Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621

Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76 72

Perubahan psikologis pasca aborsi premarital pada remaja


Lia Mulyanti
Universitas Muhammadiyah Semarang, Indonesia

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK


Riwayat Artikel:
Tanggal diterima: 12-Agustus-2020 Latar belakang: Berkembangnya pola hidup seks bebas menimbulkan dampak
Tanggal direvisi: 12-November-2020 semakin banyaknya kasus kehamilan yang tidak diinginkan terutama pada
Tanggal dipublikasi: 31-Desember-2020 remaja. Kejadian kehamilan yang tidak diinginkan menuntut para pelaku seks
Kata kunci: bebas berusaha mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Psikologis Sebagian perempuan terutama remaja yang mengalami kehamilan yang tidak
Remaja dinginkan mencari temapat pelayanan aborsi yang tidak terlepas dari legalitas
Aborsi aborsi maupun ketersediaan pelayanan aborsi yang aman. Beberapa kejadian
kehamilan yang tidak diinginkan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa
diantaranya diakhiri dengan abortus. Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
sebagai batasan usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram, sedangkan menurut WHO batasan usia kehamilan saat
melakukan tindakan abortus adalah sebelum usia kehamilan 22 minggu Tujuan
penelitian: Untuk mengetahui perubahan psikologis pada remaja yang telah
melakukan aborsi pada kehamilannya. Metode: Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus untuk mengumpulkan
informasi secara mendalam tentang bagaimana perunahan psikologis pada
10.32536/jrki.v4i2.135 remaja pasca melakukan tindakan aborsi. Hasil: Dari hasil deep interview yang
dilakukan kepada 5 responden remaja yang melakukan aborsi didapatkan
bahwa kelima responden mengungkapkan bahwa muncul perasaan depresi,
kehilangan percaya diri Simpulan: Perubahan psikologis yang terjadi pada
remaja yang melakukan aborsi dimana mereka merasa menyesal telah
melakukan tindakan aborsi dan hanya mementingkan diri sendiri dan reputasi
dirinya terhadap pandangan orang lain
Key word :
Psychological Background: The development of a lifestyle of free sex has an impact on the
Adolescent increasing number of cases of unwanted pregnancy, especially in adolescents.
Abortion Unwanted pregnancy events require free sex offenders to try to find solutions
to the problems they are facing. Some women, especially adolescents who
experience unwanted pregnancies, seek access to abortion services that are
inseparable from the legality of abortion and the availability of safe abortion
services. Some unwanted pregnancies end in birth but some end in abortion.
Abortion is a threat or release of the product of conception before the fetus can
live outside the womb as a gestational age limit of less than 20 weeks or a fetal
weight less than 500 grams, whereas according to WHO, the gestational age
limit when performing an abortion is before 22 weeks of gestation. Methods:
this is to determine the psychological changes in adolescents who have had
abortion in their pregnanc. Results: from the result of deep interviews
conducted with 5 adolescent respondents who had abortion, it was found that
the five respondents revealed that they felt depressed, and lost confidence.
Conclusion: psychological changes that accur in adolescents who have an
abortion where thwy feel sorry for having an abortion and are only concered
about themselves and their reputation for the views of others.

Pendahuluan tidak menginginkan adanya proses kelahiran.


Kehamilan ini akibat dari suatu perilaku
Unwanted pregnancy atau dikenal dengan seksual/hubungan seksual baik yang disengaja
sebutan kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak disengaja (Kusmiran, 2011).
merupakan suatu kehamilan dimana pasangan Berkembangnya pola hidup seks bebas

menimbulkan dampak semakin banyaknya kasus
Korespondensi penulis.
kehamilan yang tidak diinginkan terutama pada
Alamat E-mail: lia.mulyanti@unimus.ac.id
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 73
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76

remaja. Kejadian kehamilan yang tidak diinginkan terjadinya suatu perilaku. Ketersedian akses
menuntut para pelaku seks bebas berusaha aborsi, kemudahan untuk mendapatkan obat-obat
mencari solusi dari permasalahan yang sedang untuk aborsi dapat memudahkan masyarakat
dihadapi. Sebagian perempuan terutama remaja khususnya remaja dapat melakukan aborsi dengan
yang mengalami kehamilan yang tidak dinginkan mudah. Faktor penguat adalah konsekuensi yang
akan mencari akses untuk melakukan aborsi secara ditimbulkan dari perilaku yang ditentukan apakah
aman. Namun, apabila akses aborsi yang aman pelaku menerima umpan balik positif (atau
tidak tersedia, maka mereka akan mencari tempat negatif) serta mendapatkan dukungan sosial
pelayanan aborsi yang aman (WHO, 2020). WHO setelah perilaku dilakukan. Pengaruh teman
menyatakan bahwa sekitar 45% dari semua aborsi sebaya yang pernah melakukan aborsi dapat
di seluruh dunia tidak aman. Diperkirakan sekitar 7 sebagai faktor penguat untuk melakukan aborsi.
juta perempuan di neraga berkembang per tahun
dirawat di fasilitas rimah sakit karena komplikasi Metode penelitian
aborsi tidak aman (WHO, 2020).
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Aborsi merupakan keputusan yang dianggap
kualitatif dengan desain studi kasus untuk
sebagai solusi terbaik dari permasalahan
mengumpulkan informasi secara mendalam
kehamilan yang tidak diinginkan oleh para
tentang bagaimana perubahan psikologis yang
pelakunya (Hartini, 2003). Hasil dari penelitian
ditimbulkan pasca melakukan aborsi premarital
Ocviyanti (2019), mengemukakan bahwa sekitar
pada remaja. Responden dalam penelitian ini
56% dari seluruh kehamilan yang tidak diinginkan
adalah remaja yang pernah melakukan aborsi
berakhir aborsi.
premarital yang berjumlah 5 orang. Teknik yang
Menurut survey yang telah dilakukan oleh digunakan dalam penelitian ini adalah
Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan menggunakan deep interview dengan responden.
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun
2015, bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia Hasil dan Pembahasan
telah melakukan hubungan seksual pra nikah.
Resiko terbesar dari hubungan seks pra nikah Karateristik Informan
adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan Karakteriktik informan dalam penelitian ini
seringkali berujung pada aborsi. Sekitar 20% dari disajikan pada Tabel 1.
94.270 remaja yang mengalami kehamilan diluar
nikah pernah melakukan tindakan aborsi. Tabel 1. Karateristik Informan Utama
No Kode Informan Usia Status Pendidikan
Munculnya suatu perilaku seksual pranikah 1 IU1 17 th Siswa SMA
seseorang dipengaruhi oleh dari tiga faktor yaitu 2 IU2 21 th Mahasiswa PTN
faktor predisposisi (predispoding factor), faktor 3 IU3 21 th Mahasiswa PTS
pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat 4 IU4 21 th Mahasiswa PTS
5 IU5 17 th Siswa SMA
(reinforcing factor). Menurut L. Green faktor
predisposisi merupakan faktor-faktor yang
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa 5
mendahului perilaku, dimana faktor tersebut
Informan utama (IU) berada pada rentang usia 17
memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya
tahun sampai 21 tahun. Remaja usia (17-21 tahun)
suatu perilaku. Faktor ini mencakup dimensi
berdasarkan karakteristiknya termasuk pada
kognitif dan afektif dari knowing, feeling, believing,
remaja akhir dimana pada usia tersebut dapat
valuing dan having self confidence atau self
mengungkapkan tentang kebebasan diri, lebih
efficacy. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai di
selektif ketika mencari teman sebaya, mempunyai
masyarakat dapat mendorong untuk melakukan
citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri,
aborsi karena hamil sebelum ada pernikahan
dan dapat mewujudkan rasa cinta (Wong, 2008).
dianggap sebagai aib. Faktor pemungkin
digambarkan sebagai faktor-fakor yang Pada masa adolescent umumnya remaja
memungkinkan (membuat lebih mudah) individu sudah mencapai kematangan yang sempurna baik
atau populasi untuk merubah perilaku. Faktor segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
pemungkin meliputi ketersediaan, keterjangkauan mempelajari berbagai macam hal abstrak dan
pelayanan kesehatan yang memudahkan untuk mulai memperjuangkan suatu idealisme yang
74 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76

didapat di pikiran mereka. Mereka mulai Perilaku aborsi yang dilakukan seluruh
menyadari mengkritik itu lebih mudah dari pada responden ini dilatar belakangi karena adanya
menjalaninya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat peraturan – peraturan yang berlaku. Menurut
yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini. Lawrence Green (1980) faktor pemungkin
(Nirwana BA, 2011). (Enabling factor) mencakup sarana dan prasarana
atau fasilitas yang tersedia bagi masyarakat. Dalam
Menurut pendapat Andarmoyo (2012) pada
hal ini sekolah menjadi alasan atas tindakan aborsi
usia remaja muncul karateristik seksual seperti
yang dilakukan oleh responden. Peraturan yang
mulai menjalin hubungan dengan jenis kelamin
berlaku di sekolah siswa tidak diperbolehkan
berbeda, fantasi seksual merupakan hal yang
hamil, menikah, atau melakukan tindakan
biasa, masturbasi merupakan hal yang biasa,
melanggar hukum seperti aborsi.
mungkin sudah mulai mencoba melakukan
hubungan seksual, anak wanita peduli dengan Sekolah mengharuskan anak didik disiplin
reputasi dan citra diri. mentaati peraturan yang berlaku. Jika peraturan
yang telah dibuat dilanggar akan ada sanksi
Latar Belakang Melakukan Aborsi tersendiri, misalnya dikeluarkan dari sekolah
tersebut. Peraturan di sekolah tersebut juga
Berdasarkan hasil penelitian, latar belakang merupakan salah satu faktor pemungkin (Enabling
melakukan aborsi disajikan pada Tabel 2. factor) yang mendorong responden melakukan
aborsi.
Tabel 2. Latar Belakang Melakukan Aborsi
Responden Perilaku Aborsi
RU1 RU2 RU3 RU4 RU5
Latar Takut Takut Untuk Takut Takut
belak dikeluarka dikeluarkan masa diket diketahui Hasil wawancara dengan informan, tergali tentang
ang n dari dari kampus depan ahui orang tua perilaku aborsi. Secara detail perilaku aborsi
sekolah dan takut dan oleh dan
dan takut mengecewak menjaga orang dikeluarkan disajikan pada Tabel 3.
ketahuan an orang tua kehorm lain dari sekolah
orang tua atan
orang
Tabel 3. Perilaku Aborsi
tua No. Respond Cara aborsi Tempat Orang –
en aborsi orang yang
terlibat
Dari tabel 2 didapatkan bahwa hampir 1. RU1 Menggunakan obat yang Di bidan Bidan, pacar
semua responden memiliki latar belakang yang diberikan bidan
2. RU2 Menggunakan obat yang Di bidan Bidan, asisten
sama dalam melakukan aborsi. Sebagian besar diberikan bidan, lalu bidan, pacar
responden mengatakan alasan memilih melakukan dilahirkan secara normal
3. RU3 Olah raga keras, minum Di rumah Responden
tindakan aborsi tersebut karena adanya rasa takut kecut – kecut (asam - sendiri dan
jika orang tua tahu, takut mengecewakan orang asam), makan pedes – Pacar
pedes, makan nanas
tua, menjaga kehormatan orang tua, memikirkan muda
4. RU4 Minum kiranti, minum Di rumah Responden
masa depan yang masih panjang dan takut jamu – jamuan, minum kos sendiri dan
mendapatkan sanksi dari sekolah yang minuman bersoda seperti pacar
sprite, coca - cola, makan
bersangkutan. Namun ada juga yang melakukan nanas muda, ML (Making
aborsi karena takut diketahui oleh orang lain. Love/hubungan seksual)
lagi
Pada dasarnya semua agama tidak ada yang 5. RU5 Minum jamu-jamuan dan Di rumah Pacar, orang
brem bali, di pijat dukun tua, dukun
membenarkan tindakan aborsi, kecuali dengan pada bagian perut pijat
indikasi medis. Aborsi diharamkan karena sama
dengan membunuh. Hal tersebut seperti yang Dari tabel 3 didapatkan bahwa sebagian
diterangkan dalam QS. 5:36, menerangkan bahwa besar responden melakukan tindakan aborsi
aborsi adalah membunuh dan membunuh adalah sendiri, dengan berbagai macam cara. Dua
melawan Allah. Selanjutnya aborsi juga diatur pada responden utama mengatakan bahwa dirinya
UU RI No. 1 Th. 1946, UU RI No. 7 Th. 1984, UU RI melakukan tindakan aborsi di tempat tenaga
No. 23 Th. 1992, yang menerima hukuman atas kesehatan sedangkan 3 responden utama lainnya
tindakan aborsi tersebut adalah Ibu, melakukannya sendiri tanpa ada bantuan dari
dokter/bidan/dukun yang membantu, dan orang tenaga kesehatan. Cara-cara yang digunakan
yang mendukung aborsi. responden untuk melakukan aborsi antara lain
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 75
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76

minum jamu, melakukan olah raga keras, makan dokter yang tidak bertanggungjawab, komplikasi
nanas muda, minum minuman yang bersoda, dan aborsi yang tidak segera ditolong, infeksi karena
memijat bagian perut hingga melakukan hubungan tidak diperiksa ulang.
seksual lagi untuk meluruhkan kehamilannya.
Wanita yang telah melakukan aborsi,
Pandangan seperti itu ternyata masih melekat
biasanya akan mengalami Post Abortion
pada remaja yang ingin melakukan tindakan
Syndrome (PAS) atau sering juga disebut Post
aborsi.
Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang sering
Menurut Fatmawati (2008) perilaku yang muncul antara lain depresi, kehilangan
muncul pada wanita yang telah melakukan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami
perilaku aborsi pranikah antara lain lebih menutup gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam
diri dari lingkungan keluarga dan masyarakat, berinteraksi dengan teman, perubahan
mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kepribadian yang mencolok, timbul kecemasan,
kandungan (ginekosid/ cytotec), memakai pakaian perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat
yang lebih longgar, loncat-loncat agar dalam. Mereka juga sering menangis
kehamilannya keguguran, minum jamu telat bulan, berkepanjangan, gangguan tidur atau sulit tidur,
makan nanas muda, serta pergi ke dukun. sering bermimpi buruk, sulit konsentrasi, selalu
teringat masa lalu, dan kehilangan ketertarikan
Perubahan Psikologis untuk beraktivitas.

Seluruh responden mengatakan merasa


menyesal telah melakukan tindakan aborsi, karena Simpulan
tidak memberikan kesempatan bagi calon bayinya
untuk hidup. Pernyataan yang disampaikan Perilaku aborsi pada kehamilan di luar nikah di
responden saat wawancara menunjukan bahwa kota Semarang rata–rata dilakukan pada wanita
tindakan aborsi yang saat itu dilakukan hanya usia remaja dan dewasa yang hampir semua masih
karena mementingkan diri sendiri dan reputasi berstatus pelajar/mahasiswa. Perubahan
dirinya terhadap pandangan orang lain padanya. psikologis yang terjadi pada remaja yang telah
melakukan aborsi premarital adalah merasa sedih,
Perubahan psikologi yang terjadi pada menyesal dan kecewa dengan apa yang telah
semua responden utama adalah sama. Pada mereka lakukan.
umumnya setelah mereka melakukan tindakan
aborsi mereka merasa sedih, menyesal dan
kecewa dengan tindakan yang telah mereka Daftar Pustaka
lakukan, disamping itu mereka lega karena tidak
mendapat sanksi atas perbuatan mereka. Andarmoyo Sulistyo. 2012. Psikoseksual Dalam
Pernyataan responden ini sesuai dengan Pendekatan Konsep & Proses Keperawatan.
Sarlito (2007) yang menyatakan bahwa kondisi Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
psikologis perempuan pra aborsi diantaranya Fatmawati, A (2008). Kajian Konsentrasi BAP dan
adalah takut atau cemas, merasa bingung sehingga 2,4-D terhadap Induksi Kalus Tanaman
menunda-nunda persoalan yang dihadapi, Artemisia Annua L. Secara In Vitro. Skripsi
membutuhkan perlindungan tetapi pria yang tidak diterbitkan. Fakultas Pertanian UNS:
berbuat pada umumnya tidak mau dan tidak Surakarta
mampu bertanggungjawab, membutuhkan
informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada Green, Lawrence. Health Education Planning A
siapa (masyarakat mentabukan seks, apalagi aborsi Diagnostic Approach. Baltimore. The John
dari semua yang belum menikah, khususnya Hopkins University, Mayfield Publishing Co,
perempuan). 1980.

Pada saat sudah terdesak akhirnya berusaha Hartini, W. 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan
mencari bantuan yang paling terjangkau (dekat, Remaja Putri Tentang Resiko Aborsi dengan
murah dan mudah). Tindakan nekat ini tidak Pengambilan Keputusan untuk Aborsi di
didukung oleh pengetahuan yang cukup dan bisa Yogyakarta. UGM. Yogyakarta.
sangat berbahaya, dukun atau para medik atau
76 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76

Kusmiran, E (2011). Kesehatan Reproduksi remaja Sarlito, Wirawan. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta :
dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika PT RajaGrafindo Persada.
Kementrian Kesehatan RI (2015). Situasi Kesehatan Uddin, dkk. 2004. Pengetahuan Sikap dan Praktik
Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi Aborsi di Indonesia. Jakarta: Mitra Inti
(Infodatin). Foundation
Nirwana. BA. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Widyasuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Nuha Medika. Yogyakarta. Yogyakarta: Fitramaya
Ocviyanti Dwiana, dkk. 2018. Aborsi di Indonesia. J Wong DL. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Indon Med Assoc, Volum: 68, Nomor: 6, Juni EGC. Jakarta
2018
WHO (2020). Preventing Unsafe Abortion

Anda mungkin juga menyukai