Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
tentang Manajemen Berbasis Sekolah pada SMA Negeri I Matangkuli Aceh Utara, maka hasil
A. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perencanaan program pembelajaran di SMA Negeri
I Matangkuli Kabupaten Aceh Utara, pada awalnya disusun konsep oleh wakil kepala sekolah
bidang kurikulum, setelah itu dalam rapat program konsep ini diutarakan dan setiap guru dapat
memberikan masukan, usulan dan pertimbangan terhadap konsep yang ditawarkan, sampai pada
akhirnya diambil keputusan yang dipilih untuk dijalankan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Pada SMA Negeri I Matangkuli Kabupaten Aceh Utara selain mengunakan
Dari hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum memberikan
keterangan bahwa pembagian tugas guru dalam hal rencana program pembelajaran dilakukan
sesui dengan bidang studi atau ijazah yang dimiliki. Sedangkan pembagian tugas lain seperti:
piket, Pembina upacara pada hari senin dan lain-lain dibagi berdasarkan giliran yang telah
disepakati bersama, selama peneliti berada disana semua berjalan dengan teratur dan tingkat
disiplin gurupun dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan sudah bagus, dan bila ada guru
yang berhalangan, maka diganti dengan guru yang lain dengan mata pelajaran yang sama. Tujan
dilakukan ini untuk menjaga agar semua kegiantan yang telah diprogramkan tidak terabaikan.
Dari hasil wawancara diperoleh bahwa jadwal program baik yang bersifat kurikuler
maupun ektrakurikuler telah disusun pada awal tahun pelajaran dan semua kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama. Pengelolaan program pembelajaran di
1. Perencanaan
berorentasi kemasa depan. Dalam pengambilan dan pembuat keputusan tentang rencana program
pembelajaran, guru sebagai manejer pembelajaran harus melakukan sebagai pilihan menuju
terciptanya tujuan. Guru sebagai manejer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan
yang tepat untuk melakukan rencana program pembelajaran yang telah ditetapakan.
tidak dilakukan oleh seorang guru, akan tetapi disusun secara bersama-sama oleh beberapa orang
2. Pelaksanaan
rencana yang telah disusun dan diatur menuju sasaran yang ingin dicapai. Keberhasilan suatu
kegiatan dan atau pekerjaan banyak ditetentukan oleh komitmen dan keterampilan para pelaksana.
Komitmen dapat diartikan sebagai kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai aturan
yang telah ditetapkan, ketiadaan komitmen akan berakibat pada tidak adanya koordinasi dari tiap
pelaksanaan program yang sudah direncanakan sehingga tujuan yang ingin dicapai tidak
teruwujud.
Berdasarkan hasil penelitian pada SMA Negeri I Matangkuli Kabupaten Aceh Utara,
terlihat bahwa kepala sekolah memberikan kebebasan kepada guru untuk melakukan kreativitas
dalam rencana program pembelajaran, hal ini dimulai dari awal ajaran dimana kepala sekolah
melakukan kegiatan perlombaan antar kelas lain perlombaan shalat berjamaah, baca puisi, bola
3. Pengendalian
Pengendalian bertujuan untuk menjamin kenerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau
tujuan yang telah ditetapkan. Pada bahagian ini aspek yang yang perlu diperhatikan oleh kepala
sekolah adalah: (a) bagaimana evaluasi dilakukan dikaikan dengan tujuan, dan (b) pemamfaatan
hasil evaluasi.
Dalam proses manajerial terakhir ini perlu dibandingkan kinerja aktual dengan kinerja
yang telah ditetapkan ( kinerja standar). Guru sebagai manejer pembelajaran harus mengambil
langkah-langkah atau tindakan perbaikan apabila terdapat perbedaan yang siknifikan atau ada
kesenjangan antara proses pembelajaran aktual di dalam kelas dengan yang telah direncanakan.
Negeri I Matangkuli Kabupaten Aceh Utara ditinjau dari segi perencanaan, pelaksanaan, dan
Manajemen pembinaan siswa meruakan hal yang mendukung pencapaian hasil belajar,
kepribadian siswa SMA 1 Matangkuli. Dalam peningkatan pembinaan ektrakurikuler pada sore
hari dalam berbagai kegiatan seperti: (1) les tambhan yang yang diberikan oleh guru khususnya
mata pelajaran yang yang termasuk dalam ujian nasinal, (2) bimbingan tes yang dilaksanakan oleh
alumni dan guru SMA Matangkuli, (3) palang merah remaja, (4) seni drama dab seni tari. Selain
itu manajemen berbasis sekolah meliputi pengelolaan bidan kesiswaan yang berkaitan dengan:
Kegiatan ini dikelola sedemikian rupa mulai perencanaan daya tampung atau target jumlah
siswa yang akan diterima yakni dengan mengurangi daya tampung kelas dengan anak yang tinggal
kelas atau mengulang siswa pindah dari sekolah lain. Dalam penerima siswa baru, juga ditentukan
oleh standar nilai ajazah. Daya tampung dibatasi hanya 240 orang siswa, sedangkan yang
mendaftar setiap tahun mencapai 350 orang siswa. Dalam kegiatan ini kepala sekolah
mendelegasikan kepada wakil bidang kesiswaan untuk membentuk panitia penerima siswa baru
dengan menunjukkan beberapa orang guru dan pegawai untuk bertanggung jawab dalam hal
penerimaan siswa baru, hasil penerimaan dilaporkan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
Para siswa yang diterima sesuai dengan hasil seleksi diharuskan untuk mengukkuti masa
orientasi. Kegiatanya dilakukan sesuai dengan jadwal dan matri yang sudah ditetapkan oleh dinas
pendidikan kabupaten aceh utara. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal pembinaan
penyesuain diri siswa sebelum masa belajar agar siswa dapat menyatukan kosentrasinya belajar
pada tingkat SMA, setelah kegiatan ini barulah siswa mengikuti pelajaran intra atau ektra
kurikuler di kelas sesuai dengan roster pelajaran yang sudah ditetapkan oleh sekolah.
Sebelum siswa mengikuti proses belajar mengajar di kelas maka wakil kepala sekolah
tampung kelas, siswa perkelas sesuai standar pelayanan SMA Matangkuli adalah 40 orang siswa
per kelas. Kelas yang telah ditentukan untuk belajar siswa menjadi tempat belajar menetap bagi
Selain penempatan siswa pada kelas juga di adakan penempatan siswa pada jurusan
tertentu. Dalam penempatan siswa pada jurusan tertentu seperti permintaan siswa, adabeberapa
akademik siswa. Permintaan siswa akan dipenuhi untuk duduk pada jurusan tertentu sepanjang
prestasi akademiknya mendukung dan merekomendasinya oleh wali kelas dan guru bimbingan
konseling. Prestasi siswa yang diperoleh terlebih dahulu diteliti, diinvertarisir. Apabila siswa
mendukung minimal cukup. Begitu juga dengan halny jurusan lainnya yang akan dipilih siswa.hal
ini dimaksudkan untuk menyesuaikan keinginan siswa untuk memilih jurusan tertentu dengan
dukungan prestasi akademik yang selama ini diperoleh siswa yang telah dituangkan dalam raport
guna mencegah siswa salah dalam memilih jurusan adakalanya siswa mwmilih jurusan tertentu
yang ternyata dikemudian hari nilainya turun drastis. Setelah diteliti oleh guru bimbingan
konseling ternyata diketahui bahwa jurusan yang dipilih oleh siswa tersebut merupakan paksaan
dari orang tuanya. Alasan orangtuanya adalah guna diarahkan pada pekerjaan yang hanya
membuka formasi jurusan yang dipaksakan kepada anak. Akibatnya terjadi kemerosotan nilai
Pengelolaan masalah kehadiran ini dilakukan melalui kontrol terhadap absensi siswa. Tugas
ini di deligasikan kepada masing-masing wali kelas. Kepala sekolah akan menyurati orang tua
siswa yang absensi atau kehadiran anaknya di sekolah tidak seperti yang di isyaratkan dalam
peraturan. Bagi siswa yang tidak mengindahkan teguran masalah teguran akan dipanggil bersama
orang tuanya untuk menanada tangani surat perjanjian di sekolah, apabila setelah tiga kali siswa
menandatangani perjanjian di sekolah di hadapan orang tuanya namun tetap sering absen, maka
siswa yang bersangkutan akan diberhentikan dari sekolah. Namun demikian sebelum siswa sampai
pada tahap pemberhentian siswa yang bersangkutan akan ditangani oleh guru bimbingan
konseling untuk dibimbing dan di bantu menyelesaikan permasalahan jika siswa yang terancam di
Untuk melaksanakan kendali terhadap disiplin siswa, kepala sekolah membagi piket guru
dan tugas bimbingan konseling sekaligus dituliskan dalam jadwal. Pengendalian disiplin
ditekankan pada kontrol masuk siswa pada jam pelajaran pertama, disiplin berpakaian, disiplin
belajar, ketaatan terhadap jam keluar kelas, dan disiplin kehadiran. Menurut hasil observasi
peneliti pada paga hari bel belajar jam pertama pengontrol siswa di lakukan secara terkoordinasi
