Anda di halaman 1dari 12

Peran Perawat Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Meningkatkan

Pengetahuan Terkait Tindakan Aborsi Pada Remaja Akibat Kehamilan


Tidak Diinginkan (KTD)

Zoya Elvahra
zoyaelvahra2000@gmail.com

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yakni antara 12-
21 tahun. Masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan
tanda-tanda kedewasaan fisik yaitu pada umur 11 sampai 12 tahun pada wanita dan lebih tua
sedikit pada lakilaki (Gunarsa S. & Gunarsa Y., 2008). Remaja adalah masa dimana pencarian
jati diri merupakan hal yang penting sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin
tampil menonjol, dan diakui eksistensinya. Namun disisi lain, remaja mengalami ketidakstabilan
emosi sehingga mudah untuk dipengaruhi dan lebih mengutamakan solidaritas kelompoknya.
Banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas dan seks pranikah karena ajakan teman-
temannya dan pengaruh lingkungan secara umum. Bahkan remaja yang mulanya tidak tergoda
dengan pergaulan bebas apabila terus menerus dipengaruhi oleh lingkungannya, maka suatu saat
akan tergoda untuk ikut ke dalam pergaulan bebas juga. Masa remaja adalah masa transisi antara
masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan
sosial. Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pranikah itu aman untuk
dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu,ternyata lebih
banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan di luar nikah. Data yang
didapat dari PILAR PKBI pada tahun 2011 dari 79 klien yang datang berkonsultasi dengan KTD
terdapat 14 klien remaja yang memutuskan untuk melanjutkan kehamilan. Sedangkan pada tahun
2012 dari 63 klien yang berkonsultasi terdapat 6 klien remaja yang melanjutkan kehamilannya
sampai melahirkan.

1 Jurnal Keperawatan
Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan merupakan
suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran dari suatu
kehamilan. Kehamilan ini akibat dari suatu perilaku seksual / hubungan seksual baik yang
disengaja atau tidak disengaja (Widyastuti, 2009). Kehamilan pada remaja adalah kehamilan
yang terjadi diusia kurang dari 20 tahun yang akibatnya mempengaruhi kondisi fisik, psikologis,
social, ekonomi, dan budaya. Kondisi ini yang membuat para wanita dilema atas kehamilan yang
dialami. Kehamilan yang tidak iinginkan beresiko besar dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan tindakan aborsi atau pengguguran janin. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran
hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Istilah
Aborsi disebut juga dengan istilah Abortus Provocatus. Abortus provocatus adalah pengguguran
kandungan yang disengaja, terjadi karena adanya perbuatan manusia yang berusaha
menggugurkan kandungan yang tidak diinginkan. Meliputi abortus provocatusmedicinalis dan
abortus provocatus criminalis.Abortus provocatus medicinalis yaitu pengguguran kandungan
yang dilakukan berdasarkan alasan/pertimbangan medis. Sedangkan abortus provocatus
criminalis yaitu penguguran kandungan yang dilakukan dengan sengaja dengan melanggar
ketentuan hokum yang berlaku. Perempuan merasa renta dengan tekanan, yang mengakibatkan
hambatan secara sosiocultural dan ekonomi sehingga memaksa mereka untuk melakukan aborsi,
aborsi sendiri dianggap sebagai prosedur yang membahayakan dan mengancam jiwa bagi janin
serta ibu.

Pelayanan kesehatan masyarakat juga memiliki peran sangat penting dalam


meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam tindakan yang akan dilakukan yang beresiko
tinggi terhadap kesehatan jiwa. Peran perawat dalam hal ini diajak untuk berfikir kritis sebelum
mengambil keputusann dalam asuhan keperawatan karena berpikir kritis merupakan sikap
perawat untuk memperoleh berbagai alasan yang rasional sebelum mengambil keputusan
keperawatan. Berpikir kritis sangat berkaitan dalam proses pengambilan keputusan maupun
pemberian asuhan keperawatan yang professional. Perawat diminta untuk bisa berpikir kritis
dengan menggunakan pengetahuan mengenai ilmu keperawatannya secara menyeluruh agar bisa
memberikan perawatan yang efektif (Billings, 2009).

