Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Jamu Indonesia (2018) 3(3): 109-115 Artikel Penelitian

Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga)

Penulis Makmum Syafi’i1, Eti Rohaeti1, Wulan Tri Wahyuni1,2*, Mohamad Rafi1,2, Dewi Anggraini Septaningsih2

Afiliasi 1Departemen Kimia, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
2Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Institut Pertanian Bogor, Indonesia

Kata Kunci ABSTRAK


 Curcuma mangga Profil sidik jari kromatografi lapis tipis (KLT) dapat dimanfaatkan untuk kendali
 kromatografi mutu bahan baku maupun produk tumbuhan obat. Penelitian ini bertujuan
lapis tipis mengembangkan metode analisis sidik jari rimpang temu mangga (Curcuma mangga)
 sidik jari untuk kendali mutunya. Rimpang kering temu mangga diekstraksi menggunakan
metanol dan dianalisis sidik jari KLT. Kloroform:etil asetat (8.5:1.5) merupakan fase
gerak optimum yang memisahkan 11 pita dari rimpang temu mangga dengan
keterpisahan yang baik dan memiliki pita khas biru tua (Rf 0.36). Demetoksikurkumin
terdeteksi pada rimpang temu mangga dengan warna jingga kecoklatan pada UV 366
nm (Rf 0.48) setelah diderivatisasi dengan pereaksi asam sulfat 10%. Pengujian spesifitas
Diterima 5 September 2018 terhadap rimpang lain dalam satu genus, rimpang temu mangga menunjukan pola yang
Direvisi 2 November 2018
berbeda. Validasi metode analisis sidik jari KLT memenuhi kriteria keberterimaan,
Disetujui 26 November 2018
sehingga metode ini dapat digunakan untuk kendali mutu rimpang temu mangga.

