Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.

2 Nopember 2017: 51-58


eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Peningkatan Pendapatan Petani Pertanian Terpadu Ternak Sapi Perah


Dan Kelapa Sawit
Di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau
Increased Revenue of Integrated Agricultural Farmers of Dairy Cattle and Palm Oil
In Pelalawan District of Riau Province

Latifa Siswati* dan M.Rizal.

Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning Jalan Yos Sudarso KM 8 Rumbai


Pekanbaru Riau

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk melihat Peningkatan pendapatan petani perkebunan kelapa sawit dan
ternak sapi perah dalam menunjang peningkatan daya saing komoditas perkebunan di Indonesia
khususnya di Provinsi Riau. Metode penelitian adalah survey pengambilan petani responden secara
purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa ternak sapi berpotensi besar untuk mendukung
upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit yang pengelolaannya tidak terlepas dari faktor
pemupukan dan perbaikan tekstur tanah, dimana integrasi keduanya dapat menurunkan biaya produksi.
Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ternak sapi dapat melalui penetapan lokasi,
sosialisasi program, perencanaan partisifatif, kegiatan pengembangan dan evaluasi. Penerimaan usaha
ternak sapi memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan petani sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani tersebut. Selain meningkatkan pendapatan petani, keberadaan ternak
sapi dapat menjadi penyelamat pada saat harga sawit turun. Pendapatan petani perkebunan kelapa sawit
rakyat Rp 3.600.000/ha/per kepala keluarga. Pendapatan dari usaha ternak sapi Rp 4.819,500,-
/bulan/kepala keluarga. Jadi dari hasil pekebunan sawit dan ternak sapi maka pendapatan keluarga Rp
8.419,500,- berarti terjadi peningkatan pendapatan petani.

Kata kunci: petani, pendapatan, perkebunan kelapa sawit, sapi perah

Abstract

The aim of this study was to reveal the increase of farmer family income at oil palm plantation and dairy
farm in supporting the comodity of plantation in Indonesia especially Riau Province. Survey method
was applied in this study in which the samples were collected as the purposive sampling. Result
of the experiment showed that integratiob system of raising cow within oil palm plantation might have a
good petency in supporting the development of the oil palm plantation. Cows would provide organc
fertilizer and improve the soil tecture and this integration system could reduce the production cost.
Selection of farmer could be based on location determination, program socialisation, participative plan,
development activity and evaluation of program. This program could contribute to the farmer income
that could be an alternative side income especially during low oil palm price. The farmer income was
around Rp 3.600.000 ha-1 farmer-1 from at oil palm plantation and Rp 4.819,500,- month-1 farmer-1. The
total farmer income was around Rp 8.419,500,-
.
Keywords: farmer, income, oil palm plantation , dairy cow
*) penulis koresponden Email :latifasiswati123@gmail.com

51
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Pendahuluan 133.056 ekor sapi dewasa). Populasi ini