2 Jurnal Keperawatan
METODE

Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu literature review. Dengan melakukan
analisis dan kajian bebas pada jurnal, e-book, maupun buku teks yang berkaitan dengan materi
pembelajaran yaitu kajian mengenai tindakan aborsi dan proses pengambilan keputusan . Artikel
ataupun jurnal yang digunakan pada literature review ini adalah artikel atau jurnal yang
didapatkam dari google scholar, google book, 10 tahun terakhir penerbitan.

Hal ini juga dapat didukung dengan pengolahan data yang dilakukan dengan
menggunakan langkah editing, Koding, Sorting, Entry data, Cleaning, mengeluarkan informasi.
Selanjutnya data diolah kemudian dianalisa, sehingga hasil analisa data dapat digunakan sebagai
bahan pengambilan keputusan dalam penanggulangan masalah.

HASIL

Berdasarkan metode yang digunakan pada jurnal ini dengan melakukan analisis dan
kajian bebas pada jurnal, e-book, maupun buku teks yang berkaitan dengan materi pembelajaran
yaitu kajian mengenai tindakan aborsi dan proses pengambilan keputusan.

Maka dari hasil sejumlah artikel terkait, didapatkan bahwa usia remaja informan saat
melakukan hubungan seksual sangat dini yaitu dibawah 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat terlihat bahwa sangat dibutuhkannya pendidikan kesehatan reproduksi usia remaja
tidak hanya tentang perubahan organ reproduksi tetapi juga terkait dengan kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD). Rata rata diantaranya kasus remaja yang terjebak dengan pergaulan bebas dan
seks pranikah karena ajakan teman-temannya dan pengaruh lingkungan secara umum.

Pergaulan bebas yang pada akhirnya mengarah kepada perilaku seks pranikah sudah
banyak dijumpai di kota-kota besar, hal tersebut menimbulkan adanya kehamilan di luar nikah.
Remaja yang belum siap untuk menerima kehamilan tersebut akhirnya memilih jalan pintas agar
kehamilannya tersebut tidak menimbulkan aib dan tidak menimbulkan rasa malu terhadap
dirinya. Jalan pintas yang banyak diambil oleh para remaja adalah aborsi. Aborsi yang dilakukan
dapat berupa bermacam-macam cara mulai dari bantuan medis, jamu, obat-obatan, dukun, dan
lain sebagainya.

3 Jurnal Keperawatan
Melalui analisis artikel, keputusan remaja dalam melakukan aborsi dapat diambil secara
internal (berasal dari individu remaja) yaitu, Remaja mengalami fase transisi antara masa anak
dan dewasa, sehingga konflik generasi ini berasal dari tekanan sosial, pencarian identitas diri,
dan kesiapan dengan perubahan tubuh. Perubahan biologis salah satunya yaitu perubahan
hormonal terjadi peningkatan rangsangan seksual yang tak terkendali, meningkatnya hasrat
aktivitas masturbasi dan peningkatan daya tarik seksual yang mungkin berujung pada hubungan
seksual antar pasangan. Efek hubungan seksual antar pasangan yaitu kehamilan, kondisi yang
sering kali tidak diinginkan dan berakibat pada pengambilan keputusan untuk melakukan aborsi.

Hasil analisis artikel berkaitan dengan pengambilan keputusan pada tindakan aborsi
menyebutkan beberapa ungkapan bagaimana akhirnya mereka memilih melakukan tindakan
aborsi. Perempuan merasa rentan terhadap tekanan, hambatan secara sosiocultural dan ekonomi
sehingga memaksa mereka untuk melakukan aborsi. Kemudian keputusan eksternal yang berasal
dari keputusan orang tua, pasangan atau teman. Yaitu pada kutipan artikel menyebutkan bahwa
orang tua berespon negatif dengan kondisi kehamilan, sama halnya dengan artikel lain
menyebutkan bahwa ibu memberikan kata-kata yang negatif sehingga membuat remaja semakin
tertekan untuk melakukan tindakan aborsi “...ibu menyarankan saya untuk mengakhiri janin,
karena saya tidak bisa bertanggung jawab...”. Orangtua juga menyarankan untuk melakukan
tindakan mengakhiri kehamilan karena merasa anak mereka tidak dapat bertanggung jawab
terhadap janin mereka.

