Anda di halaman 1dari 29

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Teori Belajar
Dosen Pengampu Dr. Wiryanto., M.Pd

Disusun Oleh:

Yunita Anggraeni Sutanti (19070855015)


Kelas 2019 A

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


PENDIDIKAN DASAR PGSD
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .

            Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
   
            Akhir kata kami berharap semoga makalah Ini tentang “Hakikat dan Teori Belajar serta
Implementasinya dalam Pembelajaran” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
   
                                                                              

Surabaya, 22 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

A.     TEORI HUMANISTIK

a.  Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:

b.  Implementasi teori humanistik dalam pembelajaran

B.     TEORI BEHAVIORISTIK

a.      Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya:

b.      Implementasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

C.     TEORI KOGNITIF

a.      Teori  Kognitiv

b.      Implementasi

D.     TEORI KONSTRUKTIVISTIK

a)      Tokoh-tokoh kontrutivisme

b)      Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran

3
E.     TEORI PEMROSESAN INFORMASI

a.      Tokoh-tokoh pemrosesan Informasi

b.      Komponen Pemrosesan informasi

c.      Implementasi teori pemrosesan dalam pembelajaran

F.      TEORI KECERDASAN GANDA

1.      Tokoh kecerdasan ganda

2.      Implementasi Kecerdasan Ganda

G.     TEORI KERJA OTAK

a.      Tokoh-tokoh

b.      Implementasi Teori Kerja Otak Dalam Pembelajaran

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

B.     SARAN

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi
mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau
pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai
individu untuk dapat mengembangkan potensi yng dimkili menjadi kompetensi sesuai dengan
cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh
karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada invidu peserta didik.

Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak
dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini
disebabkan karena kurangnya pemahman pendidik tentang karakteristik individu.

Teori merupakan serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan
hubungan antar variabel,dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Beberapa teori Belajar sebagi berikut :

1.      Teori Humanisme

2.      Teori behavioristik

3.      Teori kognitif

4.      Teori konstruktivistik

5.      Teori pemrosesan informasi

6.      Teori kecerdasan ganda

7.      Teori kerja otak.

5
B. Rumusan Masalah

1.      Apa itu Teori Pembelajaran ?

2.      Jelaskan Hakikat teori belajar ?

3.      Bagaimana mengimplementasikan masing-masing teori belajar tersebut dalam


Pendidikan ?

C. Tujuan

1.      Mengetahui apa itu teori pembelajaran

2.      Mengetahui Hakikat Teori Belajar

3.      Mengetahui Macam-macam Teori belajar serta Pengaplikasiannya pada pembelajaran

6
BAB II

PEMBAHASAN

Teori merupakan serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling


berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan
kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004),
belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait
sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S.
Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan
mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Dengan demikian belajar dapat sdisimpulkan rangkaian kegiatan atau aktivitas yang


dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa
penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh
sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif
dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka
dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.

A.    TEORI HUMANISTIK

Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun
1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan, seperti : Abraham Maslow dan Carl Rogers. mereka mendirikan sebuah asosiasi
profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti

7
tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas
dan sejenisnya.

Aliran humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan
behavioristik. Aliran humanisnik beranggapan bahwa psikoanalisis dan behavioristik tidak
menghormati namusia sebagai manusia. Keduanya tidak bisa menjelaskan eksistensi manusia,
seperti cinta, kraetivitas, nilai makna, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inialh yang diisi oleh
psikologi humanistik.

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak
dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang
kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling
ideal.

Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa
motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru
ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistic berpendapat bahwa teori
belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara optimal.

Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori
belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang diinginkan
karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:

1. Kolb

a. Tahap pandangan konkret

b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif

c. Tahap konseptualisasi

8
d. Tahap eksperimentasi aktif

2. Honey dan Mumford

a. Kelompok aktivis

b. Kelompok reflector

c. Kelompok teoris

d. Kelompok pragmatis

3. Habermas

a. Belajar teknis (technical learning)

b. Belajar praktis (practical learning)

4. Bloom dan Krathwohl

a. Domain kognitif

b. Domain psikomotor

c. Domain afektif

b.  Implementasi teori humanistik dalam pembelajaran.

Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun
akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori humanistik
sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis dan dianggap lebih dekat
dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga
sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun
sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah
dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat kejiwaan
manusia.

9
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar.

Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan humanistik:

1.      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.

2.      Menentukan materi-materi pembelajaran.

3.      Mengidentifikasi kemampuan awal dari peserta didik atau siswa.

4.      Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan siswa untuk


dapat belajar secara aktif.

5.      Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran.

6.      Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang nyata.

7.      Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman belajar.

8.      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

B.    TEORI BEHAVIORISTIK

Teori behavioristik mulai berkembang dari tahun 1874 sampai saat sekarang ini di mulai
dari Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949) selanjutnya van Petrovich Pavlov (1849-1936)
seiring berjalannya waktu hingga saat ini begitu banyak tokoh behavioristik, salah satunya
skinner dimana beliau adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam teori behsvioristik.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan). Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.

10
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang berupa stimulus dan
output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa yang tejadi diantara stimulus dan
respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru
(stimulus) dan apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting
untuk melihat terjadinya perubahan tungkah laku tersebut. Faktor lain yang juga dianggap
penting adalah faktor penguatan. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan diitambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu bentuk
stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan (dikurangi) untuk
memungkinkan terjadinya respon.

a.    Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya:

1. Thorndike

Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon.

2. Watson

Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus
dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.

3. Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian tentang belajar.

4. Edwin Guthrie

Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan respon. Namun ia
mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan
biologis sebagaimana Clark Hull.

5. Skinner

11
Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-
konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya.

Dari beberapa tokoh teori behavioristik Skinner merupaka tokoh yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori behavioristik.Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan
perasaan individu dalam suatu belajar.

b.    Implementasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran

Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek
pendidikkan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif.
Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai huhukuman.hukuman. 

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti;
tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid. 

12
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses
berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. 

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di dunia nyata telah
tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-
aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat
esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan
sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan
dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah obyek yang
harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem
yang berada di luar diri siswa. 

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,


sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang menuntut siswa untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi
atau materi pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara
ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan
penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar. 

C.   TEORI KOGNITIF

Teori kognitif mulai berkembang sejak tahun 1896 hingga saat ini dimana Jean Piaget
(1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif
dunia kognitif mereka sendiri, dan di lanjut Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana

13
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan
pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan
alat-alat ingatan.

Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:

a.  Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil

b.  Disebut model perseptual

c.Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya

d.  Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang nampak

e.Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran  menjadi komponen-komponen


yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna.

f.   Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.

g.  Belajar merupakan  aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.

h. Dalam praktek pembelajaran  teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J. Piaget),
Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki belajar (Gagne),
Webteaching (Norman)

i. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan

14
j.    Materi pelajaran disusun dengan  pola dari sederhana  ke kompleks

k. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat  mempengaruhi keberhasilan


siswa belajar.

a.       Teori  Kognitif

1.      Teori perkembangan Piaget

2.      Teori belajar menurut Bruner

3.      Teori belajar bermakna Ausubel

b.      Implementasi

Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam proses
pembelajaran:

Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman mengamati. Dalam proses
belajar, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-
unsur suatu objek atau peristiwa.

Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-unsur yang bermakna
akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Hal ini akan sangat
bermanfaat dan membantu peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari
para peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

Perilaku bertujuan (pusposive behavior);suatu perilaku akan terarah pada tujuan. Proses
pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik mengerti tujuan yang ingin dicapainya.
Jadi, hendaknya para guru membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.

Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan dengan tempat dan
lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan harusnya berhubungan dengan situasi dan
kondisi lingkungan kehidupan individu.

Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam situasi pembelajaran
tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari
satu konfigurasi ke konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi
15
apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah pada situasi
lain.

Penerapan prinsip teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam pembelajaran:

Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan, bukan sebagai pelaksanaan
gerak secara terpisah-pisah. Pemecahan keseluruhan aktivitas menjadi bagian-bagian yang
terpisah menyebabkan peserta didik tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Untuk itu,
siswa atau atlet harus mampu mempersatukan bagian menjadi sebuah unit yang terpadu.

Tugas utama dari guru atau pelatih adalah untuk memaksimalkan transfer dari latihan di antara
berbagai kegiatan. Pola umum atau konfigurasi perlu untuk mempermulus terjadinya transfer di
antara berbagai kegiatan.