diperkirakan akan menghasilkan
Dipandang dari sudut ketahanan sebanyak 21.450 ekor sapi per tahun
dan keamanan kesuburan lahan, maka (Interest Rate 16%).
titik lemah perkembangan perkebunan Produktivitas minyak kelapa
kelapa sawit di Provinsi Riau terletak sawit kebun rakyat ini relatif sangat
pada perkembangan perkebunan kelapa rendah masih banyak dibawah 0,5
sawit rakyat. Tanaman kelapa sawit ton/ha/tahun, di bandingkan Malaysia
yang tumbuh di area kurang subur yang produk- tivitas kebunnya
tingkat produktivitasnya rendah dan mencapai 6-7 ton/ha/ tahun atau
sangat rentan terhadap serangan hama potensi produktivitas 8 ton/ha/tahun
penyakit tanaman. Untuk itu perlu minyak kelapa sawit. Produk-tivitas
implementasi teknologi yang terjangkau kebun rakyat yang rendah ini
oleh perkebunan kelapa sawit rakyat berkorelasi positif dengan tingkat
dan efektif dalam mempertahankan pendapatan dan kesejahteraan petani
kesuburan lahan perkebunannya. Meli- kebun kelapa sawit di Riau khususnya
hat kondisi tersebut penting dilakukan dan Indonesia pada umumnya. Program
pembedayaan masyarakat, perlu dikem- kelapa sawit dan sapi akan
bangkan pengelolaan sumber daya menguntungkan peternak sapi yang
secara simultan merangsang partum- selama ini mengeluhkan tingginya
buhan ekonomi seraya melakukan harga pakan ternak. Selanjutnya, anak-
upaya konservasi terhadap sumberdaya anak sapi itu akan dibesarkan di
lingkungan.Salah satunya dengan perkebunan-perke-bunan kelapa sawit.
usahatani kelapa sawit dan ternak sapi. Guna meningkatkan pendapatan,
Hasil ikutan peternakan yang taraf hidup dan kesejahteraan petani
sering dipakai untuk mempertahankan kebun kelapa sawit serta mewujudkan
kesuburan lahan adalah feces dan urine peran penting perkebunan rakyat dalam
(kotoran ternak). Pada rataan produksi tataran perkebunan kelapa sawit global.
feces per ekor sapi dewasa (dengan Seyogyanya dikaji secara sungguh-
rataan bobot badan sekitar 300 kg) per sungguh pemberdayaan ekonomi
hari sekitar 15 kg dan rataan produksi masyarakat perkebunan kelapa sawit
urine sekitar 12 liter per ekor per hari. dengan ternak sapi untuk meningkatan
Secara teoritis dapat dihitung bahwa pendapatan dalam menunjang pening-
daya pupuk per ekor sapi tersebut per katan daya saing komoditas perkebunan
tahun sekitar 2,5 hektar efektif. Bila di Indonesia.
proporsi perkebunan rakyat ini 20% Permasalahan dalam peningkatan
dari total luas perkebunan kelapa sawit pendapatan petani Ternak sapi perah
di Provinsi Riau, maka untuk dan perkebunan kelapa sawit dalam
mempertahankan kesuburan lahan menunjang pendapatan keluarga
perkebunan kelapa sawit rakyat perkebunan di Indonesia khususnya di
tersebut dengan feces dan urine, maka Provinsi Riau. Bagaimana keadaan
dibutuhkan sekitar 4.435 sapi pejantan potensi sumberdaya lokal dalam
dan 128.625 ekor sapi induk (total mendukung pengembangan ternak di

52
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

wilayah penelitian dan berapa Sedangkan data sekunder diperoleh


kelayakan usaha ternak berbasis dari berbagai instansi terkait, seperti
sumberdaya lokal. Sebelum kelapa Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan,
sawit dapat di panen petani masih Bappeda dan BPS.
belum punya penghasilan dari
usahanya dengan adanya ternak sapi Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan
perah maka dari penjualan susu sapi Pekebun atau Peternak
dan kotoran dan urin dapat menjadi Untuk mengetahui tingkat pen-
sumber pendapatan, juga dapat menjadi dapatan perlu dihitung biaya produksi
pupuk bagi kelapa sawit sehingga dapat berupa biaya tetap dan biaya tidak
mengurangi biaya produksi. tetap, pendapatan, penerimaan,
keuntungan, juga menghitung titik
Materi dan Metoda pulang pokok, Benefit Cost Ratio (BCR).

Lokasi penelitian di Kabupaten di Pendapatan


Kabupaten Pelalawan. Sedangkan Untuk mengetahui pendapatan
pelaksanaan dilaksanakan selama 6 usaha tani dengan pola diversifikasi,
(enam) bulan yaitu dimulai pada bulan menggunakan rumus Soekartawi (1991):
Maret dan berakhir pada bulan
September 2016. ╥ = TR – TC
Penelitian ini menggunakan
metode survey. Unit analisis adalah Dimana :
keluarga petani peternak yang mela- ╥ = Pendapatan bersih
kukan usahatani perkebunan kelapa TR = Total Penerimaan
sawit dan peternakan sapi. Pengambilan TC = Total Biaya
desa sampel dilakukan secara purposive
Rumus B/C Ratio (BCR)
sampling yang dipilih atas dasar
pertimbangan tertentu, yaitu desa yang BCR = (benefit /Rp)
terdapat usaha tani perkebunan kelapa (Cost /Rp)
sawit dan peternakan sapi. Dari desa
Dimana :
yang terpilih diambil sampel keluarga
BCR = Benefit Cost Ratio
secara purposive sampling dengan kriteria
TR = Total penerimaan (Rupiah)
keluarga yang melakukan usaha tani
TC = Total Biaya (Rupiah)
perkebunan kelapa sawit dan
peternakan sapi. Secara teoritis dengan BCR = 1,
Data yang dikumpul dalam kajian artinya usaha tidak mengalami
ini terdiri dari data primer dan data keuntungan ataupun kerugian, jika BCR
sekunder. Data primer diperoleh lang- < 1, maka usaha tersebut rugi. Jika BRC
sung dari keluarga petani peternak yang > 1 maka usaha memperoleh
terpilih sebagai sampel yang diperoleh keuntungan dan dapat dilanjutkan
melalui wawancara dan pengisian
daftar pertanyaan (kuesioner). Data
primer diambil Kabupaten Pelalawan.

