Pewarna Alami
Diajukan oleh :
2021/2022
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
3
4
dan ada yang panjang. Bentuk ubi beragam mulai agak gemuk membulat, lonjong,
pendek hingga memanjang. Bagian dalam singkong berwarna putih atau
kekuningkuningan
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses pemisahan
secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya
melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Wilson, et al., 2000).
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari
jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang
ditetapkan (Depkes RI 1995).
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat tertentu,
terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Pada
umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada
kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik. Bahan yang akan diekstrak biasanya berupa bahan kering yang
telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk atau simplisia (Sembiring, 2007).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan pelarut. Pada
proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang masuk kedalam cairan
pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu
fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponen-
komponen isi sel yang telah pecah pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase
ekstraksi, mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka
selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan
pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam
5
pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya yang
ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam dan di
luar sel (Voigt, 1995)
2.4 Klorofil
Istilah klorofil berasal dari bahasa Yunani yaitu chloros artinya hijau dan phyllos
artinya daun. Istilah ini diperkenalkan pada tahun 1818, dan pigmen tersebut diekstrak
dari tanaman dengan menggunakan pelarut organik. Klorofil adalah pigmen pemberi
warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri fotosintetik. Pigmen ini berperan dalam
proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia. Klorofil mempunyai rantai fitil (C20H39O) yang akan berubah menjadi
fitol (C20H39OH) jika terkena air dengan katalisator klorofilase. Fitol adalah alkohol
primer jenuh yang mempunyai daya afinitas yang kuat terhadap O2 dalam proses reduksi
klorofil. (Nio,2011)
Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. Kloroplas merupakan
salah satu bagian yang terdapat dalam tubuh tumbuhan. Kloroplas mempunyai sistem-
sistem fotosintesis yang berfungsi dalam pemanfaatan energi radiasi sinar matahari.
Organel tersebut hanya terdapat pada tumbuhan dan alga. Kloroplas mempunyai sebuah
sistem internal berupa membran yang disebut tilakoid, yaitu sebuah kromosom sirkuler
(berbentuk seperti cincin), dan ribosom-ribosomnya sendiri. Tilakoid vesikuler yang
berbentuk pipih itu mengandung pigmen klorofil, enzim, dan molekul-molekul lain yang
dibutuhkan untuk menangkap energi cahaya dan mengubahnya menjadi energy kimia.
Pengikatan karbon terjadi di dalam stroma, yaitu ruang antara tilakoid dan membran
dalam. (William,2006)
Klorofil sebagai penghasil warna hijau dapat dimanfaatkan untuk pewarna
makanan alami, akan tetapi warnanya akan cepat memudar menjadi hijau kecoklatan
setelah proses pengolahan dan penyimpanan (Viera, 2019). Berbagai upaya dapat
dilakukan untuk mencegah hal tersebut, di antaranya dengan penambahan magnesium
karbonat (Tama, 2014), kalsium hidroksida, natrium bikarbonat (Aryanti, 2016) atau
kalsium karbonat. Penambahan senyawa bersifat alkali dapat mengurangi laju kerusakan
klorofil yang telah mengalami pemanasan. Kestabilan warna klorofil dapat ditingkatkan
dengan pembentukan senyawa metalloklorofil yaitu dengan penambahan seng dan
tembaga ke dalam ekstrak cair. Pada struktur klorofil terdapat cincin porfirin yang
mengikat ion Mg2+, penggantian ion tersebut dengan Cu2+ dan Zn2+ akan membentuk
kompleks dengan klorofil sehingga dapat mempertahankan warna klorofil yang lebih
6
stabil terhadap asam dan panas (Andarwulan, 2012; Indrasti, 2019). Akan tetapi
penggunaan logam Cu mempunyai kekurangan yaitu dapat menimbulkan toksisitas dan
meninggalkan bau (Humphrey, 2006), sehingga kompleks dengan Zn2+ lebih
disarankan.
2.5 Perwarna Alami
Pembuatan pewarna alami dari klorofil yang diperoleh tanaman dalam bentuk
ekstrak cair harus langsung digunakan sebagai pewarna makanan, hal ini menjadi tidak
praktis untuk digunakan dan jika disimpan terlalu lama warnanya akan berubah.
Pembuatan mikroenkapsulasi klorofil dengan menambahkan polimer karbohidrat dapat
meningkatkan daya simpan yang lebih baik (Nurliasari, 2018).
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan yaitu timbangan digital (Mettler Toledo), pisau, alat
gelas di laboratorium, blender, mesh 50, vial, mortar dan stamper, mixer, kain batis,
kertas saring, mikropipet 100-1000µl, oven (Memmert), kuvet, spektrofotometer
visible (Shimadzu), dan FTIR (Agilent).
Daun singkong dipilih dengan warna yang seragam dan dipotong kira-kira 2
cm kemudian dicuci dengan air. Selanjutnya dilakukan blansir untuk menghambat
kerja enzim klorofilase sehingga mengurangi terjadinya degradasi warna dan
penurunan kuantitas klorofil. Blansir dilakukan dalam air panas 100ºC selama ±1
menit. Kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 50ºC. Daun singkong yang
telah kering dihaluskan dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh.
7
8
Daun singkong yang berumur kurang lebih 3 bulan dipilih daun yang ukuran
dan warnanya yang sama (mengandung klorofil yang tinggi). Daun dibersihkan dan
dicuci dengan air kemudian ditiriskan. Kemudian Daun ditimbang sebanyak 200 g.
Lalu Dipotong kecil-kecil kemudian ditambahkan akuades sebanyak 600 ml.
Dihancurkan dengan blender hingga halus. Lalu Filtrat dipisahkan kemudian
ditambahkan magnesium karbonat sebanyak 0,04% dan ZnCl2 0,3% (Tama, 2014) .
Larutan didiamkan selama 24 jam kemudian disaring menggunakan kain batis.
Kemudian Endapan yang terbentuk ditambahkan pengisi maltodekstrin dengan
variasi 3 dan 5% (Fatin, 2017). Lalu Putih telur ditambahkan sebanyak 10% sebagai
pengikat kemudian dicampur menggunakan mixer hingga berbuih (Tama, 2014).
Kemudian dituangkan ke dalam loyang, dikeringkan menggunakan freeze drying
karena klorofil tidak stabil terhadap panas apabila menggunakan oven.
3.4 Pengujian
3.4.3 Evaluasi Ekstrak Daun Singkong
1. Penentuan Kadar Klorofil
1. Kadar air
Sebanyak 2 gram serbuk pewarna dimasukkan ke dalam cawan porselen dan
dikeringkan pada suhu 105oC selama 6 jam. Cawan didinginkan di dalam
desikator, kemudian ditimbang. Dilakukan hingga bobot konstan.
Berat setelah dikeringkan
Kadar air (%b/b) = x 100
Berat sebelum dikeringkan
9
Andarwulan, N dan Fitri, F. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. SEAFEST Center. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. 62-67.
Aryanti, N., Nafiunisa, A., dan Willis, FM. 2016. Ekstraksi dan Karakterisasi Klorofil dari
Daun Suji Sebagai Pewarna Pangan Alami. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 5(4).
129- 133.
Indrasti, D., Andarwulan, N., Purnomo, EH., dan Paramitha, R. 2015. Karakteristik Serbuk
Pewarna Alami Dari Daun Suji. Prosiding Seminar Nasional PATPI 2015. 380-389.
Nio Song Ai, dkk, ―Konsentrasi Klorofil Daun sebagai Indikator Kekurangan Air pada
Tanaman‖, Jurnal Ilmiah Sains, Vol. 11 No. 2, Oktober 2011, h. 167.
Nurliasari, D. dan Wiraputra, D., 2018, Produksi Pigmen Klorofil Terenkapsulasi dari Daun
Kangkung Dengan Teknik Mikroenkapsulasi. Majalah Teknologi Agro Industri. vol.
10.
Tama, JB., Kumalaningsih, S. dan Mulyadi, AF. 2014. Studi Pembuatan Bubuk Pewarna Alami
dari Daun Suji: Kajian Konsentrasi Maltodekstrin dan MgCO3. Jurnal Industria. Vol.
3, No.1, 73-82.
Viera, I., Perez-Galves, A., and Roca, M. 2019. Review: Green Natural Colorants. Molecules.
24. 154. 2-17.
10