Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN SC INDIKASI
POLIHIDRAMNION

nama pembimbing :
Iis suwanti,S.ST.,M.Kes

disusun oleh :
kiki aprilia mardiani ( 0110821)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran allah SWT yang maha mendengar lagi maha
melihat dan atas segala limpahan rahmat taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan pendahuluan ini.

penulis ini menyadari bahwa tugas asuhan keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis harapkan saran dan kritik yang kontrukftif dari semua pihak sangat
diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya. semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya bagi kami mahasiswi ilmu keperawatan.

mojokerto, 12 juli 2020

(penulis)
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Hidramnion atau poli hidramnion adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana
jumlah air ketuban melebihi dari batas normal. Untuk keadaan normal air ketuban
berjumlah sebanyak antara 1-2 liter, sedangkan kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter
yaitu antara 4-5 liter. Hidramnion ini adalah kebalikan dari oligo hidramnion yaitu
kekurangan air ketuban. (Rustam Muchtar, 1998)
Hidramnion adalah suatu jumlah cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000 ml).
Normal volume cairan amnion meningkat secara bertahap selama kehamilan dan
mencapai puncaknya kira-kira 1000 ml antara 34 sampai 36 minggu (Ben-Zion Taber,
1994: 39).
Jadi, hidramnion merupakan suatu keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi normal
yaitu > 2 liter. Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2
liter,  sedangkan pada kasus hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.

B. ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus
hidramnion berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system
saraf pusat dan traktus gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion dapat terjadi
karena hal-hal berikut :
1. Produksi air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah
cairan lain masuk ke ruang amnion, misalnya urine janin dan cairan otak anensefalus
Naeye dan Blanc (1972) mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal dan kandung kemih
ukuran besar akan meningkatkan urine output pada awal periode pertumbuhan fetus. Hal
inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru.
Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus kemudian
dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk ke dalam peredaran darah ibu. Ekskresi air
ketuban ini akan terganggu bila janin tidak bias menelan seperti pada atresia esophagus
dan anensefalus.
Menurut dr. Hendra Gunawan Wijanarko, Sp.OG dari RSIA Hermina Pasteur, Bandung
(2007) menjelaskan bahwa hidromnion terjadi karena:
1. Produksi air jernih berlebih
2. Ada kelainan pada janin yang menyebabkan cairan ketuban menumpuk, yaitu
hidrocefalus, atresia saluran cerna, kelainan ginjal dan saluran kencing kongenital
1. Ada sumbatan / penyempitan pada janin sehingga dia tidak bisa menelan air ketuban.
Alhasil volume ketuban meningkat drastis
2. Kehamilan kembar, karena adanya dua janin yang menghasilkan air seni.
3. Ada proses infeksi.
4. Ada hambatan pertumbuhan atau kecacatan yang menyangkut sistem syaraf pusat
sehingga fungsi gerakan menelan mengalami kelumpuhan
5.  Ibu hamil mengalami diabetes yang tidak terkontrol
6. Ketidak cocokan / inkompatibilitas rhesus
C. PATOFIOLOGI
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip
dengan cairan ekstrsel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil
lainnya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit janin. Selama
trimester kedua, janin mulai berkemih, menelan, dan menghirup cairan amnion (Abramovich
dkk. 1979; Duenhoelter dan Pritchard, 1976). Proses-proses ini hampir pasti secara bermakana
mengatur pengendalian volume cairan. Walaupun pada kasusu hidramnion epitel emnion
sering dianggap sebagai sumberutama cairan amnion belum pernah ditemukan adanya
perubahan histologik pada amnion atau perubahan kimiawi pada cairan amnion.
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa
mekanisme ini adalah salah satu cara pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini dibenarkan
dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin tidak dapat menelan,
seperti pada kasus atresia esophagus. Pros ini jelas bukan satu-satunya mekanisme untuk
mencegah hidramnion. Pritchard (1966) dan Abramovich (1970) mengukur hal ini dan
menemukan bahwa pada beberapa kasus hidramnion berat, janin menelan cairan amnion dalam
jumlah yang cukup banyak.
Hidramnion terjadi bila produksi air kutuban bertambah , bila pengaliran air ketuban
ternganggu atau kedua duanya. diduga air ketuban dibentuk dari sel-sel amnion, Di samping itu
ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk
secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluarannya ialah
ditelan oleh janin, di absorpsi kemudian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran
darah ibu. Ekresi air ketuban akan terngangu bila bayi susah menelan seperti pada atresia
esophagus atau tumor tumor plasenta. pada anencepalus disebabkan pula karena transudat
cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormone antideuretik.
Hidramnion yang sering terjadi pada diabetes ibu selama hamil trimester ketiga masih
belum dapat diterangakan. Salah satu penjelasannya adalah bahwa hiperglikemia ibu
menyebabkan hiperglikemia janin yang menimbulkan diuresis osmotik. Barhava dkk (1994)
membuktikan bahwa volume air ketuban trimester ketiga pada 399 diabetes gestasional
mencerminkan status glikenik terakhir. Yasuhi dkk. (1994) melaporkan peningkatan produksi
urin janin pada wanita diabetic yang puasa dibandingkan dengan control nondiabetik. Yang
menarik, produksi urin janin meningkat pada wanita nondiabetik setelah makan, tetapi hal ini
tidak dijumpai pada wanita diabetik.
D. PATHWAY
cairan amnion