Remaja sebenarnya menyadari bahwa aborsi adalah suatu hal yang berdosa dan dilarang
oleh hukum maupun agama, namun pada saat yang sama, mereka berpikir bahwa aborsi adalah
satu-satunya jalan yang memungkinkan pada saat itu. Makna dan tindakan ini terbentuk dari
interaksi-interaksi yang terjadi antara remaja dengan lingkungan pergaulannya yang memaklumi
aborsi ilegal, sehingga para remaja terkesan “memperbolehkan” aborsi ilegal yang telah
dilakukan. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya aborsi membuat mereka tidak
mengetahui dampak seriusnya tidak hanya berdampak dengan kesehatan, namun akan berurusan
dengan hokum dan agama.

4 Jurnal Keperawatan
Pengedukasian dilakukan dikalangan remaja guna mengajak masyarakat untuk cerdas
berfikir sebelum melakukan hal yang beresiko tinggi. Hasil penelitian satu artikel oleh Vivi
Fitriani dengan judul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Aborsi Pada Remaja Terhadap Persepsi
Siswi” menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang aborsi pada remaja, sebagian
responden masih dalam kategori cukup yaitu 79,2% dan hanya sebagian kecil responden dengan
kategori baik yaitu 20,8%. Hal ini dikarenakan responden belum banyak memperoleh informasi
mengenai aborsi pada remaja. Pada penelitian ini seluruh responden berusia antara 15-19 tahun.
Kemudian setelah diberikannya penyuluhan kesehatan tentang abortus provokatus responden
dengan pengetahuan baik berjumlah 29 orang (96.7%). Menurut penelitian dilakukan oleh
Wahyuni (2012) terdapat 35 responden dari 55 responden memiliki sikap yang baik. Ini berarti
sebagian besar responden memahami informasi yang disampaikan saat penyuluhan.

PEMBAHASAN

Defenisi dan Macam Aborsi

Kata aborsi berasal dari bahasa Inggris yaitu abortion dan bahasa Latin abortus. secara
etimologis berarti, gugur kandungan atau keguguran (M. Ali Hasan, 1998). Aborsi dalam bahasa
arab disebut ijhadh yang berarti menjatuhkan, membuang, melempar atau menyingkirkan.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah: 1 ). Terpancarnya embrio yang
tidak mungkin lagi hidup (sebelum hasil bulan keempat dari kehamilan); keguguran atau
keluron. 2). Keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (untuk makhluk hidup). 3). Guguran
(janin).Tindakan aborsi juga dianggap sebagai dosa atau bentuk pelanggaran moralitas dan
hukum. Tindakan yang kerap kali diambil oleh perempuan karena kehamilan yang tidak
diinginkan atau kehamilan di usia remaja.) Kondisi tersebut dipaparkan oleh WHO bahwa sekitar
3,9 juta aborsi tidak aman telah dilakukan pada kehamilan tidak diinginkan terutama pada
remaja. Berdasarkan hal tersebut WHO telah membuat program panduan bagi tenaga kesehatan
terkait tindakan aborsi. Jenis Pengguguran kandungan dapat dikelompokan kedalam dua jenis
yang berbeda:

5 Jurnal Keperawatan
1. Abortus spontan, yaitu pengguguran kandungan yang terjadi secara alamiah tanpa ada usaha
dari luar atau campur tangan manusia, meliputi obortion spontaneous (pengguguran kandungan
secara tak sengaja) dan abortion natural (pengguguran kandungan secara alamiah)

2. Abortus provocatus, yaitu pengguguran\ kandungan yang di sengaja, terjadi karena


adanya perbuatan manusia yang berusaha menggugurkan kandungan yang tidakdiinginkan,
meliputi:

a. Abortus provocatus medicanalis Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan


berdasarkan alasan / pertimbangan medis. Contohnya adalah abortus provocatus
therapeuticus (pengguguran kandungan untuk menyelamatkan jiwa si ibu).

b. Abortus provocatus criminalis Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan dengan


sengaja dengan melanggar berbagai ketentuan hokum yang berlaku. Misalnya: abortion
induced / abortion provoked (pengguguran kandungan yang disengaja dengan berbagai alasan
lainnya, misalnya malu pada tetangga, belum mampu punya anak dan sebagainya).

