Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1     LATAR BELAKANG


Hidramnion dijumpai pada sekitar 1% dari semua kehamilan. Sebagian besar penelitian
klinis mendefinisikan hidramnion sebagai indeks cairan amnion yang lebih besar,(Biggio
dkk, 1999) di University Alabama melaporkan insiden 1% dari hampir 36.450 kehamilan.
Dalam suatu penelitian terdahulu oleh Hill dkk (1987), dari Mayo Clinic, lebih dari
9000 pasien pranatal menjalani evaluasi ultrasonografi rutin menjelang awal trimester ke tiga.
Insiden hidramnion adalah 0,9%.   
Penelitian lainnya berbasis populasi, tetapi mungkin masih belum mencerminkan
insiden yang sebenarnya kecuali dilakukan ultrasonografi secara universal. Bagaimanapun,
hidramnion yang jelas patologi berkaitan dengan malformasi janin, terutama susunan saraf
pusat atau saluran cerna. Sebagai contoh, hidramnion terdapat pada sekitar separuh kasus
ensefalus dan atresia esofagus. Secara spesifik, pada hampir separuh kasus sedang dan berat,
ditemukan adanya anomali janin. Namun, hal yang sebaliknya tidak berlaku dan dalam
Spanish Collaboration Study Of Congenital Malformations (ECEMC) terhadap lebih dari
27000 janin dengan anomali, hanya 3,7% yang mengalami hidramnion (Martinez-Frias dkk,
1999).
Tiga persen lainnya mengalami hidramnion. Dengan menggunakan lebih dari 36000
wanita dengan indeks normal sebagai kontrol, hidramnion menandakan peningkatan
bermakna dalam sebuah akhir yang merugikan. Satu temuan yang menarik adalah sebagian
besar gangguan perinatal terjadi pada wanita nondiabetik yang mengalami hidramnion.
Damato dkk, (1993) melaporkan hasil dari 105 wanita yang dirujuk untuk evaluasi kelebihan
cairan amnion. Lalu para peneliti ini mengamati bahwa hampir 65% dari 105 kehamilan
ternyata abnormal. Terdapat 47 janin tunggal dengan satu anomali atau lebih, saluran cerna
(15), hidrops nonimun (12), susunan saraf pusat (12), toraks (9), tulang rangka (8), kromosom
(7), jantung (4). Dari 19 kehamilan kembar hanya 2 yang normal.
Menurut Rustam Mochtar, keadaan yang sering djumpai adalah hidramnion yang
ringan, dengan jumlah cairan 2-3 liter. Untuk kasus yang berat dan akut jarang. Frekuensi
hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering didapati pada
hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion yang sering didapati bersamaan dengan :
gemeli atau hamil ganda (12,5%), hidrops foetalis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum.

1.2      TUJUAN
           1.2.1      TUJUAN UMUM
1.         Memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi guna memahami tentang asuhan
keperawatan berkaitan dengan penyakit Hidramnion pada janin.
            1.2.2    TUJUAN KHUSUS
1.         Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi tentang penyakit Hidramnion dan tanda
gejalanya
2.         Mahasiswa mampu memahami tentang factor predisposisi dan komplikasi yang dapat terjadi
pada Hidramnion
3.         Mahasiswa mampu mengklasifikasikan hidramnion akut dan kronis, sedang hingga berat.
4.         Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada Hidramnion baik dalam pengkajian,
melakukan pemeriksaan fisik, penunjang, diagnose keperawatan, implementasi serta evaluasi
pada hidramniaon.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1     DEFINISI
Definisi hidramnion menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1.             Suatu kondisi dimana volume cairan amnion lebih dari 2000 ml (hamilton, mary. 1995).
2.             Hidramnion ringan didefinisikan sebagai kantong-kantong yang berukuran vertical 8 sampai
11 cm terdapat pada 80% kasus dengan cairan berlebihan. Hidramnion sedang didefinisikan
sebagai kantong-kantong yang hanya mengandung bagian-bagian kecil dan berukuran 12-15
cm dijumpai pada 15%, hidramnion berat didefinisikan sebagai adanya janin mengambang
bebas dalam kantong cairan yang berukuran 16 cm atau lebih (F. Gary dkk, 2005).
3.             Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal,
biasanya lebih dari 2 liter. Tapi ada beberapa ahli yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter,
sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan (Mochtar,
Rustam, 1998).
4.             Hidramnion adalah jumlah cairan amnion yang berlebih (varney,helen.2001)
Gambar 1. Animasi cairan ketuban berlebihan pada janin
Sumber : www.index.com

2.2     CIRI KIMIAWI AIR KETUBAN


Pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai 1000 cc lalu kemudian
menurun setelah mingu ke 38 sehingga akhirnya hanya beberapa ratus cc saja (Sarwono,
2002). Ciri fisik ketuban (amnion) atara lain :
1.             Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc.
2.             Air ketuban berwarna putih keruh,
3.             berbau amis dan berasa manis.
4.             Reaksinya agak alkalis atau netral dengan berat jenis 1,008
5.             komposisi terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel,
rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam anorganik.
6.             Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter, terutama albumin.
7.             Dijumpainya lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui
apakah paru-paru janin sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda
bahwa permukaan paru-paru (alveoli) diliputi oleh zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi
paru-paru untuk berkembang dan bernafas.
8.             Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau ada janin letak sungsang, maka akan
kita jumpai warna air ketuban yang keruh kehijauan, karena talah bercampur dengan
mekonium.
Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion ditemukan memiliki
fungsi sebagai biomarker potensial bagi abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan.
Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui
sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan
usia kehamilan. Cairan amnion juga diduga memiliki potensi dalam pengembangan
medikasi stem cell (Mochtar, Rustam, 1998).
2.3     FUNGSI CAIRAN AMNION
Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan perpanjangan dari
matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada
usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin.
Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus,
tali pusat dan permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa
cairan amnion berfungsi sebagai:
1.             Proteksi
melindungi janin terhadap trauma dr luar
2.             Mobilisasi
memungkinkan ruang gerak bagi janin
3.             Homeostatis
menjaga keseimbangan suhudan lingkungan asam-basa (pH) dlm rongga amnion, untuk
suasana lingkungan yg optimal bagi janin
4.             Mekanik
menjaga keseimbangan tekanan dlm seluruh ruangan intrauterin (terutama pd p’salinan)
5.             Pada persalinan
membersihkan / melicinkan jalan lahir, dengan cairan yg steril, sehingga melindungi bayi dari
kemungkinan infeksi jalan lahir
6.             sistem imun bawaan karena memiliki peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri
dan fungi patogen tertentu.(Varney, helen.2001)

2.4     VOLUME CAIRAN AMNION


Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum
volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat
menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun
secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume
cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada
pertengahan gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah
cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.
Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12 penelitian
dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat pada usia
kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400 – 2100 ml.(Varney,
helen.2001)

2.5     PENGUKURAN CAIRAN AMNION


Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu pemeriksaan secara
subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket, dan dengan metode AFI (Amniotic
Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.
1.             Secara Subjektif:
a)    Membutuhkan pengalaman yang cukup
b)   Secara subjektif dikatakan normal bila: tampak sebagian tubuh janin melekat pada dinding
uterus, dan sebagian lagi tidak menempel ,diantara tubuh janin dan dinding uterus masih
terdapat cairan amnion
2.       Secara Single Pocket
a)    Berdasarkan satu kuadran saja
b)   Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan tubuh janin
c)    Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran tersebut
3.               Pengukuran Amnion dengan metode Phelan (4 kuadran / AFI)
a)    Abdomen dibagi atas 4 kuadran
b)   Setiap kuadran diukur indeks cairan amnionnya
c)    Pengukuran harus tegak lurus dengan
d)   Bidang horizontal dan tidak ada boleh ada bagian janin diantaranya
e)    Pemeriksaan cairan amnion menurut Phelan, abdomen dibagi atas 4 kuadran, dan setiap
kuadran diukur indeks cairan amnionnya
Gambar 2 : pemeriksaan AFI
Sumber : http://lh4.ggpht.com

Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning


dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2 cm dianggap
sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion.
Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis
sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan
ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan
volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini
menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik.
Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara
langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan
cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin,
dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang. (Varney, helen.2001)

2.6     ETIOLOGI
Mekanisme terjadi hidramnion hanya sedikit yang kita ketahui. Menurut dr. Hendra
Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung (2007) menjelaskan
bahwa hidromnion terjadi karena:
a.              Produksi air ketuban bertambah yang diduga menghasilkan air ketuban adalah epitel
amnion, tetapi air ketuban juga dapat bertambah karena cairan lain masuk kedalam ruangan
amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephalus. (Varney, helen.2001)
b.             Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu hidrocefalus,
atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital. Air ketuban yang telah
dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh
janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke placenta akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia esophogei,
anencephalus atau tumor-tumor placenta. Pada anencephalus dan spina bifida diduga bahwa
hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang
belakang. Selain itu, anak anencephal tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena
pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan. Pada atresia oesophagei
hidramnion terjadi karena anak tidak menelan.
c.              Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban, alhasil
volume ketuban meningkat .
d.             Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni. Pada gemelli
mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat
dan oleh karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya
amnion lebih besar pada kehamilan kembar. Pada hidramnion sering ditemukan placenta
besar.
e.              Ada proses infeksi
f.              Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat sehingga
fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
g.             Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
h.             Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus (Varney, helen.2001)

2.7     FAKTOR PREDISPOSISI


Polihidramnion sering terkait dengan kelainan janin :
Pada janin, prognosanya agak buruk (mortalitas kurang lebih 50%) terutama karena :
a.              Anensepali (suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak
terbentuk)
b.             Spina bifida (kondisi yang terjadi ketika janin berkembang di dalam rahim dan tulang
belakangnya tidak membentuk dengan benar atau cacat tabung saraf).
c.              Atresia oesophaguis ( esophagus yang tidak membentuk secara sempurna)
d.             Omphalocele (Usus bayi, hati, atau organ-organ lain melekat di luar perut melalui pusatnya).
e.              Hipoplasia pulmonal
f.              Hidrop fetalis (kondisi serius di mana sejumlah cairan abnormal terbangun di dua atau lebih
area tubuh janin atau bayi baru lahir atau edema janin).
g.             Kembar monosigotik
h.             hemangioma (tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir)
(Varney, helen.2001)
Polihidramnion sering berkaitan dengan kelainan ibu:
a)             Diabetes Melitus
b)             Penyakit jantung
c)             Preeklampsia adalah masalah umum yang terjadi pada saat kehamilan meliputi tekanan
darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema
(penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan (Manuaba,  1998 ).

2.8     TANDA DAN GEJALA


TANDA :
1.             Ukuran uterus dan abdomen lebih besar dibanding yang seharusnya
2.             Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
3.             DJJ (detak jantung janin) sulit terdengar
4.             Balotemen janin jelas
GEJALA :
a)             Sesak nafas
b)             rasa tak nyaman di perut karena tekanan pada diafragma
c)             Gangguan pencernaan karena konstipasi maupun obstipasi
d)            Edema karena tekanan pada pembuluh darah vena karena pembesaran dari uterus.
e)             Varises dan hemoroid
f)              (Nyeri abdomen)
Gambar 3 : abdomen lebih besar dibanding yang seharusnya
Sumber : www.index.com
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini sering
berlangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti “meledak” serta
rasa mual. Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih
baru Polihidramnion akut atau kronik dapat menyebabkan abortus atau persalinan
preterm.Gejala utama yang menyertai hidramnion terjadi semata-mata akibat faktor
mekanisme dan terutama disebabkan oleh tekanan didalam dan disekitar uterus  yang
mengalami verdistensi terhadap organ-organ didekatnya. Apabila peregangannya berlebihan,
ibu dapat mengalami dispnea dan paa kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas apabila
posisi tegak. Sering terjadi odem akibat penekanan system vena besar oleh uterus yang sangat
besar, terutama di ekstrimitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat
terjadi oliguria berat akibat obsruksi ureter oleh uterus yang sangat besar. (F, Gary
Cunningham, 2005). 

2.9     KLASIFIKASI
1.      Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban bertambah secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan yang lanjut (Varney, helen.2001)
2.      Hidramnion akut
Terjadi penambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari
saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. komposisi dari
air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang
normal. (Varney, helen.2001)

2.10   PATOFISIOLOGI
Menurut Rustam Mochtar, dikatakan bahwa mekanisme hidramion sebagai berikut :
produksi tetap tapi konsumsi kurang atau nihil sehinga terjadi hidramnion. Atau produksi
hebat atau meningkat tapi konsumsi biasa (Mochtar, Rustam, 1998).
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip
dengan cairan ektrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil
lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion, tapi juga menembus kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Hampir pasti
proses ini secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan amnion. karena dalam
keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah
salah satu cara pengaturan volume cairan amnion  (F, Gary Cunningham, 2005).  
Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi bila
janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. Proses menelan ini jelas bukan
satu-satunya mekanisme untuk mencegah hidramnion. Pritchard dan Abramovich mengukur
hal ini dan menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan air
ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Pada kasus anesefalus (suatu keadaan dimana
sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk) dan spina bifida (kondisi yang
terjadi ketika janin berkembang di dalam rahim dan tulang belakangnya tidak membentuk
dengan benar atau cacat tabung saraf). faktor etiologinya mungkin adalah meningkatnya
transudasi cairan dari meningen yang terpajan ke dalam rongga amnion. Penjelasan lain yang
mungkin pasca anensefalus, apabila tidak terjadi gangguan menelan, adalah
peningkatan berkemih akibat stimulasi pusat-pusat di serebrospinal yang tidak terlindung atau
berkurangnya efek antidiuretik akibat gangguan sekresi arginin vasopressin. (Hamilton,
persis mary.1995)
Hal sebaliknya telah jelas dibuktikan bahwa kelainan janin yang
menyebabkan anuria hampir selalu menyebabkan oligohidramnion (cairan ketuban terlalu
sedikit). Pada hidramnion yang terjadi pada kehamilan kembar monozigot, diajukan
hipotesis bahwa salah satu janin merampas sebagian besar sirkulasi bersama dan
mengalami hipertropi jantung, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan luaran urin
pada masa neonates dini,yang mengisyaratkan bahwa hidramnion disebabkan oleh
meningkatnya produksi urin janin. Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama
trimester ketiga masih belum dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa
hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. (Hamilton, persis mary.1995)
Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa volume air ketuban trimester
ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status glikemik terakhir.
Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin janin pada
wanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang menarik,
produksi urin janin meningkat pada wanita non diabetik setelah makan, tetapi hal ini tidak
dijumpai pada wanita diabetes.

2.11     PENATALAKSANAAN / TERAPI
Terapi hidromnion dibagi dalam tiga fase:
1.         Waktu hamil
a.       Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi
simptomatis
b.      Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk
istirahat sempurna.
c.       Berikan diet rendah garam.
d.      Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi.
e.       Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada
bawah umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika
cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum
viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
1)    Timbul his
2)    Trauma pada janin
3)    Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4)    Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka
pungsi harus dihentikan. (Varney, helen.2001)
Gambar 4 . pungsi pada cairan ketuban
Sumber : www. Index.com
2.             Waktu partus
a.      Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
b.       Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui
serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada
beberapa tempat, lalu air ketuban akan keluar pelan-pelan
c.       Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air
ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon
beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak
terjadi solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post
partum karena atonia uteri. (Varney, helen.2001)
3.             Postpartum
a.      Harus hati-hati terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan
golongan darah, resus, dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
b.      Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
c.       Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari
infeksi berikan antibiotika yang cukup. atau dengan metode terbaru yaitu dengan :

Amniosentesis
Tujuannya adalah untuk meredakan penderitaan ibu, dan cukup efektif untuk tujuan
ini. Namun amniosentesis kadang memicu persalinan walaupun hanya sebagian kecil cairan
yangdikeluarkan. Elliot dan kawan-kawan (1994) melaporkan hasil-hasil dari 200
amniosentesis pada94 wanita dengan hidramnion. Kausa umum adalah transfusi antar
kembar (38 %), idiopatik (26%), anomali janin (17 %) dan diabetes (12%).
Cara melakukan amniosentesis adalah dengan:
1.      memasukkan sebuah kateter plastik yangmenutupi secara erat sebuah jarum ukuran 18
melalui dinding abdomen yang telah dianestesilokal ke dalam kantung amnion.
2.      Jarum ditarik dan set infus intravena disambungkan ke kateter.
3.      Ujung selang yang berlawanan diturunkan ke dalam sebuah silinder berskala yang
diletakkansetinggi lantai dan kecepatan aliran air ketuban dikendalikan dengan klem putar
sehingga dikeluarkan sekitar 500 ml/jam.
4.      Setelah sekitar 1500-2000 ml dikeluarkan, ukuran uterus biasanya cukup berkurang sehingga
kateter dapat dikeluarkan.
5.      Dengan menggunakan teknik aseptik ketat, tindakan ini dapat diulang sesuai kebutuhan agar
wanita yang bersangkutan merasanyaman.
Elliott dan kawan-kawan (1994) menggunakan penghisap di dinding dan mengeluarkan1000
ml dalam 20 menit (50 ml/menit). (Varney, helen.2001)

Terapi Indomestasin
Dalam ulasan terhadap beberapa penelitian, Kramer dan kawan-kawan (1994)
menyimpulkan bahwa indometasin mengganggu produksi cairan paru atau meningkatkan
penyerapannya,mengurangi produksi urin janin, dan meningkatkan perpindahan cairan
melalui selaput janin.Dosis yang digunakan oleh sebagian besar peneliti berkisar dari 1,5 – 3
mg/kg/hari.
Cabrol dankawan-kawan (1987) mengobati 8 wanita dengan hidramnion idiopatik sejak usia
gestasi 24-35minggu dengan indometasin selama 2-11 minggu.
Hidramnion, yang didefinisikan sebagai minimal 1 kantung cairan ukuran 8 cm,
membaik  pada semua kasus. Tidak terjadi efek samping serius dan hasil semua kasus baik.
Kirshon dankawan-kawan (1990) mengobati 8 wanita (3 kembar) dengan hidramnion dari
minggu ke 21sampai ke 35. Pada seluruh wanita ini, dilakukan 2 amniosintesis terapeutik
sebelum indometasindiberikan. Dari 11 janin, 3 kasus lahir mati berkaitan dengan sindrom
transfusi antar kembar dansatu neonates meninggal pada usia 3 bulan, 7 bayi sisanya normal.
Mamopoulus dan kawan-kawan (1990) mengobati 15 wanita, 11 mengidap diabetes
yangmengalami hidramnion pada gestasi 25 – 32 minggu. Mereka diberi indometasin dan
volumecairan amnion pada semua wanita ini berkurang, dari rata-rata 10,7 cm pada gestasi
27 minggumenjadi 5,9 cm setelah terapi. Hasil akhir pada seluruh neonatus baik.
Kekhawatiran utama pada penggunaan indometasin adalah kemungkinan penutupan
duktusarteriosus janin. Moise dan kawan-kawan (1988) melaporkan bahwa 50% dari 14 janin
yangibunya mendapat indometasin mengalami konstriksi duktus seperti dideteksi oleh
ultrasonografi Doppler. Studi – studi yang dijelaskan sebelumnya tidak menemukan adanya
konstriksi menetapdan penyulit ini juga belum pernah dijelaskan dalam studi-studi yang
memberikan indometasinuntuk tokolitik. (Mochtar, Rustam, 1998)

2.12     KOMPLIKASI
Hidramnion dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti :
1.            Malpresentasi janin (bokong janin berada di posisi terendah di dalam panggul contoh : 
sungsang dan melintang )
2.            Pelepasan plasenta premature (abrusio)
3.            Disfungsi uterus selama persalinan
4.            Perdarahan pasca partum segera sebagai akibat atoni uterus dari overdistensi
5.            Prolapps tali pusat
6.            Persalinan premature (Varney, helen.2001)

