Anda di halaman 1dari 27

PELAYANAN KONTRASEPSI DAN KB di MASYARAKAT

SERTA PELAYANAN LANSIA DENGAN KESEHATAN


REPRODUKSI DI MASYARAKAT

Kelompok 4
1. Tri Parwini 5. Suparti
2. Heni Suparsi 6. Retno
3. Santi Vimala Kirti 7. Ina Susanti
4. Fitri Andriani

PROGRAM STUDI DIPLOMA-IV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2020

i
KATA PENGATAR

   Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

                                                                                Wonogiri, Februari 2021

                                                                              

                 Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Tujuan ........................................................................................... 1

BAB II ` TINJAUAN TEORI

A. Pelayanan Kontrasepsi dan KB .................................................... 2

B. Pelayanan Lansia dengan Kesehatan Reproduksi.......................... 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................... 20

B. Saran.............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran y
ang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jara
k kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode
kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara
ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingk
at efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).
Salah satu program Keluarga Berencana untuk menurunkan AKI yaitu de
ngan KB Pasca Persalinan (Riskesdas, 2013). KB Pasca Persalinan adalah pe
nggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 6 minggu atau
42 hari setelah melahirkan (Kemenkes, 2014a). KB Pasca Persalinan merupak
an langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan menggunakan KB setela
h melahirkan (Riskesdas, 2013).

B. TUJUAN
1. Mengetahui Pelayanan Kontrasepsi dan KB di Masyarakat
2. Mengetahui Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan Reprodu
ksi di Masyarakat

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kontrasepsi dan KB


1. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim (Taufan Nugroho dkk, 2014).
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, j
arak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewuj
udkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehat
an preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut W
HO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu pas
angan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarg
a. Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai denga
n kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012).
2. Tujuan
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan car
a
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 201
3).
Untuk menunjang dan mempercepat pencapaian tujuan pembangun
an KB telah ditetapkan beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan,
pembinaan terhadap peserta KB agar secara terus menerus memakai al
at kontrasepsi, pelembagaan dan pemberdayaan NKKBS serta peningk

2
atan keterpaduan pelaksanaan keluarga berancana. Selanjutnya untuk
mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut terus

3
4

dimantapkan usaha-usaha operasional dalam bentuk upaya pemerataan


pelayanan KB, peningkatan kualitas, baik tenaga maupun sarana pelay
anan KB, penggalangan kemandirian, peningkatan peran serta generasi
muda dan pemantapan pelaksanaan program dilapangan (BKKBN, 201
2).
3. Manfaat KB
Program keluarga berencana yang secara luas memberikan pelayan
an terhadap semua wanita usia subur lebih mungkin menurunkan jumla
h kematian ibu, terutama jika program tersebut berhasil menurunkan ti
ngkat kesuburan. Mengingat demikian banyaknya kematian ibu yang d
iakibatkan oleh kesuburan yang tidak terkendalikan, program keluarga
berencana mempunyai peranan besar dalam menyelamatkan kehidupan

Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut :


a. Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan
Kemampuan wanita untuk memilih untuk hamil dan kapan ingin ha
mil memiliki dampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraann
ya. KB memungkinkan jarak kehamilan dan penundaan kehamilan
pada wanita muda yang memiliki risiko masalah kesehatan dan ke
matian akibat melahirkan anak usia dini. KB mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan, termasuk wanita yang lebih tua dalam meng
hadapi peningkatan risiko terkait kehamilan. KB memungkinkan w
anita yang ingin membatasi jumlah keluarga mereka. Bukti menunj
ukkan bahwa wanita yang memiliki lebih dari 4 anak berisiko meng
alami kematian ibu. Dengan mengurangi tingkat kehamilan yang ti
dak diinginkan, KB juga mengurangi kebutuhan akan aborsi yang ti
dak aman.
b. Mengurangi AKB/ Angka Kematian Bayi
KB dapat mencegah kehamilan dan kelahiran yang berjarak dekat d
an tidak tepat waktu. Hal ini berkontribusi pada beberapa angka ke
matian bayi tertinggi di dunia. Bayi dengan ibu yang meninggal aki
5