Penggunaan faktor insight untuk memecahkan masalah. Pemberian contoh pada siswa akan


membantu siswa dalam mengamati dan memahami suatu masalah. Sehingga dia mampu
menyelesaikannya.

Pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian dengan suatu keseluruhan penting bagi
peragaan keterampilan yang efektif. Jadi peserta didik harus mampu memahami tiap-tiap bagian
dan keterkaitannya secara keseluruhan. Salah satu kelemahan dalam proses pengajaran adalah
soal kegagalan guru dalam menyampaikan informasi yang menuntut peserta didik memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang kaitan antara bagian-bagian di dalam konteks keseluruhan.

D.  TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Teori belajar konstruktivistik mulai berkembang pada abad 19. Teori tersebut merupakan
suatu teori yang lebih mementingkan proses dari pada hasil. Proses pembelajaran tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses berfikir.
Menurut teori ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetapi melalui
proses yang berkesinambungan dan menyeluruh.

16
Konstruktivistik merupakan Teori pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan
kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman atau
dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan
dirinya sendiri. Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek untuk aktif


menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan
struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi
sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri.
Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan
organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui
proses rekonstruksi. Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng
mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan
tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit,
aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si
belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini
maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada
pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya.

a)      Tokoh-tokoh kontrutivisme

1.      Teori konstruktivisme piaget

Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur
kognitifnya atau peta mentalnya yang diistilahkan schema /schemata atau konsep jejaring untuk
memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan disekelililingnya.

Secara ringkas dijelaskan bahwa menurut teori skema, seluruh pengetahuan diorganisasikan
menjadi unit-unit pengetahuan ini atau skemata ini disimpanlah informasi. Sehingga skema dapat

17
dimaknai sebagai suatu deskripsi umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami
pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau tentang bagaimana
pengetahuan itu diterapkan.

            Lebih lanjut piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat sesuai dengan
perkembangan usianya, bergerak dari sekedar reflek-reflek awal sepertimenangis, menyusu,
menuju aktivitas mental yang kompleks. Dasarnya tentu saja teori perkembangan kognitif,
sehingga beberapa konsep pokok seperti skema, asimilasi, dan akomodasi tetap relevan.

2.      Teori Konstruktivisme Sosial Vigotsky

            Sebagai seorang yang dianggap pionir dalam filosofi konstruktivisme, vigotsky lebih
suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai kognisi sosial. Pembelajaran kognisi sosial
meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu utama bagi pengembangan individu.Oleh
karena itu perkembangan pembelajaran anak dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh
kebudayaannya, termasuk budaya dari lingkungan keluarganya, dimana ia berkembang.

b)   Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran :

a.    Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang sudah
ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengmbangkan ide-idenya secara
lebih bebas.

b.    Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan ide-ide 
atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat
kesimpulan-kesimpulan.

c.  Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks,
dimana terjadi bermacam-macam pandangan  tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai
interpretasi.

d.  Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya  merupakan suatu usaha yang
kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

18
E.  TEORI PEMROSESAN INFORMASI

Teori pemrosesan informasi mulai berkembang dari tahun 1977, dimana Robert Mills
Gagne sebagai pelopor penggagas teori ini. Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam
memori kerja disimpan pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.
Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada
bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.

Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai berikut: pertama,
manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-organ sensorisnya yaitu: mata,
telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian
sisanya dimasukkan dalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass
pemeliharaan informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian
rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan cepat.

Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam ingatan jangka
panjang. Ingatan jangka panjang merupakan hal penting dalam proses belajar. Karena ingatan
jangka panjang merupakan tempat penyimpanan informasi yang faktual (disebut pengetahuan
deklaratif) dan informasi bagaimana cara mengerjakan sesuatu.

a.  Tokoh-tokoh pemrosesan Informasi

1.      Pandangan Robert M Gagne

Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi. Robert M.


Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan  Amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Teori informasi psikologi muncul dari temuan dan
modifikasi dari teori matematika, yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan
meninngkatkan pengiriman pesan.

Pandangan Slavin

Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan pemrosesan,
penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini

19
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam
waktu yang cukup lama.

