Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUGAS HITUNG PERATAAN

“HITUNG PERATAAN KUADRAT TERKECIL


UNTUK JARING SIPAT DATAR”

Dosen Pengampu:

Ira Mutiara Anjasmara, ST, M.Phil, Ph.D.

Disusun oleh:

Stanly Alfallabi
03311840000024

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS


TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA

2020

3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Hitung Perataan yang
berjudul “Laporan Tugas Hitung Perataan “Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Untuk Jaring
Sipat Datar”.

Terima kasih saya ucapkan kepada :


1. Ibu Ira Mutiara Anjasmara, ST, M.Phil, Ph.D., selaku dosen pengampu mata kuliah
Hitung Perataan
2. Udiana Wahyu Deviantari ST., MT., selaku dosen asisten mata kuliah Hitung Perataan

Yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga
saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Tugas Hitung Perataan yang kami buat ini masih
jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Surabaya, 7April 2020

4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2


Daftar Isi .............................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 4
1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................................. 4
BAB II. DASAR TEORI ..................................................................................................... 5
2.1 Perataan Kuadrat Terkecil ..................................................................................... 5
2.2 Hitung Perataan Kuadrat Terkceil Metode Parameter ........................................... 5
2.3 Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode Bersyarat ............................................ 6
BAB III. METODOLOGI .................................................................................................... 7
3.1 Data Penelitan.........................................................................................................7
3.2 Peralatan Penelitian................................................................................................7
3.3 Metode Penyelesaian Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Dengan Metode
Parameter ............................................................................................................... 7
3.4 Metode Penyelesaian Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Dengan Metode
Bersyarat ................................................................................................................ 7
BAB IV. PEMBAHASAN SOAL ....................................................................................... 9
4.1 Tugas 1 Hitung Perataan.........................................................................................
4.2 Penyelesaian dengan Metode Parameter ............................................................... 9
4.3 Penyelesaian dengan Metode Bersyarat ............................................................... 11
BAB V. KESIMPULAN ..................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17

3
BAB
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap pengukuran tidak pernah bebas dari kesalahan. Adapun kesalahan-kesalahan


seperti kuantitas, diperlukan suatu proses untuk menghilanglan kesalahan serta mengestimasi
nilai pengukuran yang paling benar, Proses tersebut dinamakan teknik perataan. Teknik hitung
perataan yang paling umum digunakan adalah teknik hitung perataan kuadrat terkecil. Salah
satu pengaplikasian dari teknik perataan kuadrat terkecil adalah pada perhitungan jaring sipat
datar/perhitungan beda tinggi. Perataan jaringan menggunakan metode kuadrat terkecil.
Kuadrat terkecil dimaksudkan untuk mencari suatu nilai akhir sehingga jumlah kuadrat dari
residu adalah minimum. Sehingga tidak mungkin ada nilai hasil hitungan yang lain yang
jumlah kuadrat residunya lebih kecil.

1.2 Tujuan

Tujuan penyusunan laporan ini yaitu:

1. Memenuhi tugas Mata Kuliah Hitung Perataan Teknik Geomatika.


2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar hitung perataan kuadrat terkecil.
3. Mahasiswa mampu memahami dan membandingkan hasil perhitungan dari metode
parameter dan bersyarat.

4
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Perataan Kuadrat Terkecil

Hitung perataan kuadrat terkecil dimaksudkan untuk mendapatkan harga estimasi dari
suatu parameter yang paling mendekati harga yang sebenarnya dengan cara menentukan
besaran yang tidak diketahui (parameter) dari sekumpulan data ukuran yang mempunyai
pengamatan lebih. Penyelesaian hitung kuadrat terkecil dilakukan dengan mencari suatu nilai
akhir yang unik dengan cara tertentu sehingga jumlah kuadrat residualnya (VTPV) minimum,
sehingga tidak mungkin ada nilai hasil hitungan lain yang jumlah kuadrat residualnya
(VTPV) lebih kecil. (Hadiman, 1991).

Menurut Wolf (1997) prinsip hitungan perataan dengan kuadrat terkecil adalah
jumlah kuadrat dari koreksi yang diberikan pada hasil ukuran adalah minimum dengan
besaran pengamatan pada persamaan tersebut merupakan fungsi dari persamaan parameter.
Model matematis yang menunjukkan pengamatan adalah fungsi dari parameter ditunjukkan
sebagai berikut (Wolf, 1997):

2.2 Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode Parameter

Dalam teori kuadrat terkecil, metode ini sering diistilahkan hanya dengan metode A
atau metode standart II. Pada metode ini harus dicari sejumlah parameter (besaran yang
belum diketahui nilanya) yang independent. Secara umum, besaran yang akan dicari dapat
digunakan sebagai parameternya. Banyaknya parameter yang harus ditentukan harus
sejumlah u yaitu banyaknya nilai-nilai yang dapat ditentukan dari data yang ada (diukur).
Atau dapat dikatakan sebagai banyaknya data minimum yang harus dibuat pada permasalahan
tersebut. Setelah parameternya ditentukan, selanjutnya ditentukan hubungan masing-masing
ukuran dengan parameter-parameter tersebut. Sehingga, akan didapat sejumlah n banyaknya
ukuran persamaan.
Dalam hal ini ,
B = Matriks Desain (n x u)
F = Matriks Pengamatan (n x 1)
n = Jumlah pengamatan
W = Matriks Bobot (n x n)
7
u = Jumlah parameter
V = Matriks koreksi (n x 1) (B X – F)
X = Matriks Paramater (u x 1) (ATW A) -1 ATW F
σ0 2= Variansi (VTW V /(n-u))
σ LL = Varian-kovarian tiap Beda Tinggi (W-1 – (W-1 – BT( BTWB )-1BT)) * ơ2

Model matematia merupakan model persamaan linier sehingga semua persamaan harus
dilinearkan terlebih dahulu menggunakan deret taylor.

Bentuk umum persamaan matriks metode parameter adalah :

V=AX+L
= Ax + (Xo)-Lb dengan X = Xa – Xo

Keteranga:
• V = Matriks residu dengan dimensi (nx1)
• A = Matriks koefisien dengan dimensi (nxu) yang didapatkan dari proses
differensial parsial terhadap parameter yang dicari
• X = Matriks Parameter dengan dimensi (n x 1)
• L = Matriks sisa dengan dimensi (nx1)

Dalam hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter, nilai c selalu sama dengan nilai n
(c=n). Persamaan kondisi untuk hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter adalah:

Maka:

Dimana :

v = vektor residual
b = matriks koefisien dari parameter yang dicari
∆ = vektor parameter yang dicari
f = vektor konstanta setelah dilakukan linerisasi

Adapun output yang didapatkan dari hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter ini
adalah langsung berupa nilai-nilai parameter yang dicari.

5
2.3 Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode Bersyarat

Disamping metode parameter seperti diatas, metode lainnya adalah metode kuadrat terkeci
dengan membuaat syarat pada besaran pengukuran. Metode ini juga sering disebut metode
bersyarat. Jika pada metode parameter harus ditentukan banyaknya n (jumlah pengukuran)
dan u (syarat pengukuran), pada metode ini juga tetap harus ditentukan. Selanjutnya, dari
nilai n dan u tersebut digunakan untuk menentukan banyaknya persamaan syarat r yang harus
ditentukan r = n – u. karena n >= u, maka nilai r selalu >= 0. Jika r tepat sebesar 0, berarti
tidak perlu adanya hitungan perataan karena tidak akan didapat nilai koreksi pengukuran.
Dalam hal ini ,

A = Matriks Desain (r x n)
W = Matriks Pengamatan (r x 1)
r = Jumlah persamaan
P-1 = Matriks Bobot (n x n).
n = Jumlah pengamatan
K = Matriks Korelat (r x 1) (( A P-1 AT )-1*W)
V = Matriks koreksi (n x 1) (-( P-1 AT K ))
σ0 2= Variansi (WTK /(n-u))
σ LL = Varian-kovarian tiap Beda Tinggi (P-1 – (P-1AT( ATP-1A )-1AP-1)) * ơ2

Adapun dalam bentuk matrik, dapat disusun berdasarkan persamaan berikut:

Dimana

v = vektor residual
A = matriks koefisien dari nilai residual
f = vektor konstanta setelah dilakukan linerisasi

Adapun output yang didapatkan dari hitung perataan kuadrat terkecil metode bersyarat ini
adalah masih berupa nilai residual, sehingga untuk mendapatkan nilai parameter yang dicari
atau nilai pengukuran yang sebenarnya, maka nilai residual tersebut perlu ditambahkan
dengan nilai hasil pengukuran.

7
BAB III

BAHAN DAN

METODOLOGi

3.1 Data Penelitian


Data yang digunakan adalah data contoh beda tinggi jaring Sipat Datar
yang di berikan pada soal.

3.2 Alat Penelitian


Peralatan penelitian yang digunakan dalam tugas 1 ini ini adalah sebagai berikut :

1. LaptopASUS A43S Series,Sistim operasi : Windows 7 Ultimate,Processor :


Intel(R) Core(TM) i3-2350M 2.30 GHz,RAM : 2.00GB RAM,Harddisk : 464
GB,System type : 64bit Operating System.
2. MATLAB r2019 B

3.3 Metode Penyelesaian Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Dengan Metode


Parameter
Metode penyelesaiaan soal Hitung Perataan Kuadrat Terkecil dengan Metode
Parameter:
i. Carilah n, 𝑛0, r, c, dan u. Selain itu, identifikasi pula nilai beda tinggi hasil ukuran
sambil disesuaikan dengan sketsa dan parameter-parameter yang akan dicari.
ii. Menyusun persamaan kondisi sesuai persamaan:

iii. Kemudian pindah ruaskan nilai yang tidak diketahui ke sebelah kiri dan nilai-nilai
yang diketahui ke sebelah kanan.
iv. Susun persamaan kondisi ke dalam bentuk matriks sesuai persamaan:
v. matriks berat W dengan mengasumsikan bobot tiap nilai merupakan invers dari
panjang sisi.
vi. Menyusun matriks koefisien persamaan normal N dimana :

vii. Menyusun matriks konstanta persamaan normal t dimana:

viii. Menyusun matriks Δ atau parameter yang dicari, yaitu Tinggi titik B, C, D, dan E,
dimana :

5
3.4 Metode Penyelesaian Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode
Bersyarat
Metode penyelesaian Hitung Perataan Kuadrat Terkecil dengan Metode
Bersyarat :
i. Carilah n, 𝑛0, r, c, dan u. Selain itu, identifikasi pula nilai beda tinggi hasil ukuran
sambil disesuaikan dengan sketsa .
ii. Bentuk persamaan kondisi, dimana banyaknya persamaan kondisi yang hendak
disusun juga dapat dilihat berdasarkan banyaknya loop dalam sketsa.
iii. Bentuk persamaan kondisi e dalam bentuk matriks sesuai persamaan:

7
iv. Selanjutnya Menyusun matriks berat W dengan mengasumsikan bobot tiap nilai
merupakan invers dari panjang sisi.

v. Lalu matriks kofaktor Q dimana :

vi. matriks persamaan normal Qe dimana :

vii. Menyusun matriks We atau invers dari Qe dimana :

viii. Menyusun matriks konstanta Lagrange k dimana :

ix. Menyusun matriks v atau nilai residual atau koreksi dimana :

x. Menentukan nilai beda tinggi terkoreksi atau nilai beda tinggi setelah dilakukan
perataan dimana :

xi. Menentukan tinggi yang akan dicari dengan cara nilai tinggi titik BM yang sudah
diketahui ditambahkan dengan nilai beda tinggi hasil perataan yang disesuaikan
dengan sketsa dan arah loop.

5
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Tugas 1 Hitung Perataan

4.2 Penyelesaian Dengan Metode Parameter


• Dari soal tersebut, maka dapat
diketahui n = 8
n0 = 4
r = n - n0 = 8 – 4 = 4
c=n=
8u=4
• Menyusun Persamaan kondisi
A – B + h1 + v1 = 0 v1 – B = -A –
h1
B – C + h2 + v2 = 0 B – C + v2 = - h2
C – D + h3 + v3 = 0 C – D + v3 = - h3
D – A + h4 + v4 = 0 D + v4 = A – h4
A – E + h5 + v5 = 0 v5 – E =-A–
h5
B – E + h6 + v6 = 0 B – E + v6 = - h6
C – E + h7 + v7 = 0 C – E + v7 = - h7
D – E + h8 + v8 = 0 D – E + v8 = - h8

7
• Menyusun Matriks dari persamaan kondisi tersebut

𝑣1 −1 0 0 0 −716,298
𝑣2 1 −1 0 0 17,7
𝑣3 0 1 −1 0 𝑇𝐵 0,687
𝑣4 0 0 1 0 𝑇𝐶 697,914
+ + [ ] =
𝑣5 0 0 0 −1 𝑇𝐷 −723,615
𝑣6 1 0 0 −1 𝑇𝐸 −7,304
𝑣7 0 1 0 −1 −25,025
[𝑣8] [0 0 1 −1] [ −25,709 ]

• Menyusun Matriks W dengan mengansumsikan nilai bobot masing masing tiap


nilai
Misal : a = 3
Maka W = a/L , dimana L merupakan Panjang sisi
a/1.3
a/1.9
a/2.3
a/2.7
W=
a/0.3
a/0.9
[ a/1.7
a/1.6]
0.2308
0.1579
0.1304
W= 0.111
1
0.333
0.176
[ 0.1875]

• Menyusun Matriks N, dengan persamaan

0.7220 −0.1579 0 −0.333


−0.1579 0.4648 −0.1304 −0.1765 ]
N=[ −0.1875
0 −0.1304 0.4291
−0.333 −0.1765 −0.1875 1.6973

5
• Menyusun Matriks t, dengan persamaan

165.6596
t = [ −7.1213 ]
72.636
735.2863

• Menyusun matriks Δ atau parameter yang dicari, yaitu Tinggi titik B, C, D, dan E
dengan persamaan

716.3033
∆ = [ 698.5959]
697.9087
723.6144

jadi tinggi titik b, c, d, dan e sebagai berikut :

TB =716.3032 m

TC =698.5959 m

TD =697.9087 m

TE =723.6144 m

4.3 Penyelesaian Dengan Metode Bersyarat


• Dari soal tersebut, maka dapat
diketahui n = 8
n0 = 4
r = n - n0 = 8 – 4 = 4
c=r=4
• Menyusun persamaan kondisi
LOOP ABEA h1 + v1 + h6 + v6 – h5 – v5 = 0 v1 + v6 – v5 = h5 – h1 – h6
LOOP BCEB h2 + v2 + h7 + v7 – h6 – v6 = 0 v2 + v7 – v6 = h6 – h2 – h7
LOOP AEDA h4 + v4 + h5 + v6 – h8 – v8 = 0 v5 + v4 – v8 = h8 – h4 – h5
LOOP ECDF h3 + v3 + h8 + v8 – h7 – v7 = 0 v3 + v8 – v7 = h7 – h3 – h8

7
• Membuat persamaan matriks dari persmaan kondisi yang dibuat, dengan
persaman

𝑣1
𝑣2
1 0 0 0 −1 1 0 0 𝑣3 0.013
0 1 0 0 0 −1 1 0 −0.021
[ 𝑣4
] + 𝑣5 = [ ]
0 0 0 1 1 0 0 −1 0.003
0 0 0 0 0 0 −1 1 𝑣6 0.008
𝑣7
[𝑣8]

• Menyusun matriks W dengan mengasumsikan bobot tiap nilai merupakan


Panjang sisinya
1.3
1.9
2.3
W= 2.7
0.3
0.9
1.7
[ 1.6]

• Menyusun matriks kofaktor Q dengan persamaan

Missal a = 0.3, maka


1.3
1.9
2.3
Q =1 W-1 = 2.7
1 3 0.3
𝑎 0, 0.9
1.7
[ 1.6]

4.333
6.333
7.667
1
Q = W-1 = 9
𝑎 1
3
5.667
[ 5.333]

5
• Menyusun matriks Qe dengan persamaan

Untuk matriks AQ

4.3 0 0 0 −1 3 0 0
AQ =[ 0 6.3 0 0 0 −3 5.6 0 ]
0 0 0 9 1 0 0 −5.3
0 0 7.6 0 0 0 −5.6 5.3

1 0 0 0
0 1 0 0
4.3 0 0 0 −1 3 0 0 0 0 0 1
0 6.3 0 0 0 −3 5.6 0 0 0 1 0
[ ]
0 0 0 9 1 0 0 −5.3 −1 0 1 0
0 0 7.6 0 0 0 −5.6 5.3 1 −1 0 0
0 1 0 −1
[0 0 −1 1]
8.3 −3 −1 0
Qe = [−3 15 0 −5.6]
−1 0 15.3 −5.3
0 −5.6 −5.3 18.6

• Menyusun matriks We dengan persamaan

0.1330 0.0317 0.0133 0.0134


We = [ 0.0839 0.0121 0.0289
0.0317 ]
0.0133 0.0121 0.0748 0.0251
0.0134 0.0289 0.0251 0.0695

• Menyusun matriks kontanta k lagrange dengan persmaan


0.001211

0.1330 0.0317 0.0133 0.0134 0.013


0.0317 0.0839 0.0121 0.0289 −0.021 −0.001167
[ ] ]=[ ]
0.0133 0.0121 [
0.0748 0.0251 0.003 0.000592
0.0134 0.0289 0.0251 0.0695 0.008 −0.000024

Langkah 8 : Menyusun matriks v atau nilai korelasi, dengan persamaan

7
0.005247
−0.007391
−0.000187
v = 0.005330
−0.000619
0.007134
−0.006475
[ −0.003289]

• Menentukan nilai beda tinggi terkoreksi setelah dilakukan perataan

1. h1 ^ = 1h 1+ l = 16.3032474385184 m
2. h2 ^ = 2h 2+ l = -17.7073910406173 m
^
3. h3 = 3h +3 l = -0.687186622338212 m
4. h4 ^ = 4h +4 l = 2.09133022443713 m
5. h5 ^ = 5h 5+ l = 23.6143812998093 m
^
6. h6 = 6h 6+ l = 7.31113386129093 m
^
7. h7 = 7h 7+ l = 25.0185249019082 m
8. h8 ^ = 8h +8 l = 25.7057115242464 m

• Menentukan tinggi titik B,C,D dan E TA =

700 m
^
TB = TA +1 h = 716.303247438518

m TC = 5
T
7 A
+ h ^– h ^
=
^
698.595856397901 m TD = TA - h
4

= 697.908669775563
5
^
m TE = TA + h = 723.614381299809

5
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan soal diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengukuran pasti
akan mengandung nilai kesalahan (eror). Nilai nilai eror dapat dikurangi atau direduksi
dengan Teknik hitung perataan. Dalam Teknik hitung perataan sendiri terdapat 2
metode yaitu metode parameter dan metode bersyarat, dimana kedua metode ini akan
menghasilkan ukuran yang sama.Setelah dilakukan perhitungan kuadrat terkecil
dengan metode parameter dan bersyarat, dapat kita lihat bahwa kedua metode tersebut
memberikan hasil yang sama persis, dimana tinggi titik B, C, D, dan E berturut-turut
adalah 716,3032 m; 698,5959 m; 697,9087; dan 723,6144 m.

Metode bersyarat pada metode bersyarat outputnya masih berupa nilai v atau
koreksi, sehingga untuk mendapatkan nilai sebenarnya perlu ditambahkan terlebih
dahulu dengan nilai pengamatan. Sedangkan, pada metode parameter outputnya sudah
langsung berupa nilai parameter yang sebenarnya (dianggap benar karena sudah
dilakukan perataan).

Anda mungkin juga menyukai