bat melahirkan juga memiliki risiko kematian yang lebih besar dan
kesehatan yang buruk.
c. Membantu Mencegah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acq
uired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
KB mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan di antara w
anita yang hidup dengan HIV, mengakibatkan lebih sedikit bayi ya
ng terinfeksi dan anak yatim. Selain itu, kondom pria dan wanita m
emberikan perlindungan ganda terhadap kehamilan yang tidak diin
ginkan dan terhadap IMS termasuk HIV.
d. Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan
KB memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarka
n informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberi
kan peluang bagi perempuan untuk mengejar pendidikan tambahan
dan berpartisipasi dalam kehidupan publik, termasuk mendapatkan
pekerjaan yang dibayar. Selain itu, memiliki keluarga yang lebih ke
cil memungkinkan orang tua untuk berinvestasi lebih banyak pada
setiap anak. Anak-anak dengan lebih sedikit saudara kandung cend
erung tetap bersekolah lebih lama daripada mereka yang memiliki
banyak saudara kandung.
e. Mengurangi Kehamilan Remaja
Remaja hamil lebih cenderung memiliki bayi prematur atau bayi be
rat lahir rendah (BBLR). Bayi yang dilahirkan oleh remaja memilik
i angka kematian neonatal yang lebih tinggi. Banyak gadis remaja y
ang hamil harus meninggalkan sekolah. Hal ini memiliki dampak ja
ngka panjang bagi mereka sebagai individu, keluarga dan komunita
s.
f. Perlambatan Pertumbuhan Penduduk
KB adalah kunci untuk memperlambat pertumbuhan penduduk yan
g tidak berkelanjutan dengan dampak negatif yang dihasilkan pada
ekonomi, lingkungan, dan upaya pembangunan nasional dan region
al.
6

4. Program KB
Progam KB adalah bagian yang terpadu dalam progam
pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut menciptakan
kesejaheraan ekonomi, spiritual, dan social penduduk Indonesia.
Tujuan pelayanan kb adalah
a. Meningkatkan jumlah peserta KB atas kesadaran dan tanggung
jawab
b. Membina peserta KB aktif dalam rangka kelembagaan dan
pembudayaan NKKBS
c. Mencapai sasaran penurunan tingkat kelahiran
d. Meningkatkan, menciptakan keluarga kecil sejahtera melalui
pengendalian pertumbuhan penduduk
5. Macam-macam kontrasepsi
Untuk mewujudkan keberhasilan program KB, masyarakat sangat
disarankan untuk memakai alat kontrasepsi. Pemakaian alat konstrasep
ini bertujuan mencegah atau menunda kehamilan. Ada beberapa alat k
ontrasepsi untuk menunjang KB. Antaranya kondom, pil KB, IUD, im
plan/susuk, suntik dan vasektomi serta tubektomi. Berdasarkan pemak
aiannya, Marmi (2015) membedakan jenis kontrasepsi menjadi dua, ya
itu kontrasepsi laki-laki dan perempuan:
a. Kontrasepsi untuk Laki-Laki
1) Kondom
(a) Pengertian
Alat KB berbentuk sarung/selubung tipis panjangnya kuran
g lebih 10-15 cm, berpelumas, dan terbuat dari karet. Salah
satu ujungnya terbuka dan ujung lainnya buntu membentuk
puting. Kondom digunakan pada penis ketika mulai ereksi.
(b) Cara Kerja
Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita kare
na sperma tertampung pada ujung kondom yang berputing s
ehingga tidak terjadi kehamilan.
7

