Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ALERGI BERBASIS PSIKONEUIMONOLOGI

Fasilitator :

Anik Supriani, S.Kep.Ns.,M.Kes

disusu oleh :

1. Adiningsih Kurnia Wardani Mattarang (0118003)


2. Bella Feby Dwi Nurika Sari (0118008)
3. Della Kusnovia ( 0118009)
4. Fanny Okte Novita Sari (0118015)
5. Kiki Aprilia Mardiani (0118021)
6. Nike Fitr Amalia (0118027)
7. Putri Diah Ningtyas (0118032)
8. Shike Yolandyta Amelga Putri (0118038)
9. Siti Rifti Dwi Novika Sari (0118039)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATA

NSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

DIAN HUSADA MOJOKERTO


2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja sama untuk menyelesaikan makalah
ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah filsafat dengan makalah
yang berjudul “MAKALAH ALERGI BERBASIS PSIKONEUIMONOLOGI “

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman – teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.kami menyadari bahwa
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman- teman.

Mojokerto, 11 September 2020

(Penulis)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. MASALAH
C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. PERAN LIMFOSIT PADA ALERGI


B. PERAN FAKTOR GENETIK PADA ALERGI
C. PERAN FAKTOR ASTRESSOR BAGI TUBUH
D. REAKSI HIPERSENSIVITAS DALAM KONSEP PENEUROIMUNOLOGI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan disekitar kita tidak jauh dengan kebradaan virus, bakteri dan pathogen
lainnya yang tidak terlihat oleh mata. Mikroorganisme tersebut dapat dengan mudah
masuk ke dalam tubuh kita tanpa disadari baik melalui udara,air maupun makanan
yang dikonsumsi setiap hari. Ketika mikroorganisme tersebut masuk ke dalam tubuh
otomatis tubuh kita akan memberikan respon berupa perlawanan dan mencegah
terjadinya infeksi dengan menghasilkan antibodi. Proses inilah yang berkaitan dengan
sistem imunitas tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan tubuh dari serangan
mikroorganisme Respon ini terbagi menjadi dua yaitu respon imun spesifik yang
melibatkan sel limfosit B dan sel limfosit T serta respon imun non-spesifik yang
berkaitan dengan sel NK, sistem komplomen,dan peradangan.Setiap orang memiliki
kekebalan tubuh yang berbeda – beda tergantung respon imunnya Salah satu
gangguan pada respon imun adalah hipersensitivtas atau yang dikenal alergi.
Hipersinsitivitas yang sering dialami yaitu hipersensitivitas tipe I. Hipersensitivitas
atau alergi bisa terjadi karena jumlah IgE yang berperan dalam respon alergi terlalu
banyak terhadap zat – zat tertentu sehingga menimbulkan alergi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran limfosit pada alergi
2. Bagaimana peran faktor genetik pada alergi
3. Bagaimana peran faktor stressor bagi tubuh
4. Bagaimana reaksi hipersensivitas
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui peran limfosit pada alergi?
2. Mengetahui peran faktor genetik pada alergi?
3. Mengetahui peran faktor stressor bagi tubuh ?
4. Mengetahui reaksi hipersensivitas ?
BAB II

PEMBAHASAN

1.21 PERAN LIMFOSIT PADA ALERGI


Definisi
Respon imun adalah respon yang ditimbulkan dari sel – sel dan molekul
penyusun sistem imunitas terhadap subtansi asing ( antigen), dapat juga diartikan
sebagai respon tubuh dalam urutan tahap yang kompleks untuk mengeliminasi antigen
yang melibatkan berbagai macam sel dan protein terutama sel markofag, sel limfosit,
komplemen dan sitonin yang saling berinterksi. Secara mekanisme pertahanan tubuh
terbagi menjadi dua yaitu :
A. Respon Imun Spesifik
Diperantai oleh antibodi (humoral), sel (seluler) atau keduanya.
a) Antibody – mediated Immunity ( Respon Imun Humoral)
Respon imun ini diperantai oleh antibodi yang dihasilkan oleh sel limfosit
B. Bila sel limfosit B diragsang oleh antigen maka sel limfosit akan
menghasilkan antibodi. Fungsinya untuk mempertahankan tubuh terhadap
infeks bakteri, virus dan dapat menetralkan toksin Dalam respon humoral
terdapat respon imun primer dan sekunder. Respon imun primer adalah
respon yang dilakukan saat pathogen pertama kali masuk ke dalam tubuh
kemudian tubuh akan membuat antibodi untuk melawan pathogen tersebut
dan sel memori akan mengingat jenis pathogen tersebut sedangkan respon
imun sekunder adalah respon imun terhadap pathogen yang masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya sehingga respo imun lebih cepat dalam
melawan pathogen itu karena pathogen tersebut sudah dikenali melalui sel
– sel memori.Mekanisme imunitas yang diperantarai oleh antibodi yaitu
sebagai berikut saat pathogen masuk ke dalam tubuh , masing – masing
antigen mengaktifkan satu sel B  Sel B tersebut akan membelah
membentuk populasi sel yang besar  semua klon sel tersebut
mensekresikan antibodi yang spesifik terhadap pathogen yang menyerang
 setelah infeksi berakhir, sel B yang mensekresikan antibodi akan mati 
sel B memori telah mengingat pathogen yang menginfeksi dan sel B akan
bertahan Antibodi tersusun atas suatu serum globulin yang disebut
Immnglobulin(Ig).
Terdapat 5 jenis Immunoglobulin :
1) IgM, memiliki berat molekul yang besar. Sebagai antibodi utama terhadap
bakteri, sebagai aglutinator dan pembentuk opsonin ( Irianto, 2012)
2) IgG merupakan antibodi dominan pada respon sekunder dan
menyusun pertahanan yang penting melawan bakteri dan virus. Satu –
satunya antibodi yang mampu melintas plasenta, oleh karena itu paling
banyak ditemukan pada bayi baru lahir ( Brooks ,dkk,2001)
3) IgA, banyak terdapat pada cairan sekresi membran mukosa dan serosa.
Dapat melindungi membrane seromukosa dari serangan bakteri dan virus
(Irianto, 2012
4) IgD berfungsi untuk merangsang pembentukan antibodi oleh sel
plasma,kemungkinan bertindak sebagai reseptor pada membrane sel
(Irianto, 2012)
5) IgE merespon alergi. Ketika dipicu oleh antigen, akan menyebabkan sel
membebaskan histamine dan zat kimia lainnya yang menyebabkan reaksi
alergi.
B. Cell- mediated Immunity ( Respon Imun Seluler)
Respon imun yang melibatkan sel limfosit T yang menyerang langsung antigen.
Sekelompok T-limfosit tertentu dalam jaringan akan berkembang dan berdeferensi
menjadi beberapa subpopulasi (Irianto,2012).
1) Sel T pembantu ( Helper – T4 ) berfungsi untuk menghasilkan interleukin-
2 yang menyebabkan sel T pembunuh lebih cepat berkembang baik dan T4
badan yang dihasilkan sangat diperlukan oleh limfosit B untuk
memproduksi antibodi (Irianto,2012)
2) Sel T pembunuh (Killer) berfungsi untuk menghancurkan antigen secara
langsung dengan mengikat diri dengan antigen membran pada
mikroorganisme kemudian mensekreikan suatu zat limfotoksin dan
menghasilkan suatu protein limfokin (Irianto,2012)
3) Sel T supresor (T8) berfungsi untuk mengurangi produksi antibodi oleh sel
plasma dengan cara menghambat aktivitas T4 atau sel plasma serta
mengurangi keaktifan dari sel T pembunuh (Irianto,2012)
4) Sel T memori berfungsi untuk mengingat antigen yang telah masuk ke
dalam tubuh. Jika nanti antigen masuk untuk kedua kalinya, akan terjadi
respon sekunder yang lebih cepat dan lebih kuat (Irianto,2012)
5) Respon Imun Non-spesifik
a. Pertahanan Mekanis
Kulit yang utu tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme karena
epidermis terdiri dari berbagai lapisan. Apabila kulit tergores atau
lembap maka infeksi bakteri atau jamur akan lebih mudah terjadi.
Meskipun selaput lendir ( membrane mukosa) terdiri dari satu lapis
tapi sulit ditembus oleh mikroorganisme karena selaput lender akan
mensekresi lender ( mukosa yang lengket dan akan menangkap
mikroorganisme). (Irianto,2012)
b. Pertahanan Kimiawi
Suasana asam di kulit akan mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme. Asam lambung dapat membunuh berbagai
macaam mikroorganisme dan melumpuhkan toksin. Flora
mikroorganisme yang normal di kulit dan selaput lendir dapat
menekan pertumbuhan pathogen (Irianto,2012)
c. Sistem Komplemen
Termasuk protein serum dan protein yang terikat membrane yang
berfungsi baik dalam sistem imun yang didapat maupun imunitas
alamiah. Mempunyai pengaruh yaitu melisis sel, produksi mediator
yang berperan dalam inflamasi dan menarik menarik fagosit,
penguatan respon imun yang diperantai antibodi (Brooks,dkk,2001)
d. Interferon
Sekumpulan protein yang diproduksi dan disekresikan sejumlah sel
misalnya makrofag,fibrsit,limfosit yang terkena infeksi berbagai
virus. Dapat merangsang jenis limfosit tertentu untuk langsung
membunuh dan menghancurkan sel –sel yang terinfeksi virus,juga
sel – sel kanker jenis tertentu. (Irianto,2012)
e. Fagositosis
Sel yang termasuk sel fagosit yaitu makrofag,neutrofil dan eosinofil.
Mekanisme fagositosis yaitu mikroba menempel ke fagosit  fagosit
membentuk pseudopodium yang menelan mikroba  vesikula
fagositik yang mengandung antigen  vesikula fagositik bersatu
dengan lisosom  terjadi fagolisosom dengan enzim hidrolase asam
 mikroba dibunuh oleh enzim dalam fagolisosom  sisa mikroba
dikeluarkan lewat eksositosis (Pratiwi,dkk,2012)
f. Demam
Suatu keadaan dimana suhu tidak normal. Merupakan salah satu
manifestasi sistematik tubuh terhadap radang. (Irianto,2012)
g. Radang
Infeksi dalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme di dalam
tubuh,karena racun yang dikeluarkan oleh mikroorganisme,infeksi
dapat menimbulkan kerusakan sel- sel tubuh. Respon terhadap
kerusakan tersbut disebut radang. Gejala dari radang seperti panas,
bengkak,merah dan gangguan fungsi daerah yang terkena radang
(Irianto,2012)
1.21 FAKTOR GENETIK PADA ARLEGI
Genetik atau faktor keturunan memang memegang peranan penting sebagai faktor
risiko alergi. Jika seseorang memiliki salah satu atau kedua orangtua yang alergi, ia
akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terkena alergi juga. Meskipun
demikian, hal tersebut belum tentu akan terjadi 100%.
Reaksi alergi terjadi disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang bereaksi
berlebihan terhadap suatu bahan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh. Sistem
kekebalan tubuh akan mengeluarkan imunoglobulin E (IgE), suatu antibodi yang akan
memicu terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala alergi.
Anak yang salah satu orangtuanya memiliki alergi, berisiko terkena alergi sebesar
20-40%, sementara itu anak yang kedua orangtuanya alergi memiliki risiko sedikit
lebih tinggi, yakni 40-60%. Anak yang memiliki saudara yang alergi juga berisiko
tinggi, yakni 25-35%. Meskipun demikian, anak dari keluarga alergi tidak selalu
memiliki alergi yang sama dengan orangtua dan saudaranya.
Karena keturunan bukanlah satu-satunya faktor risiko yang menentukan alergi,
maka anak yang lahir dalam keluarga yang tidak memiliki alergi, masih tetap berisiko
terkena alergi sebesar 5-15%. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan juga
memegang peranan yang penting. Faktor lingkungan ini antara lain adalah kebersihan,
iklim, polutan, makanan, dan lain-lain.
1.22 PERAN FAKTOR STRESSOR BAGI TUBUH
Sistem saraf pusat (SSP) berespon terhadap stres psikologis, Aksis HPA merespon
stres psikologis melalui mekanisme sentral dengan meningkatkan hormon stres yaitu
corticotropin-releasing hormone (CRH) dan adrenocorticotropic hormone
(ACTH).Selanjutnya tejadi peningkatan Pituitary prolactine (PRL) yang dapat
menggagalkan inhibisi terhadap proliferasi limfosit yang diinduksi oleh stres.CRH
dan ACTH menstimulasi norepinephrine (NE) dan pelepasan kortisol dari korteks
adrenal dan secara langsung menstimulasi berbagai sel imun di darah dan perifer
melalui reseptor-reseptornya. Regulasi ini diperankan oleh kortisol melalui
mekanisme negative feedback (tanda panah terputus) karena adanya pelepasan CRH
dan ACTH oleh hipotalamus dan hipofisis (pituitary). Selanjutnya terjadi peningkatan
pelepasan serotonin pada batang otak (5HT), maupun Substansi P (SP), gastrin-
releasing peptide (GRP), dan calcitonin gene related peptide (CGRP) pada ganglia
dorsalis.12,13,14 Pada kulit, sel imun melepaskan sitokin, kemokin, dan neuropeptida
yang memodulasi inflamasi di kulit, nyeri, dan gatal, dan mentransmisi stimulus
sensorismelalui ganglia dorsalis dan traktus spinalis pada area spesifik di SSP.
Sel mast kutaneus berhubungan erat dengan SP, CGRP, pituitary adenylate cyclase
activating protein (PACAP), dan opioid-releasing neurons, dan responsif tethadap
berbagai neuromediator tersebut. Sel mas kutaneus mensistesis dan mensekresi
berbagai mediator inflamasi akibat respon dari berbagai stimulus fisik maupun
biokimia. Dengan demikian terjadilah produksi lokal neuro-hormon dan neuropeptida,
dengan keluarnya SP dari serabut saraf pada kulit akibat respon terhadap stress.
Stres psikologis yang terus berlanjut dapat merusak fungsi permeabilitas sawar,
dan menginduksi peningkatan glukokortikoid endogen, dimana hal ini dapat merubah
homeostasis dan integritas permeabilitas, begitu juga yang terjadi pada pertahanan
antimikrobial. Efek negatif ini sebagian besar terjadi akibat inhibisi sintesis lipid
edidermalyang dimediasi glukokortikoid. Formulasi topikal lipid dapat menormalkan
fungsi ini meskipun stres fisiologis terus berlangsung, sehingga terapi ini sungguh
menjanjikan efektifitasnya pada pasien alergi dengan stres psikologis yang tinggi dan
adanya disfungsi sawar. Namun demikian sampai saat ini belum ada publikasi tentang
studi randomisasi dengan kontrol yang membandingkan respon klinis pasien alergi
khususnya Dermatitis Atopik dengan stres vs tanpa stres dengan pemberian terapi
topikal yang bertujuan memperbaiki integritas sawar. Pengetahuan mengenai
perbedaan tersebut seharusnya dibutuhkan bagi klinisi, dalam memilih
penatalaksanaan berdasarkan efikasi terapeutik pada alergi terutama yang berkaitan
dengan stres psikologis.1,15,16 Stres psikologis berkaitan dengan timbulnya gejala
gatal pada alergi dalam hal ini Dermatitis Atopik.
1.23 REAKSI HIPERSENSIVITAS DALAM KONSEP PSIKONEUROIMUNOLOGI
Didalam tubuh, sel limfosit membentuk suatu antibodi yang mampu mengikat
antigen seperti kuman dan sebagainya. Jika tubuh dalam keadaan normal, maka
antigen tersebut tidak akan menyebabkan sakit karena limfosit memproduksi antibody
yang dapat melindungi tubuh. Secara normal, antibodi akan menghasilkan
immunoglobulin.
Salah satu jenisnya adalah IgE yang berfungsi untuk merespon alergi tipe cepat
(anafilaksis). Pada seseorang yang menderita alergi, kadar IgE tinggi yang spesifik
terhadap zat-zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi (zat alergen). Misalnya
debu,susu, ikan laut dan lain – lain. Dalam jaringan tubuh,IgE yang bereaksi pada
alergen – alergen diatas menempel pada sel mast ( sel yang berperan pada reaksi
alergi dan peradangan).
Awal kontak dengan zat alergen mulai timbul perlawanan dari tubuh yang
mempunyai bakat atopik yaitu terbentuknya antibodi atau immunoglobulin yang
spesifik Bila IgE berkontak lagi dengan zat alergen, maka mast ini akan mengalami
degarnulasi (pecah) dan mengeluarkan zat serperti histamin,kitin dan bradikinin yang
terkandung dalam granulanya berperan pada reaksi alergi.
Zat – zat tersebut yang menimbulkan gejala alergi seperti gatal – gatal, diare, sakit
kepala, asma. Jika alergen tidak dihindari maka kadar IgE yang spesifik terhadap
alergen itu akan semakin meningkat. Oleh karena itu pencegahan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Respon imun adalah respon yang ditimbulkan dari sel – sel dan molekul penyusun
sistem imunitas terhadap subtansi asing (antigen). Secara mekanisme respon imun
terbagi menjadi dua yaitu respon imun spesifik dan non- spesifik. Respon imun spesifik
ada dua macam yaitu respon imun humoral dan respon imun seluler. Respon imun
humoral adalah respon yang diperantai oleh antibody yang dihasilkan oleh sel limfosit B.
Antibodi akan menghasilkan immunoglobulin. Terdapat 5 subkelompok immunoglobulin
yaitu IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD yang masing – masing memiliki peran sendiri –
sendiri. sedangkan respon imun seluler diperantai oleh sel limfosit T. Dalam respon
humoral terdapat respon imun primer dan sekunder. Respon imun primer adalah respon
yang dilakukan saat pathogen pertama kali masuk ke dalam tubuh kemudian tubuh akan
membuat antibodi untuk melawan pathogen tersebut dan sel memori akan mengingat
jenis pathogen tersebut sedangkan respon imun sekunder adalah respon imun terhadap
pathogen yang masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya sehingga respo imun lebih
cepat dalam melawan pathogen itu karena pathogen tersebut sudah dikenali melalui sel –
sel memori. Respon imun non-spesifik mencakup pertahanan mekanis,pertahanan
kimiawi, sistem komplomen, interferon, fagositosis, demam dan radang.

B. Saran
1. Menjaga kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan sehat.
2. Bagi yang mempunyai alergi agar menjauhi penyebab alergi sehingga tidak
menyebabkan alerginya menjadi kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Irianto,Koes.2012.Anatomi dan Fisiologi.Bandung:Alfabeta Bandung.
https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2700234/faktor-genetik-bukan-satu-satunya-
penyebab-alergi

Anda mungkin juga menyukai