Fakta dan Alasan Aborsi

Secara faktual, pada tahun 1994 diperkirakan terjadi 1.000.000 aborsi setiap tahun di
Indonesia. 50% diantaranya dilakukan oleh mereka yang belum menikah, dan dari jumlah ini
kurang lebih 10-25% adalah remaja. Fakta lain, tidak kurang dari 2 juta perempuan Indonesia
setiap tahun melakukan aborsi karena Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD). Hasil penelitian
oleh Pusat Kesehatan UI dan Yayasan Kesehatan Perempuan tahun 2003, ditemukan bahwa 77%
mereka yang melakukan aborsi adalah ibu rumah tangga yang memiliki suami, hanya 12% oleh
remaja putri.

Mengenai alasan wanita melakukan aborsi, ternyata berdasarkan data yang kami himpun
sangat fariatif, tetapi alasan yang paling utama adalah alasan non medis. Di Amerika serikat
alasan wanita melakukan aborsi antara lain dapat dilihat dari hasil penelitian berikut ini:

1. Tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karier, sekolah atau tanggung jawab
lainnya (75 %).

2. Tidak memiliki cukup beaya untuk merawat dan menyekolahkan anak (66 %).

6 Jurnal Keperawatan
3. Tidak ingin memiliki anak tanpa ayah (50%). Alasan alasan seperti itu juga dibenarkan oleh
para wanita Indonesia yang menyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada dalam
kandungannya adalah boleh dan benar.

Semua alasan tersebut sebenarnya tidak mendasar, sebaliknya alasan-alasan itu hanya
menunjukkan ketidak pedulian seorang wanita dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Data ini
juga didukung oleh Studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998) yang
menyatakan bahwa hanya 1 % kasus aborsi disebabkan karena pemerkosaan, 3 % karena
membahayakan nyawa si Ibu, 3% karena janin akan tumbuh cacat tubuh sesius, sedangkan 93 %
kasus aborsi disebabkan karena alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri
(www.genetik2000.com).

Jika dilihat dari sudut pandang perbedaan aborsi yang dilakukan oleh perempuan yang sudah
menikah dengan yang belum menikah maka dapat dikelompokkan alasan mereka melakukan
aborsi sebagai berikut:

1. Pada perempuan yang belum/tidak menikah, alasan melakukan aborsi di antaranya karena
masih berusia remaja, pacar tidak mau bertanggung jawab, takut pada orang tua, berstatus
janda yang hamil di luar nikah, dan berstatus sebagai perempuan simpanan seseorang dan
dilarang hamil oleh pasangannya.
2. Pada perempuan yang sudah menikah, alasannya antara lain karena kegagalan alat
kontrasepsi, jarak kelahiran yang terlalu rapat, jumlah anak yang terlalu banyak, terlalu tua
untuk melahirkan, faktor sosial ekonomi (tidak sanggup lagi membiayai anak-anaknya dan
khawatir masa depan anak tidak terjamin), alasan medis, sedang dalam proses perceraian
dengan suami, atau karena berstatus sebagai isteri kedua dan suaminya tidak menginginkan
kehadiran anak dari dia (Atlas Hendartini Habsjah, 2001).

7 Jurnal Keperawatan
Resiko Aborsi bagi Wanita

Dalam buku Facts of Life yang ditulis oleh Brian Clowes, Ph.d, dijelaskan bahwa pada
saat dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yang
secara garis besarnya terdapat dua macam resiko, yaitu:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik Pada saat dan setelah melakukan aborsi, maka
wanita ada kemungkinan besar mengalami resiko kesehatan dan keselamatan terhadap tubuh
atau fisiknya diantaranya berupa :

Kematian mendadak karena pendarahan hebat, Kematian mendadak karena pembiusan


yang gagal, Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan, d. Rahim yang
sobek (uterine perforation), Kerusakan leher rahim (carvical lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya, Kanker payudara (karena ketidak seimbangan
hormon estrogen pada wanita), g. Kanker indung telur ( ovarian cancer). Kanker leher rahim
(cervical cancer), Kanker hati (Liver cancer), Kelainan pada plasenta atau ari-ari yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya, Menjadi mandul atau tidak mampu memiliki keturunan lagi, Infeksi rongga
panggul, Infeksi pada lapisan rahim.