Pandangan Ausubel

Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif
yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata
di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak
yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang
rinci.

b.  Komponen Pemrosesan informasi

Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya. Ketiga komponen
itu adalah:

a. Sensory Receptor (SR)

SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.

b. Working Memory (WM)

WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu.


Karakteristik WM adalah :

1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat hanya mampu
bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya pengulangan (rehearsal).

2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik dalam bentuk
verbal, visual, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan seseorang
dapat dengan sadar mengendalikannya.

c. Long Term Memory (LTM)

LTM diasumsikan :

1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu

20
2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas

3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan
“lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang
diperlukan.

c.  Implementasi teori pemrosesan dalam pembelajaran

Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan pembelajaran adlah sebagai
berikut:

1.      Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang besar bagi
perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan. Belajar dimulai dengan
pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan umpan balik yang mengikuti performance
pembelajar. Diantara kejadian-kejadian ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal.
Pembelajaran tidak hanya merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan
merupakan komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang mempengaruhi
beberapa proses belajar yang berbeda.

2.      Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama pembelajaran


berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian  eksternal yang disebut
pembelajaran bisa mendukung proses internal dengan mengakyifkan mental set (keadaan mental)
yang mempengaruhi perhatian dan persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa meningkatkan
proses internal dengan memberikan pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar. Pembelajar
juga memantapkan pengioperasian proses pengendali tindakan, seperti harapan akan hasil
performance.

F.  TEORI KECERDASAN GANDA

Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Prof. Howard Gardner
seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvar Graduate School of
Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine.
Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan

21
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda
karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.

Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau menghasilkan


sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat
memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang
berharga atau berguna bagi dirinya maupun umat manusia. Howard Gardner memperkenalkan
hasil penelitiannya yang berkaitan dengan teori kecerdasan ganda, yaitu teorinya tentang
menghilangkan anggapan yang ada selama ini tentang kecerdasan manusia. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa tidak ada satupun kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam
kecerdasan, melainkan seluruh kecerdasan yang ada. Semua kecerdasan tersebut bekerja sama
sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu saja berbeda-beda
pada masing-masing orang. Namun kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan.
Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam
memecahkan masalah.

Pada dasarnya semua orang memilki semua macam kecerdasan di atas, namun tentu saja
tidak semuanya berkembang atau dikembangkan pada tingkatan yang sama, sehingga tidak dapat
digunakan secara efektif. Pada umumnya satu kecerdasan lebih menonjol/kuat dari pada yang
lain. Tetapi tidak berarti bahwa hal itu bersifat permanen/tetap. Di dalam diri manusia tersedia
kemampuan untuk mengaktifkan semua kecerdasan tersebut.

1.  Tokoh kecerdasan ganda

Teori intelegensi ganda  (Multiple Intelegence) ditemukan dan dikembangkan


oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari
graduate School of Education, Harvard university, Amerika Serikat. Ia menuliskan gagasannya
tentang intelegensi ganda dalam bukunya Frames of Mind pada tahun 1983. Pada tahun 1993 ia
mempublikasikan bukunya berjudul multiple intelegence, setelah melakukan banyak penelitian
tentang implikasi teori intelegensi ganda didunia pendidikan. Teori itu dilengkapi lagi dengan
terbitnya buku intelegence reframed pada tahun 2000. Selama tahun 1983 sampai dengan 2003
Gardner, yang juga menjadi Direktur Proyek Zero di Harvard University, banyak menulis dan

22
mengembangkan teori intelegensi ganda dan terutama aplikasinya dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Proyek Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang mengembangkan
cara belajar, berfikir dan kreatifitas dalam mempelajari suatu bidang bagi individu dan intuisi.
Teori intelegensi ganda banyak mendasari proyek Zero.

2.  Implementasi Kecerdasan Ganda

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan
sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran.
Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang
kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka
miliki.

Guru musik misalnya, selain mampu memainkan  instrumen musik, ia juga harus mampu
mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki
kecerdasan musikal.

Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung
selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam
meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.

Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan  pembelajaran


yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan
spesifik.

Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda
dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan
teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian
yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi
pada proses dan kemajuan (progress)  yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu
keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah

23
metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan
bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan.

