Diampu oleh :
Disusun oleh :
NIM 201030
1A KEPERAWATAN
Penulis
i
DEFINISI ABORSI
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, (Prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan
melalui metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia
luar disebut abortus. Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau
beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28
minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus
berat anak yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya
antara 500 – 999 gram disebut juga dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan, (Prawirohardjo, 2010).
Jadi, berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa abortus merupakan berakhirnya kehamilan
sebelum anak dapat hidup di dunia luar yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam masalah, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja/kecelakaan.
KLASIFIKASI
1. Abortus imminens-threatened abortion (kegugurang
mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Abortus imminens merupakan abortus yang paling
banyak terjadi. Pada abortus ini, perdarahan berupa
bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
1
kelangsungan kehamilan. Namun, pada prinsipnya
kehamilan masih bisa berlanjut atau dipertahankan.
2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran
Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh kehilangan darah
sedang hingga berat, kontraksi uterus yang menyebabkan
nyeri kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi
serviks.
Abortus ini sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban, dan
berlangsung hanya beberapa jam saja.
2
dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena
dalam massa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi
telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau semua produk
pembuahan – janin, selaput ketuban dan plasenta sudah
keluar. Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan
berhenti, serviks menutup dan uterus mengalami involusi.
5. Abortus habitualis
6. Missed abortion
3
8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
SEBAB-SEBAB ABORSI
4
Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan embrio
muda dalam rahim ibu tidak dapat bertahan untuk terus menerus
tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya. Embrio keluar
dengan sendirinya tanpa menyebabkan rasa sakit pada sang ibu.
b. Keguguran karena kelalaian manusia
Abortus juga dapat terjadi karena kelalaian manusia.
Ada kalanya ibu hamil kurang hati-hati menjaga kandungannya.
Para ibu tetap melakukan pekerjaan yang menyiksa fisik, dan
mengakibatkan kelelahan tubuh. Kelelahan ini dapat juga
menjadi faktor utama penyebab abortus spontan terutama pada
saat kandungan masih berusia sangat muda. Embrio yang
dikeluarkan masih berupa gumpalan darah dan belum berbentuk
manusia.
Keguguran juga sering terjadi karena wanita hamil yang
bersangkutan mengalami kecelakaan, antara lain tabrakan,
jatuh, terpeleset atau benturan keras pada perut si ibu hamil.
Benturan keras yang terjadi pada perut hamil membuat
kandungan mengalami konstraksi yang menyebabkan keluarnya
embrio/janin dari tubuh wanita hamil yang bersangkutan.
Terkadang benturan-benturan keras juga mengakibatkan
pecahnya ketuban yang melindungi janin/embrio, sehingga
terjadi konstraksi rahim yang mampu mendorong keluarnya
embrio/janin dari tubuh ibu hamil yang bersangkutan.21
c. Keguguran sebagai akibat perbuatan manusia (keguguran yang
disengaja/abortus provocatus)
Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia itu
multikompleks. Bahkan kadang-kadang kehamilan menjadi
problem tersendiri bagi sebagian orang. Hal itu disebabkan
karena beragam penyebab kehamilan. Ditijnau dari segi medis,
ada kehamilan yang tidak diinginkan oleh para dokter sehingga
harus digugurkan. Kehamilan dianggap membahayakan jiwa si
5
ibu jika ternyata ibu menderita berbagai penyakit seperti
jantung, ginjal dan darah tinggi.
Penyakit tersebut amat riskan pada saat melahirkan
nanti. Penyebab digugurkannya kandungan oleh dokter juga
dapat disebabkan karena anak yang dilahirkan menderita cacat
berat dan harapan hidupnya amat tipis. Cacat berat (kelainan)
yang biasanya diidap oleh janin dalam kandungan adalah
ectopia kordis (janin akan dilahirkan tanpa dinding dada,
sehingga terlihat jantungnya), rakiskisis (janin akan dilahirkan
tanpa otak besar).
Musa Perdanakusuma menyebutkan lima jenis kelainan
pada tubuh janin yang membuatnya tidak memiliki harapan
hidup, yaitu :
1) Ectopia kordis, yaitu kelainan pada sebagian dinding thorax
yang tidak menutup sebagaimana mestinya.
2) An-encephalus, yakni bayi yang dilahirkan tanpa otak.
3) Rachischisis, yakni kelainan pada tulang punggung yang tidak
tertutup kulit.
4) Atresia Orsophagus, yakni kelainan dimana saluran
kerongkongan tidak terbentuk.
5) Fistula Tracheo Oesophagus, yakni kelainan dimana batang
tenggorok dan kerongkongan berhubungan menjadi satu.
6
KOMPLIKASI AKIBAT ABORTUS
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok
SIFAT-SIFAT ABORSI
a. Bersifat Legal
Aborsi legal dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
tenaga medis yang berkompeten berdasarkan indikasi
kedaruratan medis dan akibat perkosaan, sesuai pasal 75
ayat 2 huruf a dan b Undang-Undang Kesehatan
sertadengan persetujuan ibu yang hamil dan atau suami.
Aborsi legal sering juga disebut aborsi buatan atau
pengguguran dengan indikasi medis. Meskipun demikian,
tidak setiap tindakan aborsi yang sudah mempunyai
indikasi medis ini dapat dilakukan aborsi buatan.
Persyaratan lain yang harus dipenuhi sebuah aborsi
adalah :
1) Aborsi hanya dilakukan sebagai tindakan teraputik.
2) Disetujui secara tertulis oleh dua orang dokter yang
berkompeten.
3) Dilakukan di tempat pelayanan kesehatan yang diakui
oleh suatu otoritas yang sah.
b. Bersifat Ilegal
Aborsi ilegal dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
tenaga medis yang tidak kompeten, melalui cara-cara
diluar medis (pijat,jamu atau ramu-ramuan), dengan atau
tanpa persetujuan ibu hamil dan atau suaminya. Aborsi
ilegal sering juga dilakukan oleh tenaga medis yang
berkompeten, tetapi tidak mempunyai indikasi medis.
7
HAL-HAL YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGHINDARI KEJADIAN ABORSI TIDAK AMAN
(ILEGAL)
8
HUKUM YANG MENGATUR TENTANG ABORSI
a) UUD 1945
Salah satu tujuan didirikannya Negara Republik
Indonesia adalah untuk “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum”
sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945. Perlindungan itu tidak hanya diberikan
kepada orang pada umumnya, tetapi juga kepada
anak dalam kandungan.
Dengan demikian anak dalam kandungan
berhak untuk mendapatkan perlindungan dari negara
yang dijamin oleh konstitusi. Pasal 28B ayat (2) UUD
1945 diatur tentang perlindungan anak pada
khususnya. Aborsi yang bermutu, aman dan
bertanggung jawab untuk melindungi perempuan
yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
jelas bertentangan dengan asas keseimbangan
karena hanya mementingkan hak kesehatan
reproduksi ibu.
Aborsi legal dalam hukum pidana positif
Indonesia adalah abortus provocatus
medicinalis/therapeuticus, sehingga aborsi dengan
alasan untuk melindungi perempuan yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan ilegal sifatnya karena
bertentangan dengan sila I dan II Pancasila serta
9
Peraturan Perundang-undangan lainnya yang
berkaitan dengan aborsi dalam hukum positif
Indonesia.
b) PP No. 26 Tahun 1960 tentang Lafal Sumpah Dokter
Indonesia. Didalam PP No. 26 Tahun 1960 tentang
lafal sumpah dokter Indonesia Terdapat satu butir
yang memuat larangan bagi dokter untuk melakukan
aborsi yang berbunyi “saya akan menghormati setiap
hidup insani mulai dari saat pembuahan”.
c) Permenkes RI No. 343/Menkes/SK/X/1983 tentang
Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) Bagi Para Dokter di Indonesia. Pasal 1
KODEKI “Setiap dokter harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan sumpah dokter.”
Pasal 10 KODEKI “Setiap dokter Indonesia harus
senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makluk insani”.
d) Permenkes RI No. 585/Men.Kes./Per/IX/89 tentang
Persetujuan Tindakan Medik. Dokter dapat
memberikan alternatif lain kepada perempuan yang
menginginkan aborsi yang aman dan bertanggung
jawab dengan alasan kehamilan tidak diinginkan.
Misal melanjutkan kehamilannya di bawah suatu
shelter. Secara horisontal Undang-undang Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan dalam hal pengaturan
tentang aborsi tidak sinkron dengan berbagai
Peraturan Perundang-undangan yang setingkat
karena berbagai alasan yuridis sebgai berikut:
a. KUHP
KUHP mengatur berbagai macam kejahatan
maupun pelanggaran. Salah satu kejahatan yang
diatur didalam KUHP adalah masalah abortus
10
provocatus. Ketentuan mengenai abortus
provocatus dapat 27 Ibid, hlm. 306 28 Ibid, hlm.
308 32 dijumpaidalam Bab XIV Buku Kedua
KUHP tentang kejahatan terhadap kesusilaan
(khususnya Pasal 299), Bab XIX Buku Kedua
KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa
(khususnya pasal 346-349). Adapun pasal-pasal
tersebut (menurut KUHP terjemahan Moeljatno) :
Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348,
Pasal 349. Jika kita menelaah pasal-pasal
tersebut di atas, tampaklah KUHP tidak
membolehkan terjadinya suatu abortus
provocatus di Indonesia. KUHP tidak melegalkan
abortus provocatus tanpa kecuali. Bahkan abortus
provocatus medicinalis atau abortus provocatus
therapeuticus pun dilarang. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Oemar Seno Adjie : Adalah jelas,
bahwa Indonesia mengikuti Perundang-undangan
abortus tersebut (Pasal 299, 346-349 KUHP)
tersebut, yang menurut Perundang-undangan
tidak memperkenankan abortus dan yang
karenannya dapat dikatakan bersifat “ilegal”.
Selaku demikian, seolah-olah ia tidak memberikan
kemungkinan bagi suatu pengecualian, dalam
sistem Perundang-undangan Indonesia tidak
memperkenankan melakukan abortus, juga yang
berdasarkan atas pertimbangan medis dan yang
disebut dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia
Abortus Provocatus Therapeuticu.
b. KUH Pdt Pasal 2 Buku Kesatu KUH Pdt. Yang
mengatur tentang orang. Dalam pasal tersebut
dapat dimaknai bahwa kandungan memilik 33
11
wewenang hukum untuk dapat menikmati hak-hak
dasar hukum waris. Adanya ketentuan tentang
aborsi dalam UU Kesehatan yang mengatur
pengecualian aborsi dapat dilakukan untuk
melindungi perempuan yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan jelas menghilangkan
kesempatan kandungan untuk dapat menikmati
hak-hak dasar hukum waris.
c. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang nomor 23 tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Pada pasal 1
menyatakan anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun termasuk anak yang masih
dalam kandungan, Perlindungan anak adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-hak nya agar dapat hidup, tumbuh
berkembang dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat.
d. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (UUPK) UUPK selaras dengan UU
Kesehatan pada prinsipnya memuat beberapa
ketentuan yang mendukung pelaksanaan aborsi
berdasarkan indikasi medis untuk menyelamatkan
jiwa ibu sebagaimana diatur dalam UU Kesehatan
dan bukan untuk melindungi perempuan yang
mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah
perempuan dari aborsi yang tidak bermutu, tidak
aman, dan tidak bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan Peraturan Perundang undangan. Yang
dimaksud dengan praktik aborsi yang tidak
12
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan
paksaan dan tanpa persetujuan perempuan yang
bersangkutan, yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang tidak professional, tanpa
mengikuti standar profesi dan pelayanan yang
berlaku, diskriminatif atau lebih mengutamakan
imbalan materi daripada indikasi medis. Jadi
walaupun aborsi dibolehkan, tetapi dengan
rambu-rambu yang sangat ketat dan melindungi
baik pasien dan tenaga kesehatan.
13
Pasal 347: (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
duabelas tahun. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
perempuan tersebut, diancam dengan pidana penjara paling
lama limabelas tahun.
Pasal 348: (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungan seorang perempuan dengan
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya perempuan tersebut, diancam dengan pidana penjara
tujuh tahun.
Pasal 349: Jika seorang dokter, bidang atau juru obat
membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346,
ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan dalam
pasal 347 & 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga & dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
UU HAM, pasal 53 ayat 1(1): Setiap anak sejak dalam
kandungan berhak untuk hidup, mempertahankan hidup &
meningkatkan taraf kehidupannya.
14
mengenai aborsi perawat juga dapat memberikan edukasi mengenai Sex
yang aman.(Danilo,2009)
15
KESIMPULAN DAN SARAN
16
Kesimpulan
Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus
(buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat
golongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal)
& aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-
undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua
undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU
Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran
kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi
buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan.
Saran
17
Diharapkan kepada pembaca khususnya Mahasiswa
Keperawatan agar mengerti dan memahami tentang
pengertian,etiologi,patofisiologi,klasifikasi, dan hukum yang
mengatur tentang Aborsi maupun Abortus dalam Etika Keperawatan
sehingga menjadi bekal dalam melaksanakan Pembelajaran Etika
Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
18
Dorland. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta: EGC.
Huston, M. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid I
FKUI.Jakarta: Media Aesculapius.
Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.
Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi.
Jakarta:
EGC.
Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika,
Yogyakarta.
Potter, P. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka.
Msruroh dan Mudzakkir, Panduan Lengkap Kebidanan dan
Keperawatan.
Merkid Press. Yogyakarta Syafrudin dan Hamidah Kebidanan
Komunitas. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tiar, Estu dkk
Manajemen Aborsi Inkomplet. Modul Kebidanan/WHO, Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Sumber online
Aborsi
Danilo, W. (2009). NURSING PERCEPTIONS ABOUT ABORTION
MANAGEMENT AND CARE. A Qualitive study
Pemerintah Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum. Lembaran Negara RI Tahun
2017, No. 60. Sekretariat Negara. Jakarta.
19