53
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

Hasil Dan Pembahasan Ternak sapi yang dipelihara di


Kabupaten Pelalawan adalah pera-
Keadaan Peternakan di Kabupaten
nakan FH ,pemeliharaan dilakukan
Pelalawan
secara intensif. Pemberian pakan
Kabupaten Pelalawan memiliki
diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan
ternak ruminansia yang cukup banyak
sore hari, jika ada konsentrat diberikan
,yang paling banyak adalah ternak Sapi
sekali sehari .
9.613 ekor , selanjutnya ternak kambing
sebanyak 7,817 ekor. Sapi perah 45 ekor
1. Peternakan
hanya di Kecamatan Pangkalan Kerinci
Kabupaten Pelalawan juga
(Dinas Peternakan Kab.Pelalawan, 2015)
menyimpan potensi yang baik untuk
. Usaha peternakan sapi potong
dikembangkan sebagai suatu pusat
umumnya sistem di kandangkan dan
industri peternakan, terutama untuk
digem-balakan karena perkebunan
peternakan Sapi, Kerbau, Kambing, dan
kelapa sawit cukup luas , ternak sapi
babi. Poulasi sapi 9.613 ekor,sapi perah
perah pada umumnya di kandangkan
45 ekor,kerbau 1.120 ekor,kambing 7.817
pakan diambil dari kebun kelapa sawit
ekor,domba 260 ekor,babi 1,040 ekor.
dan lahan kosong yang ditumbuhi
(BPS,2015).
rumput alam dan rumput unggul yang
ditanam peternak.

Tabel 1. Umur Petani Responden


No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 < 15 0 0
2 15 – 55 7 87,5
3 > 55 1 12,5
Jumlah 8 100
Sumber : Hasil Pengolahan Data (2016)
2. Jenis Kelamin Responden dan
Umur petani (Tabel 1) dapat Tingkat Pendidikan
menggambarkan tingkat kematangan Berdasarkan hasil penelitian
setiap individu petani dalam diketahui bahwa dari 8 orang
mengambil keputusan atau tindakan responden, semua atau 100 %
maupun resiko yang akan diterima. responden berjenis kelamin laki-laki
Faktor umur biasanya diidentikkan dan tidak ada berjenis kelamin
dengan produktivitas kerja. Jika perempuan. Dari hasil kajian dapat
seseorang masih tergolong usia diketahui bahwa tingkat pendidikan
produktif ada kecendrungan respoden sebagian besar adalah SD,
produktivitasnya juga tinggi. Menurut yaitu sebanyak 5 orang atau 62,5 %.
Chamdi (2003), semakin muda usia Responden dengan pendidikan SLTP
petani umumnya rasa keingintahuan berjumlah 2 orang (25 %) dan yang
terhadap sesuatu akan semakin tinggi berpendidikan SLTA 1 orang (12,5 %),
dan minat untuk mengadopsi sedangkan yang berpendidikan sarjana
introduksi teknologi semakin tinggi. tidak ada. Dengan kondisi ini dimana

54
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

tingkat pendidikan responden pada digembalakan di lahan kebun kelapa


umumnya masih rendah sehingga sulit sawit
menyerap teknologi yang diberikan. Berdasarkan kandungan kompo-
Menurut Edwina et al. (2006), tingkat sisi kimiawi dan tingkat kecernaannya
pendidikan yang relatif tinggi pelepah kelapa sawit dapat digunakan
memungkinkan petani mampu sebagai pakan dasar untuk ternak
mengadopsi inovasi, penyuluhan serta ruminansia seperti sapi. Pelepah kelapa
bimbingan untuk meningkatkan sawit dapat mengganti rumput sampai
usahanya. 80% tanpa mengurangi laju pertam-
bahan bobot badan ternak yang sedang
3. Kepemilikan Lahan Perkebunan tumbuh. Pelepah dapat diberikan dalam
Kelapa Sawit, dan Ternak Sapi bentuk segar atau diproses terlebih
Dari hasil kajian ini dapat dahulu menjadi silase. Pasa sapi
diketahui bahwa petani yang menjadi penggunaan pelepah dalam bentuk
responden seluruhnya memiliki lahan silase sebanyak 50% dari total pakan
kebun kelapa sawit sendiri. Rata-rata menghasilkan pertambahan bobot
luasan kebun kelapa sawit yang dimiliki badan harian berkisar antara 0,62 – 0,75
oleh orang responden adalah seluas 2 kg dan nilai konversi pakan berkisar
ha. antara 9,0 – 10,0 (Ishida dan Hasan,
Integrasi sapi perah dengan 1983).
perkebunan kelapa sawit relatif mudah 4. Produktivitas Perkebunan Kelapa
dilaksanakan, bila kedua usaha Sawit yang Mendukung Pengem-
dikendalikan dan dikelola dalam satu bangan Ternak Sapi
wadah. Jenis ternak sapi yang Sumber hijauan untuk ternak
diintroduksikan ke dalam kebun sawit sapi umumnya berasal dari hijauan
oleh responden adalah sapi FH, yang tumbuh secara alami di areal
terutama sapi betina. Pemilihan jenis perkebunan kelapa sawit rakyat,
sapi ini dilandasi oleh beberapa alasan sehungga pakan yang diberikan berupa
antara lain karena Sapi FH adalah jenis rumput alam.Tetapi ada petani yang
sapi yang sudah beradaptasi baik di menanam rumput unggul untuk pakan
daerah Propinsi Riau, selain itu dapat ternaknya. Masalah utama dalam
memanfaatkan pakan dengan kualitas pengembangan perkebunan kelapa
rendah dan memiliki fertilitas yang sawit adalah rendahnya produktivitas
cukup tinggi. dan mutu hasil perkebunan rakyat. Hal
Setiap petani mempunyai kan- tersebut disebabkan oleh sistem
dang tersendiri yang dilengkapi dengan pengelolaan kebun yang tidak efisien,
tempat pakan dan penampungan karena jumlah tenaga kerja yang
kotoran. Kandang dibangun dekat digunakan untuk menyiangi tanaman
rumah petani agar mudah melakukan gulma di bawah pohon kelapa sawit
pengawasan, perawatan dan pengum- terlalu banyak, dan pupuk yang
pulan pakan. Kandang yang dibuat digunakan untuk kelapa sawit
berisi 3 sampai 4 ekor sapi. Pada malam menggunakan pupuk buatan yang
hari sapi dikandangkan dan siang hari biayanya sangat mahal. Menurut Sirait

55
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

(1989), bahwa sebesar 30 – 50% dari tanah. Setiap ekor sapi dewasa atau satu
biaya pemeliharaan tanaman kelapa satuan ternak (1 ST) menghasilkan feses
sawit adalah untuk pupuk dan tenaga 8 – 10 kg/hari (basah) yang dapat
kerja. Lebih dari 80% kegagalan diolah sebagai pupuk organik sekitar 2 –
disebabkan oleh manajemen yang tidak 3 kg/hari, sehingga dalam satu tahun
efisien. diperkirakan mampu menghasilkan
Tujuan utama petani meme- hampir 0,5 ton pupuk organik. Hasil
lihara ternak sapi perah untuk diambil analisis kandungan unsur hara pupuk
kotorannya sebagai pupuk yang kompos (N = 0,89%, P = 0,06% dan K =
digunakan sendiri oleh petani di kebun 0,51%) maka setiap ton kompos setara
kelapa sawitnya. Peningkatan produk- dengan 19,2 kg Urea, 10,87 kg TSP dan
tivitas perkebunan kelapa sawit dapat 92,52 MOP. Kebutuhan pupuk dalam
dilakukan dengan efisiensi dalam pemeliharaan kelapa sawit tergantung
memanfaatkan lahan maupun tenaga umur tanaman, tetapi dengan rata-rata
kerja, serta menekan biaya pemupukan. kebutuhan per pokok sekitar 2 kg Urea,
Efisiensi pemupukan dapat dilakukan 1,5 kg TSP dan 2,5 MOP maka setiap
apabila jumlah pemberian pupuk kimia ekor sapi dalam satu tahun mampu
dapat dikurangi namun kesuburan menggantikan kebutuhan pupuk
lahan harus tetap terjaga. Hal ini dapat komersial  5 pokok kelapa sawit.
dilakukan antara lain dengan Integrasi ternak sapi dan kebun
penyediaan bahan organik atau kompos kelapa sawit juga bermanfaat untuk
yang dapat diperoleh dengan cara meningkatkan efisiensi pemeliharaan
mudah dan murah dari kotoran sapi. kebun (penghematan terhadap tenaga
Hal ini sesuai dengan pendapat Corley kerja dan penggunaan obat-obatan).
(2003) yang menyatakan bahwa ternak Proyeksi nilai ekonomi dengan
sapi berperan sebagai mesin pengolah menggunakan metode estimasi biaya
limbah atau pabrik penghasil bahan pengganti (Replacement Method), jika
organik, dimana ternak sapi berpotensi penyiangan 2 kali/tahun menggunakan
menghasilkan kompos yang sangat 2 kaleng herbisida dengan harga Rp.
dibutuhkan untuk pemeliharaan 75.000,-/kaleng serta tenaga kerja 4
kesuburan tanah. HOK dengan upah Rp. 27.500,-
Ketergantungan usaha tani /orang/hari, maka nilai efisiensi
kelapa sawit terhadap pupuk anorganik mencapai Rp. 520.000,-/ha/tahun.
(komersial) yang semakin mahal dan Dari hasil pengamatan di
langka dapat dikurangi karena pupuk lapangan sebagian besar petani telah
organik (kompos) dapat digunakan menggunakan kotoran ternak sebagai
sebagai pupuk tambahan dan potensial pupuk kelapa sawit yaitu semua
meningkatkan efisiensi biaya pemeli- responden (100 %), Penggunaan
haraan kelapa sawit. Adanya kotoran kotoran ternak sebagai pupuk telah
sapi dapat mengurangi biaya disadari oleh petani dapat meningkakan
pengadaan pupuk yang sekaligus dapat kesuburan tanah dan meningkatkan
mengurangi biaya produksi di samping efisiensi pemu-pukan. Sejumlah besar
menjaga kelestarian bahan organik responden belum mengolah limbah

56
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

kelapa sawit namun kotoran ternak menurun. Karena itu usaha ternak sapi
menjadi kompos sudah dilakukan juga menjadi alternative usaha untuk
membuat urin sapi menjadi pupuk cair mengantisipasi turunya harga kelapa
sudah dilakukan. sawit untuk tambahan pendapatan.
Hutabarat (2002) menyatakan Pendapatan dari usaha ternak sapi
bahwa adanya kotoran sapi dapat perahRp 4.819,500,- /bulan/kepala
mengurangi biaya pengadaan pupuk keluarga. Jadi dari hasil pekebunan
yang sekaligus dapat mengurangi biaya kelapa sawit dan ternak sapi perah
produksi di samping menjaga maka pendapatan keluarga Rp
kelestarian bahan organik tanah 8.419,500,- ini lebih tinggi dari UMR
khususnya wilayah perkebunan provinsi Riau Rp 2.100.000,-
berlereng.Sedangkan Ginting (1991) /bulan.berarti petani kelapa sawit dan
melaporkan bahwa ternak dapat ternak sapi perah di Kab.Pelalawan
berperan sebagai industri biologis pendapatan lebih baik dengan adanya
sekaligus mampu meningkatkan pertanian terpadu. Kontribusi
produksi daging dan penyedia kompos. pendapatan dari sapi perah 57,24 %
Pada dekade tahun 1990 –an sedangkan kebun kelapa sawit 42,76 %
telah diintensifkan integrasi tanaman dari total pendapatan keluarga petani .
padi dan ternak sapi. Dalam hal ini Benefit cost ratio dari usahatani
dioptimalkan pemanfaatan pupuk perkebunan kelapa sawit rakyat dan
organik berasal dari kotoran sapi biasa ternak sapi 1,57 .berarti dengan adanya
mencapai 40 % dari pendapatan usahatani terpadu layak dan dapat
(Dwiyanto ,dkk.2001). Bertitik tolak dari dilanjutkan.
hal tersebut sudah banyak program
peningkatan pendapatan petani Kesimpulan dan Saran
peternak mengacu pada program Kesimpulan
integrasi tanaman dan ternak dengan 1. Rata–rata kepemilikan perkebunan
melibatkan ternak (Kusnadi,2007; kelapa sawit 2 ha ,ternak sapi perah
Hamdani,2008:Kariyasa 2005). 4- 5 ekor.
2. Pendapatan petani dari perkebunan
5. Pendapatan Petani Perkebunan kelapa sawit rakyat dan ternak sapi
Kelapa Sawit Rakyat dan Ternak perah Rp8.419,500 .- per bulan.
Sapi perah 3. Benefit Cost Ratio adalah 1,57.
Rata pendapatan petani perke-
bunan kelapa sawit rakyat dan ternak Saran
sapi. Dari hasil pendapatan dari 1. Agar petani kelapa sawit dapat
perkebunan kelapa sawit rakyat di memilih bibit yang baik untuk
Kabupaten Pelalawan Rp 3.600.000/ meningkatkan produksi yang
ha/per kepala keluarga, hal ini akhirnya dapat meningkatkan
disebabkan harga kelapa sawit saat pendapatan
relative turun dari tahun lalu.dengan 2. Pemerintah kabupaten Pelalawan
menurunnya harga kelapa sawit yang dapat memberi bantuan sapi perah
fluktuatif maka pendapatan petani akan dan mencarikan pembeli yang dapat

57
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 20 No.2 Nopember 2017: 51-58
eISSN: 2528 0805 pISSN: 1410 7791

menjamin harga kelapa sawit Penelitian dan Pengembangan


petani. Pertanian.Departemen Pertanian.

Daftar Pustaka Hamdani,2008. Sistem Pertanian


Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar Terpadu untuk Peningkatan
2010. Buku Data Perkebunan produktivitas Lahan dan
kabupaten Kampar 2010. Kesejahteraan Petani .Makalah
Workshop Teknologi untuk
Chamdi ,A.N. 2003. Kajian Profil Sosial Masyarakat .Gedung KORPRI.
Ekonomi Usaha Kambing di Kec. Serang- Banten. 24 Desember
Kradenan Kab. Grobokan 2008.
.Prosiding Seminar Nasional
teknologi Peternakan dan Hutabarat,T.S.P.N. 2002. Pendekatan
Veteriner .Bogor 29-31 September Kawasan dalam Pembangunan
2003.Bogor; Puslitbang Peternakan. Direktorat Jenderal
Peternakan Departemen Bina Produksi Peternakan,
Pertanian . 312-315. Departemen Pertanian.Jakarta.1-
13.
Cooley,R.H.U. 2003.Oil Palam; A Mayor
TropicalCrop. Kariyasa ,K.2005. Sistem Integrasi
Tanaman Ternak dalam
Diwiyanto,K. Bambang,R.P. dan Perspektif Reorientasi kebijakan
Darwinsyah,L. 2001.Integrasi Subsidi Pupuk dan Peningkatan
Tanaman Ternak dalam Pengem- Pendapatan petani .Analisis Kebi-
bangan Agribisnis yang Berdaya jakan Pangan .Vol.3 No.1.Maret
Saing Berkelanjutan dan Berke- 2005.Pusat Penelitian dan
rakyatan. Disampaikan pada Pengembangan Sosial Ekonomi
Seminar Nasional Teknologi Pertanian. Badan Litbang
Peternakan dan Veteriner. Pertanian. Jakarta.
Puslitbang , Bogor.
Kusnadi,U. 2007. Inovasi Teknologi
Ginting,G.S. 1991. Keterpaduan Ternak Peternakan dalam Sistem
Ruminansia dengan Perkebunan. Integrasi Tanaman dan Ternak
1.Produksi dan Nilai Nutrisi (SITT) Untuk Menunjang
.Jurnal Penelitian dan Pengem- Swasembada Daging Tahun 2010.
bangan Pertanian. Badan Orasi pengukuhan professor riset
Badan Penelitian dan Pengem-
bangan Pertanian.

58

Anda mungkin juga menyukai