(c) Efektivitas
Tingkat Efektivitas dari kondom adalah 80-95%. Angka keg
agalannya sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 pere
mpuan per tahun.
(d) Kelebihan
Kelebihan dari kondom yaitu tidak mengganggu produksi A
SI, murah dan tersedia di berbagai tempat, praktis pengguna
annya, mencegah IMS, dan tidak ada efek hormonal.
(e) Kelemahan
Kelemahan dari kondom adalah harus selalu tersedia setiap
kaliberhubungan seksual dan masalah pembuangan kondom
bekas pakai.
(f) Cara Pemakaian
(1) Kondom dipasang saat penis ereksi, dan sebelum melak
ukan hubungan seksual
(2) Buka kemasan kondom secara berhati-hati dari tepi, dan
arah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi,
benda tajam saat membuka kemasan.
(3) Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk men
ghindari udara masuk ke dalam kondom. Pastikan gulun
gan kondom berada di sisi luar.
(4) Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal
penis.
(5) Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih ereksi.
(6) Buang dan bungkus kondom bekas pakai ke tempat yan
g aman.
2) Vasektomi
(a) Pengertian
Tindakan memotong dan menutup saluran sperma yang me
nyalurkan sperma keluar dari testis.
(b) Cara Kerja
8

Dengan memotong atau mengikat saluran sperma sehingga


sperma tidak bisa keluar bertemu dengan sel telur.
(c) Efektivitas
Tingkat Efektivitas vasektomi bisa mencapai 99%. Angka k
egagalan biasanya kurang dari 0-2,2%, umumnya <1%.
(d) Kelebihan
(1) Tidak mengganggu hubungan seksual
(2) Tidak ada efek samping hormonal
(3) Teknik operasi kecil dan sederhana, bisa dilakukan kapa
n saja
(4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10menit.
(e) Kelemahan
(1) Terdapat luka bekas operasi
(2) Walaupun prinsipnya dapat disambung kembali, namun
kemungkinan mendapat kehamilan sangat kecil.
(3) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti radan
g namun tidak berarti.
b. Kontrasepsi untuk Wanita
1) Kondom Wanita
Kondom yang dirancang khusus untuk perempuan, berbentu
k silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin wanita.
Kondom wanita memiliki dua ujung dimana ujung yang sat
u dimasukkan ke arah rahim tertutup (inner) dan ujung yang
lain ke arah luar terbuka (outer). Cara kerja, kelebihan, dan
kelemahan kondom wanita kurang lebih sama dengan kond
om lelaki.
(a) Cara pemakaian:
(1) Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi, dan ar
ah robekan ke arah tengah. Jangan menggunakan gigi, b
enda tajam saat membuka kemasan
9

(2) Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan ibu jari p
ada sisi ring dan dengan jari lain pada sisi yang bersebe
rangan, kemudian tekan sehingga sisi ring yang bersebe
rangan akan bersentuhan dan bentuk inner ring menjadi
lonjong. Atur posisi nyaman. Dapat dilakukan dengan b
erdiri satu kaki, jongkok, atau berbaring.
(3) Masukkan inner ring ke dalam vagina dengan hati-hati.
Tekan dengan telunjuk agar ring masuk jauh ke dalam
vagina.
(4) Setelah coitus, keluarkan kondom secara perlahan deng
an memutar outer ring agar air mani yang tertampung ti
dak tumpah. Buang bekas kondom ke tempat yang ama
n.
2) Pil KB
Merupakan alat kontrasepsi hormonal berupa obat dalam be
ntuk pil yang dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi
hormon esterogen dan atau progesteron. Berdasarkan kandu
ngannya KB pil dibedakan menjadi:
(1) Pil KB Progestin
Merupakan Pil KB yang hanya mengandung progestero
n atau sering disebut dengan pil menyusui. Diminum sat
u kali sehari. Cara kerja pil ini dengan menghambat ovu
lasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indun
g telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sper
ma sukar untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan l
apisan endometrium. Efektivitas dari pil KB ini bisa me
ncapai 92-99% dengan syarat diminum setiap hari pada
saat yang sama, tidak boleh lupa minum tiap harinya, da
n senggama dilakukan 3-20 jam setelah minum pil. Pil i
ni tidak mengganggu produksi ASI, kesuburan cepat ke
mbali, tidak mempengaruhi menstruasi, dan dapat dihen
10