2. Resiko gangguan psikologis atau kejiwaan. Gejala ini di kenal di dunia psikologi sebagai Post
abortion syindrome (sindrom pasca aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
Psychological Reactions Reported After Abortion yang diterbitkan oleh The Post Abortion
Review (1994). Diantara gejala-gejala kejiwaan tersebut adalah sebagai berikut: Kehilangan
harga diri (82 %), Teriak-teriak- histeris (51 %), Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63
%), ingin melakukan bunuh diri (28 %), Mulai menggunakan obat-obat terlarang (41 %),
Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59 %), Disamping gejala tersebut di atas, para
wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi atau dihantui perasaan bersalah yang tidak
pernah hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

8 Jurnal Keperawatan
Proses dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan, menurut Morgan dan Cerullo (dalam Salusu, 2015) adalah
proses untuk mencapai satu kesimpulan yang didahului oleh serangkaian pertimbangan yang
menghasilkan dipilihnya satu kemungkinan serta dikesampingkannya kemungkinan
kemungkinan lain. Salah satu contoh pengambilan keputusan adalah ketika mahasiswa memilih
universitas dan program studi. Hal ini terjadi manakala individu, lazimnya saat menginjak usia
remaja akhir, telah menyelesaikan pendidikan setingkat sekolah menengah atas (SMA).

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu
masalah dngan mengumpulkan fakta-fakta dan data, menemukan alternative yang matang untuk
mengambil suatu tindakan yang tepat. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
keputusan, yaitu :

1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan;


2. Masalah harus diketahui dengan jelas;
3. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono;
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang telah terkumpul secara sistematis;
5. Keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dianalisa secara matang. Apabila
pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan menimbulkan berbagai
masalah, diantaranya :
a. Tidak tepatnya keputusan;
b. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan organisasi baik dari
segi manusia, uang maupun material;
c. Ketidakmampuan pelaksana untuk bekerja karena tidak ada sinkronisasi antara kepentingan
organisasi dengan orang-orang di dalam organisasi tersebut;
d. Timbulnya penolakan terhadap keputusan.

9 Jurnal Keperawatan
Faktor dalam Pengambilan Keputusan Banyak faktor yang berpengaruh kepada indivvidu
mauupun kelompok dalam mengambil keputusan, yaitu:

1. Faktor internal Faktor internal dari diri perawat sangat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan . Faktor internal tersebut meliputi keadaan emosional dan fisik, personal
karakteristik,sosial, budaya, latar belakang filosofi, masa lalu, dan sikap pengambilan
keputusan yang dimiliki.
2. Faktor eksternal Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang
berpengaruh pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan masalah,
bagaimana evaluasi itu dapat dilaksanakan

Pengambilan Keputusan Peran Perawat dalam Mengambil Tindakan

Hasil analisis artikel terbanyak menungkapkan bahwa remaja merasa belum siap untuk
bertanggung jawab, menerima beban atau menjadi seorang Ibu. Ungkapan yang disampaikan “...
saya tidak siap menjadi seorang ibu, sehingga saya memilih minum pil... “. Artikel lain
mendukung bahwa remaja megatakan tidak siap secara fisik, mental dan financial “... saya
merasa tidak siap secara mental, fisik dan financial dengan anak ini... “. Hasil lain juga
menyebutkan bahwa mereka belum siap dengan tanggung jawab yang sulit “... saya belum siap,
belum mampu bertanggung jawab...”. hal tersebut juga didukung ungkapan mereka merasa
ketidaksiapan dan merasa terlalu muda “... saya tidak siap dengan bayi dan saya masih terlalu
muda untuk semua ini...”. selain kondisi-kondisi ketidak siapan ada ungkapan lain yaitu perasaan
takut sebuah artikel menyebutkan bahwa mereka merasakan konflik dengan kehamilannya “...
saya merasakan kanflik dengan diri saya sendiri dengan kehamilan...”. Hasil lain menyebutkan
mereka takut dengan orang tua “... saya takut pada orang tua, mereka akan mengusir saya dari
rumah...”.

Maka dari itu keputusan yang digunakan dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai aborsi ialah penyuluhan kesehatan, yang dapat berupa metode ceramah, metode
diskusi kelompok, curah pendapat, panel dan bermain peran, pada konsep ini hal yang paling
efektif adalah menggunakan metode ceramah yang digunakan untuk menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi kesehatan dalam hal mengenai aborsi pada remaja. Hal ini sesuai dengan
pendapat Notoadmojo (2010), kunci keberhasilan ceramah adalah menggunakan alat bantu lihat
10 Jurnal Keperawatan
semaksimal mungkin. Dalam penyampaian informasi yang ingin disampaikan, dapat dilakukan
dengan menggunakan media sebagai sarana penyampaian pesan atau informasi. Alat atau sarana
ynag mudah digunakan atau dipahami oleh penyuluh maupun objek sasaran merupakan nilai
tambah tersendiri bagi keberhasilan atau efektifnya penyuluhan. Penggunaan alat bantu atau alat
peraga dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga
memudahkan pemahaman, menghindari kejenuhan atau bosan karena responden bisa melihat
tulisan atau gambar.

KESIMPULAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia aborsi adalah:

1. Terpancarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum hasil bulan keempat dari
kehamilan); keguguran atau keluron.
2. Keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal (untuk makhluk hidup).
3. Guguran (janin).Tindakan aborsi juga dianggap sebagai dosa atau bentuk pelanggaran
moralitas dan hukum.

Dari hasil pengkajian, remaja memilih melakukan tindakan aborsi karena kehamilan yang
tidak diinginkan (KTD) akibat pergaulan bebas atau seks pranikah , factor diantaranya adalah
factor internal (dalam diri individu) dan factor internal (dorongan/ dari keputusan orang tua,
pasangan atau teman). Perawat ikut berperan dalam mengambil keputusan untuk mengedukasi
masyarakat terkait dengan tindakan aborsi melalui penyuluhan kesehatan.

11 Jurnal Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, M. (1997). Aborsi Kontroversi dan Pilihan Kebijakan. Jurnal Populasi, 8(2), 81-89.
Hertanti, A. Aborsi (Studi Deskriptif Tentang Proses Pengambilan Keputusan Aborsi Ilegal yang
Dilakukan oleh Remaja Putri di Kota Surabaya). Jurnal Sosial Politik.

Laisina, A.E., Kalalo, F., & Rompas, S. (2017). Pengaruh Penyuluhan Tentang Abortus
Provokatus Terhadap Pengetahuan Remaja di Sma Spektrum Kota Manado. E-
Journal Keperawatan, 1.

Mulyanti, L. Pengambilan Keputusan Pro Life Pada Remaja Dengan Kehamilan Tidak
Diinginkan (Ktd) Di Semarang. 28-34.

Patmawati, T.A., Saleh, A., & Syahrul, S. (2018). Efektifitas Metode Pembelajaran Klinik
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kepercayaan Diri Mahasiswa
Keperawatan : A Literature Review. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 3(2), 88-
94.
Putri, A., Ikkiu, M., & Amalia, I. (2017). Proses Pengambilan Keputusan (Decision Making
Process) untuk Memilih Universitas dan Program Studi: Studi Kasus pada
Mahasiswi Fakultas Teknologi dan Desain (FTD).

Saifullah, M. (2011). Aborsi dan Resikonya Bagi Perempuan (Dalam Pandangan Hukum Islam).
Jurnal Sosial Humaniora, 4(1), 13-25.

Sharfina, D. (2018). Hubungan Berpikir Kritis Perawat Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Keperawatan.

Simamora, R. H. (2019). Menjadi perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: Kekata Publisher.

Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi


Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya
Diruang Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI,
Tidak dipublikasikan).

Wijayanti, M. (2015). Aborsi Akibat Kehamilan Yang Tak Diinginkan (Ktd): Kontestasi Antara
Pro-Live dan Pro-Choice. Jurnal Studi Keislaman, 15(1), 43-62.

Wulandari, R., & Rachmawati, I.N. (2020). Pengambilan Keputusan Terhadap Tindakan Aborsi
pada Kehamilan Remaja: A Systematic Review. Jurnal Penelitian Suara Forikes, 11,
47-52.

12 Jurnal Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai