PERSALINAN SC INDIKASI
POLIHIDRAMNION
nama pembimbing :
Iis suwanti,S.ST.,M.Kes
disusun oleh :
kiki aprilia mardiani ( 0110821)
MOJOKERTO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran allah SWT yang maha mendengar lagi maha
melihat dan atas segala limpahan rahmat taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan pendahuluan ini.
penulis ini menyadari bahwa tugas asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis harapkan saran dan kritik yang kontrukftif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswi ilmu keperawatan.
(penulis)
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana
jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban
berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter
yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu
kekurangan air ketuban. (Rustam Muchtar, 1998)
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000 ml).
Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu (Ben-Zion Taber,
1994: 39).
Jadi, hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi normal
yaitu > 2 liter. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2
liter, sedangkan pada kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
B. ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system
saraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion dapat terjadi
karena hal-hal berikut :
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah
cairan lain masuk ke ruang amnion, misalnya urine janin dan cairan otak anensefalus
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal dan kandung kemih
ukuran besar akan meningkatkan urine output pada awal periode pertumbuhan fetus. Hal
inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus kemudian
dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk ke dalam peredaran darah ibu. Ekskresi air
ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bias menelan seperti pada atresia esophagus
dan anensefalus.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung
(2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
1. Produksi air jernih berlebih
2. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
1. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.
Alhasil volume ketuban meningkat drastis
2. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
3. Ada proses infeksi.
4. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
5. Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
6. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
C. PATOFIOLOGI
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip
dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil
lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan amnion (Abramovich
dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini hampir pasti secara bermakana
mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada kasusu hidramnion epitel emnion
sering dianggap sebagai sumberutama cairan amnion belum pernah ditemukan adanya
perubahan histologik pada amnion atau perubahan kimiawi pada cairan amnion.
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa
mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini dibenarkan
dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin tidak dapat menelan,
seperti pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk
mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970) mengukur hal ini dan
menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan cairan amnion dalam
jumlah yang cukup banyak.
Hidramnion terjadi bila produksi air kutuban bertambah , bila pengaliran air ketuban
ternganggu atau kedua duanya. diduga air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion, Di samping itu
ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk
secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluarannya ialah
ditelan oleh janin, di absorpsi kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran
darah ibu. Ekresi air ketuban akan terngangu bila bayi susah menelan seperti pada atresia
esophagus atau tumor tumor plasenta. pada anencepalus disebabkan pula karena transudat
cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormone antideuretik.
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester ketiga masih
belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia ibu
menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Barhava dkk (1994)
membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional
mencerminkan status glikenik terakhir. Yasuhi dkk. (1994) melaporkan peningkatan produksi
urin janin pada wanita diabetic yang puasa dibandingkan dengan control nondiabetik. Yang
menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini
tidak dijumpai pada wanita diabetik.
D. PATHWAY
cairan amnion
hidramnion
peningkatan
tekanan dalam dan cairan berlebihan
sekitar uterus
intoleransi aktifitas
pertukaran gas
terganggu perubahan fisik seperti
pembesaran perut yang tidak
sesuai usia kehamilan
kurang pengetahuan
ansietas
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda
a. Ukuran uterus lebih besar disbanding yang seharusnya
b. Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
c. Djj sulit terdengar
d. Balotemen janin jelas
2. Gejala
a. Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut
b. Gangguan pencernaan
c. Edema
d. Varises dan Hemoroid
e. Nyeri abdomen (Hanifa, 2005)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen (bahaya radiasi)
2. USG
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-25
cm pada pemeriksaan USG. Berdasarkan pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi
:
a. Mild Hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm
dalam dimensi vertical. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi
b. Moderate Hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-
15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
c. Severe Hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan
bebbas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden
sebesar 5%.
G. PENATALAKSANAAN
Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase :
1. Waktu hamil
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan
terapi simptomatis.
b. Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi
uterus.
c. Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan
masukan serat dalam diet atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep
karena terdapat kemungkinan terjadi rupture membran akibat peningkatan
tekanan uterus.
d. Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat
efektif dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.
e. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau
menghentikan persalinan premature.
f. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah
sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang
dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai
sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika
cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi
bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
5) bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya
janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.
2. Waktu partus
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau
menghentikan persalianan premature.
c. Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan
d. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi
solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau
perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika.
b. Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan
post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka
untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
d. Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap factor yang dapat
membuatnya tidak mampu menelan in utero.
Terapi Medis
Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap; darah lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal,
ultrasonografi.
Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1. Hidramnion menahun
Terapi yang diberikan adalah obat oral :
a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga
menurunkan jumlah air ketuban
Kerugiannya :Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh
darah termasuk yang menuju SSP
b. Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi
perubahan hemodinamik setelah lahir.Pemberian obat Indometasin
harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk menetapkan AFI atau
poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian dapat dihindari
terjadinya oligohidramnion.
2. Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Penatalaksanaan untuk hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :
a. Amniosestesis
1. Dinding abdomen didesinfeksi
2. Tutup dengan duk steril sekitarnya
3. Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen
langsung ke kavum uteri dengan tuntunan USG
4. Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali
tindakan.
5. Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan
usia kehamilan kurang dari 35 minggu
Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :
1. Sebagai induksi persalinan premature
2. Terjadi solusio plasenta
3. Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan
perdarahan intrauteri
4. Infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah
operasi profilaksis mortalitas maternal.
b. Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35
minggu, tetapi memiliki kelainan congenital yang fatal, maka
dilakukan amniotomi. Amniotomi dengan pertimbangan untuk
melakukan induksi persalinan dan mengharapkan “euthanasia”
terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup, karena kelainan
kongenitalnya bersifat fatal.
Amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan congenital
yang berat, tanpa memandang usia kehamilannya. Sudah tentu
pertimbangan ini diambil setelah mendapat persetujuan keluarga
dalam bentuk “informed consent” sehingga jika terjadi masalah akan
terbebas dari tuntutan hukum.
Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu.
Amniotomi merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai
sasaran :
a. Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan
kemungkinan janin akan dapat diselamatkan dengan
kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.
Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :
a. Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan
seksio sesarea.
b. Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air
ketuban yang deras akan meningkatkan tindakan seksio
sesarea pada hidramnion
H. KOMPLIKASI
Hidramnion dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti :
1. Malpresentasi janin (bokong janin berada di posisi terendah di dalam
panggul contoh : sungsang dan melintang )
2. Pelepasan plasenta premature (abrusio)
3. Disfungsi uterus selama persalinan
4. Perdarahan pasca partum segera sebagai akibat atoni uterus dari overdistensi
5. Prolapps tali pusat
6. Persalinan premature (Varney, helen.2001)
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas pasien
Dalam pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji seperti : nama pasien, umur, alamat, pekerjaan,
agama, suku, nama penanggung jawab, hubungan penanggung jawab dengan klien dan
sebagainya.
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kesehatan dan apa-
apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang biasa
ditemui :
a) perut lebih berat dan lebih besar dari biasanya
b) mengeluh sesak nafas
c) mual muntah
d) nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c. Riwayat kesehatan
a) Lalu : mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
b) Sekarang : mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC. Yang harus diperhatikan yaitu penyakit
jantng dan diabetes melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
c) Keluarga : mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d) pernikahan
e) Riwayat menstruasi
f) Riwayat kehamilan dan persalinan
g) Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk
berhenti memakai kontrasepsi.
h) Pemeriksaan fisik
1. Aktifitas
kelelahan,
aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya
2. Sirkulasi
TD dan nadi mungkin menurun yang berhubungan dengan kompresi
vena kava
DJJ sulit terdengar
Waspada terhadap adanya deselerasi variebel yang dapat berindikasi
prolaps tali pusat
Sionasis
3. Integritas ego
Kehamilan biasanya direncanakan.
4. Eliminasi
Konstipasi,
Oliguria berat
5. Makanan dan carian
Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada
edema karena uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma
dan pembuluh darah pelvis
6. Neurosensori
Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia
gravis, paralisis)
7. Pernapasan
Sesak nafas yang parah
8. Seksualitas
Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
Vulva dan perineum membengkak
Kaji diameter pelvis
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion (D.0003)
b. Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui (D.0080)
c. Intoleransi aktivitas b/d dispneu (D.0056)
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidrmnion
(D.0111)
e. Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion (D.0136)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
4. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Tidak ada lagi keluhan sesak nafas pada pasien
b. Pasien merasa lebih nyaman
c. Pasien dapat bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d. Pasien memahami prognosis penyakit, perkembangan pengobatan dari penyakitnya
e. Ansietas pada pasien berkuran atau hilang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidramnion atau adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban
melebihi dari batas normal (Rustam Muchtar. 1998).
Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus
hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion
berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system saraf pusat dan
traktus gastrointestinal
B. Saran
Bagi tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan
yang sehat sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hidramnion.
Bagi ibu hamil, harus lebih sering memeriksakan kondisi kehamilannya karena
pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk menghindari terjadinya hidramnion
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.(1998). sinopsis Obstetri, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Benzion Taber, MD. 1994. Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri & Ginekologi. Edisi I. Jakarta.
EGC
Davison, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Fadlun dan Achmad Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika : Jakarta
Chunning, F. Gary,et al. 2005.Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono., 2002. ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S
DENGAN KASUS POLIHIDRAMNION
DI RUANG MATERNITAS
RUMAH SAKIT UMUM WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA
MOJOKERTO
MOJOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan persalinan sc atas indikasi polihidramnion
Hari :
Tanggal :
NPP.10.02.002
MENGETAHUI
Kepala Ruangan
……………..
NIP.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : 0118021
I. IDENTITAS
a. Identitas Istri
Nama : Ny “S ”
Umur : 20 Tahun
Suku :Makassar
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Alamat :Jl. Sabutung Timur
b. Identitas suami
Nama : Tn “B”
Umur : 25 tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Sabutung Timur
Pe
U In
Umur Pen Pen Las rd
N M Jeni Penol fe Jeni Hidup
Kehamila yuli yuli eras ar Bb pj
O U s ong ks s /mati
n t t i ah
R i
an
g. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
h. Riwayat Ginekologi
Tidak pernah menderita penyakit gangguan pada organ atau sistem reproduksi
b. Pemeriksaan IPPA
1. Kepala
Rambut lurus, kulit kepala bersih dan tidak berketombe.
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
2. Wajah
Tidak ada cloasma gravidarum dan tidak berjerawat (acne)
Tidak ada nyeri tekan dan oedema
3. Mata
Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera putih, fungsi
penglihatan baik.
4. Hidung
Bentuk simetris, Tidak ada sekret dan polip, fungsi penciuman baik
5. Mulut
Bibir lembab, gusi berwarna merah muda, lidah bersih dan
Tidak ada caries gigi
6. Telinga
Simetris kiri dan kanan, kanalis bersih dan tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik.
7. Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar limfa.
8. Payudara
Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tampak
Hiperpigmentasi pada areola mammae
Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa.
9. Abdomen
Tampak linea nigra, striae livide
Tidak ada luka bekas operasi
Pembesaran tidak sesuai dengan usia kehamilan,
a) Palpasi secara Leopold
1) Leopold 1 : TFU 2 jari bawah PX (32cm)
2) Lingkar perut = 84 cm
3) Leopold 2 : Abdomen teraba tegang, teraba ballottement,
bagian-bagian sukar ditemukan
4) TBJ : 32 x 84 = 2.688 gr
b) Auskultasi
DJJ terdengar jauh dan halus dibawah pusat sebelah kanan, frekuensi
126x/I, teratur.
11. Genetalia
Tidak ada keputihan, tidak ada hemorrhoid, tidak ada varices, terdapat oedema.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.
b. Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional.
Ibu yang mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami hidramnion.
c. Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit
meningkat
d. Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria
e. Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan pembekuan
bila ada perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko terjadinya
perdarahan sangat tinggi.
Tanda tangan mahasiswa
DO :
Pembesaran rongga rahim
-Perut besar tidak sesuai
umur kehamilan
Cemas
3. DS: pasien mengatakan Pembesaran rongga rahim Kurangnya pengetahuan
tidak mengetahui tentang
penyakit yang dialaminya
DO:
Pembesaran rongga rahim
- Perut terlihat lebih besar
dari usia kehamilan