Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ADAPTASI FISIOLOGIS NEONATUS

Dosen Pembimbing : Nora Isa Tri N,SST,MKes

Disusun Oleh : Kelompok 1

1. Andina Hafizhaharani ( 1915401051 )


2. Dian Safitri ( 1915401052 )
3. Okta Mawarni ( 1915401053 )
4. Fitri Yani ( 1915401054 )

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG PRODI D-III KEBIDANAN

TANJUNGKARANG TAHUN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang
“ADAPTASI FISIOLOGIS NEONATUS ” ini Dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Dan juga penyusun berterimakasih kepada Ibu Nora Isa Tri N,SST,MKes selaku Dosen
mata kuliah psikologi yang telah memberikan tugas ini kepada penyusun, Penyusun sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya,
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penyusun sendirimaupun orang
yang membacanya, Penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dansaran yang membangun dari anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandar Lampung, Agustus 2020

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Fisiologi Neonatus..................................................................6

2.2 Adaptasi sistem pernafasan....................................................................6

2.3. Adaptasi Sistem Termoregulasi..............................................................7


2.4. Adaptasi Sistem Metabolik....................................................................10

2.5. Adaptasi Sistem Kardiovasculer............................................................10

2.6. Adaptasi Sistem Gastrointastinal............................................................11

2.7. Adaptasi Sistem Hepatik.........................................................................11

2.8. Adaptasi Sistem Imunologi.....................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .........................................................................................14

3.2 Saran ....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya dalam kehidupan kita sehari-hari, perubahan-perubahan fisiologis
yang terjadi pada tubuh kita baik bayi baru lahir, neonatus, balita, anak-anak, remaja
bahkan dewasa sudah bisa kita rasakan dan lihat dalam wujud bentuk, ukuran, rasa dan
lain-lain. Perubahan fisiologi yang terjadi pada neonatus sangatlah penting bahkan
menjadi titik pusat perhatian bagi keluarga dan tenaga kesehatan untuk dapat bisa
memantau setiap tumbuh kembang pada neonatus. Karena dari titik inilah awal dari
proses pertumbuhan dan perkembangan yang kita alami hingga menjadi dewasa.
Neonatus harus menjalani proses adaptasi fisiologi dari awalnya berada dalam
lingkungan rahim dan sekarang akan menjalani kehidupan diluar rahim. Adaptasi ini
dipengaruhi oleh berbagai factor mekanik, kimiawi, dan termik yang menimbulkan
perubahan pada tubuh neonatus. Penatalaksanaan mengenai kondisi kesehatan neonatus
resiko tinggi yang mana memerlukan pelayanan, rujukan atau tindakan lanjut.
Maka dari itu, sebagai tenaga kesehatan kita harus dapat memahami dan
mengetahui tentang adaptasi fisiologis yang terjadi pada neonatus. Hal ini sebagai dasar
dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi fisiologis neonatus?
2. Bagaimana proses adaptasi pada sistem pernafasan neonatus?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari adaptasi fisiologi neonatus
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang perubahan yang terjadi pada neonatus
3. Untuk meningkatkan kemampuan dan wawasan agar dapat mengaplikasikannya
tindakan yang nyata
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Adaptasi Fisiologi Neonatus


Periode neonatal adalah periode 28 hari pertama setelah bayi dilahirkan, selam
periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus
berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik.
Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri.
Neonatus adalah dapat dikatakan dengan singkat masa usia dari sejak lahir
kedunia sampai dengan 4 minggu. Anak mengalami tumbuh dan berkembang tidak hanya
di mulai dari masa neonatus, namun sejak dalam kandungan. Selain itu, neonatus adalah
individu yang sedang bertumbuh. Adaptasi neonatus adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Fisiologi neonates merupakan ilmu
yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. Kemampuan adaptasi fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka
bayi akan sakit.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (Oksigen dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.

2.2. Adaptasi sistem pernafasan


Pada saat lahir, neonatus harus dapat bernafas dan itu adalah tugas utama yang
paling penting baginya. Neonatus harus dapat mengoksigenasi sel-sel eritrositnya sendiri,
melalui gerakan-gerakan pernapasan. Pernapasan dari neonatus terutama adalah melalui
abdominal dan diagpragmatik dan menjadi thoracal ketika bayi mulai duduk sekitar umur
6 bulan. Pernapasan neonatus tenang dan dangkal dengan kecepatan antara 30-60 kali per
menit.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama, yaitu:
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.

Upaya pernapasan pertama neonatus berfungsi untuk :


1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali Pada saat bayi
melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-
paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih
lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru
dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang
terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

2.3. Adaptasi Sistem Termoregulasi


Sistem termoregulasi dikendalikan oleh hipptalamus di otak, yangg berfugsi
sebagai termostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh,
menerima informasi aferen mengenai suhu diberbagai bagian tubuh dan memulai
penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan
atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkooreksi setian
penyimpangan suhu inti dari “patoka normal”.

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang
jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh,
dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak
menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir.

Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus
adalah 36 5 – 370 C.

Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan oleh:

1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna

2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas

3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas

4. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan.

Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6
– 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama
menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan.

Gejala hipotermia:

1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus,
tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.

2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.

3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,


tungkai dan lengan.

4. Muka bayi berwarna merah terang

5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir


dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Mekanisme terjadinya Hipotermia:

Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:

1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin,
misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak
langsung dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan
permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.

4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BBL
diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.
2.4. Adaptasi Sistem Metabolik
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu
cepat (1 sampai 2 jam). Pemicunya antara lain adalah hipotermia. Karena hipotermia akan
memicu kerja metabolism tubuh untuk menhasilkan kalor, yang berasal dari glukosa. Sedangkan
glukosa yang dimiliki BBL sangat terbatas yg tersimpan dalam hati. Maka itu diperlukan tindak
lanjut pengawasan kadar gula darah pada BBL agar dpt menghindari resiko-resiko berbahaya.
Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusui ASI secepat
mungkin setelah lahir). IMD
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis).
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis).
2.5. Adaptasi Sistem Kardiovasculer

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar terbentuk sirkulasi
yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, terjadi dua perubahan besar, yaitu :

Penutupan foramen ovale pada atrium paru dan aorta

Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh darah
tubuh. Jadi, perubahan tekanan tersebut langsung berpengaruh paada aliran darah. Oksigen
menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan
resistensinya sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam pembuluh darah :

Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh darah sistemik meningkat dan tekanan atrium
kanan menurun. Aliran darah menuju atrium kanan berkurang sehingga menyebabkan penurunan
volume dan tekanan pada atrium tersebut. Kedua kejadian ini membantu darah yang miskin
oksigen mengalir ke paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru dan meningkatkan tekanan
atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi sistem pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru mengakibatkan peningkatan pembuluh darah dan
tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan
atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

Dengan pernapasan, kadar oksigen dalam darah meningkat. Akibatnya duktus arteriosus
mengalami konstriksi dan menutup dalam waktu 8-10 jam setelah bayi lahir. Vena umbilikus,
duktus venosus, dan arteri hipogastrika pada tali pusat menutup secara fungsional dalam
beberapa menit setelah bayi lahir dan setelah tali pusat di klem. Penutupan anatomi jaringan
fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan.

Total volume darah yang bersirkulasi pada saat bayi lahir adlah 80 ml/kg berat badan. Akan
tetapi, jumlah ini dapat meningkat jika tali pusat tidak dipotong pada waktu lahir. Kadar
hemoglobin tinggi (15-20 gr/dl), 70% adalah Hb janin. Perubahan Hb janin menjadi Hb dewasa
yang terjadi di rahim selesai dalam 1-2 tahun kehidupan.

2.6. Adaptasi Sistem Gastrointastinal

Kebutuhan nutrisi dan kalori janin tepenuhi langsung dari ibu melalui plasenta, sehingga gerakan
ususnya tidak aktif dan tidak memerlukan enzim pencernaan, dan kolonisasi baktri di usus
negatif.

Setelah lahir gerakan usus mulai aktif, sehingga memerlukan enzim pencernaan, dan kolonisasi
bakteri di usus positif. Refleks gumoh dan reflek batuk sudah terbentuk baik saat lahir.
Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas. Hubungan
antara esofagus dan lambung masih belum sempurna (gumoh) dan kapasitas lambung masih

terbatas (30cc). Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi meconium yang lunak berwarna hijau
kecoklatan, yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas, mukus dan sel epidermis. Warna
yang khas berasal dari pigmen empedu. Pada hari ke-3 ata ke-4 mekonium menghilang.

2.7. Adaptasi Sistem Hepatik

Hati dan kandungan empedu di bentuk pada minggu ke empat kehamilan. Pada bayi baru lahir,
hati dapat di palpasi sekitar satu cm di bawah batas kanan iga karena hati besar dan menempati
sekitar 40% rongga abdomen. Hati janin (yang berfungsi sebagai produksi hemoglobin setelah
lahir) mulai menyimpan besi sejak dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi
selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan ke 5
kehidupannya diluar rahim.
Fungsi hati neonatus serupa dengan orang dewasa tetapi relative imatur. Kemampuan
membentuk protein plasma dan metabolisasi zat asing masih inefisien. Bayi baru lahir memiliki
kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, walaupun demikian, kebanyakan bayi
mengalami hiperbilirubinemia fisiologis. Sebelum lahir, bilirubun dibersihkan oleh plasenta dan
ditangani oleh metabolism ibu. Apabila terjadi penumpukan bilirubin pada neonatus, dapat
terjadi ikterus. Bilirubin adalah produk penguraian hemoglobin dari sel darah merah.

2.8. Adaptasi Sistem Imunologi


Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi
terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada
praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.Yang terjadi adalah, ASI menjadi tempat
perkembangan yang ideal bagi bakteri ’baik’ di dalam saluran cerna. ASI mengandung
oligosakarida yang tidak tercerna oleh enzim, sehingga tetap ada sebagai prebiotik di dalam usus.
Selanjutnya, prebiotik ini di dalam usus dimetabolisme oleh bakteri ‘baik’ (Bifidobacteria dan
Lactobacilli) yang mendominasi saluran cerna pada bayi yangdiberiASI.Bakteri ‘baik’ ini
memberi efek menguntungkan terhadap kesehatan karena mendukung fungsi optimal saluran
cerna, menurunkan koloni bakteri jahat, dan memperkuat daya tahan tubuhh.Fungsi ini sangat
penting karena pada bayi mekanisme pertahanan saluran cerna terhadap patogen masih belum
berkembang dengan baik.

Secara umum, imunitas atau daya tahan tubuh adalah kemampuan yang dimiliki oleh tubuh
untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun
benda asing lainnya.Sistem kekebalan merupakan suatu sistem yang rumit, tetapi strategi
dasarnya sangat sederhana, yaitu mengenali musuh, mengerahkan kekuatan dan menyerang.Sel
pembunuh alami juga menghasilkan beberapa sitokinesis (zat-zat pembawa pesan yang mengatur
sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag)..

Fungsi kekebalan tubuh sebagai pertahanan tubuh terhadap benda asing.

Mikroorganisme, sel-sel kanker dan jaringan atau organ yang dicangkokkan oleh sistem
kekebalan dianggap sebagai benda asing yang harus dilawan oleh tubuh.Fungsi ini sangat
penting karena pada bayi mekanisme pertahanan saluran cerna terhadap patogen masih belum
berkembang dengan baik,
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan
yang terjadi pada tubuh bayi yang
setelah dilahirkan. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya bayi maka satu per satu
organ pada bayi baru lahir akan menjadi matang. Perubahan tersebut mampu membentuk
sistem pada tubuh bayi dimana ada sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, system
pencernaan, sistem urogenital, sistem muskuloskletal, sistem
endoktrin dan sistem saraf yang belum matang ketika bayi baru dilahirkan.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan
sirkulasi, system termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan
glukosa.

3.2. Saran

Berdasarkan makalah diatas bahwa saran yang dapat disampaikan, diharapkan


pembaca dapat memahami dan menerapkan dengan baik dan benar untuk dapat
menegakkan diagnosa pada bayi baru lahir dan untuk dapat mengaplikasikan dalam
tindakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-pada.html
Maryunani, Anik. 2008. Asuhan Bayi Baru Lahir (Asuhan Neonatal). Jakarta: Trans Info
Media
http://tiarapratiwi87.blogspot.co.id/2014/01/asuhan-bayi-baru-lahir.html
Harlock Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. PT. Gelora Aksara Pratama

Anda mungkin juga menyukai