Anda di halaman 1dari 5

NAMA : Ajeng Maya Nuraziza

NIM : 18.11.319222

UU 44/1999
UU 44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa
Aceh merupakan undang-undang pertama yang khusus mengatur Aceh. Undang-
undang ini termasuk undang-undang pendek, sebab hanya terdiri dari 13 pasal.
Dalam undang-undang ini keistimewaan [Aceh] didefinisikan sebagai kewenangan
khusus untuk menyelenggarakan kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan peran
ulama dalam penetapan kebijakan Daerah Keistimewaan [Aceh] merupakan
pengakuan dari bangsa Indonesia yang diberikan kepada Aceh karena perjuangan
dan nilai-nilai hakiki masyarakat yang tetap dipelihara secara turun-temurun sebagai
landasan spiritual, moral, dan kemanusiaan .
Adapun penyelenggaraan keistimewaan meliputi penyelenggaraan kehidupan
beragama, penyelenggaraan kehidupan adat, penyelenggaraan pendidikan, dan
peran ulama dalam penetapan kebijakan Aceh . Aceh diberi kewenangan untuk
mengembangkan dan mengatur keistimewaan yang dimiliki dengan Peraturan
Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku .

UU 11/2006
UU 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh merupakan perpaduan harmonis antara UU
44/1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh
dan UU 18/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Daerah Istimewa Aceh sebagai
Provinsi Aceh. Undang undang ini termasuk undang-undang yang panjang sebab
memiliki 273 pasal. Dalam UU ini, tidak ada definisi baru mengenai keistimewaan
Aceh. Namun langsung kepada urusan wajib lainnya yang menjadi kewenangan
Pemerintahan Aceh merupakan pelaksanaan keistimewaan Aceh . Selain itu
keistimewaan Aceh juga dinikmati oleh kabupaten dan kota di lingkungan Aceh .
UU 13/2012
UU 13/2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
undang-undang pengakuan kembali keistimewaan Yogyakarta, setelah 47 tahun
keistimewaan Yogyakarta mati segan hidup tak mau. Undang undang ini termasuk
undang-undang yang menengah, berisi 51 pasal dan termasuk salah satu undang-
undang yang terlama pembahasannya (2007-2012). Versi resmi dari pemerintah
meliputi versi 2007 (Depdagri-JIP UGM) dan versi 2010.
Keistimewaan Yogyakarta didefinisikan sebagai keistimewaan kedudukan hukum
yang dimiliki oleh DIY berdasarkan sejarah dan hak asal usul menurut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk mengatur dan
mengurus kewenangan istimewa. Kewenangan Istimewa merupakan wewenang
tambahan tertentu yang dimiliki DIY selain wewenang sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah.
Sebagaimana DKI jakarta , kewenangan istimewa DIY terletak pada level provinsi .
Kewenangan istimewa DIY meliputi: (a). tata cara pengisian jabatan, kedudukan,
tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; (b). kelembagaan Pemerintah
Daerah DIY; (c). kebudayaan; (d). pertanahan; dan (e). tata ruang. DIY diberikan
kewenangan untuk mengatur urusan keistimewaan dengan Perdais (Peraturan
Daerah Istimewa) .

Daerah-daerah Istimewa di Indonesia


Daerah-daerah istimewa di Indonesia adalah daerah maupun entitas hukum yang
memiliki status istimewa di wilayah Indonesia, baik karena hak asal-usulnya maupun
sejarahnya, baik yang dibentuk maupun hanya sekadar diakui, baik oleh Negara
Indonesia maupun oleh Pemerintah Kolonial Belanda.

Aceh (1959-sekarang)
Aceh adalah daerah Provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang dipimpin oleh seorang Gubernur . Aceh menerima status istimewa
pada 1959, tiga tahun setelah pembentukan kembali pada 1956 , dan sepuluh tahun
sejak pembentukan pertama 1949 . Status istimewa diberikan kepada Aceh dengan
Keputusan Perdana Menteri Republik Indonesia Nomor 1/Missi/1959, yang isi
keistimewaannya meliputi agama, peradatan, dan pendidikan. Namun pelaksanaan
keistimewaan tidak berjalan dengan semestinya dan hanya sebagai formalitas
belaka .
Pasca penerbitan UU 44/1999 keistimewaan Aceh meliputi penyelenggaraan
kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan
kebijakan Daerah. Keistimewaan di bidang penyelenggaraan kehidupan beragama
dalam bentuk pelaksanaan syari’at Islam bagi pemeluknya di Aceh, dengan tetap
menjaga kerukunan hidup antarumat beragama, meliputi: ibadah, ahwal
alsyakhshiyah (hukum keluarga), muamalah (hukum perdata), jinayah (hukum
pidana), qadha’ (peradilan), tarbiyah (pendidikan), dakwah, syiar, dan pembelaan
Islam . Keistimewaan di bidang penyelenggaraan kehidupan adat meliputi Lembaga
Wali Nanggroe dan Lembaga Adat Aceh (misal Majelis Adat Aceh, Imeum mukim,
dan Syahbanda) .
Keistimewaan di bidang pendidikan meliputi penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas serta menambah materi muatan lokal sesuai dengan syari’at Islam serta
menyelenggarakan pendidikan madrasah ibtidaiyah dan madrasah tsanawiyah .
Keistimewaan di bidang peran ulama meliputi Majelis Permusyawaratan
Ulama (MPU) Aceh dan Kabupaten/Kota yang memiliki tugas dan wewenang untuk
memberi fatwa baik diminta maupun tidak diminta terhadap persoalan pemerintahan,
pembangunan, pembinaan masyarakat, dan ekonomi; dan memberi arahan
terhadap perbedaan pendapat pada masyarakat dalam masalah keagamaan .

.
Berau (1953-1959)
Daerah Istimewa Berau adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Berau dibentuk oleh negara
Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah
Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang dimilikinya. Daerah Istimewa
Berau terdiri atas swapraja Sambaliungdan swapraja Gunung-Tabur. Keistimewaan
Daerah Istimewa Berau meliputi pengangkatan Kepala Daerah Istimewa. Kepala
Daerah Istimewa Berau dijabat oleh Sultan Muhammad Amminuddin. Daerah
Istimewa Berau dihapus dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU Darurat 3/1953
tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan. Daerahnya
dijadikan Kabupaten Berau di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan Timur.

Bulongan (1953-1959) 
Daerah Istimewa Bulongan adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Bulongan dibentuk oleh negara
Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah
Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang dimilikinya. Daerah Istimewa
Bulongan terdiri atas swapraja Bulongan. Keistimewaan Daerah Istimewa Bulongan
meliputi pengangkatan Kepala Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Bulongan
dijabat oleh Sultan Maulana Muhammad Jalaluddin, sampai mangkat dia pada 1958.
Daerah Istimewa Bulongan dihapus dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU
Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan.
Daerahnya dijadikan Kabupaten Bulongan di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan
Timur. Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Bulongan, yang meliputi kabupaten-
kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan, dibentuk
satu provinsi, Provinsi Kalimantan Utara pada 17 November 2012, terpisah dari
Provinsi Kalimantan Timur.

Kalimantan Barat (1946-1950)


Daerah Istimewa Kalimantan Barat adalah Satuan Kenegaraan Yang Tegak Sendiri
dalam lingkungan Republik Indonesia Serikat yang berkedudukan sebagai daerah
istimewa. Daerah Istimewa Kalimantan Barat dibentuk oleh Pemerintah Sipil Hindia
Belanda pada 28 Oktober 1946 sebagai Dewan Borneo Barat dan mendapat
kedudukan sebagai Daerah Istimewa pada 12 Mei 1947 . Daerah Istimewa
Kalimantan Barat meliputi Swapraja Sambas, Swapraja Pontianak,
Swapraja Mampawah, Swapraja Landak, Swapraja Kubu, Swapraja Matan,
Swapraja Sukadana, Swapraja Simpang, Swapraja Sanggau, Swapraja Tayan,
Swapraja Sintang, Neo-swapraja Meliau, Neo-swapraja Pinoh, dan Neo-
swapraja Kapuas Hulu . Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat adalah Sultan
Swapraja Pontianak, Hamid II Algadrie . Sebelum 5 April 1950 Satuan Kenegaraan
Yang Tegak Sendiri Daerah Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan Negara
Bagian Republik Indonesia (RI-Yogyakarta) . Daerahnya kemudian menjadi bagian
dari Provinsi Administratif Kalimantan. Kini wilayah Daerah Istimewa Kalimantan
Barat menjadi Provinsi Kalimantan Barat yang telah dibentuk pada tahun 1956 .
Kutai (1953-1959)
Daerah Istimewa Kutai adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Kutai dibentuk oleh negara
Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah
Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang dimilikinya. Daerah Istimewa
Kutai terdiri atas swapraja Kutai. Keistimewaan Daerah Istimewa Kutai meliputi
pengangkatan Kepala Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Kutai dijabat
oleh Sultan A.M. Parikesit. Daerah Istimewa Kutai dihapus dengan UU 27/1959
tentang Penetapan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah
Tingkat II di Kalimantan. Daerahnya dijadikan Kabupaten Kutai, Kota Balikpapan,
dan Kota Samarinda di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan Timur. Kini wilayah
bekas Daerah Istimewa Kutai meliputi Kabupaten Kutai Kertanegara,
Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kota Balikpapan, Kota Samarinda,
dan Kota Bontang di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan Timur .

Surakarta (1945-1946)
Daerah Istimewa Surakarta adalah Kasunanan Surakarta dan Praja
Mangkunegaran yang diakui Negara Indonesia sebagai daerah yang memiliki sifat
istimewa berdasarkan kedudukan kedua daerah tersebut sebagai Kooti. Pengakuan
ini didasarkan atas Piagam Penetapan Presiden RI tertanggal 19 Agustus 1945.
Karena perselisihan kedua kerajaan yang ada, Kepala Daerah Istimewa dipegang
oleh Komisaris Tinggi yang dijabat oleh Gubernur RP Suroso , yang kemudian
Gubernur Suryo Karena berbagai alasan, baik persaingan dua kerajaan, politik,
keamanan, Pemerintah Pusat mengeluarkan Penetapan Pemerintah Nomor
16/SD/1946 pada 15 Juli 1946, yang pada pokoknya berisi mengenai bentuk dan
susunan pemerintahan di Surakarta dan Yogyakarta, yang satu di antaranya
menjadikan Daerah Istimewa Surakarta sebagai Karesidenan biasa dibawah
Pemerintah Pusat . Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Surakarta, yang meliputi
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sragen,
Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Wonogiri, serta Kota Surakarta, menjadi
bagian Provinsi Jawa Tengah, yang dibentuk pada 1950..

Yogyakarta (1945-sekarang)
Daerah Istimewa Yogyakarta, selanjutnya disebut DIY, adalah daerah provinsi yang
mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia . Keistimewaan adalah
keistimewaan kedudukan hukum yang dimiliki oleh DIY berdasarkan sejarah dan hak
asal usul  menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa . Kewenangan Istimewa
adalah wewenang tambahan tertentu yang dimiliki DIY selain wewenang
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang pemerintahan daerah .
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah istimewa sejak pembentukannya
secara de jure tahun 1950 , maupun sejak pengakuannya secara de facto pada
1945 . Dalam undang-undang pembentukan DIY , DIY berkedudukan hukum sebagai
daerah istimewa setingkat provinsi. Sedang keistimewaannya terletak pada
pengangkatan kepala daerah istimewa dan wakil kepala daerah istimewa dari Sultan
dan Paku Alam yang bertahta. Namun, bentuk keistimewaan DIY tidak dicantumkan
dalam undang-undang pembentukan tetapi hanya dalam undang-undang
pemerintahan daerah yang mengatur semua daerah di Indonesia secara umum .
Dengan realitas ini, pada tahun 1965 kedudukan hukum DIY diturunkan menjadi
daerah provinsi biasa , dan akhirnya pada tahun 1999 dan 2004 keistimewaan DIY
memasuki wilayah kekosongan hukum ,
Pasca penerbitan UU 13/2012, keistimewaan DIY meliputi (a). tata cara pengisian
jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur; (b).
kelembagaan Pemerintah Daerah DIY; (c). kebudayaan; (d). pertanahan; dan (e).
tata ruang . Keistimewaan dalam bidang tata cara pengisian jabatan, kedudukan,
tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur antara lain syarat khusus bagi
calon gubernur DIY adalah Sultan Hamengkubuwana yang bertahta, dan wakil
gubernur adalah Adipati Paku Alamyang bertahta. Gubernur dan Wakil Gubernur
memiliki kedudukan, tugas, dan wewenang sebagaimana Gubernur dan Wakil
Gubernur lainnya, ditambah dengan penyelenggaran urusan – urusan
keistimewaan . Kelembagaan dalam bidang kelembagaan Pemerintah Daerah DIY
yaitu penataan dan penetapan kelembagaan, dengan Perdais, untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat
berdasarkan prinsip responsibilitas, akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
dengan memperhatikan bentuk dan susunan pemerintahan asli .
Keistimewaan dalam bidang kebudayaan yaitu memelihara dan mengembangkan
hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang berupa nilai-nilai, pengetahuan, norma, adat
istiadat, benda, seni, dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat DIY, yang
diatur dengan perdais . Keistimewaan dalam bidang pertanahan yaitu Kasultanan
dan Kadipaten berwenang mengelola dan memanfaatkan tanah Kasultanan dan
tanah Kadipaten ditujukan untuk sebesar-besarnya pengembangan kebudayaan,
kepentingan sosial, dan kesejahteraan masyarakat . Keistimewaan dalam bidang tata
ruang yaitu kewenangan Kasultanan dan Kadipaten dalam tata ruang pada
pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten .

Anda mungkin juga menyukai