antara kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan di bantu oleh tiga orang guru piket mengawasi
disiplin lainya. Oleh guru piket diserahkan kepada guru bimbingan konseling untuk di tindak
lanjuti membimbing siswa. Jika gejala tidak disiplin terus berlanjut tanpa adanya perbaikan maka
masalah tersebut dikonsultasi dengan orang tua yang bersangkutan. Bahkan adakalanya karena
tidak berhasil membimbing siswa sedangkan siswa tetap sering melanggar disiplin, maka masalah
tersebut di serahkan kepada kepala sekolah sebgai pengambil keputusan terhadap kelangsungan
belajar siswa apakah siswa tersebut di kembalikan kepada orang tua atau tidak. Namun pada
umumnya siswa yang melakukan pelanggaran masih dibawah ambang batas kewajaran dan jumlah
relatif sedikit jarang yang terus berlanjut yang mengakibatkan pemberhentian siswa dari SMA
Negeri 1 Matang kuli. Disiplin kehadiran siswa dari hasil pengamatan menunjukkan ketepatan
mereka hadir mengukuti pelajaran. Hanya satu atau dua yang kadang-kadang sering terlambat
Ada kalanya siswa mengalami kelainan dalam situasi tertentu, misalnya guru melaporkan
siswa sering melamun tanpa alasan yang jelas dan ketika mestinya siswa berkonsentrasi penuh
dalam belajar, siswa suka marah-marah tanpa alasan yang cukup kuat, siswa suka usil berlebihan
seperti siswa laki-laki yang suka berlebihan menggangu siswa perempuan, siswa yang selalu
mengalami kesulitan dalam belajar. Terhadap siswa yang selalu memiliki kelainan tersebut kepala
sekolah mengadakan supervisi serta bimbingan untuk membantu siswa keluar dari masalah-
masalah yang dihadapi. Namun melihat kesibukan yang di alami kepala sekolah dan agar dapat
memberdayakan guru yang ada, maka pada umumnya kepala sekolah mendelegasikan peranannya
Dalam kontek proses pembelajaran, personil sekolah atau sumber daya tenaga
kependidikan guru, memiliki pandangan atau persepsi yang beragam dengan perubahan sistem
manajemen pendidikan. Pera guru beranggapan bahwa MBS akan lebih memberikan kesejahtraan
pada guru. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa sistem pendanaan sekolah lebih fleksibel jika
sekolah memiliki kewenagan untuk menentukan tingkat kesejahtraan para guru. Peningkatan
MBS:
Ketika Manajemen berbasis Sekolah dianjurkan untuk diterapakan disekolah saya, saya
merasa mamfaat karena pendapatan saya bertambah. Hal ini terjadi karena Komite
sekolah selalu memberikan dana yang selama ini tidak pernah saya terima. Disamping itu,
saya selalu dilibatkan dalam menentukan berbagai kebijakan sekolah, baik dalam
membuat perencanaan dan pengambilan keputusan yang dianggap strategis bagi
kepentingan sekolah dan masysrakat atauorang tua peserta didik. Saya merasakan menjadi
lebih kreatif, dan suka mengambil inisiatif sehingga dinamika sekolah saya menjadi lebih
hidup. Hal yang sangat saya suka dari diterapkan Manajemn Berbasis Sekolah itu, adalah
kepala sekolah yang melibatkan saya dalam segala sesuatu yang berkaitan denhan
kebijakan dan pengambilan keputusan.
Apa yang dikemukakan oleh guru tersebut menunjukan bahwa Manajemn Berbasis
Sekolah yang diterapkan disekolahnya berimplikasi positif. Hal ini tentu saja berpengaruh positif
terhadap peran guru dalam meningkatkan motivasi kerjanya. Dalam konteks itu, apa dikatakan
bahwa kepala sekolah di sekolah tersebut telah memahami pentingnya perubahan paradigma
penyelenggara pendidikan dari yang bersifat birokratis hirarkis menuju penyelenggaraan yang
berbasis sekolah, perlu tumbuhkembangkan. Sebab maju mundurnya sekolah ditentukan oleh
variabel kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah dalam penerapan Manajemn Berbasis
Sekolah menjadi variabel determinan, kepala sekolah lah yang akan menjamin apakah Manajemen
Secara umum dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia yang berada dalam SMA
Matangkuli, telah memahami penting dan perlunya penyelenggara Manajemen Berbasis Sekolah
tersebut, disadari bukan sebagai kepentingan sasaat tetapi merupakan kepentingan jangka panjang
dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
Berbasis Sekolah, walaupun masih perlu disosialisasikan, yaitu upaya terus menerus untuk
menjamin terselenggaranya Manajemen Berbasis Sekolah selalu efektif dan efesien. Sosialisasi ini
lebih ditekankan kepada kepemimpinan sekolah (kepala sekolah), karena memang Manajemen
Berbasis Sekolah akan menjamin diterapakan jika kepala sekolah memiliki pemahaman yang jelas
Walau masih terdapat personil atau oknum yang belum utuh dalam memahami pentingnya dan
perlunya MBS, namun secara umum masysrakat pendidikan diwilayah Matanngkuli, memiliki
kepemimpinan sekolah yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab agar pendidikan berjalan
Dalam kaitan ini, maka mereka diisyaratkan memiliki perencanaan yang sesuai dengan
manajemn personalia di sekolah SMA Negeri I Matangkuli dapat di jelaskan pada uraian berikut.
Sebagai bagian yang penting dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar maka
keberadaan guru yang professional merupakan kebutuhan yang mutlak. Kepala SMA Negeri I
Matangkuli Kabupaten Aceh Utara melaksanakan Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dalam
bidang proses belajar mengajar, khususnya pengembangan mutu guru sebagai berikut:( (1)
memberi kemudahan bagi guru untuk melanjutkan pendidikan guna meningkatkan sumberdaya
manusia. (2) memberi intensif guru yang telah dianggarkan oleh komite sekolah yang yang
mengajar lebih dari 18 (delapan belas) jam/minggu diberi intensif/honor sebesar 1000,- per jam.
Sedangkan pada tahun ajaran yang akan datang akan diprogramkan oleh komite sekolah lebih dari
tahun ini, (3) Memberi dispensasi oelh guru yang mengikuti penataran, seminar, dan jenis
pelatihan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru, (4) memberikan kemudahan
bagi guru yang akan naik pangkat sepanjang telah memenuhi target angka kredit dan peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, (5) Memberikan kemudahan bagi guru yang akan
Jenis Penataran yang di ikuti guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan baik
tingkat Kabupaten maupun tingkat Provinsi adalah penataran guru mata pelajaran, maupun
metodelogi dan lainnya. Salah seorang guru kimia yang juga koordinator MGMP SMA Negeri 1
dan konsumsi serta transport dan uang saku, buku-buku aatau diktat yang berkenaan dengan
bidang tutor.
Pelajaran sering melakukan pertemuan, dan diskusi untuk mempelajari kurikulum, teknik metode
mengajar guru,namun karena kurang dana dalam hal buku, Manajemen Berbasis Sekolah,
Komponen guru dan kurikulum, metode mengajar yang variatif perlu dimantapkan dalam
pembelajran dikelas.
Dalam hal pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran, diskusi pada awal
caturwulan bisanya Kepala Sekolah mengundang guru untuk menbicarakan masalah pembelajaran
bagi kalangan guru-guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran ilmu eksat dan ilmu Sosial.
Musyawarah Guru Mata Pelajaran masih tetap menjadi salah satu sarana pengembangan
murtu guru atau menjadi pengendali mutu proses pembelajran di SMA Negeri 1 Matang Kuli
Aceh Utara. Bagi guru-guru di sekolah ini yang paling pokok sekarang adalah adanya kesamaan
visi dan komitmen untuk perbaikan mutu sekolah dari arahan pimpinan yang mereka jabarkan
bersama sehingga mendorong mereka melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi paling tidak
S-1
dalam bidang personalia berlangsung melalui; penataran dan pelatihan, pendidikan lanjutan guru-
guru juga dikembangkan mutunya dengan memberikan izin dan kemudahan mengikuti jenjang
pendidikan lebih tinggi dengan tetap melaksanakan tugas mengajar, MGMP dan supervise.
d. Pendidikan Lanjutan
Perbaikan mutu sekolah harus diawali dari pengembangan dan pembinaan guru, karena
itu kepala sekolah tetap mendorong agar guru terus meningkatkan pendidikannya bagi yang belum
S.1 bahkan disekolah ini diberikan peluang untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
e. Supervisi
Supervisi yang dilaksanakan oleh sekolah di fokuskan kepada kesiapan guru dalam
menyusun desain instruksional dan efektivitas pembelajaran termasuk evaluasi pembelajaran yang
dilakukan guru setelah selesai mengajar pokok/sub pokok bahasan tertentu kepada siswa.