jumlah cairan ≥2000

hidramnion

produksi amnion pengairan amnion


bertambah terganggu

masuknya cairan lain janin susah menelan


ke dalam R.mnion amnion

peningkatan
tekanan dalam dan cairan berlebihan
sekitar uterus

menekan diafragma pembesaran rongga rahim


ke arah paru

peningkatan pergerakan janin


dispnea ( sesak
napas)

resiko cidera tinggi

intoleransi aktifitas
pertukaran gas
terganggu perubahan fisik seperti
pembesaran perut yang tidak
sesuai usia kehamilan

kurang pengetahuan
ansietas
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda
a.  Ukuran uterus lebih besar disbanding yang seharusnya
b. Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
c.    Djj sulit terdengar
d.  Balotemen janin jelas
2.    Gejala
a.  Sesak nafas dan rasa tak nyaman di perut
b.  Gangguan pencernaan
c.  Edema
d.  Varises dan Hemoroid
e.  Nyeri abdomen (Hanifa, 2005)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen (bahaya radiasi)
2.    USG
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila indeks cairan amnion (ICA) melebihi 24-25
cm pada pemeriksaan USG. Berdasarkan pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi
:
a. Mild Hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm
dalam dimensi vertical. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi
b. Moderate Hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-
15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
c. Severe Hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan
bebbas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden
sebesar 5%.
G. PENATALAKSANAAN
 Implikasi Keperawatan hidromnion dibagi dalam tiga fase :
1. Waktu hamil
a. Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan
terapi simptomatis.
b. Ajarkan klien untuk melaporkan setiap tanda ruptur membrane atau kontraksi
uterus.
c. Bantu klien untuk menghindari konstipasi dengan cara meningkatkan
masukan serat dalam diet atau dengan menggunakan pencahar sesuai resep
karena terdapat kemungkinan terjadi rupture membran akibat peningkatan
tekanan uterus.
d. Ingat bahwa agens antiinflamasi nonsteroid seperti indometachin dapat
efektif dalam menurunkan pembentukan cairan amnion.
e. Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegah atau
menghentikan persalinan premature.
f. Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah
sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang
dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai
sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500cc per jam sampai keluhan berkurang. Jika
cairan dikeluarkan dikhawatirkan terjadi  his dan solutio placenta, apalagi
bila anak belum viable. Komplikasi pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
5) bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya
janin mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.
2. Waktu partus
a. Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
b.  Persiapkan tokolisis dengan magnesium sulfat untuk mencegh atau
menghentikan persalianan premature.
c.  Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi
transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Dengan
memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan
d. Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk
menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukan tinju
kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban
keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi
solutio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau
perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum 
a. Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya
lakukan pemeriksaan golongan dan transfusi darah serta sediakan obat
uterotonika.
b.  Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan
post partum
c. Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka
untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.
d. Kaji bayi baru lahir dengan cermat terhadap  factor yang dapat
membuatnya tidak mampu menelan in utero.
 Terapi Medis
Pada persiapan terapi hidramnion harus dilakukan pemeriksaan laboratorium
lengkap; darah lengkap, system hemopoesis, fungsi liver dan ginjal,
ultrasonografi.
Pengobatan Hidramnion dapat dibagi menjadi 3 jenis :
1. Hidramnion menahun
Terapi yang diberikan adalah obat oral :
a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hari
Keuntungannya : Menurunkan produksi urin janin sehingga
menurunkan jumlah air ketuban
Kerugiannya :Dapat menimbulkan vasokonstriksi umum pembuluh
darah termasuk yang menuju SSP
b. Mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehigga terjadi
perubahan hemodinamik setelah lahir.Pemberian obat Indometasin
harus diikuti dengan pemeriksaan USG untuk menetapkan AFI atau
poket vertical dalam kantong amion. Dengan demikian dapat dihindari
terjadinya oligohidramnion.
2.  Hidramnion akut-mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Penatalaksanaan untuk hiramnion akut dapat dilakukan dengan 2 metode :
a.  Amniosestesis
1.    Dinding abdomen didesinfeksi
2. Tutup dengan duk steril sekitarnya
3. Jarum spiral no.22 dimasukkan menembus dinding abdomen
langsung ke kavum uteri dengan tuntunan USG
4. Selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali
tindakan.
5. Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih premature dengan
usia kehamilan kurang dari 35 minggu
 Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi :
1.    Sebagai induksi persalinan premature
2. Terjadi solusio plasenta
3. Trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan
perdarahan intrauteri
4. Infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah
operasi profilaksis mortalitas maternal.
b.  Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35
minggu, tetapi memiliki kelainan congenital yang fatal, maka
dilakukan amniotomi. Amniotomi dengan pertimbangan untuk
melakukan induksi persalinan dan mengharapkan “euthanasia”
terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup, karena kelainan
kongenitalnya bersifat fatal.
Amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan congenital
yang berat, tanpa memandang usia kehamilannya. Sudah tentu
pertimbangan ini diambil setelah mendapat persetujuan keluarga
dalam bentuk “informed consent” sehingga jika terjadi masalah akan
terbebas dari tuntutan hukum.
Hidramnion mendadak dengan usia kehamilan diatas 35 minggu.
Amniotomi merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai
sasaran :
a. Mengurangi keluhan maniefestasi klinis hidramnion akut.
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan
kemungkinan janin akan dapat diselamatkan dengan
kemampuan perawatan dan pelayanan prematuritas.
Kompilkasi amniotomi pada hidramnion :
a. Terjadi fetal distress sehingga segera dilakukan tindakan
seksio sesarea.
b.  Solusio plasenta dan prolaps tali pusat, pada aliran air
ketuban yang deras akan meningkatkan tindakan seksio
sesarea pada hidramnion
H. KOMPLIKASI
Hidramnion dapat menimbulkan komplikasi lanjut seperti :
1. Malpresentasi janin (bokong janin berada di posisi terendah di dalam
panggul contoh :  sungsang dan melintang )
2.   Pelepasan plasenta premature (abrusio)
3.  Disfungsi uterus selama persalinan
4.   Perdarahan pasca partum segera sebagai akibat atoni uterus dari overdistensi
5.  Prolapps tali pusat
6. Persalinan premature (Varney, helen.2001)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a.  Identitas pasien
Dalam pengkajian, hal-hal yang perlu dikaji seperti : nama pasien, umur, alamat, pekerjaan,
agama, suku, nama penanggung jawab, hubungan penanggung jawab dengan klien dan
sebagainya.
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan kesehatan dan apa-
apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus polihidramnion ini keluhan utama yang biasa
ditemui :
a) perut lebih berat dan lebih besar dari biasanya
b) mengeluh sesak nafas
c) mual muntah
d)  nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
c. Riwayat kesehatan
a) Lalu : mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi,
diabetes melitus, hepatitis dan TBC.
b) Sekarang :  mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus, hepatitis, TBC. Yang  harus diperhatikan yaitu penyakit
jantng dan diabetes melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
c) Keluarga      :   mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita
penyakit menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
d) pernikahan
e) Riwayat menstruasi
f) Riwayat kehamilan dan persalinan
g)  Riwayat Kontrasepsi
Mengetahui apa jenis kontrasepsi  yang digunakan ibu, berapa lamanya, apa
masalahnya, atau efek samping yang dirasakan ibu, serta apa alasan ibu untuk
berhenti memakai kontrasepsi.
h) Pemeriksaan fisik
1.  Aktifitas
 kelelahan,
 aktivitas menurun karena perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya
2. Sirkulasi
 TD dan nadi mungkin menurun yang berhubungan dengan kompresi
vena kava
 DJJ sulit terdengar
  Waspada terhadap adanya deselerasi variebel yang dapat berindikasi
prolaps tali pusat
 Sionasis
3. Integritas ego
 Kehamilan biasanya direncanakan.
4. Eliminasi
 Konstipasi,
  Oliguria berat
5. Makanan dan carian
Sirkulasi pada daerah ekstremitas bawah menurun, sehingga kemungkinan ada
edema karena uterus yang terus menerus menegang akan menekan diafragma
dan pembuluh darah pelvis
6.  Neurosensori
Dapat mengalami kesulitan fungsi otot ( misal sklerosis multiple, miastenia
gravis, paralisis)
7. Pernapasan
Sesak nafas yang parah
8.  Seksualitas
 Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
 Vulva dan perineum membengkak
  Kaji diameter pelvis

