Anda di halaman 1dari 4

Tindak Lanjut Hasil Penilaian

Menurut Drake (2007), penilaian bukan hanya sebagai bagian dari suatu kegiatan
belajar (assessment of learning), tetapi penilaian juga untuk meningkatkan pembelajaran
(assessment for learning). Selain itu, penilaian berfungsi untuk memajukan peserta didik dalam
belajar (assessment as learning).
 Assessment for learning
Dalam konteks assessment for learning guru wajib menggunakan hasil penilaian untuk
meninjau ulang program pembelajarannya. Dalam konteks formatif berarti hasil penilaian
digunakan untuk meninjau ulang apakah strategi, media, metode, sumber belajar, dan teknik
assessment yang digunakan sudah mendukung pencapaian KD yang ditargetkan. Dalam
konteks penempatan (placement), tindak lanjut yang dilakukan guru adalah menempatkan
peserta didik sesuai dengan hasil pengukuran kemampuan yang diperoleh. Dalam hal ini, guru
akan dapat mendudukan mana peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dan mana
peserta didik yang memiliki kemampuan rendah.
Dalam konteks penguasaan prerekuisit, guru harus meindaklanjuti dengan memberikan
layanan pembelajaran bagi peserta didik yang tidak menguasai prekuisit yang ditetapkan, agar
peserta didik mengalami kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran. Dalam konteks
sumatif, guru harus menindaklanjuti dengan memberikan memberikan remidi jika peserta
didik gagal menguasai KD yang bersangkutan. Dalam hal ini diperlukan kajian yang
mendalam sebelum guru memberikan layanan remidi.
Tindakan penilaian untuk menemukenali kemajuan belajar peserta didik sekaligus
harus diartikan sebagi tindakan untuk menemukenali peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar. Upaya menemukenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar merupakan
langkah penting dalam menerapkan assessment for learning. Menurut Black (2005),
menyatakan bahwa assessment for learning diartikan sebagai semua usaha guru memperbaiki
belajar peserta didik dengan memanfaatkan semua hasil penilaian yang diperoleh dengan
berbagai cara, dari setiap waktu, setiap pertemuan, dan dari hari ke hari.
Menurut Marwaha (2009), cara untuk mengenali adanya kegagalan atau kesulitan
belajar yang dialami peserta didik yaitu:
a. Berdasarkan prestasi akademis peserta didik
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar ketika ditanya tidak menjawab,
memberikan jawaban yang salah, atau menjawab dengan kalimat yang kacau. Peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar tidak dapat mengerjakan tugas dengan benar,
bahkan hanya mengkopi pekerjaan teman.
b. Berdasarkan prilaku peserta didik dalam proses pembelajaran.
Peserta didik selama proses pembelajaran, guru dapat melacaknya melalui sikap peserta
didik. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tidak menunjukkan minat belajar,
lesu, menghindari pertanyaan guru misalnya menunduk.
c. Berdasarkan hasil pemgujian.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tidak mampu mengerjakan soal ujian
dengan baik. Apabila diberi ujian tertulis bentuk uraian tidak mampu menjawab sama
sekali atau tidak mampu menyusun kalimat dengan baik. Peserta didik bersifat pasif dalam
diskusi atau kerja kelompok.
 Assessment of learning
Dalam konteks Assessment of learning maka evaluasi dilakukan terhadap keberhasilan
peserta didik setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran yang diselenggarakan.
Dalam hal ini harus diartikan bahwa guru adalah penyusun program, pelaksana program, maka
kemudian harus melakukan evaluasi program. Evaluasi program dapat dilihat dari tingkat
efektif dan efisisennya strategi / metode, sumber belajar dan teknik penilaian yang dirancang.
Karena peserta program sudah selesai dalam mengikuti suatu program, maka tinjauan
dalam konteks Assessment of learning difokuskan kepada peninjauan program pembelajaran
yang disussun secara keseluruhan, baik dalam bentuk silabus, maupan RPP. Jika hasil akhir
dari penilaian tidak baik maka guru harus memperbaiki silabus dan/atau RPP. Jika hasil akhir
dari penilaian baik maka guru tidak memperbaiki silabus dan/atau RPP. Namun, harus diingat
karena standar yang ditetapkan dimungkinkan untuk ditingkatkan, maka guru dapat
membenahi silabus dengan meningkatkan kualitas SK dan/atau KD dan/atau Indikator.
Adanya pemetaan yang jelas antara kedudukan penilaian untuk tujuan formatif dalam
upaya memperbaiki pembelajaran dikelas, sedangkan penilaian untuk tujuan sumatif untuk
menggambarkan keberhasilan peserta didik belajar biologi dalam skala kelas, baik melalui
UAS, ulangan kenaikan kelas, dan ujian sekolah (USEK). Penilaian untuk tujuan sumatif
dalam skala besar melalui UN (Subali, 2016).
Penilaian untuk tujuan sumatif melalui UN, UAS menggunakan acuan norma. Menurut
Fresbie (1986) pada pengujian beracuan norma, indek kesulitan item harus moderat dan indek
daya pembeda harus tinggi. Selain itu, variabilitas skor harus tinggi pula dan estimasi error
harus memiliki koefisien reabilitas tinggi.

Tindak lanjut hasil penilaian formatif dan sumatif berbeda. Gronlund (1998)
membedakan penilaian formatif dan sumatif serta tindakan yang harus dilakukan guru berkait
dengan kedua penilaian tersebut.
Tindak Lanjut Hasil Penilaian Formatif
Penilaian formatif dilaksanakan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik.
Peserta didik yang mendapatkan pencapaian hasil belajarnya dibawah KKM dan tidak dapat
mencapai kompetensi yang ditargetkan harus dibantu dengan remediasi (program perbaikan)
secara individual atau kelompok untuk membenahi aspek kompetensi yang belum dicapai. Maka
dari itu, diperlukan penilaian diagnostik untuk menyelidiki pada bagian mana peserta didik yang
bersangkutan mengalami kesulitan belajar. Program remidi merupakan suatu rancangan
pembelajaran ulang yang dikenakan bagi peserta didik yang gagal menguasai suatu KD yang
ditargetkan. Prinsip remidiasi ditunjukan untuk memperbaiki aspek kompetensi yang belum
dikuasai oleh peserta didik. Program remidi bukan hanya sekedar mengulang proses pembelajaran
seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Proses pembelajaran ulang hanya akan berhasil jika
disesuaikan dengan penyebab kegagalannya. Program remidi dilaksanakan secara klasikal jika
kegagalan terjadi pada semua atau sebagian besar peserta didik (Subali, 2016).
Menurut Guskey (2007), sesudah tindakan remidiasi (program perbaikan) yang
diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, perlu dilakukan penilaian
formatif kembali sebelum memasuki pembelajaran pokok bahasan selanjutnya. Dengan adanya
penilaian kembali maka akan diketahui apakah masih ada peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar sebelum masuk ke pokok bahasan selanjutnya.
Peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang ditargetkan dan tidak mengalami
kesulitan diberi umpan balik untuk menguatkan proses belajarnya dengan pengayaan. Prinsip
pengayaan ditunjukkan untuk memperkuat aspek kompetensi yang sudah dikuasai oleh peserta
didik. Peserta didik yang tidak tergolong ke dalam kelompok lamban belajar, akan sangat
dimungkinkan untuk memperoleh program perbaikan dan pengayaan seperti yang diperoleh
kelompok yang sudah mencapai KKM namun belum mencapai penguasaan 100% (Subali, 2017).
Program remidi maaupun program pengayaan sebaiknya dirancang disesuaikan dengan
jenis kegagalan yang terjadi. Program remidi maupun program pengayaan memerlukan
pertimbangan apakah akan dikenakan klasikal atau kelompok atau individual. Jika dirancang
secara klasikal (yang tentunya diharapkan kecil kemungkinannya akan terjadi jika rancangan awal
sudah baik), maka diperlukan strategi baru yang dapat membantu peserta didik untuk mengatasi
kegagalannya. Jika dilakukan terhadap kelompok maka strategi pembelajaran kelompok termasuk
strategi peer-group dengan memanfaatkan peserta didik yang benar-benar tuntas ataupun melalui
study group.
Tindak Lanjut Hasil Penilaian Sumatif
Penilaian sumatif adalah penilaian untuk menetapkan hasil belajar tahap akhir dan
penilaian sumatif dilakukan untuk menunjukan posisi dan prestasi peserta didik (grading and
proficiency level). Hal ini menunjukkan bahwa orientasi guru dalam melakukan penilaian semata-
mata dalam konteks penilaian sumatif dalam pendekatan konvensional/tradisisonal, penilaian utuk
menetapkan peserta didik dalam menempuh suatu program (Brooks, 2002). Jika peserta didik
gagal maka diberi tindakan berupa additional learning experience. Peserta didik yang berhasil
diberi sertifikat sebagai tanda bahwa ia telah berhasil menguasai kompetensi.

Anda mungkin juga menyukai