Anda di halaman 1dari 15

TUGAS INDIVIDU

STRATEGI MENCEGAH RADIKALISME


DI KALANGAN MAHASISWA

DI SUSUN :
NAMA : LA ODE SAHAMADA
NIM : A1P120091
KELAS : A
MATKUL : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UAS : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan, kekuatan, rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas UAS pendidikan agama islam yang
berjudul “ STRATEGI MENCEGAH RADIKALISME DI
KALANGAN MAHASISWA “ .
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini sehinggah
dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni dan juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan baik
dalam penulisan, isi data, maupun analisisnya oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca mengenai
penyusunan makalah ini sangat saya harapkan.

Kendari, 31 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR PUSAKA

HALAMAN SAMPUL……………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………...
A. Latar belakang……………………………………………....
B. Rumusan Masalah…………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………
BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………….
A. Radikalisme dalam tinjauan konsep………………………..
B. Radikalisme islam dikalanngan mahasiswa…………………
C. Pola-pola penyebaran paham radikalisme
Di kalangan mahasiswa……………………………………..
D.Mencegah radikalisme di kalangan mahasiswa…………….
BAB 3 PENUTUP…………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………….
B. Saran…..…………………………………………………….
DAFTAR PUSAKA……………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara garis besar gerakan radikalisme di sebabkan oleh faktor
ideologi dan faktor non-idelogi seperti ekonomi, dendam, sakit hati,
ketidak percayaan dan lain sabagainya. Faktor ideology sangat sulit di
barantas dalam jangka pendek dan memerlukan perencanaan yang
matang karna berkaitan dengan keyakinan yang sudah di pegangi dan
emosi keagamaan yang kuat. Faktor ideologi merupakan faktor
perkembangan radikalisme di kalangan mahasiswa. Secara teritis,
oanr yang memiliki bekal pengetahuan setingkat mahasiswa apabila
memegang keyakinan radikal pasti sudah melalui proses atau tukar
pendapat cukup lama dan intest sehingga pada akhirnya mahasiswa
tersebut dapat menerima paham radikal.
Radikalisme muncul karena adanya proses komunikasi dengan
jaringan-jaringan radikal di luar kampus dengan demikian gerakan-
gerakan radikal yang Selama ini telah ada mencoba membuat
metamorfosa dengan merekrut mahasiswa, sebagai kalangan terdidik.
Dengan cara ini, kesan bahwa radikalisme hanya di pegangi oleh
masyarakat awam kebanyakan menjadi luntur dengan sendirinya.
B. Rumusan Masalah

A. Apa itu radikalisme?


B. Perkembangan radikal di kalangan mahasiswa!
C. Saluran-saluran perkembangan radikalisme di kalangan
mahasiswa!
D. Bagaimana cara mencegah radikalisme di kalangan
mahasiswa?

C. Tujuan pembahasan

A. Agar dapat mengetahui apa itu radikalisme


B. Mengetahui perkembangan radikalisme di kalangan
mahasiswa
C. Untuk mengetahui saluran perkembangan radikalisme di
kalangan msyarakat
D. Mengetahui cara pencegahan radikalisme di kalangan
mahasiswa

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Radikalisme Dalam Tinjauan Konsep

Radikalisme berasal dari kara radikal yang artinya besar-


besaran dan menyeluruh, keras, kokoh, maju, dan tajam ( dalam
berfikir ). Biasanya radikalisme di defenisikan sebagai faham politik
kenegaraan yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan
besar sebagai jalan untuk mencapai taraf kemajuan.
Radikalisme yang di maksud dalam tulisan ini adalah
gerakan-gerakan keagamaan ( Islam ) radikal di kalangan mahasiswa
yang bercita-cita ingin melakukan perubahan besar dalam politik
kenegaraan dalam menggunakan cara-cara kekerasan. Perubahan
besar dalam politik yang di maksug adalah mengubah bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia.
Kata arau istilah radikalisme dalam tulisan ini akan di gunakan
dengan istilah lain yang sejenis seperti istilah militant, garis keras,
dan fundamentalisme. Pengertian militant kalua merujuk kepada
kamus besar bahasa Inggris Collin Cobuild, English Dictionary For
Advanced Learners 2000, bermakna seseorang atau suatu sikap yang
sangat percaya pada sesuatu da aktif mewujudkanya dalam perubahan
sosial politik. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia
mendefinisikan bahwa arti militant adalah bersemangat tinggi, penuh
gairah, atau berhaluan keras.

Barangkali istilah lain yang akan sering muncul dalam tulisan


ini adalah fundamentalisme. Kata “ fundamental “ adalah kata sifat
yang memberikan pengertian “ bersifat dasar ( pokok ), mendasar “, di
ambil dari kata “ fundament “ yang berarti “ dasar, asas, alas, dan
fondasi “. Dengan demikian, fundamentalisme dapat diartikan sebagai
paham yang berusaha memperjuangkan atau menerapkan apa yang
dianggap mendasar.

B. Radikalisme Islam di Kalangan Mahasiswa

Proses radaikalisme ternyata juga menjangkau kampus


khususnya kalangan mahasiswa. Salah satu buktinya adalah
tertangkapnya lima dari tujuh belas anggota jaringan Pepi Fernando
berpendidikan sarjana, tiga diantaranya merupakan lulusan
Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan oleh Litbang
Departemen Agama tahun 1996 pada empat perguruan tinggi sekuler
yakni UI, UGM, Unair dan Unhas terjadi peningkatan aktivitas
keagamaan di sejumlah kampus-kampus tersubut, bahkan disebutkan
bahwa kampus-kampus tersebut menjadi tempat yang paling potesial
berkembangnya aktivitas keislaman ( religious ) yang cederung
eksklusifdan radikal. Dengan demikian, revivalisme Islam tidak
muncul dari kampus-kampus berbasis keagamaan, tetapi dari kampus-
kampus sekuler atau umum.
Perguruan tinggi umum lebih mudah menjadi target
rekrutmen gerakan-gerakan radikal, sementara perguruan tinggi
berbasis keagamaan dianggap lebih sulit, kalau ternyata faktanya
menunjukkan bahwa gerakan radikal juga sudah marak dan subur di
kampus-kampus berbasis keagamaan, maka ini dapat membuktikan
dua hal,. Pertama, telah menjadi perubahan di dalam perguruan tinggi
berbasis keagamaan itu sendiri. Kedua, telah tejadi metamorfosa
bentuk dan strategi gerakan di internal gerakan-gerakan radikal.
Berdasarkan hipotesa di atas, gerakan radikal di kalangan
Mahasiswa tidak berdiri sendiri, tetapi pasti memiliki keterkaitan
jaringan dengan organisasi-organisasi radikal di luar kampus yang
sudah terlebih dahuluh ada. Fenomena NII menjadi bukti gamblang
bahwa ada keterkaitan antara jaringa gerakan radikal di kampus
dengan gerakan radikal di luar kampus.

C. Pola-pola Perkembangan Radikalisme


Di kalangan Mahasiswa

Lingkungan perguruuan tinggi dimanapun berada, sedang


mengalami perubahan yang sangat cepat, secara global perubahan
terlihat dalam bentuk perkembangan masyarakat informasi yang
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam situasi yang
demikian penguasaan ilmu pengetahuan oleh individu dan atau
organisasi akan menjadi prasyarat dan modal dasar bagi upaya
pengembangan diri dan organisasi dalam situasi yang makin
kompetitif. Dalam masyarakat yang demikian setiap orang atau
organisasi harus selalu memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan, jika ingin tetap hidup dan berkembang.
Kondisi yang demikian memerlikan respon proaktif dari
seliruh lapisan masyarakat, terlebih-lebih lagi perguruan Tinggi
sebagai center of excellence harus melakukan reposition dalam
konteks lingkungan eksternal melalui upaya restructuring internal
yang terencana dengan baik, dilaksanakan dengan baik, dan
dievaluasi dengan baik secara berkesinambungan dalam bingkai
semangat.
Dari sudut pandang filosofis, perkembangan Iptek sangat
cepat, telah makin mengokohkan faham pemikiran Pragmatisme-
ultilitarianisme, dimana segala sesuatu cenderung dilihat dari sudut
manfaat dan kegunaan praktis bagi kehidupan, keadaan ini telah
mengakibatkan pemahaman dan orientasi pendidikan mengalami
pragmatisasi, dimana sebelumnya pendidikan lebih di lihat secara
ideal sebagai upaya untuk mendewasakan manusia melalui
transmission of culture, value, and norm tanpa atau kurang
memperhatikan dampak praktisnya atau lebih khusus dampak
ekonomi bagi kehiupan masyarakat.
pendidikan/ lembaga pendidikan termasuk Perguruan Tinggi
Keadaan yang demikian menjadikan tuntnan masyarakat
terhadap pendidikan/lembaga pendidikan termasuk perguruan tinggi
mengalami pergeseran dari runtunan yang sifatnya idealis kearah
tuntunan yang lebih praktis-pragmatis. Namun demikian Nampak nya
akan sangat bijak apabila pergeseran tersebut dilihat sebagai gerakan
banduldengan dua ujung, di mana yang satu sama sekali tidak
menafirkan yang lain, idealisme tidak diangap sebagai penegakan
pragmatism, dan pragmatise tidak dianggap akan mengahapus
pemahaman ideal tentang pendidikan.
Untuk mengantisipasi dan merespon hal tersebut di atas,
diperlukan upaya-upaya untuk memanpukan perguruan tinggi menjadi
pelopor dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia
yang terintegrasi guna memenuhi, kebutuhan warga masyarakat yang
beriorentasi ideal atas pendidikan, melalui penciptaan lingkungan
yang kondusif bagi tumbuhnya spirit akademik yang dinamis serta
menjadi wahana sosialisasi nilai-nilai, norma, dan sikap mandiri dan
kebutuhan masyarakat yang beriorentasi pragmatis melalui kesiapan
mendidik manusia yang dapat terserap oleh dunia usaha sesuai
spesifikasinya masing-masing.
Dalam konteks Indonesia bahwa awal masuknya radikalisme
di Indonesia berawal berdirinya NII/DI/TII. Isu-isu yang di
kembangkan kelompok teroris akan selalu berkembang dan mereka
akan memanfaatkan momen-momen
A. Isu perbedaan sunnih syaih
B. Akhir zaman ada iman mahdi
C. Uang
D. Memperbaiki keturunan.

Dalam memberikan pemahaman kepada mahasiswa kelompok


ini melalui berbagai jalur, seperti, kos-kosan, Masjid, Mentoring,
Kampus, asrama, masjid fakultas, dan universitas. Pada awal mulanya
dokttin utamanya tidak diperlihatkan, tetapi dengan sesuatu yang
seakan-akan pembenaran nanti setelah masuk maka agenda untuk
memasukkan ideologinya akan dilakukan dengan halus dan tidak
terasa yang akhirnya kita akan mengikuti mereka.
Sementara bahwa pola penanaman fahan radikalisme dimulai
dari penyebaran pemikiran yang bersifat fanatisme sempit dalam
pemahaman terhadap suatu peristiwa, nilai-nila kehidupan dan
pemahaman keagamaan. Setelah itu dilakukan pendekatan intesif
melalui kegiatan mentoring, atau kelompok-kelompok kecil, sampai
mereka adalah kelompok yang paling benar, serta menganggap
kelompok yang lain adalah salah atau sesat atau kafir. Baru apabila
kondisi ini telah tercipta, maka mulai dimasukkanlah pemahaman dan
penanaman fahan radikalisme dan pada akhirnya sampai pada
melakukan gerakan radikalisme yang pada ujungnya adalah sampai
pada timbulnya gerakan terorisme.
D. Mencegah Radikalisme Di Kalangan
Mahasiswa

Perguruan Tinggi mempunyai peran penting dan strategi


dalam menangkal bahaya radikalisme dan intoleransi yang tumbuh di
masyarakat. Mahasiswa di harapkan jadi ujung tombak untuk
menangkal tumbuh kembangnya paham radikalisme, Menurut
pimpinan Rektorat bahwa untuk mengatasi radikalisme di kampus
maka akan melakukan beberapa kegiatan. Pertama, melestarikan
kegiatan islam yang penuh perdamaian, sejuk dan saling menyayangi
dengan cara menggiatkan Unsoed mengaji di setiap fakultas dengan
mendatangkan ulama untuk memberikan pemahaman agama islam
yang Rahmatallilalamin. Kedua, memberikan kegiatan
kemahasiswaan yang lebih banyak dengan meningkatkan bakat dan
kemampuan melalui olah raga, riset dan pengembangan diri.
Ketiga, pimpinan universitas akan mengontrol fasilitas kampus,
masjid, musola, dan ruang-ruang pertemuan. Jadi jangan di bebaskan,
diberikan sebabas-bebasnya kepada mahasiswa karena mesjid,
musola, dan bahkan student center. Keempat, perlu penguatan
kembali mata kuliah yang punya kaitan denhan penguatan
kebangsaan, misalnya Agama Islam, Pancasila, Kewarganegaraan,
sejarah, dan ilmu sosial yang harus di perkuat dengan konteks
kebangsaan.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh kalangan
mahasiswa, dalam rangka menangkal pengaruh paham dan ajaran
radikal yakni :
a) Tanamkan jiwa nasionalisme dan kencitaan NKRI
b) Perkaya wawasan keagamaan yang moderat, terbuka dan
toleran
c) Bentengi keyakinan diri dengan selalu waspada terhadap
provokasi, hasutan dan pola rekruitmen teroris baik di
lingkungan masyarakat maupun dunia maya
d) Membangun jejaring dengan komunitas damai baik offline
maupun online untuk menambah wawasan dan
pengetahuan
e) Bergabunglah di kelompok damai sebagai media
komunitas dalam rangka membanjirin dunia maya dengan
pesan-pesan perdamaian dan cinta NKRI
BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
Fenomena radikalisme di kalangan mahasiswa benar adanya,
sesuatu yang dapat di pegang dan di pelajari, meskipun pada dasarnya
gerakan seperti ini menggunakan system selyang kasat mata, adanya
ibarat angin yang bisa di rasakan tapi sulit dipegang. Namun
demikian, kasus penangkapan terhadap jarring Pepi Fernando menjadi
bukti nyata sekaligus menegaskan bahwa gerakan radikal dikalangan
mahasiswa sudah bisa dipegang dan di pelajari.
Mahasiswa yang di rekrut ke dalam gerakan-gerakan radikal
biasanya berasal dari perguruan tinggi umum terlebih yang berasal
dari fakultas aksakta. Namun demikian, perkembangan terbaru
mengiformasikan kampus berbasis keagamaan juga tidak luput dari
sasaran perekrut gerakan-gerakan radikal.

B. Saran
Perlu di tingkatkan kontrol dan pengawasan pemerintah dan
aparat penegak hukum terhadap bentuk-bentuk dan gejala-gejala yang
berpotensi menimbulkan radikalisme, dan dapat memberikan
hukuman bagi para pelaku radikalisme yang sesuai dengan apa yang
telah dilakukan oleh para pelaku radikalisme
DARTAR PUSAKA

Abegebriel, A. Maftugf, A. Yani Abeveiro SR-Ins Team, Negara


Tuhan; The Thematic Encyclopedia, Jogjakarta : SR-Ins
Publishing, 2004.
Anshori, A. Yani,”Wacana Siyasah Syar’iyyah di Indonesia ;
Belajar lebih bijak “makalah pada seminar nasional “
Politik Hukum Islam di Indonesia “,Yogyakarta :
Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah UIN Sunan
Kalijaga, 2006.
Departemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia,
Cct, ke-3, Jakarta; Balai Pustaka, 1990.
Azra, Azyumardi, Pergolakan politik Islam Dari Fundamentalisme
Modernisme Hingga Post-Modernism, Jakarta: penerbit
Paramadina, 1996.

Anda mungkin juga menyukai