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat hidramnion (D.0003)
b. Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui (D.0080)
c. Intoleransi aktivitas b/d dispneu (D.0056)
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan hidrmnion
(D.0111)
e. Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion (D.0136)

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


1. Gangguan pertukaran gas b/d - dispneu normal Observasi
tekanan pada diafragma, - bunyi napas - monitor frekuensi,
sekunder akibat hidramnion tambahan normal irama, kedalaman
(D.0003) - pusing membaik dan upaya napas
- penglihatan kabur - monitor
normal kemampuan batuk
(L.01003) efektif
- monitor adanya
produksi sputum
- monitor adanya
sumbatan jalan
napas
Terapeutik
- atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
- dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
(l.01014)
2. Anxietas b/d hasil kehamilan - perilaku gelisah Observasi
yang tidak diketahui menurun - identifikasi saat
(D.0080) - perilaku tegang tingkat ansietas
menurun berubah
- keluhan pusing - identifikasi
menurun kemampuan
- anoreksia mengambil
meningkat keputusan
(L.09093) - monitor tanda-
tanda ansietas
Terapeutik
- ciptakan suasana
terpeautik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
- pahami situasi yang
membuat ansietas
- dengarkan dengan
penuh perhatian
Edukasi
- jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- informasikan secara
aktual mengenal
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
- anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
(l.09314)
3. Intoleransi aktivitas b/d dispneu - frekuensi normal Observasi
(D.0056) - kemudahan - identifikasi
dalam melakukan gangguan fungsi
aktivitas sehari- tubuh yang
hari membaik mengakibatkan
- kecepatan kelelahan
berjalan membaik - monitor kelelahan
(L.05047) fisik dan emosional
- monitor pola tidur
Terapeutik
- sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
- anjurkan tirah
baring
- anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
- kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
xcara meningkatkan
asupan makanan
(l.05178)
4. Kurang pengetahuan b/d tidak - perilaku sesuai Observasi
mengenal resiko individu pada anjuran meningkat - identifikasi
penatalaksanaan hidrmnion
(D.0111) - verbalisasi minat kesiapan dan
dalam belajar kemampuan
meningkat menerima
- kemampuan informasi
menjelaskan - identifikasi faktor-
pengetahuan faktor yang dapat
tentang suatu topik meningkatkan dan
meningkat menurunkan
- pertanyaan tentang motivasi perilaku
masalah yang hidup bersih dan
dihadapi sehat
meningkat Terapeutik
( L.12111) - sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
- ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
sehat dan bersih
(l.12383)
5. Resiko tinggi cedera terhadap - toleransi aktivitas Observasi
janin b/d hidramnion meningkat - identifikasi kondisi
(D.0136)
- nafsu makan umum pasien
meningkat - monitor tanda-
- toleransi makan tanda vital
meningkat - monitor kelainan
(L.14136) tanda vital pada ibu
dan janin
- monitor tanda-
tanda persalinan
- monitor denyut
jantung janin
Terapeutik
- siapkan peralatan
yang sesuai,
termasuk monitor
janin, ultrasound,
mesin anestasi,
persediaan
resusitasi neonatal,
forceps, dan
penghangat bayi
ekstra
- dukung orang
terdekat
mendampingi
pasien
- gunakan tindakan
pencegahan
universal
- latihan perineal
scrub
- fasilitasi rotasi
manual kepala janin
dari oksiput
posterior ke posisi
anterior
( l.07228)

4. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Tidak ada lagi keluhan sesak nafas pada pasien
b.  Pasien merasa lebih nyaman
c. Pasien dapat bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d. Pasien memahami prognosis penyakit, perkembangan pengobatan dari penyakitnya
e. Ansietas pada pasien berkuran atau hilang
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Hidramnion atau adalah suatu kondisi dimana terdapat keadaan dimana jumlah air ketuban
melebihi dari batas normal (Rustam Muchtar. 1998).
Untuk keadaan normal air ketuban berjumlah sebanyak antara 1-2 liter,  sedangkan kasus
hidramnion melebihi batas dari 2 liter yaitu antara 4-5 liter.
Sampai sekarang penyebab hidramnion masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion
berhubungan dengan kelainan malformasi janin, khususnya kelainan system saraf pusat dan
traktus gastrointestinal

B.       Saran
Bagi tenaga medis harus lebih sering memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan
yang sehat sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hidramnion.
Bagi ibu hamil, harus lebih sering memeriksakan kondisi kehamilannya karena
pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk menghindari terjadinya hidramnion
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.(1998). sinopsis Obstetri, Jilid 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Benzion Taber, MD. 1994. Kapita Selekta : Kedaruratan Obstetri & Ginekologi. Edisi I. Jakarta.
EGC
Davison, Gerald C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Fadlun dan Achmad Feryanto. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika : Jakarta
Chunning, F. Gary,et al. 2005.Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono., 2002. ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S
DENGAN KASUS POLIHIDRAMNION
DI RUANG MATERNITAS
RUMAH SAKIT UMUM WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA
MOJOKERTO

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan persalinan sc atas indikasi polihidramnion

Nama Mahasiswa : Kiki aprilia mardiani

Telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan Pembimbing RS

Hj.Iis Suwanti., S.ST., M.Kes

NPP.10.02.002

MENGETAHUI

Kepala Ruangan

……………..

NIP.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Kiki aprilia mardiani

NIM : 0118021

Ruangan : Ruang Imunologi No. Reg. : ………………

Pengkajian diambil : tanggal 16 Juli 2020 Jam …………………… BBWI

I. IDENTITAS
a. Identitas Istri
Nama : Ny “S ”
Umur : 20 Tahun
Suku :Makassar
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Ibu rumah tangga
Alamat :Jl. Sabutung Timur
b. Identitas suami
Nama : Tn “B”
Umur : 25 tahun
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Sabutung Timur

II. RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN


a. keluhan utama  
1. mengeluh sesak nafas
2.  mual muntah
3.  nyeri pada ulu hati dan perut karena tegangnya uterus
b. riwayat kesehatan sekarang
mengetahui kemungkinan ibu sedang menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hepatitis, TBC. Yang  harus diperhatikan yaitu penyakit jantng dan diabetes
melitus karena polihidramnion sering berkaitan degan keduanya.
c. riwayat kesehatan yang lalu
mengetahui kemungkinan pasien ada menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, hepatitis dan TBC.
d. riwayat kesehatan keluarga
mengetahui kemungkinan dalam anggota keluarga ada yang menderita penyakit
menular, menahun dan keturunan, riwayat kehamilan kembar.
e. Riwayat menstruasi
a) Menarche : 14 Tahun
b) Siklus : 28 – 30 hari, teratur
c) Lamanya : 6 – 7 hari
d) Keluhan : nyeri tidak mengganggu
f. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : G1P0A0

Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi Anak


ke Nifas

Pe
U In
Umur Pen Pen Las rd
N M Jeni Penol fe Jeni Hidup
Kehamila yuli yuli eras ar Bb pj
O U s ong ks s /mati
n t t i ah
R i
an

g. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
h. Riwayat Ginekologi
Tidak pernah menderita penyakit gangguan pada organ atau sistem reproduksi

III.RIWAYAT PEMENUHAN DASAR


1. Nutrisi
a. Sebelum hamil : Makan 3x sehari dengan Nasi, sayuran, dan lauk pauk
dengan porsi sedang. Minum 6 – 8 gejala perhari (air putih dan susu)
b. Sesudah hamil : Dalam 1 minggu terakhir, porsi makan ibu berkurang ibu
merasa cepat kenyang dan minum tidak berubah.
2. Eliminasi
a. Sebelum hamil : BAB 1x sehari, konsistensi padat, warna kuning.
BAK 4 – 5 x sehari, warna kuning, bau amoniak
b. Sesudah hamil : BAB 1x sehari, konsistensi padat, warna kuning.
BAK 7 – 9 x sehari, warna kuning, bau amoniak
3. Kebutuhan istirahat/ tidur
a. Sebelum hamil : Ibu tidur malam 7 – 9 jam/ hari tidur siang 1 jam
b. Selama hamil : Ibu tidak dapat tidur karena keluhan yang dirasakannya.
Ibu hanya dapat tidur 4 – 5 jam/ hari dengan keadaan terputus-putus.
4. Kebutuhan Personal Hygiene
a. Sebelum Hamil
1) Mandi : 2x sehari
2) Keramas : 1x sehari
3) Gosok gigi : 3x Sehari
b. Selama hamil
1) Mandi : 2x sehari
2) Keramas : 1x sehari
3) Gosok Gigi : 3x sehari
4) Pakaian di ganti tiap kali mandi
5. Kebutuhan Sex
Tidak ada keluhan
6. Kebutuhan rekreasi
Menonton televisi, mendengar radio, dan jalan-jalan pagi

IV. PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan fisik umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TB : 152 cm
4. BB Sebelum Hamil : 50 kg, BB Sekarang : 66 kg
5. LILA : 24 cm,
6. TTV:
 T D :120 /80 mmHg
 S : 36,5 oC
 N :84x / i
 RR :24x /i

b. Pemeriksaan IPPA
1. Kepala
 Rambut lurus, kulit kepala bersih dan tidak berketombe.
 Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
2. Wajah
 Tidak ada cloasma gravidarum dan tidak berjerawat (acne)
 Tidak ada nyeri tekan dan oedema
3. Mata
 Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, sklera putih, fungsi
penglihatan baik.
4. Hidung
 Bentuk simetris, Tidak ada sekret dan polip, fungsi penciuman baik
5. Mulut
 Bibir lembab, gusi berwarna merah muda, lidah bersih dan
 Tidak ada caries gigi
6. Telinga
 Simetris kiri dan kanan, kanalis bersih dan tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik.
7. Leher
 Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar limfa.
8. Payudara
 Simetris kiri dan kanan, puting susu menonjol, tampak
 Hiperpigmentasi pada areola mammae
 Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa.
9. Abdomen
 Tampak linea nigra, striae livide
 Tidak ada luka bekas operasi
 Pembesaran tidak sesuai dengan usia kehamilan,
a) Palpasi secara Leopold
1) Leopold 1 : TFU 2 jari bawah PX (32cm)
2) Lingkar perut = 84 cm
3) Leopold 2 : Abdomen teraba tegang, teraba ballottement,
bagian-bagian sukar ditemukan
4) TBJ : 32 x 84 = 2.688 gr
b) Auskultasi
DJJ terdengar jauh dan halus dibawah pusat sebelah kanan, frekuensi
126x/I, teratur.

10. Ukuran Panggul


 Distansia Spinarum : 24 cm
 Distansia cristarum : 26 cm
 Distansia posterior : 9 cm
 Boudelouge : 19 cm

11. Genetalia
 Tidak ada keputihan, tidak ada hemorrhoid, tidak ada varices, terdapat oedema.

12. Extremitas bawah


 Simetris kiri dan kanan
 Tidak ada varises
 Ada oedema
 Refleks patella (/)
13. Pemeriksaan Laboratorium / Data penunjang
 Hb: 12, 5 gr %, pemeriksaan pada tanggal 2 September 2010 di Puskesmas
Pattingalloang
 Albumin : (-) negatif
 Reduksi : (-) negatif
 HbSag : (-) negatif

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. USG : AFI di atas 25 cm atau poket lebarnya di atas 8 cm.
b. Tes toleransi glukosa : untuk mengetahui adanya indikasi diabetes gestasional.
Ibu yang mengalami diabetes gestasional beresiko tinggi mengalami hidramnion.
c. Jumlah trombosit : Pada ibu dengan riwayat perdarahan jumlah trombosit
meningkat
d.  Urinalisis : Mendeteksi bakteriuria
e. Pemeriksaan koagulasi (APPT. PPT, PT) : Mengidentifikasi kelainan pembekuan
bila ada perdarahan. Pada Kehamilan dengan hidramnion, resiko terjadinya
perdarahan sangat tinggi.
Tanda tangan mahasiswa

(Kiki aprilia mardiani )

VI. ANALISA DATA

N TANDA ETIOLOGI MASALAH


O
1. DS: pasien mengatakan Tekanan diafragma ke arah Gangguan gas terganggu
Biasanya sering sesak nafas paru

DO: Adanya masalah


sirkulasi/ pernapasan

Diepneu( sesak nafas)

Pertukaran gas terganggu

2. DS : pasien mengatakan Ansietas


perutnya besar tidak seperti Cairan amnion
biasanya

DO :
Pembesaran rongga rahim
-Perut besar tidak sesuai
umur kehamilan

-PaienTampak gelisah Perubahan fisik seperti


pembesaran eerut tidak sesuai
umur kehamilan

Cemas
3. DS:  pasien mengatakan Pembesaran rongga rahim Kurangnya pengetahuan
tidak mengetahui tentang
penyakit yang dialaminya

DO: Perubahan fisik sprti


pembesran Perut tidak sesuai
-   Tampak bingung umur kehamilan

-   Sering bertanya- tanya


tentang penyakitnya
Kurangnya pengetahuan
-   Tampak gelisah
4. P DS : Pasien mengatakan Cairan amnion berlebihan Intoleransi aktifits
cepat lelah, sesak dan tidak
nyaman

DO : -Pasien tampak lemah, Menekan diafragma ke arah


lemas paru
Dispneu

Kondisi lemah dan kelelahan


5. DS: pasien mengatakan Cairan berlebihan Resiko cidera tinggi
perutnya tegang

DO:
Pembesaran rongga rahim
-   Perut terlihat lebih besar
dari usia kehamilan

Peningkatan pergerakan janin

Resiko cidera tinggi

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Gangguan pertukaran gas b/d tekanan pada diafragma, sekunder akibat
hidramnion
b. Anxietas b/d hasil kehamilan yang tidak diketahui
c.  Intoleransi aktivitas b/d dispneu

d. Defisit pengetahuan b/d tidak mengenal resiko individu pada penatalaksanaan


hidrmnion
e. Resiko tinggi cedera terhadap janin b/d hidramnion

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
1. Gangguan setelah dilakukan tindakan intervensi Observasi
pertukaran gas b/d
keperawatan, maka tingkat - monitor frekuensi,
tekanan pada
diafragma, sekunder pertukaran gas meningkat irama, kedalaman
akibat hidramnion
kriteria hasil : dan upaya napas
(D.0003)
- dispneu normal - monitor
- bunyi napas tambahan normal kemampuan batuk
- pusing membaik efektif
- penglihatan kabur normal - monitor adanya
(L.01003) produksi sputum
- monitor adanya
sumbatan jalan
napas
Terapeutik
- atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
- dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
(l.01014)
2. Anxietas b/d hasil setelah dilakukan tindakan intervensi Observasi
kehamilan yang
keperawatan, maka tingkat ansietas - identifikasi saat
tidak diketahui
(D.0080) menurun tingkat ansietas
kriteria hasil : berubah
- perilaku gelisah - identifikasi
- menurun kemampuan
- perilaku tegang menurun mengambil
- keluhan pusing menurun keputusan
- anoreksia meningkat - monitor tanda-
(L.09093) tanda ansietas
Terapeutik
- ciptakan suasana
terpeautik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
- temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
- pahami situasi yang
membuat ansietas
- dengarkan dengan
penuh perhatian
Edukasi
- jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
- informasikan secara
aktual mengenal
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
- anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
(l.09314)
3. Intoleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan intervensi Observasi
b/d dispneu
keperawatan, maka tingkat - identifikasi
(D.0056)
intoleransi aktivitas meningkat gangguan fungsi
kriteria hasil : tubuh yang
- frekuensi normal mengakibatkan
- kemudahan dalam kelelahan
melakukan aktivitas - monitor kelelahan
sehari-hari membaik fisik dan emosional
- kecepatan berjalan - monitor pola tidur
membaik Terapeutik
(L.05047) - sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
- lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan/atau aktif
- berikan aktivitas
distraksi yang
menyenangkan
Edukasi
- anjurkan tirah
baring
- anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
- anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
- kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
xcara
meningkatkan
asupan makanan
(l.05178)
4. Defisit pengetahuan setelah dilakukan tindakan intervensi Observasi
b/d tidak mengenal
keperawatan, maka tingkat defisit - identifikasi
resiko individu pada
penatalaksanaan pengetahuan meningkat kesiapan dan
hidrmnion
kriteria hasil : kemampuan
(D.0111)
- perilaku sesuai anjuran menerima
meningkat informasi
- verbalisasi minat dalam - identifikasi faktor-
belajar meningkat faktor yang dapat
- kemampuan menjelaskan meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu menurunkan
topik meningkat motivasi perilaku
- pertanyaan tentang masalah hidup bersih dan
yang dihadapi meningkat sehat
( L.12111) Terapeutik
- sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
- jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
- jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
- ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
sehat dan bersih
(l.12383)
5. Resiko tinggi cedera Setelah dilakukan tindakan intervensi Observasi
terhadap janin b/d
keperawatan, maka tingkat cedera - identifikasi kondisi
hidramnion
(D.0136) menurun umum pasien
Kriteria hasil : - monitor tanda-
- toleransi aktivitas meningkat tanda vital
- nafsu makan meningkat - monitor kelainan
- toleransi makan meningkat tanda vital pada ibu
(L.14136) dan janin
- monitor tanda-
tanda persalinan
- monitor denyut
jantung janin
Terapeutik
- siapkan peralatan
yang sesuai,
termasuk monitor
janin, ultrasound,
mesin anestasi,
persediaan
resusitasi neonatal,
forceps, dan
penghangat bayi
ekstra
- dukung orang
terdekat
mendampingi
pasien
- gunakan tindakan
pencegahan
universal
- latihan perineal
scrub
- fasilitasi rotasi
manual kepala janin
dari oksiput
posterior ke posisi
anterior
( l.07228)

IX. EVALUASI KEPERAWATAN


a. Tidak ada lagi keluhan sesak nafas pada pasien
b.  Pasien merasa lebih nyaman
c.    Pasien dapat bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa
d. Pasien memahami prognosis penyakit, perkembangan pengobatan dari penyakitnya
e.  Ansietas pada pasien berkuran atau hilang

Anda mungkin juga menyukai