G. TEORI KERJA OTAK

Teori Kerja otak mulai berkembang di tahun 1981 oleh Roger Sperry . Roger Sperry
adalah penemu otak manusia mempunyai 2 bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri yang
mempunyai fungsi yang berbeda. Atas jasanya ini beliau mendapat hadiah Nobel pada tahun
1981 Selain itu dia juga menemukan bahwa pada saat otak kanan sedang bekerja maka otak kiri
cenderung lebih tenang, demikian pula sebaliknya.

Selama ini kita beranggapan bahwa otak kiri adalah otak yang bersifat logika, dan otak kanan
berkaitan erat dengan kreativitas. Hasil penelitian terakhir membuktikan bahwa pandangan ini
salah. Otak kiri dapat menjadi otak yang kreatif. Hal ini dibukttikan dengan hasil karya Dr.
Edward De Bono yang mencetuskan Lateral Thinking (Berfikir Lateral) pada tahun 1970.

Jika dilihat dari sisi pendidikan, kebanyakan sistem pendidikan di dunia lebih menjurus
kepada aliran pemikiran otak kiri. Para pelajar di seluruh dunia dilatih untuk membuat keputusan
dan melakukan tindakan berdasarkan logika, rasional. Ringkasnya, corak pemikiran otak kiri
imaginasi menyokong logika dan rasional, sedangkan dalam gaya pemikiran otak kanan, logika
dan rasional akan menyokong imaginasi. Para pelajar tidak bebas berfikir dan tidak mampu dan
tidak berani melahirkan ide-ide baru apalagi ide-ide yang amat bertentangan oleh individu-
individu yang berfikiran konvensional.

Empat kategori berikut ini mencakup pandangan realistik dan global terhadap gaya
pembelajaran yang dapat digunakan pada rancangan pembelajaran apapun :

Konteks

Keadaan yang melingkupi pembelajaran memberikan petunjuk-petunjuk yang penting tentang


apa yang akan terjadi selama pembelajaran.

24
Input

Para pembelajar menuntut adanya sensori input untuk terjadinya pembelajaran apapun. Oleh
karena kita mempunyai lima indra, maka input ini bisa berupa visual, audio, kenestetik,
penciuman, dan perasa.

Pada suatu waktu seorang pembelajar mungkin lebih memilih inputeksternal (yang berasal dari
sumber dari luar) dan pada waktu berikutnya akan lebih memilih input internal (yang diciptakan
dalam pikiran).

Pemrosesan

Sebuah rangkaian tindakan atau perubahan yang sistematis menyangkut informasi, kebersamaan
rangkaian tersebut membentuk pemikiran manusia. Dalam tahap ini otak yang bertugas untuk
memproses informasi tersebut.

Respons

Merupakan tahap dimana pembelajar menanggapi input atau rangsangan yang telah diterima dan
diproses untuk dilakukannya sebuah respon atau tanggapan.

a.  Tokoh-tokoh

1.   Dr.Paul Maclean

mencetuskan konsep tiga otak dalam satu kepala (otak triune). Menurut teori ini, otak manusia
sebenarnya terdiri dari tiga bagian otak. Otak reptil, otak mamalia, dan otak neo kortex. Otak
reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung dengan tulang
belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kendali, sistem syaraf otonomi, dan untuk mengatur
fungsi utama tubuh. Juga mengatur reaksi seseorangterhadap bahaya atau ancaman. Ketika otak
reptil ini aktif,orang tidak akan bisa berpikir, yang bekerja adalah insting atau nalurinya. Otak
reptil aktif bila seseorang kurang tidur, terancam, takut, stres, atau pada saat kondisi tubuh dan
pikiran yang lelah.

2. Prof Roger Sperry

penerima Nobel tahun 1981 melalui penelitian panjangnyabertahun-tahun, mengungkapkan hasil


temuannya tentang gelombang otak, makaparadigma baru muncul dan berkembang.

