj. Chairumahnum

Gizi
P2P Tialam Laboratorium
UKGM
Rolimah
- Drg.Hj, Chairumahnum
DBD : Rabiah Immunisasi - Drg.Nurhafizah Nst
Esra Ria Medan Sehat / JKS
Flu Burung : Rabiah
Mudianti
TBC : Rolimah
Ispa : Rolimah UKS
AFP : Rolimah SP2TP
Usila
Kusta : Rolimah Tialam Mudianti
Rolimah
Diare : Ernimi. M
Campak : Mudianti Farmasi UKGS
Maisarah
Tirsem

Universitas Sumatera Utara


Wawancara terhadap Key Informan

Pengembangan Kesehatan Masyarakat

1. Upaya dan tindakan apa saja yang dilakukan puskesmas dalam rangka perang

terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)?

2. Himbauan apa yang diberikan kepada masyarakat dalam kegiatan perang

terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD)?

3. Dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) puskesmas

berkoordinasi dengan pihak mana saja?

4. Apakah puskesmas melakukan pengawasan kebersihan lingkungan dalam

kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan rutinkah kegiatan

tersebut dilaksanakan?

5. Apakah puskesmas melakukan penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD)

kepada warga sebelum mendapat laporan dari warga?

6. Kapankah penyuluhan Demam Berdarah Dengue (DBD) kepada warga

dilaksanakan dan dengan pihak mana puskesmas berkoordinasi?

7. Apa yang menjadi penyebab merajalelanya Demam Berdarah Dengue (DBD)

di masyarakat?

Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

1. Apakah diajak ikut serta dalam gotong royong membersihkan selokan/parit?

2. Bagaimana respon warga terhadap kegiatan gotong royong tersebut?

3. Dengan pihak mana saja puskesmas berkoordinasi dalam kegiatan gotong

royong?

Universitas Sumatera Utara


4. Kendala apa yang ditemukan puskesmas untuk mengajak masyarakat terlibat

kegiatan gotong royong dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasinya?

5. Apakah warga ikut serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

6. Bagaimana respon warga terhadap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

7. Bagaimana tingkat kesadaran warga akan kebersihan lingkungan?

Pelayanan Kesehatan Secara Menyeluruh Kepada Masyarakat

1. Apa tindakan pertama yang diambil puskesmas bila mendapatkan laporan

Demam Berdarah Dengue (DBD) dari masyarakat?

2. Berapa kali fogging yang dilakukan puskesmas di rumah warga bila

mendapat laporan masyarakat tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)?

3. Dimana saja puskesmas melakukan penyemprotan/fogging?

4. Apakah puskesmas membagikan bubuk abate kepada warga?

Universitas Sumatera Utara


Wawancara Terhadap Informan

Pengembangan Kesehatan Masyarakat

1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang Demam Berdarah

Dengue (DBD) dari pihak puskesmas sebelum terkena Demam Berdarah

Dengue (DBD)?

2. Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan penyuluhan di

kelurahan?

3. Apakah Bapak/Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang kegiatan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dari pihak puskesmas?

4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang kegiatan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN)?

5. Menurut Bapak/Ibu pihak mana saja yang membantu puskesmas dalam

sosialisasi pencegahan dan penanggulangan terhadap Demam Berdarah

Dengue (DBD)?

6. Menurut Bapak/Ibu apa yang menjadi penyebab merajalelanya Demam

Berdarah Dengue (DBD) saat ini?

7. Menurut Bapak/Ibu bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan?

Pembinaan Peran Serta Masyarakat Untuk Hidup Sehat

1. Menurut Bapak/Ibu kegiatan apa saja yang seharusnya dilaksanakan

puskesmas bersama-sama dengan warga untuk penanggulangan Demam

Berdarah Dengue (DBD)?

Universitas Sumatera Utara


2. Menurut Bapak/Ibu apakah masyarakat ikut serta dalam kegiatan gotong

royong untuk membersihkan selokan/parit yang airnya tidak/kurang

mengalir?

3. Apakah kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan oleh masyarakat di

lingkungan ini?

4. Apakah warga ikut serta dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

5. Bagaimana respon warga terhadap kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN)?

6. Menurut Bapak/Ibu bagaimana tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan

lingkungan?

Pelayanan Kesehatan Serta Menyeluruh Kepada Masyarakat

1. Menurut Bapak/Ibu tindakan atau langkah pertama apa yang dilakukan

puskesmas bila ada warga yang diduga menderita Demam Berdarah Dengue

(DBD)?

2. Sepengetahuan Bapak/Ibu apakah puskesmas melaksanakan fogging di

daerah ini?

3. Apakah puskesmas membagikan bubuk abate kepada warga masyarakat?

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai