Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Mengikuti Ujian Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik

OLEH
LA ODE MUHAMMAD RIDWAN DWI SAPUTRA (A1L119078)

LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Lengkap

Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik.

Terima kasih saya ucapkan kepada Asisten Dosen Kakak Ld. Muh. Ali

Bonto S.Pd yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi. Terima

kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah

mendukung saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari kata

sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,

saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca

guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa

bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Kamis, 14 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………….

PERCOBAAN I ………………………………………………….

PERCOBAAN II………………………………………………………….

PERCOBAAN III………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………

LAMPIRAN………………………………………………………………..
PERCOBAAN I

TITRASI ASAM BASA

(VOLUMETRI)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu kimia analitik adalah ilmu kimia yang mendasari pemisahan-

pemisahan dan analisis bahan.Analisa bertujuan untuk menentukan susunan

bahan, baik secara kualitatif, kuantitatif, maupun secara struktur.Susunan

kualitatif merupakan komponen-komponen bahan, sedangkan susunan kuantitatif

adalah berapa banyaknya atau setiap komponen tersebut. Dalam ilmu kimia

analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas beberapa analisis

yaitu analisis volumetri, analisis gravimetri.

Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia

yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya

yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat

digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-

beda. Metode volumetri secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat

kategori yaitu titrasi asam basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat

maupun lemah, titrasi redoks yaitu titrasi yang meliputi hampir semua reaksi

oksidasi reduksi, titrasi pengendapan yaitu titrasi yang meliputi pembentukkan

endapan, dan titrasi kompleksometri seperti titrasi EDTA misalnya titrasi spesifik.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun

titrant.Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan.Kadar larutan asam

ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant


ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen

( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Titrasi asambasa

sering disebut aidimetri-alkalimetri, asidimetri diartikan pengukuran jumlah asam

ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah asam atau garam).Tentu

saja ini membingungkan, namun usaha untuk menetapkan arti mana yang harus

dipakai tidak berasil.Maka asidimetri dan alkalimetri sebaliknya diartikan umum

saja, yaitu titrasi yang menyangkut asam dan basa.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka perlu dilakukan

praktikum mengenai analisis volumetri (titrasi asam basa), guna mengetahui

metode atau cara menitrasi suatu larutan yang bersifat basa ataupun asam, selain

itu dapat menyelaraskan antara praktikum dan teori titrasi asam basa.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar Mahasiswa mampu melakukan penerapan

terhadap alat-alat ukur volumetri Kimia.

1.3. Prinsip Dasar Percobaan

Adapun prinsip praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Penentuan kadar asam astetat dengan metode titrasi hingga titik ekivalen

tercapai yang ditandai dengan perubahan warna suatu larutan sampel.

2. Penentuan kadar karbonant dan bikarbonat dengan metode titrasi yang

dilakukan dengan menggunakan indikator yang berbeda hingga tercapai

titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan warna.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara

atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran, dan dilepaskan dari

perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam basa sering dipantau

dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran

yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva pH atau kurva

titrasi yang didalamnya terdapat kurva ekivalen yaitu titik dimana titrasi

dihentikan (Ika, 2009).

Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,

digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator

yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji

dilakukan.Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji

dengan perubahan warna.Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada

titik kesetaraan.Titrasi asam-basa pada saat indikator berubah warna disebut titik

akhir.Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat mungkin ke titik

kesetaraan.Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau

mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari

analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit

kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono,2003).

Sifat suatu larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator

asam-basa, yaitu zat-zat warna yang warnanya berbeda dalam larutan asam, basa

dan garam.Untuk mengidentifikasi sifat dari asam, basa dan garam dapat
menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau indikator alami.Secara

sederhana, kertas lakmus dapat digunakan untuk mengidentifikasi sifat dari

larutan asam, basa dan garam (larutan netral). Alat lain yang dapat digunakan

untuk mengindikasi apakah larutan bersifat asam, basa atau netral adalah larutan

indikator fenolftalein, metil merah dan metil jingga (Azizah, 2004).

Indikator asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH

lingkungannya berubah. Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya

merupakan elektrolit kuat, larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7.

Tetapi bila asamnya ataupun basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang

terjadi akan mengalami hidrolisis dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai

pH > 7 (bereaksi basa) atau pH < 7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat

dihitung dari tetapan ionisasi dari asam atau basa lemah tersebut dan dari

konsentrasi larutan yang diperoleh.Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan

dengan indikator asam basa (harjanti, 2008).

Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang berubsh warna

diantara bentuk terionisasinya dan bentuk tidak terionisasinya.Kisaran

penggunaan indicator adalah 1 unit pH disekitar nilai pKa nya. Sebagai contoh

fenolftalein (PP),mempunyai pKa 9,4 ( perubahan warna antara pH 8,4 – 10,4).

Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena

proton dipindahkan dari struktur fenol dari PP sehingga pH-nya meningkat

akibatnya akan terjadi perubahan warna (Sudjadi, 2007).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan Tempat pada praktikum ini sebagai berikut.

Waktu : Senin, 16 November 2020 Pukul 08.00-11.00 WITA

Tempat : Online di Google Classroom

3.2 Alat dan Bahan Percobaan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut

- Buret

- Corong

- Gelas ukur

- Labu buret / ukur

- Labu erlenmeyer

- pH Meter

- Pipet tetes

- Pipet volumetri

- Statif dan klem

3.2.2 Bahan

Bahan yang di gunakan kali ini adalah sebagai berikut :

- Aquadest
- Asam asetat (cuka)
- Indikator fenolftalein (pp)
- Kalium bifalat
- Natrium hidroksida
3.3 Prosedur Kerja

Standarisasi larutan NaOH 0,1 N + Kalium bifalat

1. Menimbang kalium Bifalat sebanyak 2 gram yang telah dikeringkan ( + 1 jam

pada suhu tertentu 110 0 C).

2. Mengencerkan kalium Bifalat didalam erlenmeyer 250 mililiter dengan 100

mililiter aquadest

3. Menimbang NaOH 0,1 N sebanyak 1 gram

4. Mengencerkan 0,1 N NaOH dengan 250 mililiter aquadest didalam buret

5. Mengambil larutan Kalium Bifalat 10 mililiter menggunakan pipet volumetri

dan memasukan dalam erlenmeyer 250 mililiter. Kemudian menambahkan 2 tetes

indikator fenolftalein kedalam labu erlenmeyer

6. Menitrasi larutan tersebut secara perlahan menggunakan larutan NaOH yang

akan dibakukan didalam buret sampai terjadi perubahan warna ( tetap berwarna

ungu muda )

7. Mencatat volume NaOH yang digunakan, kemudian melakukan triplo

8. Menentukan konsentrasi Kalium Bifalat tiap volume NaOH yang terpakai.

Pelaksanaan penentuan kadar sampel asam ( Asam Asetat )

1. Memipet 10 mililiter larutan asam asetat yang akan ditentukan kadarnya

kedalam labu ukur 500 mililiter, mengencerkan ke dalam aquades sampai tanda

garis

2. Memipet 15 mililiter larutan tersebut dan memasukannya ke dalam erlenmeyer

250 mililiter . Kemudian menambahkan 3 tetes indikator fenolftalen.

3. Menitrasi dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna.
4. Mencatat volume NaOH yang digunakan, kemudian melakukan tripo

5. Menentukan konsentrasi asam asetat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum

Standarisasi larutan NaOH 0,1 N + kalium biftalat

Tabel 4.1.1 Data hasil praktikum standarisasi larutan NaOH 0,1 + Kalium

Bifalat.

NO PERLAKUAN PENGAMATAN KET.

Ditimbang
Didapat berat
kalium biftalat 2
1. kalium biftalat
gram yang telah
2,066 gram
di keringkan
Diencerkan
2. dengan 100 mL
air
Didapat berat
Ditimbang
3. NaOH 1,0012
NaOH 0,1 N
Gram
Diencerkan 0,1
4. N NaOH dengan
250 mL air
Larutan kalium
biftalat 10 mL +
5. Bening
2 tetes indicator
PP
Terja
di
perub
Ditritasi dengan ahan
Ungu muda
6. NaOH warna
(terca
pai
titik
equiv
alen)

Dicatat larutan NaOH V1= 10,7 mL


yang digunakan, dan V2= 10,8 mL
7. dilakukan triplo V3= 10,9 mL

Ditentukan
konsentrasi kalium
biftalat tiap V1N1 = V2N2
8. volume NaOH

yang
Terpakai

Penentuan asam asetat

Data hasil praktikum penentuan konsentrasi Asam asetat dalam

Sampel

NO PERLAKUAN PENGAMATAN KET.

CH3COOH 10 mL
1. diencekan dengan
Bening
aquadest dalam
labu ukur 500 Ml
2. Dipipet 15 mL + 3
Bening
tetes indicator PP
3. Dititrasi dengan
NaOH 0,1N
Dicatat volume NaOH 25,7 mL
4. yang digunakan, 25,8 mL
dilakukan triplo 25,7 mL
5. Ditentukan konsentrasi V1N1 = V2N2
CH3COOH

4.2 Pembahasan

Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia

yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya

yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat

digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-

beda. Salah metode yang sering digunaka dalam analisis volumetri yaitu titrasi

asam basa. Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi netralisasi.

Dalam reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa.

Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida

sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain

netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan

penerima proton (basa).

Pada Praktikum kali ini, dilakukan beberapa percobaan volumetrik yaitu

dengan Standarisasi larutan NaOH + kalium biftalat dan penentuan konsentrasi

Asam asetat dalam sampel. Untuk percobaan pertama dilakukan pembakuan

larutan NaOH 0.1 N + kalium biftalat. Percobaan pertama ini dilakukan dengan

mentitrasi 10 mL kalium biiftalat yang telah ditetesi 2 tetesi indikator

Phenopthalin menggunakan NaOH 0,1 N hingga mencapai titik ekuivalen yang

ditandai dengan terjadinya perubahaan warna pada larutan kalium biftalat menjadi

warna ungu. Reaksi kimia yang terjadi yaitu :


KHC8H4O4 + NaOH → KnaC8H4O4 + H2O

Pada percobaan kedua menentukan konsentrasi asam asetat dalam sampel

yaitu dengan mengencerkan 10 mL larutan asam asetat menggunakan 500 mL

aquadest. Dari pengenceran tersebut, 15 mL asam asetat diambil yang kemudian

dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai tercapai titik ekuivalennya. Dengan

menggunakan rumus V1N1 = V2N2, diperoleh hasil konsentrasi asam asetat

adalah 0,171 N. Reaksi kimia yang terjadi yaitu sebagai berikut :

CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia
yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena
pelaksanaannya yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi,
juga dapat digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat
berbeda-beda. Salah metode yang sering digunaka dalam analisis volumetri yaitu
titrasi asam basa. Titrasi asam basa sering disebut juga disebut dengan titrasi
netralisasi. Dalam reaksi itu, menggunakan larutan standar asam dan larutan
standar basa. Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan
ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan
konsep lain netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton
(asam) dan penerima proton (basa).

5.2 Saran

Adapun saran agar praktikan selalu belajar dari praktikum agar


meningkatkan kemampuan yang ia miliki.
PERCOBAAN II

TITRASI ARGENTOMETRI

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang

Ilmu kimia analitik adalah ilmu kimia yang mendasari pemisahan

pemisahan dan analisis bahan. Analisa bertujuan untuk menentukan susunan

bahan, baik secara kualitatif, kuantitatif, maupun secara struktur. Susunan

kualitatif merupakan komponen-komponen bahan, sedangkan susunan kuantitatif

adalah berapa banyaknya atau setiap komponen tersebut. Dalam ilmu kimia

analitik untuk menganalisa suatu komponen kimia terdiri atas beberapa analisis

yaitu analisis volumetri, analisis gravimetri. Analisis tersebut dapat dilakukan

dengan berbagai cara dalam mengalisisnya salah satunya melalui titrasi

pengendapan atau argentometri.

Analisa volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan jumlah zat kimia

yang luas penggunaannya. Cara ini sangat menguntungkan karena pelaksanaannya

yang mudah dan cepat, ketelitian dan kecepatan cukup tinggi, juga dapat

digunakan untuk menetukan kadar berbagai zat yang mempunyai sifat berbeda-

beda.

Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi di mana hasil reaksi titrasinya

merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi

pengandapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran,

tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik

akhir titrasi.

Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat

dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan ion Agˉ.
Argentometri dapat dibedakan atas metode Mohr (pembentukkan endapan

berwarna), Metode Volhard (penentu zat warna yang mudah larut) dan Metode

Fajans (indikator absorbsi). Metode mohr dapat digunakan untuk menetapkan

kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3

dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas saya menyusun laporan

mengenai analisis volumetri (titrasi pengendapan) dengan melakukan praktikum

terhadap garam dapur guna menentukan kadar NaClnya.

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan analisis

Kuantitatif dengan metode Titrasi Pengendapan atau Argentometri

1.3 Prinsip Dasar Percobaan

Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang mencapai

kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang

mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya

reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya

merupakan endapan atau garam yang sukar larut.Prinsip dasarnya adalah reakisi

pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran;

tidak ad pengotor yang mengganggu dan diperlukan indicator untuk melihat titik

akhir titrasi.Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. Akan

tetapi metode tua seperti penentuan Clˉ, Brˉ, Iˉ dengan Ag(I) (disebut juga metode

argentonometri) adalah sangat penting.Alasan utama kurang digunakannya

metode tersebut adalah sulitnya memperoleh indicator yang sesuai untuk

meentukan titik akhir pengendapan. diketahui.(Khopkar,2008).

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak

nitrat (AgNO3) pada suasan tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan

metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan

senyawa yang relatif tidak larut atau endapan (Gandjar, 2007).

Metode Mohr merupakan salah satu bentuk metode Titrasi Argentometri,

yaitu metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang

dilakukan dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja

penentuan konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi

ion klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3dengan

menggunakan K2CrO4sebagai indikator (Yusmita, 2017)

Titrasi argentometri metode Mohr dapat digunakan untuk menentukan

kadar klorida dalam rentang pH 7-10 dengan larutan standar AgNO3 sebagai
penitran dan K2CrO4sebagai indikator pada saat titik akhir titrasi (TAT). Pada

saat titik akhir titrasi ditunjukkan dengan timbulnya endapan berwarna merah

batayang merupakan senyawa Ag2CrO4 (Ngibad, 2019)

Reaksi yang menghasilkan endapan dapat dimanfaatkan untuk analisis

secara titrasi jika reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir

dapat dideteksi.Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami

keadaan lewat jenuh.Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat

menunggu sampai pengendapan berlangsung sempurna.Hal yang penting juga

adalah hasil kali kelarutan (Ksp) harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat

kuantitatif dalam batas kesalahan eksperimen.Rekasi samping tidak boleh terjadi,

demikian juga kopresipitasi. Keterbatasan utama pemakaina cara ini disebabkan

sedikit demi sedikit sekali indikator yang sesuai semua jenis reaksi

diklasifikasikan berdasarkan tipe indikator yang digunakan untuk melihat titik

akhir (khopkar,2002).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun Waktu dan Tempat pada praktikum kali ini sebagai berikut.

Waktu : Senin, 23 November 2020 Pukul 8.00-11.00 WITA

Tempat : Online di Google Classroom

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, Buret, Gelas

ukur, Labu buret / ukur, Labu erlenmeyer, pH Meter, Pipet tetes, Pipet volumetri

Statif dan klem

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Garam dapur, NaCl 0,04 N, AgNO 3

0,1 N, K 2 CrO 42% Fe(III) ammonium sulfat, NH 4 CNS 0,1 N, dan HNO 3

encer.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur

Timbang dengan teliti 1,0 gram dapur dan larutkan dengan akuades dalam

labu ukur 250 mL sampai yanda batas. Pipet 25 mL larutan tersebut, masukan ke

dalam Erlenmeyer 250 mL dan tambahkan1 mL K 2 CrO 4 2% sebagai indicator.

Titrasi dengan AgNO 3 0,1 N perlahan-lahan sambil dikocok hingga terbentuk

endapan.Saring endapan yang terbentuk secara kuantitatif. Bilas dan cuci endapan

dengan 3 x 10 mL HNO 3 encer. Filtrasi dikumpulkan, tambahkan 1 – 2 mL

indicator larutan feri ammonium sulfat 40% kemudian titrasi kelebihan AgNO 3
dengan larutan standar NH 4 CNS 0,1 N sampai timbul perubahan warna. Hitung

kadar NaCl dalam sample, lakukan triplo.

Penentuan kadar klorida dalam air laut

Larutkan 5 mL sampel air laut dengan aquades + 25 mL di dalam

Erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 1 mL larutan K 2 CrO 4 2% sebagai indicator.

Titrasi dengan larutan AgNO 3 sampai pertamakali terbentuk perubahan warna.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Data Penentuan Kadar NaCl Dalam Garam Dapur

Data penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dapat dilihat dalam tabel

berikut ini

Tabel 4.1.1 Penentuan Kadar NaCl dalam Garam Dapur

NO Perlakuan Pengamatan
1 Ditimbang 1,0 gram garam dapur Larutan berwarna bening
dan dilarutkan dengan aquades
2 Dipipet 25 mL dan ditambahkan 1 Larutan berwarna bening
mL K2CrO4 kekuningan

3 Dititrasi dengan AgNO3 sampai Endapan berwarna putih


terjadi endapan

4 Lakukan triplo V1=11,9 ml, V2=11,1 ml, V3=11,3


Ml

Data Penentuan Kadar NaCl Dalam Air Laut

Data penentuan NaCl dalam air laut dapat dilihat dalam tabel berikut ini

Tabel 4.1.2 Penentuan Kadar NaCl Dalam Air Laut

NO Perlakuan Pengamatan
1 5 mL air laut + 25 mL aquades Larutan berwarna bening
2 Dititrasi 1 mL larutan K2CrO4 2 % Larutan berwarna kuning bening
3 Dititrasi dengan AgNO3 0,01 N Laruran menjadi keruh

4.2 Pembahasan
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa

digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Dalam

titrasi terdiri atas titrat dan titran. Endapan adalah zat yang memisahkan diri

sebagai fase padat keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal dan koloid.

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar

halogenida dan senyawa -senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak

nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan

metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan

senyawa yang relative tidak larut atau endapan.

Percobaan pertama dilakukan penentuan kadar NaCl dalam garam dapur.

Percobaan ini dilakukan dengan menitrasi larutan garam dapur yang tela diberi

indikator kalium kromat (K2CrO4) dengan larutan AgNO3. larutan AgNO3dan

larutan NaCl pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan

tidak berwarna. Ketika NaCl ditambahkan dengan aquades larutan tetap jernih dan

tidak berwarna dan aquades tersebut larut dalam larutan. Penambahan aquades ini

dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu basa. Setelah

ditambahkan indikator K2CrO4, larutan kemudian berubah warna menjadi kuning

mengikuti warna K2CrO4yang ditambahkan. Setelah dititrasi dengan AgNO3,

awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl

sudah habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3masih ada, maka

AgNO3kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4membentuk endapan

Ag2CrO4yang berwarna merah keruh. Endapan tersebut adalah endapan AgCl.

Setelah semua ion Cl-mengendap dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan
AgNO3akan bereaksi dengan ion kromat membentuk endapan perak kromat yang

berwarna merah.

Percobaan kedua dilakukan penentuan kadar NaCl dalam air laut. sebagai

indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 yang dengan ion perak yang akan

membentuk endapan kuning keruh dalam suasana netral. Terbentuknya endapan

kuning keruh menandakan bahwa titik akhir titrasi telah dicapai. Indikator

K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral.Kalium kromat hanya bisa

digunakan dalam suasana netral.Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana

asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi. Sedangkan dalam

suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa dan membentuk

endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi Ag2O. Hasil reaksi ini

berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi

membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah

bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4

(indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah

bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Keadaan

tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3sama dengan

jumlah mol grek NaCl.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Titrasi argentometri merupakan metode analisis kuantitatif berdasarkan

reaksi pengendapan senyawa halogenida dan senyawa-senyawa lain ketika

ditambahkan dengan AgNO3. Reaksi pengendapan dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain adalah pengendapan diantaranya temperatur, sifat alami pelarut,

pengaruh ion lain, pH, hidrolisis dan pembentukan kompleks. Ada beberapa

macam titrasi argentometri yaitu metode Volhard, Mohr, Fajans dan Leibig

Metode Mohr merupakan salah satu bentuk metode Titrasi Argentometri, yaitu

metode titrasi untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan

dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Prinsip kerja penentuan

konsentrasi NaCl dengan menggunakan metode Mohr adalah mentitrasi ion

klorida yang terdapat pada NaCl dengan menggunakan larutan AgNO3 dengan

menggunakan K2CrO4 sebagai indikator.

5.2 Saran

Untuk praktikum kali agar praktikan dapat belajar dari praktikum yang

dilakukan.
PERCOBAAN III

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan

suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat

dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk

oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari logam. Dari komlpeks

diatas perak merupakan atom logam dengan hilangan koordinasi dua, dan

sianidanya merupakan ligannya.

Reaksi membentuk kompleks dapat dianggap sebagai asam-basa lewis

dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang electron. Kepada

kation yang merupakan suatu asam. Ikatan yang terbentuk antara atom logam

pusat dan ligan sering kovalen, tetapi dalam bebeapa keadaan interaksi dapat

merupakan gaya penarik coulomb.

Salah satu metode titrimetri adalah titrasi pembentukan kompleks yang

juga dikenal sebagai kompleksometri. Metode ini memungkinkan penentuan

analisis pengukuran untuk sejumlah kation bervalensi banyak dalam larutan air.

Metode ini berdasarkan penentuan khelat organik yang larut dalam air dan praktis

tidak terdisosiasi.

Pereaksi yang paling sering digunakan dalam titrasi kompleksometri

adalah ligan bergigi banyak yaitu asam etilen diamin tetra asetat (EDTA). Krena

senyawa ini sukar larut dalam air maka garam dinatriumnya lebih mudah larut

digunakan untuk membuat larutan pentiter.


Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi

banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak digunakan dalam

penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung ion logam Misalnya

penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang

digunakan sebagai antiseptik.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk melakukan analisis kuantitatif

dengan metode titrasi kompleksometri.

1.3 Prinsip Dasar Percobaan

Prinsip percobaan kompleksometri yaitu berdasarkan asam basa Lewis

yang reaksinya membentuk kompleks ligan sebagai basa dengan memberikan

sepasang elektorn kepada kation yang merupakan suatu asam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan

sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif.

Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa

pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi

CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka

titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam

larutan tersebut. Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan

persenyawaan kompleks(ion kompleks atau garam yang sukar mengion).

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan

kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga

banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas

tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada

titrasi. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan

tinggi, selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti

yang menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut

ligan (polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH=

10 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator

yang juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut

indikator metalokromat (Khopar, 2002).

Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang

berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator
ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu

reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua

ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat.Salah

satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan

pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit

terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk

melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral

(Basset, 1994).

Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.

Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah

agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan,

dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam

dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang

mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium

ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.

Hampir semua lohgam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi

kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia

dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan

berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S

atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion

logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa

lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,

akan tergantung pada jumlah koordinasi


logam dan pada jumlah kelompok pengompleks pada molekul ligan. Asam

yang paling banyak digunakan dalam titrasi adala EDTA (Christian, 2009).

Dalam analisis suatu zat kimia digunakan berbagai macam metode. Salah

satu metode yang di pakai untuk penetapan kadar logam adalah Kompleksometri.

Metode ini didasarkan atas pembentukan senyawa komplek antara logam dengan

zat pembentuk komplek. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak

digunakan dalam titrasi kompleksmetri adalah garam dinatrium etilen diamina

tetra asetat (Triwahyuni, 2008).

BAB III

METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat pada praktikum kali ini sebagai berikut.

Waktu : Senin, 30 November 2020 Pukul 8.00-11.00 WITA

Tempat : Online di Google Classroom

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas kimia 500 mL, pipet

skala 25 mL, labu ukur 50 mL, buret 50 mL, erlenmeyer 250 mL, pipet tetes,

batang pengaduk, spatula, cawan porselin, filler, statif, klem, dan botol semprot.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu NaCl, NH4Cl, NH4OH

pekat, ZnSO4.7H2O 0,05 M, komplekson III 0,05 M (Na2EDTA), (Eriochrom

Black T).

3.3 Prosedur Kerja

Pembuatan larutan Na-Edta (komplekson III) 0,05 M

Di timbang ± 18,65 gram komplekson III yang telah di keringkan selama 2

jam (140oC), kemudian di larutkan dengan aquades dalam labu takar 1000 mL,

lalu di encerkan sampai tanda garis. Selanjutnya standarisasi larutan komplekson

III dengan larutan ZnSO4.7H2O 0,05 M.

Standarisasi larutan komplekson


Dipipet 25 mL larutan ZnSO4 0,05 M dimasukkan ke dalam erlenmeyer,

ditambahkan 5 mL buffer amoniak (dapar salmiak) pH 10 (17,5 gram NH4Cl di

tambah 142,5 mL NH4OH pekat, lalu di encerkan dengan aquades sampai 250

mL) dan 50 mg indikator Eriochrom Black T (10 mg Eriochrom Black T di

campurkan dengan 1 gram NaCl). Selanjutnya di tiitrasi dengan larutan

komplekson III yang akan di standarisasi. kemudian dititrasi larutan dengan

Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna dari anggur merah menjadi biru.

Dicatat volume Na2EDTA yang digunakan, dilakukan titrasi minimal duplo.

Penentuan konsentrasi logam dalam sampel

Dipipet 25 mL air kran, dituang dalam labu erlenmeyer 250 mL,

ditambahkan 25 mL aquades. Kemudian, Ditambahkan 5 mL dappar ammonia

(pH=10) dan 2-3 tetes indikator EBT (Eriochrom Black T). Kemudian dititrasi

dengan larutan standar Na2EDTA 0,05 M (komplekson III) sambil dikocok kuat-

kuat sampai terjadi perubahan warna.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

pengulangan Pengukuran
Volume Volume Konsentrasi Kesadahan
sampel Na2EDTA (mL) Na2EDTA (ppm)
(mL)
1 25 1,5 0,0144 86,4
2 25 1,5 0,0144 86,4
3 25 1.4 0,0144 80,64

4.2 Pembahasan

Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan

suatu anion atau molekul netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat

dan kelompok yang terikat pada atom pusat disebut ligan. Jumlah ikatan terbentuk

oleh atom logam pusat disebut bilangan koordinasi dari logam. Dari komlpeks

diatas perak merupakan atom logam dengan hilangan koordinasi dua, dan

sianidanya merupakan ligannya.

Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.

Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah

agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan,

dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam

dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang

mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium

ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.

Hampir semua lohgam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi
kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia

dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan

berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S

atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion

logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa

lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,

akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok

pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam

titrasi adala EDTA.

Percobaan ini menentukan kosentrasi ion logam suatu sampel air dengan

menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Sampel yang ditentukan

adalah air laut dan air keran. Mula-mula dilakukan standarisasi titran dalam hal ini

adalah EDTA. Titran ini distandarisasi menggunakan larutan komplekson III.

Menentukan konsentrasi ion logam pada air laut dengan cara titrasi

kompleksometri. Percobaan larutan sampel air laut air akan mengalami hidrolisis

ion logam. Hidrolisis ion logam ini dapat menyaingi proses titrasi kompleksometri

dan pH yang berlebihan akan memperparah pengaruh hidrolisis yang akan

mengeser kekanan pada reaksi kesetimbangan. Hidrolisis yang meluas akan

menyebabkan pengendapan hidroksida yang akan bereaksi dengan EDTA secara

lambat.

Salah satu hal sangat penting dalam kompleksometri adalah penentuan

titik akhir titrasi. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan indikator yang

tepat. Sistem indikator yang paling sederhana adalah indikator logam. Selang
peralihan warna indikator logam bergantung pada kompleks logam indikator,

pengaruh pH serta adanya zat pengompleks lainnya.

Percobaan ini seharusnya sampel air laut jika di titrasi akan mengalami

perubahan warna dari merah menjadi biru. Akan tetapi air laut yang digunakan

tidak berubah warna. Seperti kita ketahui air laut mengandung ion Fe2+ sehingga

menimbulkan perubahan warna dari merah menjadi biru. Tidak adanya perubahan

warna dari merah menjadi biru pada penitrasaian percobaan ini mungkin di

sebabkan oleh sedikitnya pereaksi EBT yang di tetesi atau mungkin juga memang

di dalam sampel tersebut tidak memiliki atau mengandung Fe2+.Pada percobaan

ini titrasi terhadap sampel air laut memiliki nilai kesadahan 80,6ppm, 80,6ppm,

80,64ppm dengan nilai konsentrasi 0,0144ppm.

Percobaan titrasi kompleksometri pada air kran menggunakan pereaksi

EBT terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hal ini disebabkan

disebabkan oleh di dalam sampel tersebut memiliki atau mengandung ion logam,

dalam hal ini yaitu logam Na+ dan titrasi perubahan warna dapat berlangsung

dengan cepat karena penambahan indikator seperti indikator yang digunakan pada

percobaan ini adalah indikator EBT, dan memiliki nilai kesadahan 86,4ppm

dengan nilai konsentrasi sebesar 0,0144ppm.Metode kerja dari percobaan ini

adalah ditambahkan larutan dappar ammonia pH 10. Maksud dari penambahan

dappar ini yaitu untuk menjaga pH larutan agar pembentukan ZnSO4 stabil dan

tidak terganggu olehlogam lain. Titrasi kompleksometri digunakan indikator EBT

ini diberikan sebelum titrasi. Hal ini bertujuan agar terjadi reaksi antara logam

dengan indikator terlebih dahuluuntuk membentuk kompleks.


Penambahanindikator ini tidak boleh berlebih sepersenpun karena indikator EBT

dalam keadaan bebas warnanya berbeda tergantung dari pH larutan. Pada saat

titrasi dengan lautan Na2EDTA, terjadi persaingan antara kompleks logam dan

indikator dengan EDTA dimana pada akhitnya indikator terlepas dalam keadaan

bebasnya kembali dan terbentuk kompleks EDTA dengan logam. Warna biru

yang nampak pada titik akhir titrasi adalah warna dari indikator EBT bebas dan

merupakan titik akhir titrasi. Indikator EBT yang digunakan termasuk dalam

indikator logam.

Kompleks dari indikator logam ini dan ion logam dan bila direaksi dengan

in logam akan berubah warna, selain itu persyaratan lainnya itu kompleks

indikator dan ion logam tidak boleh sama, stabildengan kompleks pembentuk

khelat yang ada dalam pengukuran ion logam atau dengan kata lain logam harus

bereaksi terlebih dahulu dengan ion logam pada waktu larutan pengukur yang

ditambahkan atau sebaliknya ion logam harus dibebaskan kembali. Adapun

ketidaksesuaian hari percobaan kali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya bahan dan alat yang digunakan tidak steril, bahan sudah rusak.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini yaitupenentuan kadar dapat ditentukan

dengan titrasi kompleksometri dengan mentitrasi sampel larutan dengan EDTA

dan indikator Eriochrom black T.Pada percobaan ini titrasi terhadap sampel air

laut memiliki nilai kesadahan 80,6ppm, 80,6ppm, 80,64ppm dengan nilai

konsentrasi 0,0144ppm.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan pada percobaan titrasi kompleksometri

yaitu sebaiknya praktikum selanjutnya digunakan sampel yang berbeda dari

percobaan kali ini.


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, utiya.2004. Larutan Asam dan Basa Kemendikbud: Jakarta.

Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif

Anorganik.Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Jakarta

: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Christian, Gary. D. 2004. Analytical Chemistry. United States of

America. : University of Washington.

Gandjar, I.G dan Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka

Belajar: Jakarta.

Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.

Harjanti.2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica val.) dan

Pemakaiannya Sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal Rekayasa

Proses. Volume 2 No. 2

Ika, Dani.2009. Alat otomarisasi pengukur kadar vitamin C dengan metode titrasi

asam basa. Jurnal Neutrino.Vol. 1.

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.

Ngibad, Khoirul dan DheasyHerawati, 2019, Analisis Kadar Klorida Dalam Air

Sumur dan PDAM di Desa Ngelom Sidoarjo. JKPK (Jurnal Kimia Dan

Pendidikan Kimia). 4(1)

Sudjadi.2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


Sujono.2003. Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam

Basa Berbasis Komputer. Universitas Budi Luhur

Triwahyuni, Endang. 2008. PENGGUNAAN METODE KOMPLEKSOMETRI

PADA PENETAPAN KADAR SENG SULFAT DALAM CAMPURAN

SENG SULFATDENGAN VITAMIN C. Jurnal Unimus.

Yusmita, Lisa, 2017, Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (NaCl) Pada Jahe

dan Lengkuas Giling Dibeberapa Pasar Tradisional di Kota Padang,

Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. 21(2)

.
LAMPIRAN

LAMPIRAN PERCOBAAN I
LAMPIRAN PERCOBAAN II
LAMPIRAN PERCOBAAN III

Anda mungkin juga menyukai