tikan setiap saat. Pil KB progestin memiliki efek hormo


nal seperti mempengaruhi nafsu makan. Kelemahan dari
pil ini adalah tidak melindungi dari IMS dan sedikit ribe
t.
(2) Pil Kombinasi
Merupakan Pil KB yang mengandung esterogen dan pro
gesteron. Cara kerjanya sama dengan pil KB progestin.
Perbedaannya adalah pil kombinasi mempengaruhi prod
uksi ASI sehingga tidak disarankan untuk ibu menyusui.
3) Suntik KB
Berdasarkan kandungan hormonnya suntik KB dibedakan m
enjadi dua:
(1) Suntik Progestin
Suntik KB ini hanya mengandung hormon progesteron.
Cara kerjanya yaitu dengan mencegah ovulasi. Efektivit
asnya yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Kelebihan dari KB ini adalah tidak mengganggu produk
si ASI, tidak mengandung esterogen sehingga tidak me
miliki dampak serius terhadap penyakit jantung, tidak m
engganggu hubungan seksual. Sedangkan kelemahanny
a yaitu terjadi perubahan pola haid, mempengaruhi nafs
u makan, menyebabkan pusing, dan tidak melindungi da
ri IMS. Suntik ini dilakukan satu bulan sekali.
(2) Suntik KB Kombinasi
Suntik KB yang mengandung hormon progesteron dan e
sterogen. Cara kerja dan efektivitas suntik KB kombinas
i sama dengan suntik KB progestin. Perbedaannya dari s
untik progestin adalah suntik ini mempengaruhi produks
i ASI dan tidak disarankan pada perempuan yang memil
iki gangguan pada jantung/vaskuler. Kemungkinan terla
11

mbatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pem


akaian.
4) Implan/ Susuk KB
(1) Pengertian
Merupakan alat kontrasepsi berupa kapsul kecil karet ter
buat dari silikon dengan panjang kurang lebih 3cm yang
disusukkan di bawah kulit lengan atas. Implan hanya me
ngandung hormon progestin.
(2) Cara Kerja
Cara kerja implan dengan mencegah ovulasi, menggang
gu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terj
adi implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga m
enghambat pergerakan sperma.
(3) Efektivitas
Angka kegagalan implan < 1 per 100 wanita per tahun.
Efektivitas implan berkurang sedikit setelah 5 tahun dan
pada tahun ke-6 kira-kira 2,5-3% akseptor menjadi hami
l.
(4) Kelebihan
Beberapa kelebihan dari implan adalah tidak mempenga
ruhi produksi ASI, pengembalian kesuburan cepat setela
h pencabutan, dapat dicabut setiap saat.
(5) Kelemahan
Adapun kelemahan dari implan yaitu menyebabkan peru
bahan pola haid sementara, menimbulkan keluhan nyeri,
mual, dan tidak mencegah dari IMS.

5) IUD (Intra Uterine Devices) / AKDR (Alat Kontrasepsi Dal


am Rahim)
12

(1) Pengertian
AKDR adalah suatu alat kontrasepsi modern yang dima
sukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversible d
an berjangka panjang. Bentuk dari AKDR bermacam-m
acam, terdiri dari plastik (polyethyline), ada yang dililit
tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag) dan
ada pula yang batangnya hanya berisi hormon progester
on.
(2) Cara Kerja
AKDR meninggikan getaran saluran telur sehingga wak
tu blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap
menerima nidasi dan menimbulkan reaksi mikro infeksi
sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melar
utkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi
anti fertilitas.
(3) Efektivitas
Efektivitas AKDR yaitu 99%. Angka kegagalannya seki
tar 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun p
ertama.
(1) Kelebihan
(a) Segera aktif setelah pemasangan
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Tidak memiliki efek samping hormonal
(d) Dapat dipasang segera setelah melahirkan dan ke
guguran.
(2) Kelemahan
(a) Perubahan siklus haid, perdarahan menjadi bany
ak
(b) Kram/sakit perut 3-5 hari setelah pemasangan
(c) Adanya keluhan suamiTidak mencegah IMS ata
u HIV/AIDS.
13

6) Tubektomi
(1) Pengertian
Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap dengan m
engikat atau memotong saluran telur. Tindakan ini dilak
ukan pada kedua saluran telur. Metode ini hanya diperu
ntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin memilik
i anak lagi.
(2) Cara Kerja
Dengan terikatnya saluran telur menyebabkan sel telur ti
dak dapat melewati saluran sel telur dengan demikian se
l telur tidak bisa bertemu dengan sperma sehingga tidak
terjadi kehamilan.
(3) Efektivitas
Indeks efektivitas sterilisasi adalah 0,5-1. Hanya ada sat
u kehamilan yang tidak diinginkan per 1000-2000 wanit
a yang telah ditubektomi.
(4) Kelebihan
Kelebihan dari tubektomi adalah tidak mempengaruhi li
bido seksual, tidak mempengaruhi produksi ASI, dan tid
ak ada efek samping hormonal ataupun efek sampingjan
gka panjang.
(5) Kelemahan
Sedangkan kelemahannya yaitu terdapat luka bekas oper
asi yang terkadang terasa nyeri, infeksi mungkin saja ter
jadi, dan kesuburan sulit kembali.
6. Sasaran Program Keluarga Berencana (KB)
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasa
ran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran l
angsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi sec
ara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaks
14

ana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran m


elalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka
mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Marlita, 2012).
7. Kebijakan dan strategi pelayanan KB
a. Untuk mencapai tujuan tersebut diambil kebijakan yang diarahkan
untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan maupu
n pemakaian alat kontrasepsi yang mandiri.
b. Dalam memberikan pelayanan KB kepada masyrakat dianut pola p
elayanan kontrasepsi rasional dengan memperhatiakan golongan us
ia dibawah 20 thn, usai 20-30 tahun, usia diatas 30 thn, dan PUS ya
ng sudah tidak ingin anak lagi.
c. Pelayanan kontrasepsi ditujukan dan diarahkan kepada pemakaian
metode yang efektif.
d. Mengusahakan pemerataan tempat dan tenaga pelayanan kontrasep
si baik dari unsur pemerintah maupun swasta.
e. Mendekatkan pelayanan sasaran dengan memperhatikan situasi dan
kondisi masyarakat.
f. Memberikan rujukkan kepada akseptor KB yang mengalami gangg
uan komplikasi karena alat kontrasepsi KB.
8. Tahap Konseling dalam Pelayanan
a. Kegiatan KIE keluarga berencana
Pesan yang disamapiakan dalam kegiatan KIE tersebut pada umum
nya meliputi 3 hal yaitu tentang:
1) Pengertian dan manfaat KB bagi Kesehatan dan kesejahteraan
keluarga.
2) Proses terjadinya kehamialan pada wanita
3) Jenis alat / metode kontrasepsi yang ada, cara pemakaian dan c
ara kerja serta lama pemakaiannya.
b. Kegiatan Bimbingan
Kegiatan ini memberikan bimbingan kontrasepsi yaitu mem
berikan informasi tentang jenis kontrasepsi secara lebih obyektif, b
15

enar dan jujur sekligus meneliti apakah calon peserta kb tersebut m


emenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang dip
ilihannya.
c. Kegiatan Rujukan
Dapat dibedakan menjadi 2 macam rujukan yaitu untuk calon peser
ta Kb dan rujukan untuk peserta KB :
1) Rujukan untuk calon peserta
KB Dilakukan oleh petugas lapangan KB dimana calon peserta
KB dirujuk ke klinik yang terdekat dengan tempat tinggal calon
peserta dengan maksud untuk mendapatkan pelayanan konseli
ng dan pelayanan kontrasepsi.
2) Rujukan ke klinik untuk peserta KB
Dilakuakan oleh petugas lapangan KB terhadap peserta KB yan
g mengalami komplikasi atau kegagalan untuk mendapatkan pe
rawatan.
d. Kegiatan KIP/ K
Setiap pasangan suami istri (klien) yang dirujuk oleh petuga
s lapangan KB keklinik sebelum memperoleh pelayanan kontrasep
si harus mendapatkan pelayanan KIP/K terlebih dahulu. Beberapa t
ahapan yang perlu dilakukan dalam KIP/K adalah:
1) Menjajaki apa alasan klien memilih alat/ metode kontrasepsi ter
sebut.
2) Menjajaki apakah klien sudah megetauhi/ memahami alat kontr
asepsi yang dipilihnnya tersebut.
3) Menjajaki apakah kliemn mengetahui jenis alat/ metode kontra
sepsi lain.
4) Bila belum mengetahui, perlu diberikan informasi mengenai ha
l diatas.
5) Berikan klien kesempatan untuk mempertimbangkan pilihanny
a Kembali, kontrasepsi apa yang akan dipakai
6) Jika perlu bantulah klien dalam proses pengambilan keputusan.
16

7) Berikan klien informasi bahwa apapun pilihannya sebelum dibe


rikan pelayanan klien akandi periksa terlebih dahulu kesehatan
nya sehingga belum tentu alat atau metode kontrasepsi yang di
pilihnnya tersebut secara medis cocok buat dirinya.
e. Kegiatan pelayanan kontrasepsi
Pemeriksaan Kesehatan yang dilakukan meliputi anamnesa
dan pemeriksaan fisik. Apabila dari hasil pemeriksaan Kesehatan ti
dak didapati kontraindikasi, maka pelayanan kontrasepsi dapat dila
kukan.
Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka Panjang yaitu I
UD, Implant, dan Kontap sebelum pelayanan di mulai kepada klien
diminta untuk menandatangani informed consent form.
f. Kegiatan tindak lanjut (pengayoman)
Selesai mendapatkan pelayanan Kontrasepsi, petugas melak
ukan pemantuan kepada keadaan peserta KB dan diserahkan Kemb
ali kepada petugas lapangan Kb. Hal ini karena pola pendendekata
n para PLKB adalah dengan kunjungan krumah- rumah para pesert
a KB khususnya peserta kb baru.
Oleh karena itu tugas kunjungan ini sekaligus dapat dimanf
aatkan untuk memantau keadaan para peserta KB baru apakah dala
m keadaan sehat ataukah mengalami efek samping ataupun kompli
kasi.

B. Pelayanan Lansia yang Berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi di M


asyarakat
1. Lanjut Usia
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama d
engan 55 tahun (WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai men
urunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertaha
nkan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan ter
hadap jejas (Darmojo, 2015).
17

2. Klasifikasi Lansia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahu
n
3. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat,
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran ke
sehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit, mel
ainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman d
an memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2010).
4. Konsep Menua
Menurut Rahayuni, Utami & Swedarma (2015) proses menua adala
h proses biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap individunya, be
rjalan terus-menerus dan berkesinambungan. Proses menua merupakan
proses perubahan yang terjadi, perubahan tersebut berupa penurunan fi
sik, mental, psikososial dan perubahan peran sosial pada lansia. Lansia
dapat mengalami penurunan aktivitas dikarenakan keterbatasan mobilit
as, kelemahan fisik dan penurunan status sosial dan keadaan ini cender
ung akan berdampak pada kesehatan. Goldman & Klatz, 2007 dalam P
angkahila, 2013 mengemukakan faktor yang menyebabkan proses pen
uaan antara lain: aktivitas berlebihan, hormonal, genetik dan radikal be
bas.
18

5. Perubahan yang terjadi pada Lansia


Perubahan fisiologi yang ada pada lansia antara lain ada perubahan mu
skuloskletal dan perubahan pada sistem persyarafan (Lee, Lee & Khan
g, 2013). Menurut Nugroho Wahyudi, 2000 dalam Sunaryo et al, 2016
mengatakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi per
ubahan fisik (perubahan sel, sistem pernafasan, sistem persyarafan, sist
em pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskular, sistem gen
ital urinaria, sistem endokrin dan metabolik, sistem pencernaan, sistem
musculoskeltal, sistem kulit, sistem reproduksi dan kegiatan seksual, d
an sistem pengaturan tubuh), perubahan mental dan perubahan psikoso
sial.
6. Perkembangan Reproduksi Lansia
a. Wanita mengalami perubahan anatomic pada system genetalia den
gan berhentinya produksinya hormon estrogen, genetalia interna da
n eksterna berangsur-angsur mengalami atropi.
b. Pria mengalami perubahan yang terjadi pada lansia pria adalah
1) produksi testoteron menurun secara bertahap
2) kelenjar prostat biasanya membesar
3) respon seksual terutama fase pengairah (desire)
4) orgasme, lebih singkat dengan ejakulasi yang tanpa disadari
5) kemampuan ereksi Kembali setelah ejakulasi semakin Panjang
6) ereksi pagi hari (morning erection) semakin jarang sekali
7. Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terhadap Lansia
a. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that have be
en Added to life, dengan prinsip kemerdekaan ( independence), par
tisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self fulfil
lment), dan kehormatan (dignity).
b. Pendekatan
Menurut WHO (1982) pendekatan yang digunakan sebagai berikut:
19

1) Menikmati hasil pembangunan


2) masing-masing lansia mempunyai keunikan
3) lansia turut memilih kebijakan
4) memberikan perawatan dirumah
5) lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal
6) pelayanan harus dicapai dengan mudah
c. Jenis pelayanan Kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya Kes
ehatan yaitu promotive, preventif, diagnose dini dan pengobatan, p
embatasan kecacatan , serta pemuliahan.
Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa:
a. Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas seksual sampa
i usia yang cukup lanjut, dan aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh
status Kesehatan dan ketiadaan pasanagan.
b. Aktifitas dan perhataian seksual pasangan suami istri lansia yang s
ehat berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut
sebelumnya.
c. Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih Panjan
g dari pria, seorang wanita lansia yang tinggal mati suaminya akan
sulit untuk menemukan pasangan hidup.
8. Pelayanan Kesehatan lansia di Masyarakat
a. Puskesmas dan Dokter praktek swasta merupakan tulang punggung
layanan di tingkat ini.
b. Puskesmas berperan dalam bentuk kelompok atau klub lansia.
c. Di dalam dan melalui klub lansia ini pelayanan Kesehatan dapat le
bih mudah dilaksanakan baik promotif, preventif, kuratif, rehabilit
ative.
d. Pelayanan Kesehatan dikelompok lansia meliputi pemeriksaan fisik,
mental dan emosional.(Notoatmdjo,S,2007).
9. Asuhan Yang di Berikan Bidan Untuk Lansia
a. Perhatian pada problem menopause
20

