Anda di halaman 1dari 24

A.

    Definisi Kanker Paru


Kanker paru (karsinoma bronkogenik) merupakan tumor ganas paru primer dari saluran
nafas. (Alsagaff, 1995)
Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa
pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.
Karsinoma bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor maligna yang
timbul dari bronkus, tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak dalam bronki yang
besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar paru. (Rahayu, 2012)

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi (2000) dikutip dari blog Purwono Ndjawa, 2010).
B.     Klasifikasi Kanker Paru
Kanker paru-paru secara luas diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu small cell lung cancer
(SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). Klasifikasi ini didasarkan pada gambaran sel-
sel tumor di bawah mikroskop. 2 jenis kanker paru-paru ini berkembang, menyebar, dan
ditangani dengan cara yang berbeda (Anonim, 2013). Oleh karena itu penting untuk
membedakan kedua jenis ini.
1.      Small Cell lung Cancer (SCLC)
SCLC terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus kanker paru-paru. SCLC merupakan jenis
kanker paru-paru yang paling agresif dan berkembang cepat. SCLC berhubungan erat dengan
kebiasaan merokok, dengan hanya 1% dari seluruh kasus terjadi pada penderita yang bukan
perokok. SCLC cepat menyebar ke beberapa area dalam tubuh dan paling sering ditemukan
setelah kanker menyebar luas.
2.      Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling umum terjadi, yaitu terhitung
sekitar 80% dari seluruh kasus kanker paru-paru. NSCLC memiliki 3 jenis utama yang diberi
nama berdasarkan jenis sel yang ditemukan dalam tumor.
a.       Adenocarcinomas
Merupakan jenis NSCLC yang paling umum terjadi, sekitar 30–40 % dari seluruh kasus
NSCLC. Jenis ini terutama terjadi pada wanita dan mereka yang tidak merokok. Sebagian besar
kasus adenocarcinomas tumbuh di daerah tepi atau bagian luar paru-paru. Jenis ini memiliki
kecenderungan untuk menyebar ke limfe (kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-
paru. Bronchioloalveolar carcinoma merupakan sub jenis dari adenocarcinoma yang sering
terjadi pada beberapa tempat dalam paru-paru dan menyebar ke dinding alveolus (gelembung
tipis yang merupakan bagian akhir dari saluran pernfasan dan merupakan tempat terjadinya
pertukaran udara). Pada thorax X-ray (foto roentgen dada) gambarannya terlihat seperti
pneumonia (peradangan pada paru-paru, dimana alveolus yang berfungsi menyerap oksigen terisi
dengan cairan).
b.      Squamous cell carcinomas
Jenis ini awalnya lebih umum terjadi dibandingkan dengan adenocarcinomas, saat ini
terhitung sekitar 30% dari seluruh kasus NSCLC. Squamous cell carcinomas dikenal juga
dengan nama epidermoid carcinomas. Squamous cell carcinomas paling sering tumbuh di daerah
pusat paru-paru, yaitu bronkus (percabangan terbesar dari trakea (batang tenggorok) yang
menuju ke paru-paru), paling sering menyebar ke seluruh bagian paru-paru, berkembang cukup
besar dan membentuk lubang.
c.       Large cell carcinomas
Terkadang disebut juga undifferentiated carcinomas, merupakan jenis NSCLC yang paling
jarang terjadi, terhitung 10%-15% dari seluruh kasus kanker paru-paru. Jenis ini memiliki
kecenderungan yang tinggi untuk menyebar ke limfe (kelenjar getah bening) dan daerah yang
jauh dari paru-paru.
d.      Mixed tumor (tumor campur)
Pada jenis ini tampak campuran dari beberapa jenis NSCLC yang berbeda.

Beberapa jenis kanker lainnya dapat tumbuh dalam paru-paru. Jenis ini lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan SCLC dan NSCLC, dengan total keseluruhan hanya 5 – 10 % dari seluruh
kasus kanker paru-paru.

a.       Bronchial carcinoids


Tumor ini umumnya berukuran kecil (3 – 4 cm) ketika didiagnosis dan paling sering terjadi
di bawah usia 40 tahun, dan tidak berhubungan dengan kebiasaan merokok. Carcinoid dapat
bermetastasis dan sebagian kecil dari tumor ini mengeluarkan substansi yang menyerupai
hormon. Carcinoid umumnya berkembang dan menyebar lebih lambat dibandingkan dengan
bronchogenic cancers (SCLC dan NSCLC). Sebagian diantaranya dideteksi dini sehingga cukup
memungkinkan untuk dibuang dengan cara operasi.
b.      Kanker pada jaringan ikat paru-paru, seperti otot polos atau pembuluh darah, serta sel-sel yang
terlibat dalam respon imun tubuh.
Seperti yang pernah didiskusikan dalam topik-topik sebelumnya, penyebaran kanker yang
berasal dari bagian tubuh lainnya sering ditemukan pada paru-paru. Tumor ini dapat menyebar
ke paru-paru melalui aliran darah, kelenjar limfe, atau secara langsung dari organ terdekat.
Tumor ini biasanya multipel, tersebar di seluruh bagian paru-paru, dan lebih terkonsentrasi di
bagian luar daripada di pusat paru-paru.

C.    Stadium Kanker Paru


Stadium kanker paru-paru mengacu pada tingkatan seberapa jauh tumor menyebar dalam
tubuh. Penentuan stadium kanker paru-paru melibatkan evaluasi ukuran tumor serta ada tidaknya
metastasis pada limfe (kelenjar getah bening) atau organ lain. Penentuan stadium sangat penting
untuk menentukan bagaimana tumor tertentu harus ditangani. Penentuan stadium juga sangat
penting untuk memperkirakan prognosis, dimana stadium yang lebih tinggi memiliki prognosis
yang lebih buruk dibandingkan dengan stadium yang lebih rendah. (Anonim, 2013)
Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC), stadium ditentukan berdasarkan keparahannya:
1.      Stadium I, kanker terbatas pada paru-paru
2.      Stadium II dan III, kanker mungkin telah menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)              
3.      Stadium IV, kanker telah menyebar keluar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya.

Small Cell Lung Cancer (SCLC), stadium menggunakan sistem berjenjang :


1.      Limited Stage (LS), kanker terbatas pada daerah asalnya dalam paru-paru dan menyebar ke limfe
(kelenjar getah bening)
2.      Extensive Stage (ES), kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh dari paru-paru
D.      Manifestasi Klinis
1.                  Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2.                  Gejala umum.
1.      Lokal (tumor tumbuh setempat) :
      Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk
kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang
kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
      Hemoptisis (batuk darah)
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
      Mengi (wheezing, stridor)
Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan saluran udara di dalam
atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Obstruksi bronkus bisa menyebabkan kolaps pada
bagian paru-paru yang merupakan percabangan dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut
ateleksis. Akibat lainnya adalah pnemonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyeri dada dan
sesak nafas.
      Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.
      Atelaksis
Pengerutan  sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang dangkal.                                                                                        
2.      Invasi lokal :
         Nyeri dada
Jika dinding tumbuh ke dalam dinding dada, dapat menyebabkan nyeri dada yang menetap.
         Dispnea karena efusi pleura
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di
rongga dada (ruang pleura).
         Invasi ke perikardium                          terjadi tamponade atau aritmia
         Sindrom vena cava superior
Obstruksi dan aliran yang lambat menyebabkan tekanan vena meningkat dan inilah yang
menyebabkan timbulnya edema interstisial dan alirandarah kolateral membalik (retrograde
collateral flow).Obstruksidapat disebabkan oleh proses dari luar yang menyebabkan
terjadinyapenekanan (kompresi) terhadap vena tetapi dapat juga terjadi karena proses didalam
vena, misalnya munculnya trombosis.
         Suara serak
Peningkatan penekanan pada saluran udara di dalam atau disekitar tempat timbulnya
kanker. Kanker bisa tumbuh di puncak paru-paru sehingga kerusakan juga bisa terjadi pada saraf
termasuk saraf pita suara sehingga suara penderita menjadi serak.

         Sulit / sakit menelan


Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh didekat
kerongkongan, sehingga terjadi gangguan menelan.
         Benjolan di pangkal leher
         Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat.
3.      Gejela Penyakit Matestatis
         Pada otak, tulang, hati, adrenal
Melebarnya kanker paru kebagian otak, tulang, hati dan adrenal menyebabkan gangguan
pada daerah tersebut seperti
         Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
4.      Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :
           Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
           Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
           Hipertrofi osteoartropati
           Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
           Neuromiopati
           Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
           Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
           Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone
5.      Asimtomatik dengan kelainan radiologis
           Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara radiologis.
           Kelainan berupa nodul soliter.
E.     Etiologi
1.                  Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang defenitif telah
ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma
bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan
pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2.                  Perokok Pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap
asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya
kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali.
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada
perokok pasif.
3.                  Polusi Udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali
lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang
lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara
polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.
4.                  Paparan Zat Karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun
uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
5.                  Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.
6.                  Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-
gen K-ras dan myc)dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan
CDKN2) (Wilson, 2005). Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
1.      Proton onkogen.
2.      Tumor suppressor gene.
3.      Gene encoding enzyme.
7.                  Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.
8.                  Iridasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru) berkaitan
dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen etiologi
operatif.
F.     Patofasiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hiperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
G.    Komplikasi
Paru- paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang
disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan komplikasi dari
penyakit ini tidak jelas. Komlikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paaru dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
1.      Sesak napas
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.

2.      Batuk darah


Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda
batuk darah (hemoptisis).
3.      Nyeri
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat
menyebabkan rasa sakit.
4.      Cairan di dada (efusi pleura)
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di
rongga dada (ruang pleura).
5.      Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan dengan
paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas dapat
menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada
organ yang terkena.
6.      Kematian
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah.
Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis, dalam
paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan penyumbatan salah satu
tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di
rongga paru-paru mungkin akan berkembang.
Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat menyebabkan rasa
sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan hormon yang dapat menyebabkan
gejala seperti memerah dan diare.
H.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Radiologi
1.         Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian
hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2.      Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.    Laboratorium.
1.      Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2.      Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi
3.       Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3.    Histopatologi.
1.      Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
2.      Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3.      Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
4.      Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
5.      Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non
invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4.    Pencitraan
1.      CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2.      MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
I.       Penatalaksanaan Medis
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk klien kanker paru adalah
sebagai berikut:
1.      Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat
semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru
yang tidak terkena kanker.
2.      Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.
3.      Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya menyembuhklan
sedikit.
4.      Radioterapi paliatif,
Radioterapi paliatif untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local.
5.      Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang signifikan
6.      Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan.

J.      Asuhan Keperawatan Kanker Paru


1.     Pengkajian
Pengkajian dilaukan dengan mengidentifikasi riwayat kesehatan klien atau pasien  (Patricia
A. Potter RN, 1996), yakni:
1.      Kaji Riwayat penggunaan tembakau, termasuk jumlah lamanya merokok, usia, mulai, jumlah
sigaret per hari, sigaret atau rokok pipa, dan lamanya waktu sejak berhenti merokok.
2.      Identifikasi apakah klien mengalami batuk menetap (produktif atau non-produktif), produksi
sputum, nyeri dada, dan serangan ulang pnemonia ataupun bronkitis.
3.      Idenfitifikasi apakah klien bekerja pada lingkungan yang mengandung polutan (contoh asbes,
debu batubara, serbuk knalpot, iritan kimia).
4.      Identifikasi apakah banyak perokok lain ditempat kerja atau dirumah klien.
5.      Kaji ulang riwayat keluarga klien untuk adanya kanker, tuberkulosis, ataupun penyakit paru
obstruksi kronik.
2.          Preoperasi (Doenges, 1999)
1.      Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena
aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2.        Sirkulasi
Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
Takikardi/ disritmia. Jari tabuh.
3.        Integritas ego
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4.        Eliminasi
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/ jumlah urine
(ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5.        Makanan/ cairan
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan. Kesulitan
menelan. Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut). Edema wajah/leher, dada
punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/periorbital (ketidakseimbangan hormonal,
karsinoma sel kecil). Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
6.        Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut)
dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
7.        Pernafasan
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas
pendek. Pekerja yang terpajan polutan, debu industri. Serak, paralysis pita suara. Riwayat
merokok.
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran udara), krekels/
mengi menetap; pentimpangan trakea (area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
8.        Keamanan
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma). Kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9.        Seksualitas
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar). Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10.    Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis
Kegagalan untuk membaik.
3.     Pascaoperasi
1.      Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan warna kulit pasien.
2.      Frekuensi dan irama jantung.
3.      Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA. Elektolit serum, Hb dan Ht).
4.      Pemantauan tekanan vena sentral.
5.      Status nutrisi.
6.      Status mobilisasi ekstremitas khususnya ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
7.      Kondisi dan karakteristik water seal drainase. (Doenges, 1999)
Untuk pengkajian dari ADLnya sendiri antara lain:
1.      Aktivitas atau istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2.      Sirkulasi
Tanda : denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi
3.      Eliminasi
Gejala : menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda : Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine. Bising usus, samar atau jelas.
4.      Makanan dan cairan.
Gejala : Mual atau muntah
5.      Neurosensori.
Gejala : Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
6.      Nyeri dan ketidaknyamanan.
Gejala : Keluhan nyeri, karakteristik nyeri, ketidaknyamanan dari berbagai sumber misalnya
insisi atau efek – efek anastesi.

2.                  Diagnosa Keperawatan dan Rencana Keperawatan


1.                  Preoperasi
1.      Diagnosa Keperawatan: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi ditandai
dengan dispnea
Kriteria hasil :
-          Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal
dan bebas gejala distress pernafasan.
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi Keperawatan Rasional

        Kaji status pernafasan dengan sering, catat         Dispnea merupakan mekanisme kompensasi
peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan adanya tahanan jalan nafas.
atau perubahan pola nafas.         Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak
        Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti
dan adanya bunyi tambahan, misalnya krekels, peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai
mengi. akibat peningkatan permeabilitas membrane
        Kaji adanmya sianosis alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya
        Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai tahanan atau penyempitan jalan nafas
indikasi sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
        Awasi atau gambarkan seri GDA.         Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum
sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat
contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah
paling indikatif.
        Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
pertukaran.
        Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi.
Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan
terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2.      Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan kehilangan
fungsi silia jalan nafas ditandai dengan dispnea
Kriteria hasil :
-          Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
-          Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
-          Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
-          Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalan nafas.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Catat perubahan upaya dan pola bernafas.         Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan
        Observasi penurunan ekspensi dinding dada pelebaran nasal menunjukkan peningkatan
dan adanya. upaya bernafas.
        Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap,         Ekspansi dad terbatas atau tidak sama
efektif, tak efektif), juga produksi dan sehubungan dengan akumulasi cairan, edema,
karakteristik sputum. dan sekret dalam seksi lobus.
        Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan         Karakteristik batuk dapat berubah tergantung
gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan. pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan.
        Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh Sputum bila ada mungkin banyak, kental,
aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek berdarah, adan/ atau purulen.
samping merugikan dari obat, contoh takikardi,         Memudahkan memelihara jalan nafas atas
hipertensi, tremor, insomnia. paten bila jalan nafas pasein dipengaruhi.
        Obat diberikan untuk menghilangkan spasme
bronkus, menurunkan viskositas sekret,
memperbaiki ventilasi, dan memudahkan
pembuangan sekret. Memerlukan perubahan
dosis/ pilihan obat.
3.      Diagnosa Keperawatan : Nyeri kronis berhubungan dengan karsinoma paru ditandai dengan
menyatakan nyeri, raut muka menyeringai, perilaku berhati-hati (nafasdalam, posisi statis),
perilaku mengalihkan (menangis, gelisah, merintih)
Kriteria Evaluasi: Menyatakan nyeri telah hilang, ekpresi wajah rileks, pengembangan
paru penuh, peningkatan tingkat efektivitas.

INTERVENSI RASIONAL
        Berikan analgesik dan evaluasi         Rasa nyaman merupakan prioritas
keefektifannya. Konsul dokter jika dalam memberikan perawatan
analgesic yang diberikan tidak kepada pasien dengan kanker.
efektif untuk mengontrol nyeri. Kontrol rasa nyeri sering kali
        Untuk meminimalkan nyeri tulang: memerlukan pengunaan narkotik
         Membalik dengan hati-hati dan dosis tinggi. Pasien yang mengalami
beridukungan adiksi bukan merupakan bahasan
         Hindari menarik ektermitas dalam penatalaksanaan nyeri pada
         Berikan matras yang lembut pasien dengan kanker. Pasien dapat

         Ubah posisi setiap dua jam mengembangkan toleransi fisik

       Untuk meminimalkan nyeri dada terhadapan algesik, memerlukan


pleuritik: dosis yang lebih tinggi tetapi tidak

      Instruksikan pasien untuk berarti mereka menjadi adiksi.


menahandada dengan kedua         Metastase ke tulang menyebabkan
tangannya ataudengan bantal saat nyeri yanghebat. Pada banyak pasien,
batuk. bahkan hanya sentuhan ringan dapat

      Dorong pasien untuk berhenti menimbulkan rasa nyeri.


merokok.         Nafas dalam dan batuk kuat
meregangkan membran plura dan
      Berikan humidifier (pelembab udara)
menimbulkan nyeri dada pleuritik.
sesuai dengan pesanan.
Nikotin dari produk tembakau dapat
      Berikan obat antitusif bila
mengakibatkan konstriksi bronchial
diresepkan.
dan menurunkan gerakan silia yang
melapisi saluran pernafasan bagian
bawah. Udara yang lembab
membantu mengencerkan sekresi
paru. Anti-batuk menekan pusat
batuk di otak.
4.      Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menelan ditandai dengan penurunan berat badan
Kriteria evaluasi:
-          Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan
-          Peningkatan napsu makan/masukan diit

INTERVENSI RASIONAL
        Pantau masukan makanan setiap         Mengidentifikasi kekuatan/
hari defisiensi nutrisi.
        Identifikasi pasien yang         Mual/muntah psikogenik
mengalamimual/muntah yang sebelumkemoterapi mulai
diantisipasi secara umum tidak  berespons
        Kolaborasi : berikan obat-obatan terhadap obat anti emetik.
sesuaiindikasi. Fenotiazin, mis :         Kebanyakan anti emetik
Proklorperazin(compazine), bekerja untuk mempengaruhi
tietilperazin (Torecan), stimulasi pusat muntahdan
antidopaminergik mis ; kemoreseptor mentriger agen
metoklorpiamid(regian), dll zona juga bertindak secara
perifer untuk mengham-
bat peristaltik balik.
5.      Diagnosa Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan wajah tampak gelisah
Kriteria hasil :
-          Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
-          Mengakui dan mendiskusikan takut.
-          Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
-          Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.         Memburuknya penyakit dapat
        Pertahankan lingkungan tenang dengan menyebabkan atau meningkatkan
sedikit rangsangan. ansietas.
        Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi,        Menurunkan ansietas dengan
meditasi, bimbingan imajinasi. meningkatkan relaksasi dan
        Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman penghematan energi.
yang ada oleh situasi.         Memberikan kesempatan untuk pasien
        Dorong pasien untuk mengakui dan menangani ansietasnya sendiri dan
menyatakan perasaan. merasa terkontrol.
        Membantu pengenalan ansietas/ takut
dan mengidentifikasi tindakan yang
dapat membantu untuk individu.
        Langkah awal dalam mengatasi
perasaan adalah terhadap identifikasi
dan ekspresi. Mendorong penerimaan
situasi dan kemampuan diri untuk
mengatasi.
6.      Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
(nyeri, batuk) ditandai dengan tampak kurang bergairah
Kriteria Evaluasi: Melaporkan perasaan dapat istirahat, sedikit keluhan insomnia.

INTERVENSI RASIONAL
        Jika ada pengobatan untuk paru-paru        Selama tidur, nafas dalam periodik,
aturlah pemberian obat tersebut untuk yang mengembangkan alveoli, tidak
diberikan sebelum waktu tidur. terjadi sebagaimana saat bangun dan
Berikan obat antitusif yang bergerak akibatnya sekresi ter-
diprogramkan. akumulasi di paru-paru. Pengobatan
        Pastikan ventilasi ruangan baik. khusus paru dapat membantu
Atur  pengadaan humidifier udara memudahkan pengeluaran sekresi
jika diperlukan. Anjurkan dari paru. Antitusif  menekan pusat
penggunaan oksigen selama tidur jika kontrol batuk di otak.
diperlukan.         Udara segar yang selalu bergerak
        Pertahankan ruangan bebas dari membantumengontrol debu dan
bahaniritasi seperti asap, serbuk bakteri. Kelembapan antara30% dan
bunga, dan pengharum ruangan. 60% mencegah kekeringan mukosa.
        Pertahankan suhu ruangan yang Oksigen tambahan memberikan
nyaman tambahan suplai oksigen ke jaringan
        Berikan analgetik yang diresepkan tubuh.
sebelum waktu tidur.         Iritan ini dapat mencetuskan batuk 
        Pada waktu tidur, ijinkan pasien         Suhu ruangan yang terlalu panas
mandidengan pancuran air hangat atau terlalu dingin dapat mencetuskan
atau mandi biasa, kemudian berikan batuk
backrub untuk meningkatkan         Untuk mengontrol nyeri dan
relaksasi. Bantu pasien untuk meningkatkan tidur.
mendapatkan posisiyang nyaman,         Posisi ini meningkatkan ekspansi
biasanya dengan meninggikan bagian paru.
kepala tempat tidur sekitar 30˚         Sedative atau tranquilizer mungkin
        Konsul dokter jika tindakan diatas diperlukannamun obat-obat tersebut
tidak efektif dalam menurunkan harus digunakandengan
insomnia. kewaspadaan, karena dapat menekan
kontrol pernafasan hipoksemia
7.      Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis
berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan perilaku tidak tepat
Kriteria hasil :
-          Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
-          Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
-          Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
-          Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan         Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat
pasien. Beriak informasi dalam cara yang jelas/ menghambat lingkup perhatian pasien,
ringkas. konsentrasi dan energi untuk penerimaan
        Berikan informasi verbal dan tertulis tentang informasi/ tugas baru.
obat         Pemberian instruksi penggunaan obat yang
        Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; aman memmampukan pasien untuk mengikuti
kebutuhan makanan kalori tinggi. dengan tepat program pengobatan.
        Berikan pedoman untuk aktivitas.         Pasien dengan masalah pernafasan berat
biasanya mengalami penurunan berat badan dan
anoreksia sehingga memerlukan peningkatan
nutrisi untuk menyembuhan.
        Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah
dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas
untuk meningkatkan regangan/ stamina dan
mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen
berlebihan.
2.                  Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1.      Diagnosa Keperawatan: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan
paru ditandai dengan AGD abnormal
Kriteria hasil :
-          Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan AGD dalam rentang
normal.
-          Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan         Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri
pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, atau sebagai mekanisme kompensasi awal
nafas bibir, perubahan kulit/ membran mukosa. terhadap hilangnya jaringan paru.
        Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi        Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada
nafas tak normal. sisi yang dioperasi normal pada pasien
        Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi
dengan memberikan posisi, penghisapan, dan harus menunjukkan aliran udara normal pada
penggunaan alat. lobus yang masih ada.
        Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien         Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi,
pada posisi duduk juga telentang sampai posisi menggangu pertukaran gas.
miring.         Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase
        Dorong atau bantu dengan latihan nafas dalam sekret.
dan nafas bibir dengan tepat.         Meningkatkan ventilasi maksimal dan
oksigenasi dan menurunkan/ mencegah
atelektasis.
2.      Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
jumlah/ viskositas sekret ditandai dengan adanya suara tambahan
Kriteria hasil : Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan, bunyi
nafas jelas, dan pernafasan tak bising.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas         Pernafasan bising, ronki, dan mengi
dan adanya sekret. menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau
        Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas obstruiksi jalan nafas.
dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk         Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru
tinggi dan menekan daerah insisi. maksimal dan penekanan menmguatkan upaya
        Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi batuk untuk memobilisasi dan membuang
sekret. sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
        Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya         Peningkatan jumlah sekret tak berwarna /
2500 ml/hari) dalam toleransi jantung. berair awalnya normal dan harus menurun
        Kolaborasi pemberian bronkodilator, sesuai kemajuan penyembuhan.
ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi.         Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret
hilang/ peningkatan pengeluaran.
        Menghilangkan spasme bronkus untuk
memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan
menurunkan viskositas sekret.
3.      Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan, dan
gangguan saraf internal ditandai dengan tampak meringis
Kriteria hasil :
-          Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
-          Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
-          Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan         Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada kanker. Penggunaan skala rentang membantu
skala 0 – 10. pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan
        Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri memberikan alat untuk evaluasi keefktifan
pasien. analgesic, meningkatkan control nyeri.
        Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi         Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non
dan psikologi. verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri,
        Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri. kebutuhan/ keefketifan intervensi.
        Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan         Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk
ajarkan penggunaan teknik relaksasi pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu
takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai
diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan
mengatasinya.
        Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan
otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
        Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian.
4.      Diagnosa Keperawatan: Ansietas berhubungan dengan ancaman/ perubahan status kesehatan
ditandai dengan menyatakan ketakutan.
Kriteria hasil :
-          Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
-          Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
-          Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
Intervensi Keperawatan Rasional
        Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang         Pasien dan orang terdekat mendengar dan
terdekat tentang diagnosa. mengasimilasi informasi baru yang meliputi
        Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong perubahan ada gambaran diri dan pola hidup.
mengekspresikan perasaan. Pemahaman persepsi ini melibatkan susunan
        Terima penyangkalan pasien tetapi jangan tekanan perawatan individu dan memberikan
dikuatkan. informasi yang perlu untuk memilih intervensi
        Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab yang tepat.
dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan         Dukungan memampukan pasien mulai
pemberi perawatan mempunyai pemahaman membuka atau menerima kenyataan kanker dan
yang sama. pengobatannya.
        Libatkan pasien/ orang terdekat dalam         Bila penyangkalan ekstrem atau ansiatas
perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk mempengaruhi kemajuan penyembuhan,
menyiapkan peristiwa/ pengobatan. menghadapi isu pasien perlu dijelaskan dan
        Berikan kenyamanan fiik pasien. emebuka cara penyelesaiannya.
        Membuat kepercayaan dan menurunkan
kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap
informasi.
        Dapat membantu memperbaiki beberapa
perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang
merasa tek berdaya dalam menerima
pengobatan dan diagnosa.
        Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila
pengalaman ekstrem/ ketidaknyamanan fisik
menetap.
5.      Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d
kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber ditandai dengan perilaku yang tidak tepat
Kriteria hasil :
-          Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
-          Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alas an tindakan tersebut.
-          Berpartisipasi dalam proses belajar.
-          Melakukan perubahan pola hidup.

Intervensi Keperawatan Rasional


        Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini         Memberikan informasi khusus individu,
dan hasil yang diharapkan. membuat pengetahuan untuk belajar lanjut
        Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang tentang manajemen di rumah. Radiasi dan
prosedur pembedahan dengan memberikan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah
diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dan informasi penting untuk memampukan
dalam diskusi tentang harapan jangka pendek/ pasien/ orang terdekat untuk membuat
panjang dari penyembuhan. keputusan berdasarkan informasi.
        Diskusikan perlunya perencanaan untuk         Lamanya rehabilitasi dan prognosis
mengevaluasi perawatan saat pulang. tergantung pada tipe pembedahan, kondisi
preoperasi, dan lamanya/ derajat komplikasi.
        Kajjian evaluasi status pernafasan dan
kesehatan umum penting sekali untuk
meyakinkan penyembuhan optimal. Juga
memberikan kesempatan untuk merujuk
masalah/ pertanyaan pada waktu yang sedikit
stres.
Sumber:
Marylin, E. Doengoes. 1999. Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan
/pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta
Alsagaff, Hood. 1995. Kanker Paru dan Terapi Paliatif. Airlangga University Press: Surabaya

NANDA International. 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta

NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Penerbit Media hardy:
Yogyakarta

Potter, A. Patricia. 1996. Pengkajian Kesehatan. EGC:Jakarta

Anonim . Jenis Kanker Paru-paru dan Tingkat Stadiumnya. 7 November 2013.


http://www.infokesehatan1001.blogspot.com/2013/04/jenis-kanker-paru-paru-stadium.html

Alivia Maulida Putri T. Patofisiologi CA Paru. 5 Juni 2013.


http://www.scribd.com/doc/75309784/patofisiologi-ca-paru

Ayu Winarseh Sangg Pemimppii. CA Paru Baruu. 7 November 2013.


http://www.scribd.com/doc/58523144/CA-PARU-BARUU

Bambang Sumantri, S.Kep.,Ns. Laporan Pendahuluan Kanker Paru. 12 Mei 2011.


www.mantrinews.blogspot.com/2011/12/laporan-pendahuluan-kanker-paru.html

Fandik Prasetiyawan. Makalah Respirasi Askep Kanker Paru. 21 Oktober 2012. http://fandik-
prasetiyawan.blogspot.com/2012/10/makalah-respirasi-askep-kanker-paru.html

Novit Widya Rahayu. Asuhan Keperawatan Pada Ca Paru. 19 November 2012.


http://novitpunya.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-pada-ca-paru.html

Purwono Ndjawa. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Ca  Paru. 20 Oktober 2010.
http://purwondjawa.wordpress.com/2010/12/20/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-
ca-paru/

Anda mungkin juga menyukai