Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi inflamasi
tulang. Osteomielitis bisa disebabkan oleh adanya infeksi dari beberapa
organisme. Organisme penginfeksi dapat berupa bakteri pyogenik dan
mikobakteri. Sebuah penelitian adanya menemukan bahwa 1 dari 675
kasus yang menjalanai perawatan di Amerika Serikat per tahun (50.000)
disebabkan oleh osteomyelitis.
Beberapa penelitian memaparkan data osteomielitis pasca–trauma
sebanyak 47% apabila di rata-ratakan. Sekitar 85% kasus osteomielitis
tipe hematogenoust terjadi pada usia kurang dari 17 tahun, kondisi tersebut
berkontribusi sekitar 20% total kasus yang ada. Apabila dilihat terhadap
cara penyebaranannya didapatkan sekitar 20% kasus pada usia dewasa
merupakan hematogenous, dimana sering ditemukan pada kelompok laki–
laki tanpa adanya penjelasan yang pasti. Peradangan akut pada
pemeriksaan laboratorium histologi dengan kondisi yang menetap, atau
adanya jalur rongga pada tulang.
Terdapat berberapa macam jenis mikroorganisme patogen. Pada
orang dewasa, Organisme yang paling umum ditemukan yakni
Staphylococcus aureus, berdasarkan sebuah penelitian bahwa kasus
osteomyelitis disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus memiliki
persentase sebesar 44% dari 760 kasus osteomielitis. Namun, organism
lain pada kelompok gram–positive cocci (seperti beberapa diantaranya
bakteri Streptococcus spp., serta baketeri jenis coagulase–negative
staphylococci), gram–negative bacilli, dan jenis anaerobik merupakan
jenis yang umum terlibat, pada beberapa kasus osteomielitis contiguous
focus mikroorganisme ini juga terlibat. Pada bayi, apabila dilihat pada
specimen darah atau tulang, sering ditemukan beberapa jenis
mikroorganisme patogen yaitu dimulai dari Staphylococcus aureus,
Streptococcus agalactiae, serta Escherichia coli. Namun, pada anak usia

1
diatas 1 tahun, bakteri jenis Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, dan Haemophilus influenzae yang sering ditemukan.5,6 Dari
beberapa kuman tersebut, masing-masing kuman memiliki penatalaksaann
yang berbeda.
Kecepatan dan ketepatan penangan pada kondisi ini merupakan
kunci penatalaksanaan osteomielitis, dimana pada umumnya onset
osteomieletis baik itu akut maupun kronis serta hasil gambaran histologis
akan sangat berpengaruh pada tatalaksana osteomielitis. Kecepatan waktu
pemberian antibiotik atau sesegera mungkin sangat ditekankan pada terapi
osteomielitis akut dengan harapan akan mengurangi risiko bacteremia,
kematian, serta kerusakan tulang yang progresif. Apabila pada kasus
osteomielitis kronis, tatalaksana terapi tidak tergantung pada waktu,
kepastian tujuan pengobatan sangat diperlukan untuk dipastikan dengan
tepat. Pada kasus kronis, selama kondisi pasien masih, sebelum memulai
pemberian antibiotik, terlebih dahulu harus dilakukan pencitraan untuk
menyingkirkan, dan akan sangat diperlukan pembedahan pada sebagian
besar kasus osteomielitis kronis
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari osteomylitis?
2. Bagaimana etiologi dari osteomylitis?
3. Apa saja tanda dan gejala dari osteomylitis?
4. Bagaimana patofisiologi pada osteomyelitis?
5. Apa saja diagnosis dan tindakan keperawatan osteomyelitis?
6. Apa saja farmakologi pada osteomyelitis?
7. Apa saja diet/Nutrisi osteomyelitis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang osteomyelitis?
9. Bagaimana management perawatan atau pebedahan pada osteomyltis?
10. Apa saja rehabilitasi osteomyelitis?
11. Apa saja aspek legal etis osteomyelitis?
12. Bagaimana fungsi advokasi osteomyelitis?
13. Apa sajaa Healt education osteomyelitis?