Upaya pencegahan terhadap keluhan atau masalah menopause yang


dapat dilakukan ditingkat pelayanan dasar antara lain:
1) Pemeriksaan alat kelamin
2) Pap smear, IVA test, schiller test
3) Perabaan payudara atau sadari
4) Penggunaan makanan yang mengandung unsur fitoestrogen
5) Penggunaaan bahan makanan sumber kalsium
6) Menghindari makanan yang mengandung lemak
b. Perhatian terhadap penyakit utama degenerative termasuk rabun, g
angguan mobilitas dan osteoporosis. Berkurangnya hormon estroge
n pada wanita menopause mungkin menyebabkan berbagai keluhan
yaitu jantung korener, osteoporosis, gangguan mata, kepikunan, ke
suliatan berkonsentrasi, susah tidur, dan gelisah.
c. Deteksi dini kanker Rahim
Dianjurkan para wanita untuk melakukan pap smear, IVA test atau
schiller test secara teratur paling tidak sekali setiap tahun yaitu tela
h berhubugan seks lebih dari satu tahun dan adanya atau tidak adan
ya cairan vagina yang mencurigakan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan p
reventif yang utama bagi wanita. Upaya ini dapat bersifat sementara at
aupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki
tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama. Meskipun begitu set
iap jenis kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masi
ng.
2. Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama d
engan 55 tahun. Kesehatan reproduksi berkaitan dengan alat, fungsi ser
ta proses reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit, melainkan juga bagaimana seseoran
g dapat memiliki seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sud
ah menikah.

B. Saran
1. Bagi Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana diharapkan untuk menin
gkatkan upaya menanggulangi ketidakikutsertaan pasangan usia subur
dalam program Keluarga Berencana dengan cara mengadakan penyulu
han mengenai kesehatan reproduksi dan efek samping KB pada PUS .
2. Bagi Kader dan Masyarakat diharapkan untuk dapat meningkatkan upa
ya dalam mengurangi angka ketidakikutsertaan pasangan usia subur da
lam program Keluarga Berencana dengan cara memperkaya ilmu tenta
ng alat kontrasepsi sehingga dapat berbagi dan memotivasi PUS di wil
ayah kerja masing-masing dengan baik. Di harapkan masyarakat juga t
urut berperan aktif agar dapat mendukung upaya pemerintah untuk me
nyukseskan program KB.
3. Kepada kelompok-kelompok masyarakat untuk bisa terlibat dalam pe
mberian layanan sosial bagi lanjut usia.

21
22

4. Lansia diharapkan tidak terlalu memikirkan perubahan kondisi fisik da


n psikologis yang terjadi pada dirinya. Selain itu juga diharapkan dapat
meningkatkan hubungan sosial di lingkungannya, meningkatkan spritu
alitas, dan memanfaatkan program yang dilaksanakan pemerintah yaitu
Program Kesehatan Lansia sehingga lansia masih tetap produktif dan d
apat meningkatkan kualitas hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta: Pus
taka Sinar Harapan
BKKBN, Kementrian Kesehatan. 2012. Buku Pedoman Jaga Mutu Pelayanan kel
uarga Berencana.

Darmojo, Boedhi. 2015. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakart
a: FKUI
Dr. Taufan Nugroho, dkk. (2014 ). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Y
ogyakarta: Nuhamedika.
Gustikawati, D.A. 2014. Faktor Pendukung dan Penghambat Istri PUS dalam Pen
ggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas 1 Denpasar Utara. Publik
asi Penelitian. Denpasar: Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Uday
a.
Hadi- Martono. Kegiatan Seksual Pada Lanjut usia. Naskah symposium sek rotary
club Purwokerto,1996.
Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Ke
menkes Ri
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI; 20
15.
Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Martalia, D. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakrta: Pustaka P
elajar.
Maryam, R siti. Mengenal Usia lanjut dan Perawatannya.2008. Jakarta: salemba
medika.
Rahmawati. 2012. Dasar-dasar Kebidanan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.
Rahayuni, P.N.N., Utami, A.S.P, Swedarma, E.K (2015). Pengaruh terapi reminis
cence terhadap stress lansia di banjar luwus baturiti tabanan bali. Jurnal ke
perawatan sriwijaya. Volume 2. Nomor 2.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medi
ka.
Yulifah, Rita. 2014. Asuhan Kebidanan komunitas. Jakarta: salemba Medika.
Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai