TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg.
2. KLASIFIKASI
Menurut PERKI 2015,berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu:
a. Hipertensi essensial atau primer yang tidak diketahui penyebabnya (90%)
b. Hipertensi sekunder yang penyebabnya dapat ditentukan (10%), antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid(hipertiroid),penyakit kelenjar
adrenal(hiperaldosteronisme) dan lain-lain
Menurut JNC8 klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi seperti yang
terlihat pada gambar dibawah (Bell, K et al.2015).
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah
3. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar hipertensi (>90%) tidak diketahui penyebabnya. Ada beberapa
mekanisme yang ikut serta dalam control tekanan darah, seperti berikut
Bagan 1. Kontrol Tekanan Darah
4. FAKTOR RESIKO
Factor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Factor risiko yang tidak dapat diubah
1) Umur
Dengan bertambahnya umur,risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar.
Menurut Rinkesdas 2018 pada kelompok umur 55-64 tahun (55,2%). Pada
usia lanjut, hipertensi ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik
disebabkan karena perubahan struktur pada pembuluh darah besar.
2) Jenis kelamin
Pria memiliki risiko 2,3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan
darah sistolik dibandingkan perempuan, karena pria memiliki gaya hidup yang
cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun setelah memasuki
menopause,prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Bahkan setelah
usia 65 tahun, hipertensi pada perempuan lebih tinggi dibandingkan pria,
akibat factor hormonal.
3) Keturunan (genetic)
Riwayat keluarga yg menderita hipertensi juga meningkatkan risiko
hipertensi, terutama hipertensi essensial (primer). Factor genetic berkaitan
dengan metabolisme pengaturan garam dan rennin membrane sel.
Menurut Davidson, bila kedua orangtua menderita hipertensi, maka sekitar
45% akan turun ke anaknya. Dan bila salah satu orangtua menderita
hipertensi, maka sekitar 30% akan turun ke anaknya.
b. Factor risiko yang dapat diubah
1) Kegemukan (Obesitas)
Berat badan dan indeks masa tubuh (IMT) berkolerasi langsung dengan
tekanan darah, terutama systole. Obesitas bukanlah penyebab hipertensi,tetapi
prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar yaitu 5 kali lebih tinggi
daripada seorang yg badannya normal.
Nilai IMT dihitung menurut rumus:
2) Merokok
Zat kimia nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok akan
memasuki sirkulasi darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,
dan mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Merokok
pada penderita hipertensi akan semakin meningkatkan risiko kerusakan
pembuluh darah arteri
3) Kurang aktivitas fisik
Olahraga teratur dapat membantu menurunkan hipertensi. Dengan
olahraga aerobic yang teratur, tekanan darah dapat turun meskipun berat
badan belum turun
4) Konsumsi garam berlebih
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan diluar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume
dan tekanan darah. Pada masyarakat yg mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang,ditemukan tekanan darah rerata yang rendah,sedangkan pada
masyarakat yang mengkonsumsi garam 7-8 gram, ditemukan tekanan darah
rerata lebih tinggi
5) Dislipidemia
Kolesterol merupakan factor penting dalam terjadinya aterosklerosis, yang
kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah
sehingga tekanan darah meningkat
5. DIAGNOSIS
Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara lain:
Sakit kepala
Gelisah
Penglihatan kabur
Rasa sakit didada
Jantung berdebar-debar
Pusing
Mudah lelah dan lain-lain
6. PENATALAKSANAAN
a. Pengendalian Faktor Risiko
1) Makan gizi seimbang
Table 4. Pedoman Gizi Seimbang
2) Menurunkan obesitas
Upayakan untuk menurunkan berat badan sehingga mencapai IMT normal
18,5-22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90cm untuk laki-laki atau <80cm untuk
perempuan
3) Olahraga teratur
Senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit (sejauh 3 km) lima
kali perminggu, dpt menurunkan systole 4mmHg dan diastole 2,5mmHg
4) Berhenti merokok
Konseling berhenti merokok bertujuan untuk:
Mendorong semua bukan perokok untuk tidak mulai merokok
Menganjurkan keras semua perokok untuk berhenti merokok
5) Berhenti konsumsi alcohol
Mengedukasi pasien tentang alcohol, hendaknya dikemukakan hal sebagai
berikut:
Jangan mulai minum alcohol
Jangan menganjurkan untuk mulai mengkonsumsi alcohol demi alas
an kesehatan
Batasi konsumsi alcohol untuk pria maksimal 2 unit perhari dan
perempuan maksimal 1 unit perhari, jangan lebih dari 5 hari
perminggu
b. Terapi Farmakologis
Jenis obat hipertensi
1) Diuretic
Mekanisme kerjanya adalah mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing),
sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban
jantung lebih ringan. Bila diuretic dikonsumsi bersamaan dengan ACE-
inhibitor/ARB mengakibatkan efek samping hipotensi pada pemakaian awal
dengan konsekuensi insufisiensi renal akut
- Jenis obatnya adalah thiazide, spironolactone dan furosemid
2) Β-blockers
Mekanisme kerjanya adalah melalui penurunan laju nadi dan daya pompa
jantung, obat ini dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien
hipertensi lanjut usia, menurunkan risiko penyakit jantung koroner, prevensi
terhadap serangan infark miokard ulangan dan gagal jantung.