2
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada
Osteomeilitis
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui
tentang asuhan keperawatan pada penyakit Oteomeilitis
D. Manfaat
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
Oteomelitis
b. Mengembangkan kreatifitas dan bakat penulis.
2. Untuk Institusi Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar.
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
pemberian materi tentang Keperawatan medikal bedah
3. Untuk Pembaca
a. Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang
Keperawatan medikal bedah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada
tulang. Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi yang mengenai jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah ,
respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan
pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati .
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih
sering setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah
(osteomielitis eksogen) .
Osteomieliris merupakan penyakit yang sulit diobeti karena dapat
terbenuk abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang
buruk, dengan demikian pelepasan sel imun dan antibiotik terbatas
(Corwin, 2009).
B. Etiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis.
Organisme patogenik lainnya yang sering di jumpai yaitu proteus ,
pseudomonas, dan escherichia coli. Infeksi dapat terjadi melalui (Suratun
dkk, 2008):
a. Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di yempat lain: tonsil yang
terinfeksi, infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi
atau ulkus vaskular.
c. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik
(luka tembak, pembedahan tulang).
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun
dkk, 2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan

4
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus,
jamur, dan mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
C. Tanda gejala
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dengan isteomielitis adalah
sebagai berikut (Suratun dkk, 2008):
a. Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien
menggigil, denyut nadi cepat, dan malaise umum.
b. Setelah infeksi menyebar dari rongga susmsum ke korteks tulang,
akan mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi
menjadi nyeri, bengkak, dan mengalami nyeri tekan.
c. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu
daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan terjadi nyeri tekan.
d. Osteomielitis kronis ditandai oeh pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode nyeri berulang, inflamasi,
pembengkakan, dan pengeluaran pus.
Gejala osteomielitis hematogen pada ank-anak adalah demam, menggigil,
dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada individu
dewasa, gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, dan malaise.
Osteomielitis eksogen biasanya disertai cedera dan inflamasi di tempat
lesi. Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional (Corwin, 2009).
Tanda dan gejala dari osteomielitis akut dan kronis adalah sebagai berikut:
a. Osteomyelitis akut (Nyeri daerah lesi, Demam,
menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional, Sering ada
riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka, Pembengkakan local,

5
Kemerahan, Suhu raba hangat, Gangguan fungsi, hasil laboratorium
menunjukkan anemia, leukositosis)
b. Osteomyelitis kronis (Ada luka, bernanah, berbau busuk,
nyeri, Gejala-gejala umum tidak ada, Gangguan fungsi kadang-kadang
kontraktur, hasil Laboratorium LED meningkat)
D. Patofisiologi
Osteomyelitis eksogen terjadi oleh karena luka tusuk pada jaringan lunak
atau tulang, akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskulus.
Pada mulanya terdapat suatu embolus bacteri yang umumnya
terjadi dibagian metaphyse dari tulang. Bacteri yang bersarang pada
metaphyse tadi berkembang biak. Jika daya tahan tubuh kuat maka
berkembang biaknya bakteri tidak akan bertahan dan akhirnya akan ada
keseimbangan diantara kekuatan bakteri dan kekuatan daya tahan tubuh.
Sementara itu jaringan-jaringan dan bakteri telah musnah sehingga
merupakan benda cair yang kita kenal sebagai nanah (pus), terletak di
dalam lobang pada metaphyse tulang panjang. Dalam keadaan
keseimbangan tadi kumpulan nanah dapat bertahun-tahun ada di tempat itu
tanpa mengadakan perubahan-perubahan . keadaan ini dikenal dengan
nama “brodie’s abscess”. Jika day tahan tubuh lemah, maka peradangan
yang mula-mula ada di metaphyse tidak bertahan di tempat itu saja akan
tetapi dapat segera menjalar ke lain tempat, diantaranya ia bisa melalui
epiphyse menerobos ke dalam sendi di dekatnya sehingga menimbulkan
peradangan sendi. Peradangan ini tidak hanya dapat menerobos pada sendi
saja namun dapat menerobos pula pada diaphyse sehingga seluruh
sumsung tulang akan terserang peradangan ini, menerobos periost
sehingga terdapat periostitis, peradangan menerobos pada jaringan-
jaringan diatas tulang, peradangan juga dapat menerobos ke dalam
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan sepsis. Peradangan dapat
berjalan lama sehingga proses tersebut menjadi suatu proses kronis.
Disamping itu dapat juga terjadi bahwa ada tulang-tulang yang terputus
dari pembuluh darah sehingga mati karenanya. Tulang-tulang tadi

6
merupakan sequestra (jaringan tulang yang mati) yang harus dikeluarkan
(sequestrotomy) sebelum penyakit menjadi sembuh agar tidak
mengganggu pertumbuhan tulang baru dan mempercepat proses
penyembuhan itu sendiri.

7
E. Woc

Infeksi dari dalam Infeksi dari luar


tubuh tubuh

Osteomielitis

Kerusakan Pembedahan Hospitalisasi


jaringan tulang

Kesalahan
Kerusakan Inkontinuitas Port de entry interpretasi
integritas jaringan jaringan tulang

Infeksi tulang Invasi kuman Defisit


Merangsang
syaraf mielin pengetahuan

Pembentukan
squestrum Resiko
Nyeri akut infeksi

Perubahan
bentuk
Gerak terbatas
Gangguan citra
tubuh
Hambatan
mobilitas fisik

8
F. Diagnosis dan tindakan keperawatan
 Diagnosa
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis(mis.inflamasi,iskemia,
neoplasma) dibuktikan dengan tampak meringis
2. Hipertermia b.d proses penyakit(mis.infeksin kanker) dibuktikan
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
3. Kerusakan integritas kulit
4. Gengguan citra tubuh
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Resiko infeksi
7. Defisit pengetahuan
 Tindakan keperawatan
 Pemberian analgesic
Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis.pencetus, pereda,
kualita,lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikas kesesuaian jenis analgesic (is. Narkotik, non
narkotik) dengan tingkat kepaahan nyeri
- Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesic yang disuaki untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
- Tetapkan target aktivitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesic, sesuai
indikasi

9
G. Farmakologi
Setelah dilakukan debridement, antibiotika empiris dapat diberikan
sambil menunggu hasil kultur, antara lain adalah kombinasi vancomycin
dan sefalosporin generasi 3 atau antibiotik beta laktamase, seperti
ceftriaxone, cefotaxime, dan cefixime. Penggunaan antibiotika ini banyak
digunakan karena dapat digunakan untuk membunuh bakteri gram positif
dan gram negative. Antibiotika empiris umumnya diberikan selama 4-6
minggu atau sambil menunggu antibiotika definitif ditentukan dari hasil
kultur. Akan tetapi, bila tindakan debridement dapat menghilangkan
semua tulang terinfeksi, maka antibiotik dapat hanya diberikan selama 10
hari. Pilihan antibiotik setelah diketahui hasil kultur adalah klindamisin
atau trimethoprim-sulfamethoxazole untuk mengobati bakteri gram positif,
termasuk stafilokokus. Klindamisin diberikan peroral selama 1- 2 minggu
setelah terapi inisial intravena. Sedangkan untuk mengobati bakteri gram
negatif, antibiotik pilihan adalah golongan kuinolon peroral, seperti
levofloxacin, ofloxacin. Untuk mengobati Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) dapat digunakan rifampin.
H. Diet/ nutrisi
Pada penyakit osteomielitis dianjurkan mengkonsumsi makanan TKTP
dan vitamin C.
Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) bermanfaat memberikan
makanan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang
berguna mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh,
penyembuhan luka, dan menambah berat badan.
1. Tinggi Kalori
Bahan makanan yang dapat menghasilkan energi / tenaga.
Contoh : nasi, bubur beras, jagung, kentang, singkong, ubi, roti,
tepung, mie
2. Tinggi Protein
Bahan makanan yang sangat diperlukan untuk tumbuh kembang,
pertumbuhan jaringan, sumber panas dan energi baik protein hewani
maupun nabati.

10
Contoh : daging, hati, babat, telur, ikan , udang, kacang – kacangan,
oncom, tahu tempe.
3. Vitamin C
Bahan makanan yang dapat digunakan untuk membantu kesembuhan
luka, mencegah infeksi, dan perbaikan tulang.
Contoh : bayam, cabe rawit, daun singkong, daun pepaya, jeruk,
pepaya, rambutan, jambu mete, jambu biji.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagniostik yang dilakukan pada pasien Osteomeilitis
1. Tes darah
Tes darah lengkap dapat mendeteksi infeksi dengan melihat
peningkatan jumlah sel darah putih. Tes ini juga dapat
mengidentifikasi jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi,
bila osteomielitis menyebar melalui darah.
2. Pemindaian
Pemindaian dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan pada
tulang akibat osteomielitis. Pemindaian dapat dilakukan dengan foto
Rontgen, USG, CT scan, atau MRI yang dapat menampilkan kondisi
tulang dan jaringan sekitarnya secara detail.
3. Biopsy tulang
Pengambilan sampel tulang ini dilakukan guna mengidentifikasi
bakteri yang menyebabkan infeksi pada tulang. Dengan mengetahui
jenis bakteri, maka dokter dapat menentukan pengobatan yang akan
diberikan.
J. Managemen keperawatan atau pembedahan
Pembedahan dilakukan jika pasien tidak embaik dengan
pengobatan anti mikroba spesifik, dan bila terbukati ada abses jaingan
lunak, pengumpulan cairan subperiosteal, atau adanya infeksi sendi.
Pembedahan yang bias dilakukan adalah debridement jaringan nekrotik,
pengankatan benda asing termasuk logam ortopedi, dan penutupan kulit
dari luka krnis yang tidak sembuh, seperti kasus ulkus decubitus.
Osteomielitis vertebral biasanya tidak memerlukan pembedahan, tetapi

11
bisa dilakukan pada kondisi kompresi saraf, ketidakstabilan tulang
belakang, atau drainase abses epidural/paravertebral. Selain untuk
membersihkan jaringan tulang yang telah mati, debridement dapat
digunakan untuk mengambil kultur jaringan untuk mengevaluasi
antibiotika yang masih sensitif untuk digunakan dalam penanganan
osteomyelitis.
K. Rehabilitasi
Penatalaksanaan osteomielitis harus dilakukan dengan cepat dan
tepat, dimana umumnya penatalaksaan dipengaruhi oleh gambaran
histologi dan durasi osteomielitis (akut dan kronis). Secara umum, tata
laksana terapi osteomielitis ini mecakup tindakan awal, tindakan non
operatif (antibiotik), tindakan operatif (pembedahan), serta prognosis.
Yang mana pada tata laksana terapi osteomielitis akut sangat ditekankan
untuk sesegera mungkin memulai antibiotik dengan tujuan mengurangi
resiko bacteremia, kematian, serta kerusakan tulang yang progresif.
Sebaliknya, waktu bukan hal penting dalam tata laksana terapi
osteomielitis kronis, dimana proses penetapan tujuan yang berpusat pada
pasien sangat diperlukan untuk memastikan bahwa tujuan pengobatan
yang realitis dapat ditetapkan. Pada kasus kronis, selama kondisi medis
pasien masih stabil, imaging dan diagnosis lainnya harus selalu dilakukan
sebelum pemberian antibiotik dimulai, dan perencanaan untuk
pembedahan sangat diperlukan pada kebanyakan kasus osteomielitis
kronis.
L. Aspek legal etis
1. Otonomi (autonomy)
Yaitu hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut
pembelaan diri.
2. Berbuat baik ( beneficience)
Yaitu melakukan sesuatu yang baik, kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan.

12
3. Keadilan (justice)
Yaitu prinsip Adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip moral,
legal dan kemanusiaan.
4. Tidak merugikan (nonmaleficence)
Yaitu prinsip Tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis
pada klien.
5. Kejujuran (veracity)
Prinsip yang berarti penuh dengan kebenaran, mengatakan segala
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.
6. Menepati janji (fidelity)
Prinsip yang dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya
dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
7. Kerahasiaan (confidentiality)
Informasi klien harus dijaga, segala sesuatu yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien.
8. Akuntabilitas (accountability)
Merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidal jelas atau tanpa terkecuali.
M. Fungsi advokasi
1. Otonomi, memb erikan hak kemandirian kepada klien untuk
melakukan kegiatan yang masih dapat ia lakukan misalnya, mandi,
gosok gigi, dll. Untuk tindakan yang akan diberikan pada klien seperti
diberi obat anti nyeri untuk diminum namun klien menolak maka
perawat tidak bisa memaksakan klien untuk tetap minum obat tetapi
perawat dapat melakukan pendekatan secara bertahap.
2. Berbuat baik, memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dan dapat
meningkatkan derajat kesehatannya misalnya: pemberian obat nyeri
untuk meringankan rasa nyeri.

13
3. Keadilan, memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dan tidak
memandang usia ataupun jenis kelaminnya.
4. Tidak merugikan, menjaga keamanan lingkungan pasien seperti
memasang pengaman di tempat tidur.
5. Kejujuran, memberikan informasi yang sesungguhnya tentang
penyakit pasien jika pasien bertanya-tanya
6. Menepati janji, memberikan pelayan kesehatan sesuai janji yang telah
dilakukan dengan klien.
7. Kerahasian, merahasiakan segala sesuatu yang terjadi pada pasien bila
pasien yang memintanya, dan termasuk keluarganya tidak boleh
mengetahui.
8. Akuntabilitas, perawat memberikan pelayanan secara professional
kepada pasien sehingga pasien merasa nyaman.
N. Health education
1. Edukasi jenis penyakit, perjalanan penyakit, dan tata laksana
2. Edukasi penyulit – penyulit yang mungkin timbul dari osteomeilitis.
3. Edukasi obat – obatan yang diperlukan pasien.
4. Edukasi pemeriksaan penunjang yang diperlukan.
5. Edukasi terap edis dan pembedahan yang diperlukan
6. Edukasi diet TKTP pada pasien.

14
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Osteomielitis merupakan suatu kondisi dimana terjadi
inflamasi tulang. Osteomielitis bisa disebabkan oleh adanya
infeksi dari beberapa organisme. Organisme yang paling umum
ditemukan yakni Staphylococcus aureus. Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP) bermanfaat memberikan makanan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang berguna
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh,
penyembuhan luka, dan menambah berat badan.
C. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah ini, dengan demikian penulisan makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkannya.

15
Daftar Pustaka

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
indikator Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Faisal,dkk. 2020. Penatalaksanaan osteomilitis kronis diseratai fistula
ekstra oralpada mandibular. Makasar dental journal. Vol.9. No.01.
ISSN: 2548-5830
Ford A Caleb,dkk. 2020. Diflunisal-loaded poly (propylenesulfide)
nanoparticles decrease s. aureus-mediated bone destruction
during osteomyltis. Journal orthopaedic research.
Ak guliz,dkk. 2021. An intravenous application of magnetic nanoparticles
for osteoylitis treatment : an efficient alternative. Internasional
Journal of pharmaceutics.

16

Anda mungkin juga menyukai