Dokter penguji : Dr.Noorjanah Pujiastuti Sp.S UNIMUS RSUD TUGUREJO SEMARANG 2012 Abses otak (AO) reaksi piogenik terlokalisir di jaringan otak.1,2 Morgagni (1682-1771) pertama kali melaporkan AO yang disebabkan oleh peradangan telinga.3 Beberapa penderita dihubungkan dengan kelainan jantung bawaan sianotik.4,5,6 Mikroorganisme penyebab abses otak bakteri, jamur & parasit tertentu. Angka kejadian AO tidak diketahui. Laki- laki lebih sering dari perempuan dengan perbandingan 2:1.6,9 Poerwadi melaporkan 18 kasus AO pada anak dengan usia termuda 5 bulan. Abses serebri dapat terjadi di dua hemisfer, dan kira-kira 80% kasus dapat terjadi di lobus frontal, parietal, dan temporal. Abses serebri di lobus occipital, serebelum dan batang otak terjadi pada sekitar 20% kasus Abses otak = suatu proses infeksi dengan penanahan yang terlokalisir diantara jaringan otak, disebabkan berbagai macam variasi bakteri, fungus & protozoa.1,2 Anatomi Otak 8 Anatomi otak adalah struktur yang kompleks dan rumit karena fungsi. Organ yang menakjubkan ini berfungsi sebagai pusat kendali dengan menerima, menafsirkan, serta untuk mengarahkan informasi sensorik di seluruh tubuh. Ada tiga divisi utama otak, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Pembagian otak: 1. Prosencephalon - Otak depan 2. Mesencephalon - Otak tengah o Diencephalon = thalamus, hypothalamus o Telencephalon= korteks serebri, ganglia basalis, corpus striatum 3. Rhombencephalon - Otak belakang o Metencephalon= pons, cerebellum o Myelencephalon= medulla oblongata Etiologi dan Faktor Predisposisi Sebagian besar abses AO berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah, sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis & maxillaries).3,4 AO dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektase, pneumonia), endokarditis bakterial akut, subakut & pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada substansi putih & abu dari jaringan otak).6 Abses otak yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai dengan peredaran darah yang didistribusi oleh arteri cerebri media terutama lobus parietalis, / cerebellum & batang otak.3,6 Bakteri penyebabnya = Streptococcus aureus, streptococci (viridians, pneumococci, microaerophilic), bakteri anaerob (bakteri kokus gram positif, Bacteroides spp, Fusobacterium spp, Prevotella spp, Actinomyces spp, dan Clostridium spp), basil aerob gram-negatif (enteric rods, Proteus spp, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus, dan Haemophilus spp). Infeksi parasit (Schistosomiasis, Amoeba) dan fungus (Actinomycosis, Candida albicans) dapat pula menimbulkan abses. Factor predisposisi dapat menyangkut host, kuman infeksi atau factor lingkungan. 1. faktor tuan rumah (host) 2. faktor kuman 3. faktor lingkungan Patofisiologi Tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus di jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan & kongesti jaringan otak, kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis & pencairan di pusat lesi membentuk rongga abses. Astroglia, fibroblas & makrofag mengelilingi jaringan nekrotikan. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan patologi AO dalam 4 stadium : 1) Stadium serebritis dini (Early Cerebritis) Terjadi reaksi radang local dengan infiltrasi polymofonuklear leukosit, limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai di hari pertama & ↑ pada hari ke 3. Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari pembuluh darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi. Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis. Saat ini terjadi edema di sekitar otak & ↑massa karena pembesaran abses. 2) Stadium serebritis lanjut (Late Cerebritis) Terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat nekrosis membesar ok ↑ acellular debris dan pembentukan nanah karena pelepasan enzim dari sel radang. Di tepi pusat nekrosis didapati daerah sel radang, makrofag besar & gambaran fibroblast yang terpencar. Fibroblast mulai menjadi reticulum akan membentuk kapsul kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi menjadi sangat besar 3) Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation) Pusat nekrosis mengecil, makrofag menelan acellular debris & fibroblast ↑ dalam pembentukan kapsul. Lapisan fibroblast membentuk anyaman reticulum mengelilingi pusat nekrosis. Di daerah ventrikel, pembentukan dinding sangat lambat ok kurangnya vaskularisasi di daerah substansi putih dibandingkan substansi abu. Pembentukan kapsul yang terlambat di permukaan tengah memungkinkan abses membesar ke dalam substansi putih. Bila abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis. Pada pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman reticulum yang tersebar membentuk kapsul kolagen, reaksi astrosit di sekitar otak mulai ↑. 4) Stadium pembentukan kapsul lanjut (Late Capsule Formation) Pada stadium ini, terjadi perkembangan lengkap abses dengan gambaran histologis sebagai berikut: Bentuk pusat nekrosis diisi oleh acellular debris dan sel-sel radang. Daerah tepi dari sel radang, makrofag, dan fibroblast. Kapsul kolagen yang tebal. Lapisan neurovaskular sehubungan dengan serebritis yang berlanjut. Reaksi astrosit, gliosis, dan edema otak di luar kapsul. Manifestasi Klinis stadium awal GK AO tidak khas, gejala infeksi demam, malaise, anoreksi, gejala ↑ TIK berupa muntah, sakit kepala & kejang. Dengan semakin besarnya AO gejala menjadi khas berupa trias AO terdiri dari gejala infeksi, ↑TIK & gejala neurologik fokal.2,7 Abses pada lobus frontalis biasanya tenang & bila ada gejala neurologik seperti hemikonvulsi, hemiparesis, hemianopsia homonim disertai kesadaran yang menurun menunjukkan prognosis yang kurang baik karena biasanya terjadi herniasi & perforasi ke dalam kavum ventrikel.2,5,7 Abses lobus temporalis menyebbkan gangguan pendengaran & mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. Gangguan motorik terutama wajah & anggota gerak atas dapat terjadi bila perluasan abses ke dalam lobus frontalis relatif asimptomatik, berlokasi terutama di daerah anterior sehingga gejala fokal adalah gejala sensorimotorik.7 Abses serebelum biasanya berlokasi pada satu hemisfer dan menyebabkan gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus. Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal. Diagnosis Berdasarkan anamnesis, gambaran klinik, pmx laboratorium disertai pemeriksaan penunjang lainnya. Penting juga melibatkan evaluasi neurologis secara menyeluruh, mengingat keterlibatan infeksinya. Perlu ditanyakan mengenai riwayat perjalanan penyakit, onset, faktor resiko yang mungkin ada, riwayat kelahiran, imunisasi, penyakit yang pernah diderita, sehingga dapat dipastikan diagnosisnya.2,7 Pemeriksaan neurologis dapat dimulai dengan mengevaluasi status mental, derajat kesadaran, fungsi saraf kranialis, refleks fisiologis, refleks patologis, dan juga tanda rangsang meningeal untuk memastikan keterlibatan meningen.2 Pemeriksaan motorik melibatkan penilaian dari integritas sistem musculoskeletal dan kemungkinan terdapatnya gerakan abnormal dari anggota gerak, atau kelumpuhan yang sifatnya bilateral / tunggal.2 Gambaran CT-scan pada abses : Early cerebritis (hari 1-3): fokal, daerah inflamasi dan edema. Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas dan terdapat nekrosis dari zona central inflamasi. Early capsule stage (hari 10-14): gliosis post infeksi, fibrosis, hipervaskularisasi pada batas pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini dapat terlihat gambaran ring enhancement. Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral yang hipodens (sentral abses) yang dikelilingi dengan kontras - ring enhancement (kapsul abses) Penatalaksanaan Terapi definitif untuk abses melibatkan : 1. Penatalaksanaan terhadap efek massa (abses dan edema) yang dapat mengancam jiwa 2. Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses 3. Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi) 4. Pengobatan terhadap infeksi primer 5. Pencegahan kejang 6. Neurorehabilitasi2,3,4,9 Penatalaksanaan awal AO diagnosis tepat & pemilihan antibiotik didasarkan pada patogenesis dan organisme yang memungkinkan terjadinya abses. Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole. Jika ada riwayat cedera kepala & pembedahan kepala, maka dapat digunakan kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan sephalosforin generasi ketiga dan juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur dan tes sentivitas telah tersedia. Tabel 2.1 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak Drug Dose Frekwensi dan rute Cefotaxime (Claforan) 50-100 mg/KgBBt/Hari 2-3 kali per hari, IV Ceftriaxone (Rocephin) 50-100 mg/KgBBt/Hari 2-3 kali per hari, IV Metronidazole (Flagyl) 35-50 mg/KgBB/Hari 3 kali per hari, IV Nafcillin (Unipen, Nafcil) 2 grams setiap 4 jam, IV Vancomycin 15 mg/KgBB/Hari setiap 12 jam, IV Komplikasi Abses otak menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Adapun komplikasinya adalah: 1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid 2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus 3. Edema otak 4. Herniasi oleh massa Abses otak TERIMAKASIH BANYAK