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN HIDRAMNION

3.1     PENGKAJIAN      
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan). Pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien
(Fundamental Keperawatan)

1.             Identitas klien dankeluarga (penanggung jawab)


a.              Nama
b.             Umur
          Hidramnion dapat dialami semua watita hamil dengan berbagai golongan usia, hanya saja
hidramnion biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 – 30 minggu.
c.              Jenis kelamin
d.             Suku/Bangsa
e.              Agama
f.              Pendidikan
g.             Pekerjaan
h.             Alamat
i.               Status Perkawinan
j.               Golongan darah

2.             status kesehatan saat ini :


a.              Keluhan Utama
dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang mungkin ditemui adalah Ibu mengatakan
:
-    perutnya lebih berat dan lebih besar dari biasanya
-     mengeluh sesak nafas
-     mual muntah
-    nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
b.             Riwayat Penyakit Sekarang
untuk mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hepatitis, TBC. Yang  harus diperhatikan yaitu penyakit jantung dan diabetes melitus
karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
Jantung
Berhubungan dengan sirkulasi darah, jika sirkulasi ibu terganggu maka sirkulasi janin juga
akan terganggu.hipotesis mentakan bahwa janin merampas sebagian besar sirkulasi ibu
sehingga megamlami hipertropi sehingga menigkatkan pengeluaran urin pada masa
neonatus dini yang mengisyaratkan bahwa hidramnion terjadi karena peningkatan produksi
urin.
DM
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama trimester ketiga masih belum
dapat diterangkan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia janin
yangmenimbulkan diuresis osmotik. Bar Hava dan kawan kawan (1994) membuktikan bahwa
volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional mencerminkan status
glikemik terakhir. Yasuhi dan kawan kawan (1994) melaporkan peningkatan produksi urin
janin pada wanita diabetik yang puasa dibandingkan dengan kontrol nondiabetik. Yang
menarik, produks iurin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal
ini tidak dijumpai padawanita diabetes.
c.              Riwayat Penyakit Dahulu
untuk mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hepatitis dan TBC.
d.             Riwayat Penyakit Keluarga
untuk mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit
menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
e.              Diagnosa Medik
3.             Riwayat keperawatan
RIWAYAT OBSTETRI
a)             Riwayat Menstruasi :
Riwayat menstruasi untuk Mengetahui tingkat kesuburan ibu
-            Menarche untuk mengetahui kapan ibu haid pertama kali
-            Siklus haid untuk mengetahui keteraturan haid
-            Lama haid merupakan dalah satu indikator tingkat kesuburan ibu
-            Banyak nya haid & berapa kali ibu mengganti duc dalam satu hari
-            Dismenore untuk mengetahui apakah ibu mengalami kesulitan selama hamil khususnya rasa
nyeri pada saat datangnya haid.
-            HPHT untuk mengetahui kapan ibu mulai hamil dan menentukan usia kehamilan ibu.
-            TP untuk mengetahui tafsiran persalinan sehingga sebelum hari- H datang, ibu dan suami
serta keluarga telah mempersiapkan segala kebutuhan ibu dan bayi.
b.             Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu :
-            Kehamilan, mengetahui apakah ibu ada mengalami mual dan muntah, tidak nyaman diperu
dan djj sulit ditentukan, berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC, serta mengetahui
apakah ibu ada mendapatkan imunisasi TT.
-            Persalinan, mengetahui tempat persalinan, penolong persalinan, jenis persalinan,dan penyulit
dalam persalinan.
-            Nifas , mengetahui bagaimana prses laktasi dan apakah ada penyulit selama proses
menyusui, involusi uterus serta lochea.
c.              status kehamilan sekarang:
Kemungkinan klien merasa mual, muntah, Sesak nafas dan tdak nyaman diperut, Gangguan
pencernaan, Oedema, Nyeri abdomen, Ukuran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
(megindikasikan trjadinya polihidramnion)
d.             Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi  yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa masalahnya, atau
efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk berhenti memakai kontrasepsi.
e.              Pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya
Mengetahui  seberapa jauh ibu memahami dan mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya (polihidramnion/hidramnions), tanda dan gejala, serta cara mengatasinya.
f.              Riwayat Lingkungan
Mencakup kebersihan lingkungan tempat tinggal klien serta bahaya yang kemungkinan di
dapat di lingkungan sekitar tersebut
g.             Aspek Psikososial :
Merupakan respon emosi klien terhadap penyakitnya yang dapat berakibat aktivitas sehari-
hari terganggu dan menimbulkan persepsi resiko terhadap penyakitnya. Tentunya kesiapan
mental dan dukungan dari suami dan keluarga sangat di butuhkan dalam aspek ini.

4.             Kebutuhan Dasar Manusia


a.              Pola nutrisi
Pada hidramnion sering didapat mual dan muntah yang beresiko  ketidak adekuatan intake
nutrisi. Oleh karena itu klien dengan hidramnion dianjurkan makan sedikit tapi sering guna
menyeimbangkan pola nutrisi sehingga kebutuhan nutrisi ibu dan janin dapat terpenuhi
dengan optimal.
b.             Pola eliminasi
Pola eliminasi pada pasien hidramnion biasaya masih dapat terpenuhi dengan baik tanpa
keluhan. BAK normal dengan frekuensi 1x sehari dengan konsistensi lunak,warna kuning,
dengan bau khas.
c.              Pola Personal Hygiene
Pola hygine pada pasien hidramnion masih dapat terpenuhi dengan baik. Klien masih dapat
mandi 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari, dan keramas setiap hari. Mengingat kebutuhan
personal hygine sangat penting untuk menghindari resiko infeksi yang mungkin timbul dan
membahayakan ibu dan janin.
d.             Pola istirahat dan tidur
Pada klien dengan hidramnion yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak namun
Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang
disebabkan karena tekanan pada organ terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe),
nyeri ulu hati, Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah,Edema pada tungkai,
vulva, dinding perut oleh karena itu aktifitas tidur dan istirahan menjadi tidak terpenuhi
dengan optimal, frekuensi tidur menjadi berkurang dari 8 jam setiap harinya.
e.              Pola aktifitas dan latihan
Dari banyak keluhan nyeri,sesak,dan mual pada hidramnion pola aktifitas menjadi terganggu,
tapi klien masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan mandiri tanpa bantuan orang
lain.

5.             Pemeriksaan Fisik
a.             Keadaan umum, Kesadaran, Tekanan darah(TD), Nadi(N), Respirasi(RR), Suhu(S), Berat
badan(BB), Tinggi badan(TB)
b.             Head To Toe
Kepala
bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan
Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menelan yang salah
Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan selaput mata pucat (anemia) karena kecemasan akan kesehatan, sklera kunuing
Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar dari telinga.
Hidung
Adanya polip atau tidak dan pada pasien dengan hidramnion yan sesak ditemukan pernapasan
cuping hidung,
Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae
Abdomen
Pada klien hidramnion abdomen tegang, terasa nyeri. Fundus uteri tekanannya meningkat.
Genitaliua
Adakah Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan
letak anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)
Anus
Kadang-kadang pada klien gravida ada luka pada anus karena ruptur
Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. Pada pasien hidramnion biasanya
ditemukan edema pada tungkai, vulva, dan dinding perut.

PALPASI LEOPOLD I
Tujuan    : menentukan Tinggi Fundus Uteri (TFU) dan bagian janin dalam fundus
1.             Pasien dipersiapkan antra lain untuk mengosongkan kandung kemih dan diminta tidur
dengan posisi kaki sedikit ditekuk dan rileks.
2.             Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan TFU dan bagian apa yang
terdapat pada fundus:
a.              presentasi kepala bokong tidak keras dan tidak melenting, presentasi sungsang : kerasa
melenting dalam goyangan, lintang teraba bagian kecil janin.
PALPASI LEOPOLD II
Tujuan : menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan letak punggung janin dan
bagian-bagian kecil
1.             Dari Leopold pertama kedua tangan diturunkan menelusuri tepi uterus untuk menetapkan
bagian apa yang terletak di samping.
2.             Membujur teraba punggung yaitu rata dengan tulang iga
3.             Lintang teraba kepala
PALPASI LEOPOLD III
Tujuan : menentukan bagian terbawah janin dimana bagian
bawah sudah masuk PAP atau belum
1.             Presentasi kepala : keras, bulat
2.             Bokong : lunak dan tidak bulat
3.             Lintang : simfisis pubis teraba kosong
PALPASI LEOPOLD IV
Tujuan : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP
1.             Pemeriksa menghadap kearah kiri klien untuk menentukan bagian terendah janin yang
masuk PAP.
2.             Divergen : melampaui lingkaran terbesarnya sudah masuk PAP
3.             Konvergen ; belum melampaui lingkaran terbesarnya belum masuk PAP
4.             Auskultasi : stetoskop monoaural untuk hitung djj
5.             Genetalia : inspeksi kebersihan vagina, tanda Chadwick, cairan/secret yang dikeluarkan
vagina, apakah ada flour albus, gatal-gatal di area vagina, apakah ada bekas luka episiotomi
6.             Ekstremitas: pigmen

3.2     ANAMNESA PX HIDRAMNION


3.2.1 INSPEKSI
                Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan
kadang-kadang umbilicus mendatar.
                Kalau akut, si ibu terlihat sesak dan sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya.
                Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
3.2.2 PALPASI
                Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva , tungkai dan
vagina.
                Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya.
                Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan.
                Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali.
                Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan
letak janin.
3.2.3 AUSKULTASI
                Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.
           (Mochtar, Rustam, 1998)

3.3     PEMERIKSAAN PENUNJANG


          3.3.1 FOTO ABDOMEN
                Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang bayangan
janin tidak jelas.
                Foto Rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnostik dan untuk menentukan etiologi,
seperti gemeli.
Gambar 3. Foto rongen hidramnion
Sumber: www. Index.com

3.3.2. PEMERIKSAAN DALAM


                Pemeriksaan dalam( VT) : ketuban terasa tegang  dan menonjol meskipun sedang tidak
his (Mochtar, Rustam. 1998).
3.3.3        USG
                Untuk membedakan antara hidramnion, asites, atau kista ovarium. (F, Gary Cunningham,
2005).  Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-
25 cm pada pemeriksaan USG. Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm dalam
dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm
dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam
kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%.
Weeks Fetus (gr) Placenta Amnionic Fluid (%)
gestation (gr) fluid (ml)
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17
From Queenan (1991)
Menentukan jumlah cairan ketuban dengan perbandingan diameter vertikal dan transversal
terjauh antara dinding rongga amnion dengan badan janin.
< 1cm      oligohidramnion
2 – 8        normal
>8cm       hidramnion
8 – 11        hidramnion ringan
12 – 15  hidramnion sedang
>16cm     hidramnion berat
Melihat adanya malformasi dan gemeli
Anansefalus : lingkar kepala bag ian posterior
Gemeli    : 2GS atau 2 janin
Menentukan usia gestasi

3.4     DIAGNOSA BANDING


                Hidramnion.
                Janin besar
                Kehamilan beserta tumor.
                Gemeli
                Asites
                Kista ovarium. (Mochtar, Rustam, 1998)
3.4         ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS: Gangguan
biasanya klien mengatakan sesak Tekanan diding pertukaran gas
nafas semenjak memasuki uterus meningkat
minggu ke 20 masa kehamilannya
Diafragma
DO:
tertekan
TTV
TD=120/90 mmhg
Sirkulasi oksigen
RR= 30
terganggu (sesak)
N= 80-100 X/menit
Suhu=37, 5  
klien terlihat sesak dan sianosis,
serta terlihat payah membawa
kandungannya. Gangguan
Fundus uteri lebih tinggi dari pertukaran gas
tuanya kehamilan sesungguhnya
2 DS nyeri
Biasanya pasien mengeluh perut kelebihan cairan
terasa tegang dan nyeri tekan amnion
pada ulu hati
Ketuban tegang,
DO:
fundus uteri lebih
P(precipitate)= nyeri karena
tinggi dari usia
hidramnion kaitannya dengan
kehamilan,kantung
tekanan dinding uterus yang
amnion mencapai
meningkat
12-15 c
Q(quality)=nyeri seperti ditekan
benda berat/ keram.
R(region)= nyeri lokal di sekitar Respon
abdomen. hipotalamus
S(severity)= nyeri skala +4
T(time)= nyeri muncul ketika nyeri
beraktifitas lama,terlalu berat.

Fundus uteri lebih tinggi dari


tuanya kehamilan sesungguhnya

Pemeriksaan dalam( VT) :


ketuban terasa tegang  dan
menonjol meskipun sedang tidak
his (Mochtar, Rustam. 1998).

Dari pemeriksaan USG


ditemukan kantung amnion
mencapai 12-15 cm dalamnya.
Insiden sebesar 15%.
3 DS: asientas
Biasanya klien mengatakan Rasa takut
perutnya besar tidak seperti
biasanya.
Respon
hipotalamus
DO;
Perut besar tidak sesuai usia
kehamilan. Dari pemeriksaan Mekanisme
USG ditemukan kantung amnion koping
mencapai 12-15 cm dalamnya.
Insiden sebesar 15%. cemas

4 DS Proses sakit Kurangnya


Biasanya klien banyak bertanya pengetahuan
seputar penyakitnya  
Biasanya Klien terlihat bingung
tentang apa yang harus di lakukan
terlihat bingung &
DO:
rasa ingin tau yang
Terlihat rasa ingin tau lebih
besar tentang
banyak, terutama rasa ingin tau
tentang resiko cidera dan infeksi keadaan status
pada janinn. kesehatannya

Kurangnya
pengetahuan
5 DS; hidramnion Resiko tinggi
Biasanya pasien mengeluh   cedera pada janin
tertekan dan berat di bagian
perutnya.
Edema
DO
pada tungkai,
Kelihatan perut sangat buncit dan
vulva, dinding
tegang, kulit perut berkilat, retak-
perut
retak kulit jelas dan kadang-
kadang umbilicus mendatar,
terlihat payah membawa Bagian-bagian
kandungannya. janin sukar
dikenali karena
Edema pada tungkai, vulva, banyaknya cairan.
dinding perut

Bagian-bagian janin sukar Janin bergerak


dikenali karena banyaknya cairan. bebas dalam
Karena bebasnya janin bergerak cairan
dan kepala tidak terfiksir, maka
dapat terjadi kesalahan letak
janin. kesalahan letak
janin.

Resiko cedera
janin

3.5     DIAGNOSA
1.       Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion
(Marilynn E. Doenges, 2001)
2.       Nyeri b/d kontraksi uterus yang kuat(Marilynn E. Doenges, 2001)
3.       Anxietas b/d Stress, perubahan status kesehatan, ancaman Bayi lahir prematur, perubahan
konsep diri, kurang pengetahuan
4.       Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidrmnion
( Marilynn E. Doenges, 2001)
5.       Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion

3.6         INTERVENSI
Dx1 : Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder
akibat hidramnion
TUJUAN :
1.      Tidak ada kerusakan pertukaran gas
2.      Hidramnion teratasi
KRITERIA HASIL:  
3.      tidak ada sianosis dan dyspneu
4.      Tekanan diafragma berkurang atau hilang
5.      TTV dalam batas normal
TD=120/80, N=80, RR=20, S=37,5
INTERVENSI RASIONAL
1.    Kaji kelainan pernapasan yang dapat1.     Mengkaji adanya kelainan
mempengaruhi fungsi paru, seperti pernafasan guna mengetahui ada
asma atau tuberkulosis, frekuensi atau tidaknya gangguan
pernapasan, atau upaya ibu dan pernafasan yang menyebabkan
munculnya bunyi nafas. ganggguan pernafasan.
2.    Perhatikan kondisi yang menimbulkan2.     Luasnya masalah vaskular
perubahan vaskular atau penurunan maternal dan penurunan
sirkulasi plasenta seperti diabetes dan kapasiatas pembawa oksigen
jantung atau mengubah kapasitas berpengaruh langsung pada
pembawa oksigen seperti anemia, sirkulasi dan pertukaran gas
hemoragi uteroplasenta.
3.    Pantau TD dan nadi 3.     Memantau agar tidak
4.    Tingkatkan istirahat di tempat terjadi Peningkatan TD
tidur/kursi pada posisi tegak atau dan nadi yang dapat menyertai
semifowler bila upaya pernafasan hemoragi.
menurun 4.     Menurunkan upaya pernapasan
5.    Anjurkan pasien u/ melakukan posisi dan meningkatkan konsumsi
miring kiri. oksigen sesuai penurunan
6.    Tinjau ulang sumber vitamin C, zat diafragma juga meningkatakan
besi,dan protein. diameter dada vertikal.
7.    Identifikasi zat-zat yg membantu5.     Meningkatkan perfusi
absorbsi zat besi (asam sedang, vit. c) ginjal atau plasenta, juga
dan yg menurunkan absorbsi (alkalin merupakan posisi efektif untuk
sedang, susu). mencegah syndrom hipotensi
8.    Beri obat-obat sesuai terlentang.
indikasi : Teofilin, Besi dekstran6.     Ketidak adekuatan
(inferon), Beri oksigen suplemental nutrsi mengakibatkan
anemia defisiensi zat besi dan
dapat menimbulkan masalah
transpor oksigen.
7.     Mendilatasi bronkial, tetapi dpt
dihubungkan dengan efek
samping takikardi pada klien atau
janin
8.     Pemberian parenteral mungkin
perlu pada adanya anemia
defisiensi zat besi berat untuk
meningkatkan oksigen ibu.

Dx2 : Anxietas b/d Stress, perubahan status kesehatan, ancaman Bayi lahir


prematur, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan
TUJUAN :
Kecemasan teratasi
KRITERIA HASIL:
1.      Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2.      Vital sign dalam batas normal
3.      Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
INTERVENSI RASIONAL
1.    Perhatikan tingkat ansietas dan derajat1.    Stres yg tidak diatasi dapat
pengaruh terhadap kemampuan untuk mempengaruhi penyelesaian
membuat keputusan tugas-tugas kehamilan dengan
2.    Berikan kehangatan secara emosional penerimaan normal dari
dan situasi medukung dan terima kehamilan atau janin.
klien/pasangan seperti adanya mereka.2.    Memudahkan perkembangan
3.    Berikan akses 24 jam pada tim hubungan saling percaya.
perawat kesehatan. 3.    Ansietas dapat dikurangi apabila
4.    Kaji tingkat stres klien/pasangan informasi atau bantuan telah ada.
berkenaan dengan komplikasi medis. 4.    Hubungan keluarga yang  buruk
5.    Kaji respon fisilogis terhadap ansietas dan tidak tersedianya sistem
(TD, nadi) pendukung dapat meningkatkan
tingkat stres.
5.    Anxietas / cemas dapat disertai
dengan pelepasan
katekolamin, menciptaka respon
fisik yang mempengaruhi rasa
sejahtera klien.

Dx3 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum


TUJUAN :
Pasien bertoleransi terhadap aktivitas dengan
KRITERIA HASIL:
1.    Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
2.    Mampu melakukan aktivitas Sehari- hari secaramandiri
3.    Keseimbangan aktivitas dan istirahat

INTERVENSI RASIONAL
1.    Anjurkan klien mengikuti aktifitas1.   Meminimalkan kelelahan pada
dengan istirahat yg cukup. uterus.
2.    Anjurkan istirahat yg adekuat dan2.   Meningkatkan aliran darah ke
penggunaan posisi miring kiri. uterus dan dapat menurunkan
3.    Anjurkan menghindari perjalanan dan kepekaan/ aktifitas  uterus
perubahan ketinggian pada trimester3.   Gerakan perjalanan, posisi duduk
ke-3 yg lama, dan penrunana ksigen
4.    Tekankan pentingnya aktifitas hiburan tampak menurunkan kepekaan
yg tenang. uterus.
5.    Anjurkan tirah baring yg dimodifikasi4.   Mencegah kebosanan dan
atau komplit sesuai indikasi meningkatkan kerja sama dgn
pembatasan aktifitas.
5.   Tingkat aktifitas mungkin perlu
modifikasi tergantung pada gejala
aktifitas uterus, perubahan servix
atau perdarahan.

Dx4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada


penatalaksanaan hidramnion
TUJUAN:
1.        pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit
KRITERIA HASIL :
1.         Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
2.         Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
3.         Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
INTERVENSI RASIONAL
1.   Beri informasi mengenai hidramnion1.   Tingkat
dengan penjelasan yang singkat dan pengetahuan seseorang berdampa
sederhana sesuai tingkat pendidikan k langsung pada kehamilan
klien dan keluarga dari perubahan beresiko tinggi khususnya
patofisiologis dan implikasi. hidrmanion.
2.   Beri informasi yang tepat berkenaan2.   Pemahaman tentang tes dapat
degan skrining dan metode test seta menurunkan ansietas dan dapat
prosedur. meningkatkan kerjasama klien.
3.   Identifikasi tanda bahaya yang3.   Pengenalan situas beresiko
memerlukan pemberitahuan segera mendorong evaluasi atau interensi
terhadap pemberi keperawatan segera, yang dapat meningkatkan
(KPD, persalinan preterm, perdarahan atau membatasi hasil.
vagina) 4.   Dapatmenunjukkan perubahan
4.   Tekankan pentingnya melaporkan servix, menandakan kebutuhan
peningkatan atau perubahan rabas untuk pemeriksaaan terhadap
vagina. infeksi vagina yang dapat
5.   Anjurkan klien untuk mengkaji mencetuskan persalinan
tonus/kontraksi uterus satu jam sekali praterm/KPD
atau dua kali sehari. 5.   Meskipun kontraksi uterus terjadi
kadang-kadang, dilatasi servix
dapat terjadi bila kontraksi terjadi
tiap 10 menit atau kurang selama
periode satu jam.

Dx5 : Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion


TUJUAN :
1.      Klien tidak mengalami injuri
KRITERIA HASIL:
1.      Klien terbebas dari cedera
2.      Klien mampu menjelaskan factor risiko dari perilaku personal
3.      Mampu mengenali perubahan status kesehatan
INTERVENSI RASIONAL
1.   Kaji terhadap mual/muntah1.   Memanjakan perkembangan janin
berlebihan. pada status asidotik dan malnutrisi
2.   Bantu dalam skiring dan dapat memperberat IUGR dan
mengidenfikasi kelainan genetik atau pertumbuhan otak yang
kromosom. buruk. Perkembangan hipermesis
3.   Kaju denyut jantung gravidum memerlukan perawatan
janin(DJJ), perhatikan frekuensi dan di rumah sakit.
regularitas. Biarkan klien memantau2.   Kelaianan spertifenilketonuria
gerakan janin setiao hari sesuai tindakaan yang khusus untuk
indikasi. Perhatikan adanya kondisi mencegah efek negatif pada
ibu yang berdampak pada DJJ. pertumbuhan janin.
4.    Kaji atau periksa adanya kontraksi3.   Takikardia pada janin yang term
uterus preterm, yang mungkin ataupun dapat menandakan mekanisme
tidak diertai dengan dilatasi serviks. kompensasi untuk menurunkan
5.   Pantau pemeriksaan lab : kadar alfa kadar oksigen dan/atau sepsis.
fetoprotein serum (AFP) pada gestasi4.   Terjadi pada 6%-7% dari semua
minggu ke-14 sampai ke-16 dan kehamilan dan dapat
amniosintesis bila kadar abnormal. mengakibatkan kelahiran janin
6.   Beri suplemen oksigen sesuai preterm.
kebutuhan. 5.    Dengan kerusakan tube neural
(paling umum spina bifida dan
anensefali), AFP ada pada serum
maternal pada tingkat 8x lebih
tinggi dari normal pada gestasi
minggu ke-15. Kemudian
menurun sampai term.
6.   Meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk  janin

3.7       IMPLEMENTASI
           
         
Dx1 : Kerusakan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder
akibat hidramnion
        Mengkaji kelainan pernapasan yang dapat mempengaruhi fungsi paru,

seperti asma atau tuberkulosis, frekuensi pernapasan, atau upaya ibu dan
munculnya bunyi nafas.
        Memperhatikan  kondisi yang menimbulkan perubahan
vaskular atau penurunan sirkulasi plasenta seperti diabetes dan jantung atau
mengubah kapasitas pembawa oksigen seperti anemia, hemoragi
        Memantau  TD dan nadi

        Meningkatkan  istirahat di tempat tidur/kursi pada posisi tegak atau

semifowler bila upaya pernafasan menurun


        Menganjurkan pasien u/ melakukan posisi miring kiri.

        Meninjau ulang sumber vitamin C, zat besi,dan protein. Identifikasi zat-zat

yg membantu absorbsi zat besi (asam sedang, vit. c) dan yg menurunkan


absorbsi (alkalin sedang, susu).
        Memberi obat-obat sesuai indikasi : Teofilin, Besi dekstran (inferon), Beri

oksigen suplemental

Dx2 : Anxietas b/d Stress, perubahan status kesehatan, ancaman Bayi lahir


prematur, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan
        Memperhatikan tingkat ansietas dan derajat pengaruh terhadap
kemampuan untuk membuat keputusan
        Memberikan kehangatan secara emosional dan situasi medukung dan

terima klien/pasangan seperti adanya mereka.


        Memberikan akses 24 jam pada tim perawat kesehatan.

        Mengkaji tingkat stres klien/pasangan berkenaan dengan komplikasi

medis.
       Merespon fisilogis terhadap ansietas (TD, nadi)
Dx3 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
        Menganjurkan klien mengikuti aktifitas dengan istirahat yg cukup.

        Menganjurkan istirahat yg adekuat dan penggunaan posisi miring kiri.

        Menganjurkan menghindari perjalanan dan perubahan ketinggian pada

trimester ke-3
        Menekankan pentingnya aktifitas hiburan yg tenang.

        Menganjurkan tirah baring yg dimodifikasi atau komplit sesuai indikasi

Dx4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada


penatalaksanaan hidramnion
1.      memberi informasi mengenai hidramnion dengan penjelasan yang singkat
dan sederhana sesuai tingkat pendidikan klien dan keluarga dari perubahan
patofisiologis dan implikasi.
        Memberi informasi yang tepat berkenaan degan skrining dan metode test

seta prosedur.
         mengidentifikasi tanda bahaya yang memerlukan pemberitahuan segera

terhadap pemberi keperawatan (KPD, persalinan preterm, perdarahan


vagina)
        Menekankan pentingnya melaporkan peningkatan atau perubahan rabas

vagina.
        Menganjurkan klien untuk mengkaji tonus/kontraksi uterus satu jam sekali

atau dua kali sehari.

Dx5 : Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion


1.   Kaji terhadap mual/muntah1.   Memanjakan perkembangan janin
berlebihan. pada status asidotik dan malnutrisi
2.   Bantu dalam skiring dan dapat memperberat IUGR dan
mengidenfikasi kelainan genetik atau pertumbuhan otak yang
kromosom. buruk. Perkembangan hipermesis
3.   Kaju denyut jantung janin(DJJ), gravidum memerlukan perawatan
perhatikan frekuensi dan regularitas. di rumah sakit.
Biarkan klien memantau gerakan janin2.   Kelaianan sperti fenilketonuria
setiao hari sesuai indikasi. Perhatikan tindakaan yang khusus untuk
adanya kondisi ibu yang berdampak mencegah efek negatif pada
pada DJJ. pertumbuhan janin.
4.    Kaji atau periksa adanya kontraksi3.   Takikardia pada janin yang term
uterus preterm, yang mungkin ataupun dapat menandakan mekanisme
tidak diertai dengan dilatasi serviks. kompensasi untuk menurunkan
5.   Pantau pemeriksaan lab : kadar alfa kadar oksigen dan/atau sepsis.
fetoprotein serum (AFP) pada gestasi4.   Terjadi pada 6%-7% dari semua
minggu ke-14 sampai ke-16 dan kehamilan dan dapat
amniosintesis bila kadar abnormal. mengakibatkan kelahiran janin
6.   Beri suplemen oksigen sesuai preterm.
kebutuhan. 5.    Dengan kerusakan tube neural
(paling umum spina bifida dan
anensefali), AFP ada pada serum
maternal pada tingkat 8x lebih
tinggi dari normal pada gestasi
minggu ke-15. Kemudian
menurun sampai term.
6.   Meningkatkan ketersediaan
oksigen untuk  janin

3.8     EVALUASI
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
1.             S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.
2.             O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
3.             A (Analisis) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan
dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian,
atau tidak teratasi.
4.             P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisa.

BAB 4
KESIMPULAN
4.1     KESIMPULAN
Hidramnion adalah Suatu kondisi dimana volume cairan amnion lebih dari 2000 ml
(Anfasa, F, 2005). Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter. Tapi ada beberapa ahli yang berpendapat
sampai 4 atau 5 liter, sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5
bulan (Mochtar, Rustam, 1998).
Etiologi hidramnion sendiri sampai saat ini masih belum jelas, namun beberapa ahli
mempunyai pendapat tentang bagaimana etiologi hidramnion, yakni produksi tetap tapi
konsumsi kurang atau nihil sehinga terjadi hidramnion. Atau produksi hebat atau meningkat
tapi konsumsi biasa. (Mochtar, Rustam, 1998).
Ada pula yang menyebutkan bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban
bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Di duga air ketuban
dibentuk oleh sel-sel amnion. Disamping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan
ensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti yang baru. Salah
satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus kemudian dialirkan ke
placenta untuk akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu
bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus atau tumor placenta. Pada
anensefalus hidramnon disebabkan pula karena transudat cairan dari selaput otak dan
sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormon anti diuretik. (Sarwono, 2002).
Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya hidramnion yakni : atresia esophagus,
anensefalus atau spina bifida, kehamilan ganda, ibu mengidap diabetes mellitus (F, Gary
Cunningham, 2005). dan dari gejala-gejala ini kita bisa menentukan diagnosa berdasarkan
inspeksi, palpasi, auskultasi, foto abdomen, pemeriksaan dalam, USG.
Karena kejadian hidramnion ini terjadi pada saat kehamilan maka segala resiko pasti
berhubungan dengan ibu dan janin, oleh sebab itu penatalaksanaan dalam penanganan
hidramnion perlu perhatian khusus.
WAKTU HAMIL :
                Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan diberikan siptomatis.
                Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit untuk
istirahat sempurna.
                Berikan diet rendah garam.
                Obat yang dipakai adalah diuresis. (Mochtar, Rustam, 1998)
                Amniosintesis, tujuan untuk meredakan penderitaan ibu. Bila sesak hebat sekali disertai
sianosis dan perut tegang, lakukan punksi abdomen pada kanan bawah umblikus. (F, Gary
Cunningham, 2005). 
                Komplikasi punksi berupa timbul his, trauma pada janin, terkena organ-organ perut oleh
tusukan, infeksi akibat syok. Bila pada saat punksi keluar darah, maka punksi harus
dihentikan. (Mochtar, Rustam, 1998)
                Indometasin diberikan sejak usia 23-25 minggu, 1,5-3 mg/kg/hari. (F, Gary Cunningham,
2005). 
WAKTU PARTUS :
                Amniotomi, lakukan punksi ketuban via transvaginal melalui serviks bila sudah ada
pembukaan. Kerugian : prolaps uteri, solusio plasenta. (F, Gary Cunningham, 2005). 
                Bila sewaktu pemeriksaan dalam tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban
mengalir keluar deras, maka masukanlah kepalan tangan untuk berfungsi sebagai tampon
agar air ketuban tidak keluar deras. Maksudnya agar tidak terjadi retensio plasenta, syok
karena perut tiba-tiba kosong. (Mochtar, Rustam, 1998)
POSTPARTUS :
                Hati-hati terjadi perdarahan post partus, jadi sebaiknya cek golongan darah dan menyiapkan
donor darah.
                Pasang infus.
                Antibiotik. (Mochtar, Rustam, 1998)

DAFTAR PUSTAKA
Bickley, lynn S. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Ed-5. Jakarta : EGC,2008
Hamilton, persis mary. Dasar-dasar keperawatan maternitas. ed-6, jakarta : EGC,1995
Muchtar, Rustam.Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC, 1998
Manuaba, ida ayu candradita.ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan Kb untuk
pendidikan.Ed-2 jakarta: EGC.2010
Reeder,Sharon J. Keperawatan Martenitas: kesehatan wanita, bayi dan keluarga. Ed.18 
Jakarta: EGC,2011
Syaifuddin. Anatomi fisiologi. Ed- 4. Jakarta : EGC,2011
Varney, helen. Buku saku bidan. Jakarta : EGC,2001

Anda mungkin juga menyukai