Supervisi masih dijadikan sebagai wahana efektif untuk membantu guru memperbaiki kinerjanya
tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah untuk meningkatkan mutu dalam bidang
kutikulum, kesiswaan dan personalia di SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh Utara sudah berjalan
Strategi Manajemen Berbasis Sekolah bidang kurikulum adalah lebih didasari kemampuan
kepemimpinan dan manajerial kepala sekolah, disamping dukungan para guru dan komite sekolah.
Mulyasa, (2002) menyatakan “Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian
dari MBS” Manajemen kurikulum dan program pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan
Dalam hal itu perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan
jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan pelaksanaan evaluasi belajar,
penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan peserta didik, serta
pencapaian hasil belajar, karena pembinaan siswa berkaitan dengan pengembangan keterampilan,
watak dan kepribadian siswa SMA Matangkuli. Manajemen Berbasis Sekolah di sini adalah lebih
didasari kemmpuan kepemimpinan dan manajerial kepala sekolah, disamping dukungan para guru
dan komite sekolah, hal ini ditandai dari adanya program peningkatan mutu pendidikan melalui
penambahan jam pelajran, pengembangan mutu guru melalui musyawarah guru mata pelajaran ,
penetaran, kelompok kerja guru, supervisi dan pendidikan lanjutan, pembinaan siswa melalui
pendidikan moral, pramuka, dan latihan kepemimpinan, pembinaan minat, bakat, olah raga serta
peningkatan pembiayaan dari patrisifasi orang tua, komite sekolah, kerjasama dengan pengusaha
Ciri utama pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam pemberian otonomi kepada
kepala sekolah. Otonomi itu meliputi pemberian tugas, wewenag, tanggung jawab dan kekuasaan
yang besar kepada sekolah. Pemberian otonomi ini akan membuat sekolah lebih inovatif, artinya,
sekolah dapat melakukan perubahan yang memungkinkan lebih dinamis dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen inivatif yang akan merobah pola berpikir
dan bertindak. Jika selama ini Manajemen Berbasis Sekolah cendrung bersifat pasif karena
keterlibatan birokrasi pemerintah sangat ketat dan secara hirarkis melakukan intervensi yang
cukup besar kepada sekolah, dengan diberlakukanya MBS, akan terjadi perubahan-perubahan
Selama ini dunia pendidikan mengalami stagnasi yang cukup besar mempengaruhi
efektifitas sekolah dalam mengolak diri. Sekolah sepertinya tidak mampu melepaskan diri dari
berbagai keinginan dan kebutuhan secara mendasar. Hal inilah yang membelenggu berbagai
Berbagai problem sekolah pada saat yang lalu menurut Syaiful (2004:12) adalah sebagi
berikut :
1. Sekolah pada semua jenjang dan level diurus seadanya, kreativitas dan inovatif tidak
mendapat tempat yang layak karena bisa saja inovatif dan kreativitas malah
bertentangan dengan pandangan pemegang kekuasaan.
2. Pihak sekolah menerima sarana dan prasarana pendidikan disekolah seadanya, tidak
dapat memberikan masukan atau komentar.
3. Guru bekerja tidak maksimal, mereka bekerja hanya memenuhi jam kerja sesui dengan
yang dijadwalkan karene jika mereka bekerja keras karir dan prestasinya tetap tidak
jelas.
Untuk mengatasi berbagai hal tersebut, maka MBS mensyratkan agar perlu meningkatkan
partisipasi masyarakat. Semakin tinggi partisipasi masyarakat, semakin mudah sekolah memenuhi
jangan sampai diabaikan, karena masyarakat merupakan salah satu kekuatan utama dalam
tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan
prertasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui
mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu fungsi
memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, menbantu anggota mencapai posisi dan standar
Tugas Kepala Sekolah dalam kaitan dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah
pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi tujuan
tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena itu kepala sekolah dituntut untuk
Kepala Sekolah SMA di Kecamatan Matangkuli telah melakukan secara terus menerus
dalam rangka memperkuat pelaksanaan MBS. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk pertanggung
jawabanya yang memiliki otoritas di sektor pendidikan. Berbagai upaya terus dilakukan sehingga
kepala sekolah yang kuat sehingga merealisir seluruh tujuan pendidikan dan tujuan sekolah. Selam
ini justru dirasakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, tidak begitu kuat dalam menjalankan
organisasi sekolah. Hal ini terjadi karena kepala sekolah dibayangi kekuasaan satuan atasanya,
sehingga tidak memungkinkanya melakukan berbagai tindakan tanpa seizin satuan atasan tersebut.
Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat akan dapat mengambil dan menghargai keputusan
yang demokratis. Proses pengambilan keputusan yang demokratis adalah salah satu syarat untuk
dapat menerapka MBS demokratis adalah sekolah sekolah yang mengambil keputusan demokratis
pula. Hal ini perlu diterapkan, karen dalam MBS, sekolah bukan lagi hanya milik sekolah itu saja,
tetapi ia adalah bagian dari masysrakatnya yang memiliki komunitas dan kepentingan terhadap
komunitas itu.
Mulyasa, (2002) manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1)
perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4)
promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, dan (7) penilaian pegawai.
Semua perlu dilaksanakan dengan baik dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni
tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai
berkaitan dengan perpaduan strategi kebijakan dari atas dan kebijakan dari bawah yaitu dukungan
para guru, komite sekolah dan orang tua sebagai seorang teman, strategi Manajemen Berbasis
Sekolah ini mengarah pada pengembangan sekolah efektif, dimana faktor profesionalisme dan
pemberdayaan guru merupakan satu pilar bagi keberhasilan seluruh program peningkatan mutu di
sekolah berada dalam lapangan manajemen sekolah. Kareteristiknya menurut Beare, dkk (1989)
yaitu: (1) guru-guru memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah memberikan perhatian
yang tinggi untuk perbaikan mutu pengajaran, (2) guru-guru memiliki kondisi pengharapan yang
tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi siswa, (3) atmosfir sekolah yang tidak rigid (kaku),
sejuk tanpa tekanan dan kondusif dalam sekuruh proses pengajaran atau suatau tatanan iklim yang
nyaman, (4) sekolah memiliki pengertian yang luas tentang focus pengajaran dan mengusahakan
efektivitas sekolah dengan energy dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pengajaran
secara maksimal, (5) sekolah efektif menjamin kemajuan murid dimonitor secara periodik. Kepala
sekolah dan guru mennyadari bahwa kemajuan prestasi pelajar berhubungan dengan tujuan
pengajaran.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efisien. Sekolah efektif karena
pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efisien ialah penggunaan sumber daya yang
hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi belajar tentunya dilihat dari absensi (kehadiran),
tingkah laku di sekolah, laporan kejahatan/ penyimpangan dan hasil ujian nasional. Sekolah yang
unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efisien dengan menjanjikan lulusan yang terbaik,
keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dimiliki antara lulusan
sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antara lulusan berbeda dari suatu sekolah
Kepemimpinan transparan yang partisipatif oleh Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh
Utara dijalankan dengan memantapkan kerjasama dengan para guru harus terutama dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang muaranya dalah kelulusan berkualitas. Demikian pula para
manejer atau kepala sekolah harus berfungsi sebagai bagian dari kerjasama dalam lembaga untuk
menjamin perubahan dalam lingkungan pendidikan era kekinian. Semakin terpenuhinya prinsip
ekonomi, transparansi, dan akuntabilitas berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru,
karyawan dan pihak terkait dengan sekolah semakin kuat komitmennya menjalankan program
menurut Newton dan Tarran (1992:9) menjelaskan bahwa : penyebaran komitmen mutu dan
tanggung jawab kepada masyarakat adalah satu bagian penting dari penerimaan dan perwujudan
strategi perubahan dalam pendidikan.Mutu yang berkaitan dengan pengalaman adalah hal
mendasar bagi keberhasilan sekolah. Sebab sekolah melibatkan secara tinggi sejumlah interaksi
keseharian dalam memelihara mutu dari hubungan penghargaan yang dialamatkan kepada menjadi
Manajemen berbais sekolah pada dasarnya adalah reformasi manajemen di sekolah untuk
Dikatakan lebih bersifat kualitatif karena mutu sulit dapat diukur secara matematis, namun lebih
dapat diukur dengan indikator-indikator tertentu. Itulah sebabnya desentralisasi secara politis
menuntut agar MBS yang diterapkan di sekolah-sekolah, harus memberikan berbagai hal,
profesional dari satuan atasan. Bimbingan ini diperlukan karena selama ini sekolah berada dalam
bimbingan dan arahan satuan atasan sehingga sekolahcenderung terikat oleh satuan atasanya.
Keterikatan itu bukan hanya dalam pengambilan keputusan saja, tetapi juga dalam menentukan
berbagai kebijakan sekolah dalam mempelakukan masyarakat penguna jasa pendidikan sekolah
itu.
Bimbingan dari satuan atasan akan semakin kuat dan kokoh jika sekolah menerapakan
sikap transparan dan memiliki akuntabilitas yang tinggi kepada masysrakatnya. Transpsran itu
berkaitan dengan kemauan sekolah untuk dapat lebih terbuka dan tidak menerapkan sistem
tertutup dalam berbagai hal, terutama dalam pertanggungjawaban keungan yang diperoleh dari
masyarakat, terutama masysrakat pengguna jasa kependidikanya. Sekolah bukan lagi menjadi
sistem tertutup yang tidak memiliki kepedulian terhadap masyarakatnya, sekolah sudah menjadi
sistem terbuka sehingga tidak ada lagi yang tersembunyi dan disembunyikan dari masyarakat.
sekolah dalam hal ini agar seluruh pencapaian tujuan sekolah yang merupakan bagian dari tujuan
pendidikan secara menyeluruh dapat dicapai. Kinerja sekolah dalam kontek MBS, adalah kinerja
peserta didik dapat tumbuh dan berkembanga secara profesional, yang pada saat bersamaan anak
tumbuh berkembanga sesuai denga bakat, minit masing-masing sehingga anak mencapai tujuan
Dapat ditegaskan bahwa semakin tinggi komitmen mutu yang di perjuangkan kepala
sekolah, guru-guru dan komite sekolah serta masyarakat/orang tua dalam spectrum SMA Negeri 1
Matangkuli Aceh Utara, maka Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah untuk peningkatan
mutu akan semakin baik, semakin terpenuhi prinsip otonomi, transparansi, dan akuntabilitas
berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru dan karyawan dan pihak terkait dengan
sekolah semakin kuat komitmennya menlajalankan program perbaikan mutu sekolah. Semakin
menjalankan prinsip dan teknik manajemen berbasis sekolah di SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh
Utara maka sekolah ini semakin mencapai kualifikasi sekolah efektif yang menguntungkan semua
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan-kesimpulan yang merupakan hasil dari
peneitian. Kesimpulan tersebut diambil setelah reduksi melalui beberapa temuan yang cukup
matang, penelitian ini sangat menjujung tinggi objektivitas, sehingga hasil penelitian dapat
1. Efektivitas manajemen berbasis sekolah dalam bidang kurikulum di SMA Negeri I Matangkuli
didasarkan kepada strategi perencanaan suvervisi dan evaluasi yang sesua dengan visi dan misi
sekolah yang dijabarkan dalam sasaran/tujuan sekolah. Berdasarkan tujuan inilah dibuat
program sekolah dalam meningkatkan mutu yang dievaluasi melalui ujian dan evaluasi kinerja.
Peningkatan mutu pengajaran dilakukan dengan membuka program tambahan jam pelajaran
diluar kegiatan intrakurikuler, menetapakan disiplin waktu, pembagian tugas belajar sesuai
dengan keahlian, dan disiplin administrasi pengajaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
sekolah tersebut.
2. Efektivitas manajemen berbasis sekolah dalam bidang kesiswaan dilakukan melalui disiplin,
bakat seni, olah raga, mata pelajaran nasional, keterampilan bahasa inggris, keamanan dan budi
pekerti.hal ini ditangani oleh wakil kepala sekolah bidamg kesiswaan bersama dengan dewan
guru yang sesuai dengan tugasnya, dan secara otonomi pelaksanaanya di laporkan kepada
yang tersedia disekolah. Dalam hal ini, penigkatan produktivitas dan prestasi anak didik dapat
dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan
teknik manajemen personalia. Kepala sekolah dalam kaitanya dengan manajemen tenega
kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya
tujuan sekolah, tetapi juga tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi,
maka kepala sekoah dituntut untuk mengerjakan intrumen pengelolaan tenaga kependidikan
seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan,
dan komite pegawai untuk membantu kelancaran manajemen berbasis sekolah disekolah yang
dipimpimnya.
B. Rekomendasi
mengenai aspek-aspek pelaksanaan manajemen berbasis sekolah pada SMA Negeri I Matangkuli
1. Kepala sekolah
Sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah, kepala sekolah memiliki peran yang
pendidikan yang tersedia. Kepemimpinana kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah untuk dapat meujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya
melalui program-programyang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu,
Guru dan komite sekolah secara bersama-sama ikut serta penyusunan manajemen untuk
Kelemahan terlihat dari kemampuan yang dimiliki oleh guru dan komite dalam hal melayani
(otonomi) kepada warga sekolah dalam mengelola pendidikan pada tingkat sekolah.
3. Dinas Pendidikan
Sebagai lembaga yang bertugas membina SMA Negeri I Matangkuli Kabupaten Aceh Utara,
diharapkan peran serta lebih besar perhatian terhadap keberadaan sekolah tersebut, sekolah
yang tunduk dibawah departemen pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Aceh Utara agar
dapat mengupayakan perekrutmen siswa dan mpengadaan menambah biaya pengadaan fasilitas
C. Saran-saran
saran untuk mengembangkan manajemen berbasis sekolah pada SMA Negeri I Matangkuli
Kabupaten Aceh Utara. Adapun saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Kepada pemegan otoritas di kecamatan matangkuli, yaitu kantor dinas pendidikan dan
kebudayaan agar meningkatkan status Manajemen Berbasis Sekolah, dari anjuran menjadi
keharusan.
2. Kepala sekolah diharapkan dapat mempertahankan dan lebih meningkatkan keterlibatan guru
dalam merumuskan kebijakan dan program sekolah sehingga efektivitas Manajemen Berbasis
Sekolah untuk peningkatan mutu sekolah benar-benar dapat dilaksanakan oleh guru dengan
3. Penanggun jasa pendidikan yaitu masyarakat, seharusnya secara aktif bahkan positif
memberikan bantuan kesekolah agar setiap sekolah dapat memenuhi kebutuhanya untuk
4. Sebagai personil yang memiliki otonomi dalam penyelengaraan sekolah, seharusnya kepala
sekolah memenuhi persyaratan untuk menduduki jabatan kepala sekolah. Tujuanya, agar
kepala sekolah yang terpilih atau diangkat dapat menetapkan visi, misi dan nilai-nilai sekolah
5. Komite sekolah harus menjadi mitra sekolah, sehingga sekolah bisa lebih konsentrasi
MAR
17
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan. Karena itu upaya-upaya peningkatan sumber daya manusia lewat jalur pendidikan
pendidikan antara lain melalui berbagai pelatihan dan kompetensi guru, pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan. Namun realitas menunjukkan kualitas pendidikan di negara ini
Dari berbagai analisa, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebutkan mutu pendidikan
pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat
panjang dan kadang-kadang kebijakan yang ditentukan tidak sesuai dengan kondisi sekolah
setempat. (3) Peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggarakan
pendidikan selama ini sangat minim, partisipasi masyarakat selama ini lebih banyak bersifat
dukungan input (dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring,
tersebut di atas, perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan. Salah satunya adalah memberikan
otonomi kepada sekolah untuk pengambilan keputusan partisiatif yang melibatkan secara
langsung.
Pelaksanaan kebijakan desentralisir pendidikan, yang merupakan suatu konsep inovatif dalam
Sekolah (MBS) atau School Berbasis Manajemen merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah
yang efektif dan produkif. Hal ini disebabkan dalam konsep MBS, pengambilan keputusan
diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yaitu sekolah, meskipun standar
pelayanan minimumnya ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi sekolah lebih leluasa dalam
mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dalam mengalokasikannya sesuai dengan
Aceh Utara, khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) telah mencoba menerapkannya dalam
pengelolaan sekolah, hal ini dapat dilihat perubahan pengurus BP-3 sekolah-sekolah menjadi
pegurus komite sekolah. Keadaan ini sangat mengembirakan karena mulai penerapan MBS
Meskipun pencanangan penerapan MBS pada pegelolaan sekolah sudah berjalan lebih
kurang 7 (Tujuh) tahun yang lalu, namun dalam pelaksanaannya masih ditemukan berbagai
memerlukan sosialisasi, oleh Kantor Cabang Dinas Pendidikan dan pengajaran dan tingkat
Keberhasilan pelaksanaan MBS sangat di tentukan oleh kebijakan dari pemerintah dan
jaga keterampilan kepala sekolah, guru guru, dan partisipasi masyarakat. Kepala sekolah, guru,
orang tua dan masyarakat harus mengerti bentuk pengembangan program pendidikan yang tepat
dan layak di berikan pada peserta didik, serta dapat merencanakan segala program yang lebih
Sehubungan dengan unsur-unsur yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap efektifnya
Seiring dengan semakin gencarnya tuntutan akuntabilitas para lulus sebagai salah satu
indikator keberhasilan pendidikan, MBS menjadi sekolah target utama penilaian, dam
membebaninya dengan serangkaian kewajiban untuk melakukan banyak hal dalam rangka
memenuhi segala kebutuhan pendidikan para peserta didik. Kepala sekolah, guru, orang tua dan
masyarakat harus mengerti bentuk pengembangan program pendidikan yang tepat dan layak
diberikan pada peserta didik, serta dapat merencanakan segala program yang lebih operasional
sesuai dengan kebutuhan mereka. Pengenalan secara mendalam dan mendasar tujuan penerapan
MBS merupakan sebuah keharusan yang harus dilakukan oleh kepala sekolah, guru, orang tua dan
masysrakat.
berbagai permasalahan muncul baik dari segi kesiapan SDM kepemimpinan kepala sekolah, guru,
ketersediaan sarana dan prasarana dan partisipasi mayarakat. Permasalahan lain adalah
perencanaan analisis SWOT dan strategi yang digunakan dalam melaksanakan MBS disekolah.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu studi untuk melihat bagaimana
pelaksanaan MBS yang difokuskan kepada efekktivitas manajemen pada tatanan sekolah.
Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang: “Efektivitas Manajemen Berbasis
Sekolah pada SMA Negeri 1 Matangkuli Kabupaten Aceh Utara”
B. Rumusan Masalah
Sekolah pada SMA Negeri 1 Matangkuli Kabupaten Aceh Utara.
C. Tujuan Penelitian
Kabupaten Aceh Utara.
D. Pertanyaan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapakan informasi yang
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan pula bermamfaat bagi pihak yang tarkait dengan
dihadapi kepala sekolah SMA Negeri Kabupaten Bireun dalam penerapan manajemen berbasis
Salman (2006) dalam tesisnya yang berjudul “Kepemimpinan kepala sekolah dalam
pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Pidie’’, mengambil
2. Pendekatan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru yaitu pendekatan sifat,
Berdasarkan beberapa studi penelitian terdahulu yang relevan seperti diatas, maka di
dapat gambaran bahwa kesuksesan penerapan MBS sangat berpengaruh pada kemampuan SDM
baik kepala sekolah, guru maupun partisipasi masyarakat serta kelengkapan sarana dan prasarana
BAB II
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DAN MUTU PENDIDIKAN
Latar belakang munculnya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) tidak terlapas dari
sentralistik, berbagai inovasi yang di terapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang di
fokuskan pada pengajaran dan sistem evaluasi yang kesemuaitu kurang mendapatkan hasil yang
maksimal.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, antara lain melalui
pelatihan dan peningkatan kopetensi guru, pengadaan buku dan alat bantu pelajaran, perbaikan
sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Berbagai
1. Selama ini dalam meningkatkan mutu pendidikan terlalu di pusatkan pada input
pendidikan dan kurang pehatian terhadap proses pendidikan, Padahal proses
pendidikan sangat menentukan ouput pendidikan.
2. Penyelenggara pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga menempatkan
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada kebijakan
birokrasi yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah.
3. Peran serta masyarakat dalam penyelenggara pendidikan sangat minim. Selama ini
dukungan masysrakat berupa penyediaan dana, bukan pada proses pendidikan.
berbasis sekolah.
Manajemen (SBM) yang pertama kali muncul dan popular di Amerika Serikat. Konsep ini
ditawarkan ketika masyarakat mempertanyakan relevensi dan kolerasi hasil pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat.
Menurut Fattah (2000:8) manajemen berbasis sekolah diartikan sebagai pengalihan dan
dalam pengambilan keputusan di pandang sebagai otonomi di tingkat sekolah dalam pemamfatan
semua sumber daya, sehinga sekolah mampu secara mandiri, mampumengali, mengalokasikan,
masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik.MBS berpotensi untuk meningkatkan
Dalam MBS, pihak sekolah, masyarakat, dan pemerintah mempunyayi peranan masing-
masing yang saling mendukung dan sinergis atau dengan yang lainya. Sekolah berada pada bagian
terdepan dari proses pendidikan, sehinga menjadi bagian utama dalam proses pembuatan
proses pendidikan, sedangkan pemerintah berperan sebagai peletak kerangka dasar kebijakan
pendidikan serta menjadi fasilitator yang akan mendukung tercapainya peningkatan kualitas
misalnya kebutuhan untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah juga di beri wewenang untuk
melakukan evaluasi, Khususnya evaluasi internal atau evaluasi diri. Norkolis (2003:45)
menyatakan bahwa:
hal sebagai berikut: (1) visi dan misi sekolah, (2) identivikasi timbulnya permasalahan, (3)
prioritas permasalahan yang dihadapi sekolah segera diselesaikan, (4) alternatif cara pemecahan
masalah, (5) prioritas pemecahan masalah, (6) tujuan program sekolah, (7) rencana induk
grent yang terdiri dari program dan perkiraananggaran, dan (10) membuat rencana anggaran
pendapatan belanja sekolah yang memuat jenis program dan sumber dana dalam jangka waktu
satu tahun.
2. Pengelolaan kurikulum
nasional yang dikembangkan oleh pemerintah pusat. Sekolah juga diberi kebebasan untuk
mengembangkan kurikulum muatan local. Sehubungan dengan hal tersebut, Mulyasa (2004:41)
Menyatakan bahwa:
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pengajaran dalam
MBS, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran bersama dengan guru harus
menjabarkan isi kurikulun secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan,
caturulan dan bulanan.
paling efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, karakteristi guru dan
4. Pengelolaan ketenagaan
pengembangan, penghargaan dan sangsi, hubugan kerja hinga evaluasi kerja tenaga kependidikan
pemeliharaan perbaikan hinga pengembanganyan. Hal ini di dasari oleh kenyataan bahwa sekolah
yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas baik kecukupan, kesediaan dan kemutakhirannya
terutama fasilitas yang sangat erat kaitanya secara langsung dengan proses belajar mengajar.
6. Pengelolaan keuangan
dilakukan oleh sekolah.sekolah jaga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegitan-kegiatan
yang mendatangkan penghasilan sehinga sumber keungan semta-mata tidak tergantung pada
pemerintah.
7. Pelayanan siswa
Pelayanan siswa mulai dari penerimaan siswa baru, pengembangan, pembinaan, bimbingan,
penempatan untuk melanjukan kesekolah atau untuk memasuki dunia kerja hingga pengurusan
alumni dari dulu telah di desentralisasikan.Dalam pelayanan siswa yang di perlukan adalah
peningkatan intensitas dan ektensitasnya.
Esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan ketertiban, kepedulian,
kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan financial yang dari
dulu telah disentalisasikan.Yang di perlukan adalah peningkatan inteisitas dan ektensitasnya. Indra
Djati sidi (2001:133) menyatakan bahwa di era otonomi ini, partisipasi masyarakat sebagai
kekuatan control dalam pelaksanna berbagai program pemerintah menjadi sangat penting terutama
dalam bidang pendidikan.Karena partisipasi tersebut bisa menjadi sebagai pengontrol bagi
sekolah, kesehatan sekolah dan kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa adalah iklim sekolah
yang dapat menumbuhkan semagat siswa belajar. Iklim sekolah sudah merupakan kewenagan
Dengan mendensetralisasikan berbagai bidang tersebut di harapkan tujuan utama MBS akan
tercapai. Tujuan utama MBS tak lain adalah meningkatkan kinerja sekolah dan
asumsi dasar dari school- Based Manajemen (SBM ) adalah bahw asekolah adalah bahwa sekolah
harus lebih bertanggung jawab mempunyai kewenagan yang lebih dan dapat dituntut pertanggung
jawaban oleh yang berkepentingan. Dalam mengemban misinya sebagai pelayan dalam bidang
pendidikan, maka Manajemen Berbasis Sekolah adalah sebagai bentuk desentralisasi dalam
Permadi (2001:99) berpendapat bahwa tujuan MBS adalah memberikan otonomi sekolah
dan peningkatan partisipasi masyarakat yang tinggi untuk mencapai efesiensi, mutu dan
pemerataan pendidikan. Efesiensi dicapai melalui keleluasaan mengelola sumber daya sekolah,
kepala sekolah dan guru–guru akan dapat ditingkatkan karena besarnya dukungan masyarakat
efesiensi pengelolaan serta mutu dan relevansi pendidikan disekolah untuk mengelola urusannya,
efesiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan akan lebih tinggi, karena sekolah yang lebih
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan Manajemen Berbasis Sekolah adalah
untuk:(1) menjamin mutu pembelajaran anak didik (2) Meningkatkan mutu sekolah dengan
mengelola sumber daya sekolah (3) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat
aspirasi bersama (4) Meningkatkan tanggung jawab sekolah terhadap orang tua, masyarakat dan
selanjutnya adalah melakukan penerapan dengan segala konsekuen yang dapat di pertanggung
jawabkan. Perubahan manajemen dari yang bersifat konvensional seperti selama ini, dianggap
berbasis sekolah, tidak hanya merupakan bentuk atau ujud pola manajemen berdasarkan program
sekolah, tetapi telah melibatkan seluruh komponen-komponen yang ada di masyarakat dalam hal
ini adalah: (1) orang tua peserta didik, (2) dunia usaha dan dunia kerja, (3) perindustrian dan (4)
pemerintah.
Seluruh komponen ini tidak bisa lagi melepaskan diri dari program pendidikan
persekolahan, tetapi secara simultan ikut serta dalam menentukan arah dunia pendidikan sehingga
tidak ada lagi saling menghujat jika produk pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan komponen-
sekolah dapat dilakukan dengan: (1) pemberian otonomi sekolah (2) Merangsang masyarakat
untuk berpartisipasi aktif untuk membantu sekolah (3) Mendorong kepemimpinan sekolah yang
kuat (4) Proses pengambilan kepetusan di lakukan secara demokratis (5) Bimbingan dilakukan
secara terus menerus oleh stuan atasan (6) Sekolah didorong untuk memiliki transparansi dan
Secara terus menerus melakukan sosialisasi tentang manajemen pendidikan berbasis sekolah.
Penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah sebagai inovasi baru dalam manajemen
pendidikan secara nasional, tentusaja memiliki kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
Kekuatan yang dimiliki persekolahan merupakan bersifat normative, seperti dimiliki rencana
strategis, yang disusun berdasarkan Visi, misi dan nilai-nilai yang telah ditetapkan. Kelemahan
yang terdapat juga bersifat normatif: (1) Penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah masih
bersifat anjuran, (2) kotrol masyarakat belum memadai, (3) komite sekolah belum mampu
pendidikan berbasis sekola, walaupun masih perlu di sosialisasikan, telah menjadi fenomena baru
dalam sistem penyelenggaraan persekolahan. Pengelolaan sekolah, terutama berstatus negeri telah
staf sekolah) secara utuh memahami penting dan perlunya manajemen pendidikan berbasis
sekolah.Namun secara umum, personil sekolah memiliki kesiapan untuk menerapkanya, terutama
sekolah yang berstatus swasta yang manajemen pengelolaanya memang telah menerapkan
Memang tidaklah mudah untuk merealisir ide atau gagasan baru berskala
nasional, apalgi tindakanitu diambil sebagai upaya perubahan paradigma. Nmaun
demikian, perubahan pendidikan harus dilakukan, karena dipercayai dan diyakini
semakin dekat pendidikan persekolahan dalam pengguna jasanya akan memudahkan
persekolan memahami kebutuhan sendiri dan juga kebutuhan pengguna jasa
kependidkan tersebut. Adapun ciri- ciri MBS dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Ciri- ciri Manajemen Berbasis Sekolah
Untuk mengatasi berbagai hambatan yang hanya jika hanya dilihat karena
adanya kelemahan institusional tersebut, seperti disentralisasi dalam bentuk otonomi
persekolahan disemua dan jenjang pendidikan merupakan jalan keluar yang efektif
mengatasi berbagsi kelemahan persekolahan selama ini.
Karena itu, untuk mengatasi institusioanal tersebut adalh dengan (1)
Pemberdayaan lokal, (2) Menetapkan kembali tanggung jawab atas perencanaan
jangka panjang daerah tingkat II sebagai titik berat pengelolaan merupakan jangka
panjang desentralisasi, (3) Pembangunan kemampuan kelembagaan, (4) Memberikan
otonomi yang lebih besar dengan manajemen sekolah bertanggung jawab, dan (5)
Sistem pendanaan yang menjamin pemerataan dan efesiensi.
Berbagai hambatan penyelenggaraan pendidikan selama ini memang
menjadikan mutu pendidikan terpuruk dan berada pada posisi yang memprihatinkan.
Kenyataan yang terlihat adalah manejemen sekolah tidak mampu memobilisir potensi
internal dan eksternal, karena itu MBS diharapkan mampu menggerakkan manajemen
persekolahan dengan kekuatan atau potensi yang dimilikinya.
Tabel 2.2
Perubahan Paradikma Pendidikan Birikratis Hirarkis
Ke Pendidikan Demokratis
Dewan sekolah akan memiliki peran untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang luas,
menyatukan visi, memperjelas visi baik untuk pemerintah daerah maupun untuk sekolah itu
sendiri. Dewan sekolah menentukan kebijakan sekolah ,visi, dan misi sekolah dengan mengacu
kepada ketentuan nasional dan daerah. oleh karena itu dewan sekolah sebaiknya diisi oleh mereka
pemerintah pusat dan pemerintah daerah , serta memiliki wawasan yang luas tentang pendidikan
daerahnya .
Dewan sekolah sebagai wadah yang diharapkan bisa menyatukan komponen sekolah. oleh
karena itu pimpinan dewan sekolah dipilih dari mereka yang benar – benar memiliki kemampuan
kepemimpinan dan bukan mampu manajerial. Pimpinan dewan sekolah sebaiknya bukan pejabat
pemerintah. melainkan tokoh masyarakat yang telah diakui kapasitas kepemimpinanya. karena
fungsi dewan sekolah bukan fungsi structural dimana tugas – tugas yang diberikan kepada anggota
dewan sekolah didasari oleh adanya kepentingan bersama .rasa kepentingan bersama itu taklain
adalah kepentingan untuk meningkatkan kualitas seluruh siiswadisekolah itu yang akan
sekolah, melakukan eksperimen metode pengajaran, bertindak sebagai model dalam melaksanakan
MBS dengan cara melakukan sendiri dan menciptakan jalur komunikasi antara sekolah dengan
Peran pengawas sekolah harus diarahkan pada supervisi dalam makna yang sebenarnya,
yaitu dengan memberikan bantuan dan pengarahan kepada guru dan staf sekolah bila menemui
kesulitan, peran pengawas sekolah sebagai supervisor yang selama ini mencari kesalahan para
guru dan staf sekolah harus dihentikan karena tindakan yang demikian tidak akan mampu
penciptaan suasana yang kondusif bagi proses pembelajaran siswa yang efekti dan pengembangan
kepribadian serta budi pekerti siswa baik disekolah maupun dirumah. Hubungan antara masyakat
Tata hubungan sekolah dengan orangtua dan masyarakat paling tidak memuat:
1. Upaya dan bantuan orang tua untuk ikut serta mendidik anak–anaknya dalam bersikap,
berprilaku dan belajar di rumah dalam upaya mendukung pendidikan budi pekerti in-
action disekolah
2. Saling tukar informasi antara sekolah dan orang tua tentang perkembangan kepribadian
dan belajar anak masing-masing serta upaya mencari Alternatif pemecahan bila mana
anak mereka mengalami hambatan balajar atau masalah etika dan moral.
3. Pemecahan masalah apabila terdapat kesalah phaman antara sekolah dengan orang tua
dalam pendidikan anak- anaknya.
sekolah, wakil kepala sekolah para guru, pegawai orang tua siswa dan komite atau dewan sekolah.
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah, memberikan fleksibilitas/
keluesan kepada sekolah dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan
masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan nasional serta peraturan
Selama ini pendidikan nasional diselenggarakan secara birokrasi yang bersifat sentralistik
yang implikasinya yaitu: (1) pemerintah pusat selalu memposisikan sekolah sebagi penyelenggara
pendidikan yang serba diarahkan atau diberi petunjuk, maka sekolah sangat menguntungkan diri
kepada keputusan pemerintah pusat. Padahal untuk sampai pada suatu kesimpulan yang final,
birokrasi yang ditempuh sekolah sangat panjang, biasanya harus terlebuh dahulu melalui jenjang
organisasi tingkat kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi pusat dengan masing- masing organ yang
relefan pada setiap jenjang, sebab setiap organisasi pendidikan yang merupakan birokrasi
pendidikan dan memiliki struktur organisasi yang harus dilalui pula oleh sekolah, ini
menyebabkan kemandirian sekolah tidak berkembang seperti layaknya sebagai akibat terjadinya
kekurangan mandiri sekolah. Secara perlahan namun sekolah akan kehilangan dorongan, inisiatif
untuk memajukan institusinya, termasuk upaya meningkatkan mutu pendidikan yang merupakan
cita- cita pendidikan. (2) Yang dilakukan pemerintah selama ini terhadap pendidikan lebih
difokuskan kepada penyediaan aspek input seperti guru, kelengkapan- kelengkapan pendidikan
atau fasilitas, buku paket sekolah maupun buku bacaan siswa serta guru, berbagaia media
pendidikan, dengan harapan peningkatan mutu akan terjadi dengan sendirinya apabila aspek
pendidikan sekolah dipenuhi. Namun demikian asumsi tersebut tidak menjadi kenyataan sebab
pemenuhan input tanpa dibarengi dengan proses pendidikan yang baik, maka tidak akan
membuahkan hasil yang berkualitas dalam pendidikan, baik hasil dalam bentuk akademik seperti
prilaku, pengalaman agama, etika/ moral dan lain- lain. (3) Kebijakan pendidikan oleh pemerintah
kepada sekolah kurang mengkondisikan partisipasi masyarakat sekitar sekolah sehingga peserta
masyarakat terhadap upaya memajukan sekolah sangat minim. Secara umum masyarakat hanya
berpartisipasi dalam aspek financial yang merupakan input sekolah. padahal masyarakat sangat
dan akuntabilitas, padahal sekolah sebagai lembaga yang berada ditengah-tengah masyarakat
dalam mencerdaskan anak- anak, mereka memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat
(akuntabilitas). Padahal selama ini sekolah tidak memiliki beban untuk mempertanggung
Sebagai suatu bentuk manajemen baru yang menekankan pada otonomi sekolah, maka
manajemen berbasisi sekolah menuntut adanya rekonstruksi sekolah yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Operasionalisasi School Based Manajemen ini dapat dimulai dari pengembangan aspek
organisasi yaitu: (1) struktur organisasi sekolah perlu diperbaharui atau dikembangkan sesuai
dengan besarnya tuntutan tugas dalam rangka profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) dan
pencapaian mutu sekolah sebagaimana harapan pelanggan pendidikan, (2) Membentuk komite
sekolah yang merupakan penyatuan BP3 dan komite sekolah. komite sekolah merupakan mira
kerja Dinas Pendidikan kecamatan dan kepala sekolah bertanggung jawab kepada masyarakat.
Komite sekolah dipilih dari orang tua siswa dan unsur masyarakat dari berbagai keahlian, (3)
Memantapakan arah dan kebijakan sekolah. Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite dan
guru-guru, perlu merumuskan visi, misi, tujuan dan strategi peningkatan manajemen sekolah/
madrasah melalui aktifitas pembelajaran murid, (4) Pengembangan kurikulum dengan kebutuhan
siswa dan masyarakat di daerah. Sistem ujian kontrol terhadap proses belajar, (5) pengembangan
sumber daya manusia disekolah. Kepala Sekolah, guru-guru dan karyawan ditingkatkan
kemampuannya sebagai tugas dan tanggung jawab, (6) Pembinaan siswa dengan dukungan
organisasi siswa di sekolah diarahkan kepada pembinaan siswa berbakat, (7) peningkatan sumber
pembiayaan sekolah, sarana dan prasarana, (8) Dukungan masyarakat melalui komite sekolah.
perbaikan mutu pendididkan dalam era otonomi daerah. Namun mutu sumber daya manusia
ide-ide baru dan menawarkan program perbaikan mutu sesuai dengan ide, tujuan dan fungsi
restructuring today must reflex what learning might so that be like tomorrow. If we redesign
school, we should desaign them so that they become fluid organization that will change and adapt
easily to new circumstances”. Perubahan dan kondisi memang harus bisa diadaptasikan sekolah,
bahkan tidak itu saja justru manajemen sekolah harus bisa merencanakan perubahan yang
diinginkan oleh sekolah. tidak hanya mengantisipasi perubahan yang ada dilingkungan sekolah
Manajemen berbasis sekolah memilik potensi besar dalam menciptakan kepala sekolah,
keberhasilan dalam mencapai kinerja unggul akan sanagt ditentukan oleh faktor informasi,
pengetahuan dan insentif yang berorientasi mutu, efesiensi dalam kemandirian sekolah.
akan membawa dampak terhadap peningkatan kinerja sekolah dalam hal mutu, efesiensi,
manajemen keuangan, pemerataan kesempatan dan pencapaian tuuan politiksuatu bangsa lewat
perubahan kebijakn desentralisasi diberbagai aspek seperti poltik, edukatif, administrative dan
anggaran pembiayaan pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) selain akan meningkatkan
kualitas belajar mengajar dan efesiensi operasional pendidikan, juga tujuan politik terutama
demokratisasi disekolah.
yang terkait dengan penelenggaraan pendidikan. Organisasi pendidikan merupakan bidang yang
penting dalam memulai perubahan manajemen ini. Para kepala sekolah, guru-guru dan pendidikan
lainnya secara esensial adalah manejer yang menempati fungsi strategis dalam menjawab tuntutan
didasarkan telah mendesak untuk mempercepat kemajuan sekolah. Para guru-guru harus bekerja
sama dalam meningkatkan mutu pendidikan yang muaranya lulus berkualitas. Demikian pula para
manajer atau kepala sekolah harus berfunsi sebagai dari kerjasama dalam lembaga untuk
kepemimpinan pendidikan yang professional, sebab jika tidak, maka manajemen berbasis sekolah
kurang mendapat perhatian sebagai tindakan strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi masyarakat
memberikanb kerangka dasar bahwa setiap unsure dapat berperan dalam meningkatkan mutu,
efesiensi dan pemerataan kesempatan pendidikan. Demikian pula manajemen berbasis sekolah
member peluang kepada guru dan kepala sekolah untuk mengelola sekolah menjadi lebih efektif
karena adanya partisipasi dan rasa kepemilikan dan keterlibatan tinggi dalam membuat keputusan
pendidikan. Rasa kepemimpinan para personel sekolah menjadi lebih tinggi yang pada gilirannya
akan menimbulkan sikap lebih baik dalam pemanfaatan sumber-sumber daya yang ada untuk
mengoptimalkan hasil. Pengelola sekolah juga akan mempunyai kendali dan akuntabilitas
Manajemen berbasis sekolah adalah bentuk reformasi pendidikan yang prinsipnya sekolah
memperoleh kewajiban, wewenang dan tanggung jawab yang tinggi dalam meningkatkan kinerja
terhadap setiap/ stekholders. Peningkatan kinerja sekolah secara unggul akan berhasil jika sekolah
diberdayakan untuk mengenal perubahan dan memiliki kekuasaan dalam organisasi sumber daya
prestasi sekolah diukur dari perkembangannya sehingga semua program kegiatan sekolah
Untuk menghasilkan mutu yang baik, penerapan konsep manajemen berbasis sekolah
menurut Fattah (2000:12) perlu memperhatikan aspek- aspek mutu yang harus dikendalikan secara
komprehensif, yaitu : (1) karakteristik mutu pendidkan, baik input proses maupun output, (2)
pembiayaan (3) metode atau deliveri / sistem pembiayaan bahanatau materi pelajaran, (4)
Untuk itu kepala sekolah dan guru harus memahani konsep mutu dalam pendidikan
sebagai mana dikemukakan diatas paling tidak kepala sekolah harus menyusun visi, misi strategi
dan tujuan sekolah dalam menjangkau masa depan. Kewenangan dan pengawasan dalam
masyarakat adalah milik kepala sekolah dan guru-guru. Strategi peningkatan mutu sekolah adalah
dimulai dari perubahan manajemen sekolah yang operasional rutinitas kepada manajemen berbasis
sekolah. Intinya adalah pembaharuan dalam konsep mutu, pembiayaan metode dan pelayanan
pendidikan terhadap pelanggan baik pada murid, guru, orang tua, masyarakat dan industri. Karena
itu, disamping kepemimpinan yang kuat diperlukan peran serta masyarakat untuk peningkatan
mutu sekolah.
Berkaitan dengan otonomi daerah, maka para kepala sekoalah harus bersiap diri untuk tidak
lagi bergantung kepada kekuatan birokrasi di atasnya, akan tetapi memberdayakan semua potensi
demi kemajuan sekolah. Pertam adalah kesiapan (readiness) dari pola berpikir para personil
sekolahnya, di mana ‘mau dam mampu’ mengendalikan semua resources serta penuh percaya diri
bahwa dengan kekuatan sendiri dapat mengembangkan sekolahnya. Ini akan lebih berat bagi
sekolah-sekolah kecil yang selama ini sangat tergantung pada uluran pemerintah pusat. Di sini
para guru dan tenaga lain untuk memelihara dan meningkatkan kegiatan sekolah yang di anggap
sebagai aktivitas unggulan. Oleh karena itu, sekolah harus membina hubungan yang baik dengan
Kondisi sekolah saat ini, terutama sekolah-sekolah negeri, menurut analisis Bank Dunia
bahwa:
(a) Kepala sekolah hamper tidak memiliki kewenangan cukup dalam mengelola keuangan
(b) Kemampuan manajemen para kepala sekolah pada umumnya rata-rata rendah terutama
(c) Pola anggaran tidak memungkinkan guru yang mengajarnya baik dapat memperoleh
Dengan adanya otonomi pendidikan ini, kepala sekolah mempunyayi kewenangan yang
dipimpinnya.
Tabel 2.3
Dimensi-dimensi Perubahan Pola Manajemen Sekolah
Sekolah yang mengunakan MBS adalah yang secara efektiv dapat melaksnakan semua
programnya, sehingga sekolah memiliki kualitas yang handal. Jadi sekolah yang bermutu
seharusnya adalah sekolah yang efektiv. Sekolah juga sebagai sebuah sistem (input-proses-
7) Inpit manajemen: tugas jelas, rencana rinci dan sistematis, program kerja, aturan jelas,
- Prestasi akademik: Nilai UN, lomba karya ilmiahh remaja, lomba bidangg studi, cara
- Prestasi non akademik: Keigin-tahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama yang
baik, rasa kasih saying yang tinggi terhadap sesame, solidaritas yang tiggi,toleransi,
Ada empat konsep manajemen berbasis sekolah yang diterapkan selama ini yaitu:
1. Peningkatan mutu
Manajemen berbasis sekolah adalah satu pendekatan manajemen yang menempatkan mutu
pendidikan sebagai kiblat, aktifitas manajemen kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan
prasarana, keuangan dan peran serta masyarakat sekolah. tidak ada manajemen berbasis sekolah
tanpa rumusan visi, misi, tujuan kelembagaan sekolah yang merefleksi konsep sekolah yang baik,
sekolah yang efektif, sekolah yang unggul dan sekolah masa depan. Seberapa jauh kepala sekolah
dan stekholder peduli dan konsisten tentang pengembangan mutu pendidikan sekolah.
2. Kemandirian
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu model pengelolaan sekolah yang
sangat menuntut adanya kemandirian seluruh personel sekolah untuk maju dengan sendirinya.
Karena itu konsep pengelolaan sendiri, merencanakan sendiri, diorganisasikan sendiri, diarahkan
sendiri dan kontrol sendiri sangat melekat dalam manajemen berbasis sekolah. dengan kata lain,
adanya penerapan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tampak diberi kewenangan atau
otonomi untuk merencanakan sendiri, melaksanakan sendiri dan mengevaluasi sendiri keseluruhan
program kerjanya dengan melibatkan seluruh elemen terkait dengan peningkatan mutu
pendidikan.
Dari tuntutan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, ada beberapa tantangan
bagi pengelola sekolah, yaitu : pertama sejauh manakah sekolah yang sangat beragam tingkat
perkembangan dan kematangannya itu siap menerima tugas yang amat berat dalam
penyelenggaraan pendidikan. Ada sejumlah pihak yang mengatakan, kita tidak pernah akan siap
jika tidak mau memulai dan mencoba. Mereka berpendapat kita berpacu dengan waktu. Pendapat
tersebut memang dapat diterima, mengingat Negara yang begitu besar seperti Indonesia ini segala
sesuatunya memang tidak mungkin untuk dikelola secara sentralistik. Bahkan hal itu yang
programnya, dalam perspektif filosofis dalam kerangka Negara kesatuan, kewenangan otonomi
daerah dan otonomi sekolah tidak dapat diartikan kebebasan penuh dari suatu daerah atau sekolah
untuk menjalankan hak dan fungsi otonominya menurut kehendaknya tanpa mempertimbangkan
kepentingan nasional secara keseluruhan. Lebih- lebih pendidikan mempunyai dua misi utama,
yaitu: (1) mencerdaskan kehidupan bangsa (2) sebagai alat pemersatu bangsa. Secara teoritis
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini tentu akan lebih mencapai sasaran apabila program
pembinaan pendidikan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing daerah. Artinya,
pelibatan secara aktif, bahkan pemberian tanggung jawab secara penuh kepada daerah dan sekolah
untuk merancang sendiri, melaksanakan sendiri dan mengevaluasi sendiri merupakan hal yang
secara teori dapat diandalkan. Namun dalam rangka sebagai alat pemersatu bangsa keaneka
ragaman Pembina pendidikan sebagai akibat perbedaan kepentingan masing- masing daerahdan
sekolah, kalau tidak dilaksanakan secara hati- hati bisa mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa. Pendidikan merupakan bidang pembangunan yang sangat strategis dalam penanaman
nilai-nilai kesatuan. Oleh karena itu tantangan kedepan yang harus direspon adalah bagaiman
3. Partisipasi
Konsep manajemen berbasis sekolah adalah partisipasi. Manajemen berbasis sekolah
merupakan suatu model pengelolaan sekolah yang sangat menekankan pada partisipasi seluruh
elemen terkait dengan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Elemen yang dimaksud tidak saja
dalam bentuk partisipasi orang tua siswa, melainkan juga masyarakat umum, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh adat, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan lembaga- lembaga sosial
lainnya.
Peran serta masyarakat selam ini pada umumnya masih sebatas dana, sedangkan dukungan
lain dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kurang diperhatikan, padahal faktor
ini dimungkinkan dewan peadidikan dan komite sekolah. Hal ini sesuai dengan undang-undang
No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional pasal 56 ayat 4 disebutkan bahwa:
4. Transparansi
merupakan suatu model pengelolaan sekolah yang menuntut adanya transparansi keuangan.
masyarkat dan pemerintah. Dalam rangka meningkatkkan mutu dukungan orang tua dan
masyarakat dalam penyelenggaraan seluruh program sekolah. disinilah letak tantangan penerapan
manajemen berbasis sekolah, untuk mewujudkan keuangan yang profesional termasuk didalamnya
Semua kegiatan memiliki tolak ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kegagalan, dalam pelaksanaan kegiatannya. Kegiatan dilakukan berhasila apabila dilakukan sesuai
dengan rencana, tepat waktu dan tidak melampaui jadwal yang ditetapkan, biaya digunakan sesuai
dengan mata anggaran, produk atau jasa yang dihasilkan memenuhi standar minimal yang
diharapkan.
Kegiatan dianggap kurang berhasil, bila ada salah satu komponen di yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Keberhasilan suatu sekolah dapat dilihat dari kegiatan belajar dan
mengajar serta kegiatan pendukung lainnya, sehingga menghasilkan lulusan yang baik. Kepuasan
masyarakat juga menjadi ukuran dari keberhasilan suatu sekolah. Mayarakat akan kembali
mendukung kegiatan sekolah, apabila mereka merasa terlayani dengan baik, ketika mengirim
anak-anaknya belajar disuatu sekolah.
Kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi, apabila lulusan suatu sekolah mampu
memasuki jenjang pendidikan diatasnya yang memiliki kualitas baik. Oleh karna itu evaluasi
sekolah dapat juga dilihat dari beberapa besar lulusan yang mampu memasuki sekolah-sekolah
terbaik di atasnya. Hal ini perlu sekali mendapatkan perhatian dari kepala sekolah dan para guru,
Dari uraian diatas, dapat diringkaskan bahwa pengelolaan atau manajemen adalah proses
pencapaian organisasi melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Berangkat dari konsep tersebut maka
seorang kepala sekolah diharapkan mampu untuk mengelola pendidikan sesuai dengan rencana
kegiatan yang telah disiapkan. Kemampuan yang baik dari seorang kepala sekolah sangat
dibutuhkan. Penyusunan dan penetapan rencana kegiatan akan menentukan seberapa besar biaya
yang harus disediakan disekolah. Apabila dana yang tersedia lebih kecil daripada kegiatan yang
akan dilaksanakan, maka hal itu akan menjadi motivasi bagi kepala sekolah untuk dapat mencari
dan menggali sumber-sumber dana yang memungkinkan untuk dikelola. Alokasi biaya biasanya di
sesuaikan dengan dana yang tersedia dan jenis kegitan yang disiapkan oleh sekolah.
Apabila perencanaan kegiatan sekolah selama satu tahun ajaran telah selesai disiapkan,
maka harus disosialisasikan kepada semua warga sekolah dan kepada semua warga sekolah dan
kepada semua orangtua murid. Tahap ini sangat penting karena dengan pemahaman yang baik
dengan rencana kegiatan sekolah oleh semua pihak yang terlibat dalam pesekolahan, akan lebih