25
Hipotesisnya telah dibuktikannya sendiri bahwa setiap aktivitas yang berbeda memunculkan
gelombang otak yang berbeda pula. Temuan inisungguh-sungguh mengubah cara pandang
tentang potensi dan kreativitas otak manusia. Hal yang mengejutkan, rata-rata otak membagi
kegiatannya secara jelas ke dalam kegiatan"otak belahan kiri" (korteks kiri) dan kegiatan"otak
belahan kanan" (korteks kanan). Saat korteks kanan sedang aktif, korteks kiri cenderung tenang
atau istirahat, demikian sebaliknya.Kegiatan yang paling mudah diamati tentang pergantian
aktivitas otak adalah saat kita berjalan. Kaki kanan digerakkan oleh aktivitas otak belahan kiri,
saat kaki kiri bergerak otak belahan kanan mengambil alih. Setiap otak memiliki keterampilan
yang khas dalam urutankerja yang sangat rapi.Kondisi penuh harapan dari olahan dan
kembangan penemuan ini adalah setiap orangmemiliki banyak sekali keterampilan intelektual,
berpikir, dan kreativitas, yang belumdigunakan sepenuhnya. Mengacu pada beberapa definisi
bakat terdahulu, jelas bahwabakat-bakat yang dipenuhi oleh potensi intelektual, keterampilan dan
kreativitas masih dapat terus digali dari diri kita.Hal ini memberikan harapan besar dan makna
sangat dalam, yakni kita tidak pernah menduga bahwa ternyata kita bukannya tidak berbakat
menggambar atau tidak berbakat matematika. Yang terjadi adalah kita tidak memberi
kesempatan pada kedua belahan otak untuk menggali diri dan unjuk maksimal.Orang cenderung
bukannya menggali dan memaksimalkan fungsi perbedaan kegiatan otak belahan kanan dan kiri,
namun justru membatasi. Diketahui bahwa otak belahan kiri melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan logika, analisis, kuantitatif, fakta, rencana,organisasi, detail/perinci, sekuensial.

b.  Implementasi Teori Kerja Otak Dalam Pembelajaran

Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa dengan stimulus
dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses pembelajaran, maka cara kerja otak tersebut
menghasilkan hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari:

Informasi verbal: kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik
lisan atau tertulis.

Keterampilan intelektual: kecakapan yang berfungsi untuk berhubunga dengan lingkungan


hidup.

Strategi kognitif: Kemampuan menyalurkan dan mengarahkan akivitas kognitifnya sendiri.

26
Keterampilan motorik: kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.

Sikap: kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian terhadap obyek tesebut.

Penerapan lainnya adalah dengan cara kita sebagai manusia harus meningkatkan atau
memaksimalkan kinerja otak untuk mengasah otak atau dengan meningkatkan konsetrasi otak.
Semakin sering di asah, otak kita akan cenderung lebih tangkap dalam meneria informasi.
Dengan begitu akan memudahkan kita menerima segala proses pembelajaran jika otak kita siap
untuk menerima pemikiran dari luar dan juga untuk mamancarkan pemikiran kepada otak orang
lain.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Teori merupakan serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah

belajar dapat simpulkan rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Teori belajar adalah upaya untuk
menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami
proses kompleks inheren pembelajaran.

Beberapa teori Belajar sebagi berikut :

27
1. Teori Humanisme
2. Teori behavioristik
3. Teori kognitif
4. Teori konstruktivistik
5. Teori pemrosesan informasi
6. Teori kecerdasan ganda
7. Teori kerja otak

B.     SARAN

Semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi semua kalangan, serta dapat memahami dan
benar-benar dapat mengaplikasikannya di dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B. R. Olson, Matthew H. 2012. Theories of Learning (Teori Belajar).Edisi Ketujuh.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santrock, J. W. 2008. Educational Psychology. Third Edition. Boston: McGraw-Hill.

Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: PT
Indeks.

Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Edisi Kesembilan Jilid 2. Jakarta: PT
Indeks.

Ø  http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/11/teori-belajar-dan-pembeajaran.html

28
Ø  https://afidburhanuddin.wordpress.com

Ø  http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/

Ø  http://soddis.blogspot.co.id/2015/05/teori-belajar-behavioristik-dan.html

Ø  http://abdulghofar1988.blogspot.co.id/2013/06/teori-belajar-konstruktivistik.html

Ø  http://kristianawidi.blogspot.co.id/2012/02/makalah-teori-konstruktivisme-piaget.html

29

Anda mungkin juga menyukai