Intisari
Penelitian ini bertujuan untuk melihat Peningkatan pendapatan petani perkebunan kelapa sawit dan
ternak sapi perah dalam menunjang peningkatan daya saing komoditas perkebunan di Indonesia
khususnya di Provinsi Riau. Metode penelitian adalah survey pengambilan petani responden secara
purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa ternak sapi berpotensi besar untuk mendukung
upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit yang pengelolaannya tidak terlepas dari faktor
pemupukan dan perbaikan tekstur tanah, dimana integrasi keduanya dapat menurunkan biaya produksi.
Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ternak sapi dapat melalui penetapan lokasi,
sosialisasi program, perencanaan partisifatif, kegiatan pengembangan dan evaluasi. Penerimaan usaha
ternak sapi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan petani sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani tersebut. Selain meningkatkan pendapatan petani, keberadaan ternak
sapi dapat menjadi penyelamat pada saat harga sawit turun. Pendapatan petani perkebunan kelapa sawit
rakyat Rp 3.600.000/ha/per kepala keluarga. Pendapatan dari usaha ternak sapi Rp 4.819,500,-
/bulan/kepala keluarga. Jadi dari hasil pekebunan sawit dan ternak sapi maka pendapatan keluarga Rp
8.419,500,- berarti terjadi peningkatan pendapatan petani.
Abstract
The aim of this study was to reveal the increase of farmer family income at oil palm plantation and dairy
farm in supporting the comodity of plantation in Indonesia especially Riau Province. Survey method
was applied in this study in which the samples were collected as the purposive sampling. Result
of the experiment showed that integratiob system of raising cow within oil palm plantation might have a
good petency in supporting the development of the oil palm plantation. Cows would provide organc
fertilizer and improve the soil tecture and this integration system could reduce the production cost.
Selection of farmer could be based on location determination, program socialisation, participative plan,
development activity and evaluation of program. This program could contribute to the farmer income
that could be an alternative side income especially during low oil palm price. The farmer income was
around Rp 3.600.000 ha-1 farmer-1 from at oil palm plantation and Rp 4.819,500,- month-1 farmer-1. The
total farmer income was around Rp 8.419,500,-
.
Keywords: farmer, income, oil palm plantation , dairy cow
*) penulis koresponden Email :latifasiswati123@gmail.com
51
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
52
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
53
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
54
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
55
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
(1989), bahwa sebesar 30 – 50% dari tanah. Setiap ekor sapi dewasa atau satu
biaya pemeliharaan tanaman kelapa satuan ternak (1 ST) menghasilkan feses
sawit adalah untuk pupuk dan tenaga 8 – 10 kg/hari (basah) yang dapat
kerja. Lebih dari 80% kegagalan diolah sebagai pupuk organik sekitar 2 –
disebabkan oleh manajemen yang tidak 3 kg/hari, sehingga dalam satu tahun
efisien. diperkirakan mampu menghasilkan
Tujuan utama petani meme- hampir 0,5 ton pupuk organik. Hasil
lihara ternak sapi perah untuk diambil analisis kandungan unsur hara pupuk
kotorannya sebagai pupuk yang kompos (N = 0,89%, P = 0,06% dan K =
digunakan sendiri oleh petani di kebun 0,51%) maka setiap ton kompos setara
kelapa sawitnya. Peningkatan produk- dengan 19,2 kg Urea, 10,87 kg TSP dan
tivitas perkebunan kelapa sawit dapat 92,52 MOP. Kebutuhan pupuk dalam
dilakukan dengan efisiensi dalam pemeliharaan kelapa sawit tergantung
memanfaatkan lahan maupun tenaga umur tanaman, tetapi dengan rata-rata
kerja, serta menekan biaya pemupukan. kebutuhan per pokok sekitar 2 kg Urea,
Efisiensi pemupukan dapat dilakukan 1,5 kg TSP dan 2,5 MOP maka setiap
apabila jumlah pemberian pupuk kimia ekor sapi dalam satu tahun mampu
dapat dikurangi namun kesuburan menggantikan kebutuhan pupuk
lahan harus tetap terjaga. Hal ini dapat komersial 5 pokok kelapa sawit.
dilakukan antara lain dengan Integrasi ternak sapi dan kebun
penyediaan bahan organik atau kompos kelapa sawit juga bermanfaat untuk
yang dapat diperoleh dengan cara meningkatkan efisiensi pemeliharaan
mudah dan murah dari kotoran sapi. kebun (penghematan terhadap tenaga
Hal ini sesuai dengan pendapat Corley kerja dan penggunaan obat-obatan).
(2003) yang menyatakan bahwa ternak Proyeksi nilai ekonomi dengan
sapi berperan sebagai mesin pengolah menggunakan metode estimasi biaya
limbah atau pabrik penghasil bahan pengganti (Replacement Method), jika
organik, dimana ternak sapi berpotensi penyiangan 2 kali/tahun menggunakan
menghasilkan kompos yang sangat 2 kaleng herbisida dengan harga Rp.
dibutuhkan untuk pemeliharaan 75.000,-/kaleng serta tenaga kerja 4
kesuburan tanah. HOK dengan upah Rp. 27.500,-
Ketergantungan usaha tani /orang/hari, maka nilai efisiensi
kelapa sawit terhadap pupuk anorganik mencapai Rp. 520.000,-/ha/tahun.
(komersial) yang semakin mahal dan Dari hasil pengamatan di
langka dapat dikurangi karena pupuk lapangan sebagian besar petani telah
organik (kompos) dapat digunakan menggunakan kotoran ternak sebagai
sebagai pupuk tambahan dan potensial pupuk kelapa sawit yaitu semua
meningkatkan efisiensi biaya pemeli- responden (100 %), Penggunaan
haraan kelapa sawit. Adanya kotoran kotoran ternak sebagai pupuk telah
sapi dapat mengurangi biaya disadari oleh petani dapat meningkakan
pengadaan pupuk yang sekaligus dapat kesuburan tanah dan meningkatkan
mengurangi biaya produksi di samping efisiensi pemu-pukan. Sejumlah besar
menjaga kelestarian bahan organik responden belum mengolah limbah
56
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
kelapa sawit namun kotoran ternak menurun. Karena itu usaha ternak sapi
menjadi kompos sudah dilakukan juga menjadi alternative usaha untuk
membuat urin sapi menjadi pupuk cair mengantisipasi turunya harga kelapa
sudah dilakukan. sawit untuk tambahan pendapatan.
Hutabarat (2002) menyatakan Pendapatan dari usaha ternak sapi
bahwa adanya kotoran sapi dapat perahRp 4.819,500,- /bulan/kepala
mengurangi biaya pengadaan pupuk keluarga. Jadi dari hasil pekebunan
yang sekaligus dapat mengurangi biaya kelapa sawit dan ternak sapi perah
produksi di samping menjaga maka pendapatan keluarga Rp
kelestarian bahan organik tanah 8.419,500,- ini lebih tinggi dari UMR
khususnya wilayah perkebunan provinsi Riau Rp 2.100.000,-
berlereng.Sedangkan Ginting (1991) /bulan.berarti petani kelapa sawit dan
melaporkan bahwa ternak dapat ternak sapi perah di Kab.Pelalawan
berperan sebagai industri biologis pendapatan lebih baik dengan adanya
sekaligus mampu meningkatkan pertanian terpadu. Kontribusi
produksi daging dan penyedia kompos. pendapatan dari sapi perah 57,24 %
Pada dekade tahun 1990 –an sedangkan kebun kelapa sawit 42,76 %
telah diintensifkan integrasi tanaman dari total pendapatan keluarga petani .
padi dan ternak sapi. Dalam hal ini Benefit cost ratio dari usahatani
dioptimalkan pemanfaatan pupuk perkebunan kelapa sawit rakyat dan
organik berasal dari kotoran sapi biasa ternak sapi 1,57 .berarti dengan adanya
mencapai 40 % dari pendapatan usahatani terpadu layak dan dapat
(Dwiyanto ,dkk.2001). Bertitik tolak dari dilanjutkan.
hal tersebut sudah banyak program
peningkatan pendapatan petani Kesimpulan dan Saran
peternak mengacu pada program Kesimpulan
integrasi tanaman dan ternak dengan 1. Rata–rata kepemilikan perkebunan
melibatkan ternak (Kusnadi,2007; kelapa sawit 2 ha ,ternak sapi perah
Hamdani,2008:Kariyasa 2005). 4- 5 ekor.
2. Pendapatan petani dari perkebunan
5. Pendapatan Petani Perkebunan kelapa sawit rakyat dan ternak sapi
Kelapa Sawit Rakyat dan Ternak perah Rp8.419,500 .- per bulan.
Sapi perah 3. Benefit Cost Ratio adalah 1,57.
Rata pendapatan petani perke-
bunan kelapa sawit rakyat dan ternak Saran
sapi. Dari hasil pendapatan dari 1. Agar petani kelapa sawit dapat
perkebunan kelapa sawit rakyat di memilih bibit yang baik untuk
Kabupaten Pelalawan Rp 3.600.000/ meningkatkan produksi yang
ha/per kepala keluarga, hal ini akhirnya dapat meningkatkan
disebabkan harga kelapa sawit saat pendapatan
relative turun dari tahun lalu.dengan 2. Pemerintah kabupaten Pelalawan
menurunnya harga kelapa sawit yang dapat memberi bantuan sapi perah
fluktuatif maka pendapatan petani akan dan mencarikan pembeli yang dapat
57
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791
58