remaja. Kejadian kehamilan yang tidak diinginkan terjadinya suatu perilaku. Ketersedian akses
menuntut para pelaku seks bebas berusaha aborsi, kemudahan untuk mendapatkan obat-obat
mencari solusi dari permasalahan yang sedang untuk aborsi dapat memudahkan masyarakat
dihadapi. Sebagian perempuan terutama remaja khususnya remaja dapat melakukan aborsi dengan
yang mengalami kehamilan yang tidak dinginkan mudah. Faktor penguat adalah konsekuensi yang
akan mencari akses untuk melakukan aborsi secara ditimbulkan dari perilaku yang ditentukan apakah
aman. Namun, apabila akses aborsi yang aman pelaku menerima umpan balik positif (atau
tidak tersedia, maka mereka akan mencari tempat negatif) serta mendapatkan dukungan sosial
pelayanan aborsi yang aman (WHO, 2020). WHO setelah perilaku dilakukan. Pengaruh teman
menyatakan bahwa sekitar 45% dari semua aborsi sebaya yang pernah melakukan aborsi dapat
di seluruh dunia tidak aman. Diperkirakan sekitar 7 sebagai faktor penguat untuk melakukan aborsi.
juta perempuan di neraga berkembang per tahun
dirawat di fasilitas rimah sakit karena komplikasi Metode penelitian
aborsi tidak aman (WHO, 2020).
Penelitian ini menggunakan pendekatan
Aborsi merupakan keputusan yang dianggap
kualitatif dengan desain studi kasus untuk
sebagai solusi terbaik dari permasalahan
mengumpulkan informasi secara mendalam
kehamilan yang tidak diinginkan oleh para
tentang bagaimana perubahan psikologis yang
pelakunya (Hartini, 2003). Hasil dari penelitian
ditimbulkan pasca melakukan aborsi premarital
Ocviyanti (2019), mengemukakan bahwa sekitar
pada remaja. Responden dalam penelitian ini
56% dari seluruh kehamilan yang tidak diinginkan
adalah remaja yang pernah melakukan aborsi
berakhir aborsi.
premarital yang berjumlah 5 orang. Teknik yang
Menurut survey yang telah dilakukan oleh digunakan dalam penelitian ini adalah
Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan menggunakan deep interview dengan responden.
Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun
2015, bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia Hasil dan Pembahasan
telah melakukan hubungan seksual pra nikah.
Resiko terbesar dari hubungan seks pra nikah Karateristik Informan
adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan Karakteriktik informan dalam penelitian ini
seringkali berujung pada aborsi. Sekitar 20% dari disajikan pada Tabel 1.
94.270 remaja yang mengalami kehamilan diluar
nikah pernah melakukan tindakan aborsi. Tabel 1. Karateristik Informan Utama
No Kode Informan Usia Status Pendidikan
Munculnya suatu perilaku seksual pranikah 1 IU1 17 th Siswa SMA
seseorang dipengaruhi oleh dari tiga faktor yaitu 2 IU2 21 th Mahasiswa PTN
faktor predisposisi (predispoding factor), faktor 3 IU3 21 th Mahasiswa PTS
pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat 4 IU4 21 th Mahasiswa PTS
5 IU5 17 th Siswa SMA
(reinforcing factor). Menurut L. Green faktor
predisposisi merupakan faktor-faktor yang
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa 5
mendahului perilaku, dimana faktor tersebut
Informan utama (IU) berada pada rentang usia 17
memberikan alasan atau motivasi untuk terjadinya
tahun sampai 21 tahun. Remaja usia (17-21 tahun)
suatu perilaku. Faktor ini mencakup dimensi
berdasarkan karakteristiknya termasuk pada
kognitif dan afektif dari knowing, feeling, believing,
remaja akhir dimana pada usia tersebut dapat
valuing dan having self confidence atau self
mengungkapkan tentang kebebasan diri, lebih
efficacy. Kepercayaan, tradisi dan sistem nilai di
selektif ketika mencari teman sebaya, mempunyai
masyarakat dapat mendorong untuk melakukan
citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri,
aborsi karena hamil sebelum ada pernikahan
dan dapat mewujudkan rasa cinta (Wong, 2008).
dianggap sebagai aib. Faktor pemungkin
digambarkan sebagai faktor-fakor yang Pada masa adolescent umumnya remaja
memungkinkan (membuat lebih mudah) individu sudah mencapai kematangan yang sempurna baik
atau populasi untuk merubah perilaku. Faktor segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
pemungkin meliputi ketersediaan, keterjangkauan mempelajari berbagai macam hal abstrak dan
pelayanan kesehatan yang memudahkan untuk mulai memperjuangkan suatu idealisme yang
74 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76
didapat di pikiran mereka. Mereka mulai Perilaku aborsi yang dilakukan seluruh
menyadari mengkritik itu lebih mudah dari pada responden ini dilatar belakangi karena adanya
menjalaninya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat peraturan – peraturan yang berlaku. Menurut
yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini. Lawrence Green (1980) faktor pemungkin
(Nirwana BA, 2011). (Enabling factor) mencakup sarana dan prasarana
atau fasilitas yang tersedia bagi masyarakat. Dalam
Menurut pendapat Andarmoyo (2012) pada
hal ini sekolah menjadi alasan atas tindakan aborsi
usia remaja muncul karateristik seksual seperti
yang dilakukan oleh responden. Peraturan yang
mulai menjalin hubungan dengan jenis kelamin
berlaku di sekolah siswa tidak diperbolehkan
berbeda, fantasi seksual merupakan hal yang
hamil, menikah, atau melakukan tindakan
biasa, masturbasi merupakan hal yang biasa,
melanggar hukum seperti aborsi.
mungkin sudah mulai mencoba melakukan
hubungan seksual, anak wanita peduli dengan Sekolah mengharuskan anak didik disiplin
reputasi dan citra diri. mentaati peraturan yang berlaku. Jika peraturan
yang telah dibuat dilanggar akan ada sanksi
Latar Belakang Melakukan Aborsi tersendiri, misalnya dikeluarkan dari sekolah
tersebut. Peraturan di sekolah tersebut juga
Berdasarkan hasil penelitian, latar belakang merupakan salah satu faktor pemungkin (Enabling
melakukan aborsi disajikan pada Tabel 2. factor) yang mendorong responden melakukan
aborsi.
Tabel 2. Latar Belakang Melakukan Aborsi
Responden Perilaku Aborsi
RU1 RU2 RU3 RU4 RU5
Latar Takut Takut Untuk Takut Takut
belak dikeluarka dikeluarkan masa diket diketahui Hasil wawancara dengan informan, tergali tentang
ang n dari dari kampus depan ahui orang tua perilaku aborsi. Secara detail perilaku aborsi
sekolah dan takut dan oleh dan
dan takut mengecewak menjaga orang dikeluarkan disajikan pada Tabel 3.
ketahuan an orang tua kehorm lain dari sekolah
orang tua atan
orang
Tabel 3. Perilaku Aborsi
tua No. Respond Cara aborsi Tempat Orang –
en aborsi orang yang
terlibat
Dari tabel 2 didapatkan bahwa hampir 1. RU1 Menggunakan obat yang Di bidan Bidan, pacar
semua responden memiliki latar belakang yang diberikan bidan
2. RU2 Menggunakan obat yang Di bidan Bidan, asisten
sama dalam melakukan aborsi. Sebagian besar diberikan bidan, lalu bidan, pacar
responden mengatakan alasan memilih melakukan dilahirkan secara normal
3. RU3 Olah raga keras, minum Di rumah Responden
tindakan aborsi tersebut karena adanya rasa takut kecut – kecut (asam - sendiri dan
jika orang tua tahu, takut mengecewakan orang asam), makan pedes – Pacar
pedes, makan nanas
tua, menjaga kehormatan orang tua, memikirkan muda
4. RU4 Minum kiranti, minum Di rumah Responden
masa depan yang masih panjang dan takut jamu – jamuan, minum kos sendiri dan
mendapatkan sanksi dari sekolah yang minuman bersoda seperti pacar
sprite, coca - cola, makan
bersangkutan. Namun ada juga yang melakukan nanas muda, ML (Making
aborsi karena takut diketahui oleh orang lain. Love/hubungan seksual)
lagi
Pada dasarnya semua agama tidak ada yang 5. RU5 Minum jamu-jamuan dan Di rumah Pacar, orang
brem bali, di pijat dukun tua, dukun
membenarkan tindakan aborsi, kecuali dengan pada bagian perut pijat
indikasi medis. Aborsi diharamkan karena sama
dengan membunuh. Hal tersebut seperti yang Dari tabel 3 didapatkan bahwa sebagian
diterangkan dalam QS. 5:36, menerangkan bahwa besar responden melakukan tindakan aborsi
aborsi adalah membunuh dan membunuh adalah sendiri, dengan berbagai macam cara. Dua
melawan Allah. Selanjutnya aborsi juga diatur pada responden utama mengatakan bahwa dirinya
UU RI No. 1 Th. 1946, UU RI No. 7 Th. 1984, UU RI melakukan tindakan aborsi di tempat tenaga
No. 23 Th. 1992, yang menerima hukuman atas kesehatan sedangkan 3 responden utama lainnya
tindakan aborsi tersebut adalah Ibu, melakukannya sendiri tanpa ada bantuan dari
dokter/bidan/dukun yang membantu, dan orang tenaga kesehatan. Cara-cara yang digunakan
yang mendukung aborsi. responden untuk melakukan aborsi antara lain
ISSN 2615-5621 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia 75
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76
minum jamu, melakukan olah raga keras, makan dokter yang tidak bertanggungjawab, komplikasi
nanas muda, minum minuman yang bersoda, dan aborsi yang tidak segera ditolong, infeksi karena
memijat bagian perut hingga melakukan hubungan tidak diperiksa ulang.
seksual lagi untuk meluruhkan kehamilannya.
Wanita yang telah melakukan aborsi,
Pandangan seperti itu ternyata masih melekat
biasanya akan mengalami Post Abortion
pada remaja yang ingin melakukan tindakan
Syndrome (PAS) atau sering juga disebut Post
aborsi.
Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang sering
Menurut Fatmawati (2008) perilaku yang muncul antara lain depresi, kehilangan
muncul pada wanita yang telah melakukan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami
perilaku aborsi pranikah antara lain lebih menutup gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam
diri dari lingkungan keluarga dan masyarakat, berinteraksi dengan teman, perubahan
mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kepribadian yang mencolok, timbul kecemasan,
kandungan (ginekosid/ cytotec), memakai pakaian perasaan bersalah dan penyesalan yang teramat
yang lebih longgar, loncat-loncat agar dalam. Mereka juga sering menangis
kehamilannya keguguran, minum jamu telat bulan, berkepanjangan, gangguan tidur atau sulit tidur,
makan nanas muda, serta pergi ke dukun. sering bermimpi buruk, sulit konsentrasi, selalu
teringat masa lalu, dan kehilangan ketertarikan
Perubahan Psikologis untuk beraktivitas.
Pada saat sudah terdesak akhirnya berusaha Hartini, W. 2003. Hubungan Tingkat Pengetahuan
mencari bantuan yang paling terjangkau (dekat, Remaja Putri Tentang Resiko Aborsi dengan
murah dan mudah). Tindakan nekat ini tidak Pengambilan Keputusan untuk Aborsi di
didukung oleh pengetahuan yang cukup dan bisa Yogyakarta. UGM. Yogyakarta.
sangat berbahaya, dukun atau para medik atau
76 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 4, No. 2, Desember 2020, pp. 72-76
Kusmiran, E (2011). Kesehatan Reproduksi remaja Sarlito, Wirawan. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta :
dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika PT RajaGrafindo Persada.
Kementrian Kesehatan RI (2015). Situasi Kesehatan Uddin, dkk. 2004. Pengetahuan Sikap dan Praktik
Reproduksi Remaja. Pusat Data dan Informasi Aborsi di Indonesia. Jakarta: Mitra Inti
(Infodatin). Foundation
Nirwana. BA. 2011. Psikologi Kesehatan Wanita. Widyasuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Nuha Medika. Yogyakarta. Yogyakarta: Fitramaya
Ocviyanti Dwiana, dkk. 2018. Aborsi di Indonesia. J Wong DL. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Indon Med Assoc, Volum: 68, Nomor: 6, Juni EGC. Jakarta
2018
WHO (2020). Preventing Unsafe Abortion