- Jenis obatnya adalah
bisoprolol bersifat kardioselektif dengan kelarutan terhadap lipid yang
rendah sehingga lebih umum dipilih populasi lanjut usia
propanolol bersifat dapat menembus sawar darah otak sehingga
berefek sedasi, depresi dan disfungsi seksual
Pada populasi lanjut usia, Β-blockers dpt menyebabkan bradikardia,
abnormalitas konduksi dan gagal jantung dika dosis awal terlalu tinggi dan
pasien ada riwayat penurunan fungsi ventrikel kiri.
3) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor(ACE-Inhibitor) dan Angiotensin
Receptor Blockers (ARB)
- ACE-inhibitor mekanisme kerjanya adalah menghambat kerja ACE
sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (vasokontriktor)
terganggu.
- ARB mekanisme kerjanya adalah menghalangi ikatan zat angiotensin II
pada reseptornya.
ACE-Inhibitor/ARB memiliki efek vasodilatasi sehingga meringankan beban
jantung,sehingga diindikasikan pada pasien hipertensi dengan gagal jantung,
diabetes dan penyakit ginjal kronik
- Jenis obat ACE-Inhibitor adalah Captopril
- Jenis obat ARB adalah Candesartan
Makani et al (2013) di journal BMJ, penggunaan kombinasi ACE inhibitor
dan ARB memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibanding penggunaan
monoterapi. Penelitian meta-analisis ini menyebutkan bahwa penggunaan
ARB/ACE inhibitor dapat menyebabkan efek samping jangka panjang:
hipotensi, hipokalemia dan memperburuk gagal ginjal.
4) Calcium Channel Blockers (CCB)
Mekanisme kerjanya adalah menghambat masuknya kalsium ke dalam sel
pembuluh darah arteri sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan
perifer. CCB diidentifikasikan pada pasien resiko tinggi penyakit koroner dan
diabetes.
- Jenis obat kelompok dihidropyridin (nifedipin, amlodipin) diberikan pada
pasien gagal jantung, hipertensi atau angina stabil kronik. Efek samping
(nifedipin) adalah hipotensi ostostatik, edema perifer dan hiperplasi gusi
terutama pada usia lanjut
- Jenis obat kelompok nondihidropyridin (diltiazem, verapamil) diberikan
pada pasien fibrilasi atrial dan takikardi supraventrikuler karena memiliki
efek inotropik dan kronotropik negative. Efek samping (verapamil) adalah
konstipasi pada usia lanjut
5) Agonis Alfa Sentral
Bekerja sentral sehingga dapat menimbulkan sedasi, mulut kering, dan depresi
Jenis obatnya adalah methyldopa
7. KOMPLIKASI
1. Penyakit kardiovaskuler hipertensif
Komplikasi jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
hipertensi esensial. Bukti elektrokardiografi tentang adanya hipertropi ventrikel kiri
ditemukan pada 2-15% pasien hipertensi kronik. hipertropi ventrikel kiri dapat
menyebabkan atau mempermudah berbagai macam komplikasi jantung akibat hipertensi,
termasuk gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel, iskemi miokard dan meninggal
mendadak
2. Penyakit cerebrovaskuler hipertensif dan demensia
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, terutama perdarahan intraserebral
dan infark serebral iskemik
3. Penyakit renal hipertensif
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, dan merupakan penyebab umum
dari insufisiensi renal