PENDAHULUAN
Temu mangga (C. mangga) merupakan salah satu spesies dari genus Curcuma
yang banyak digunakan di Indonesia sebagai obat tradisioal (jamu). Rimpang merupakan
bagian temu mangga yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
karena rimpang temu mangga memiliki khasiat sebagai obat maag, diare, penghilang
nyeri saat haid, keputihan, serta mengobati jerawat dan bisul (Tedjo et al. 2005).
Rimpang segar temu mangga memiliki ciri khas berwarna kuning muda dan memiliki
bau khas seperti bau buah mangga, sehingga mudah dibedakan dengan rimpang lain
yang berkerabat dekat dengannya. Namun demikian, serbuk kering rimpang temu
*Corresponding author mangga akan sulit dibedakan dari serbuk kering rimpang tumbuhan yang berkerabat
Wulan Tri Wahyuni
dengannya seperti bangle, kunyit, dan temulawak. Harga jual serbuk rimpang temu
Jalan Tanjung Kampus IPB,
Dramaga, Babakan, Dramaga, mangga juga lebih mahal dibandingkan rimpang-rimpang tersebut, sehingga dapat
Bogor, Jawa Barat 16680 memicu terjadinya subtitusi bahan baku obat herbal yang berbasis temu mangga. Oleh
wulantriws@gmail.com karena itu perlu dilakukan identifikasi dan kendali mutu agar khasiat, keamanan, dan
110 Syafi’i et
al.
mutu obat herbal tetap terjaga. METODE
Identifikasi terhadap bahan baku memerlukan suatu Alat dan Bahan
metode analisis. Salah satu metode analisis yang sering Alat
digunakan dalam kendali mutu bahan baku ialah Peralatan yang digunakan, yaitu KLT aplikator
pendekatan sidik jari. Pendekatan sidikjari akan semiotomatis Camag Linomat 5 (CAMAG, Muttenz,
memvisualisasi secara keseluruhan metabolit dalam Swiss), bejana kromatografi twin trough (CAMAG,
sampel (Lin et al. 2006). Teknik kromatografi Muttenz, Swiss), CAMAG Reprostar 3 (CAMAG,
merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk Muttenz, Swiss), aplikasi winCATS (CAMAG, Muttenz,
menunjukkan pola sidik jari keseluruhan dengan Swiss), dan ultrasonikator Branson 1510 (Branson,
merepresentasikan keragaman komponen yang Danbury, USA).
terdapat pada tanaman obat tanpa memperhatikan
jenisnya (Liang et al. 2004), khususnya kromatografi Bahan
lapis tipis (KLT). Analisis sidik jari KLT dapat dilakukan Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas pelat KLT
secara kualitatif, yaitu menganalisis profil hasil silica gel 60 F254 20×20 cm (Merck, Darmstadt,
pemisahan berdasarkan jumlah, posisi, warna, Jerman); n-heksana pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
intensitas serta Rf (retardation factor) pita yang dietil eter pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
dihasilkan. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan diklorometana pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
berupa mudah dalam preparasi sampel, sederhana, kloroform pa (Merck, Darmstadt, Jerman), etil asetat
biaya operasional relatif murah karena semua pa (Merck, Darmstadt, Jerman), etanol pa (Merck,
komponen sampel dan standar diujikan dalam waktu Darmstadt, Jerman), aseton pa (Merck, Darmstadt,
yang sama, volume pelarut yang digunakan sedikit, Jerman), metanol pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
selektif dan sensitif, serta kromatogramnya dapat asetonitril pa (Merck, Darmstadt, Jerman), asam sulfat
diamati secara visual (Kimura et al. 2008). (Merck, Darmstadt, Jerman).
Analisis sidik jari dengan KLT telah dilakukan untuk Rimpang temu mangga yang digunakan terdapat 5
identifikasi kunyit, bangle, dan temulawak (Rafi et al. sampel yang diambil dari beberapa lokasi. Selain itu
2011); pegagan (Centella asiatica)(James dan Dubery digunakan produk jamu, serbuk rimpang temu mangga,
2011); Potentilla (Swieboda et al. 2014); dan rimpang bangle, temulawak dan kunyit (Tabel 1).
phyllanthus amarus (Ketmongkhonsit et al. 2015). Di
dalam tulisan ini telah dikembangkan suatu metode Ekstraksi Simplisia
analisis sidik jari rimpang temu mangga menggunakan Serbuk sampel ditimbang sebanyak 1 g dan
kromatografi lapis tipis. Metode yang telah ditambahkan dengan 10 mL metanol dan diekstraksi
dikembangkan digunakan untuk mengidentifikasi temu selama 30 menit menggunakan ultrasonikator dengan
mangga dari tiga jenis rimpang tumbuhan yang frekuensi 42 kHz pada suhu ruang. Ekstrak disaring ke
berkerabat dekat dengannya. dalam botol yang bersih kemudian ditutup rapat.

Tabel 1 Asal dan Kode Sampel


Asal Sampel Kode Sampel
Rimpang temu mangga asal Desa Cihanjawar, Kecamatan Nagrak, Kabupaten
M1
Sukabumi, Jawa Barat
Rimpang temu mangga asal Pasar Anyar Bogor, Jawa Barat M2
Rimpang temu mangga asal Pasar Merdeka Bogor, Jawa Barat M3
Rimpang temu mangga asal Pasar Bogor Bogor, Jawa Barat M4
Rimpang temu mangga asal Pasar Senen, Jakarta Pusat M5
Produk jamu serbuk rimpang temu mangga asal Pasar Senen, Jakarta Pusat J
Rimpang bangle asal kebun Biofarmaka IPB, Bogor, Jawa Barat B
Rimpang temulawak asal kebun Biofarmaka IPB, Bogor, Jawa Barat L
Rimpang kunyit asal kebun Biofarmaka IPB, Bogor, Jawa Barat K
Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga) 111
Preparasi Pelat dan Kondisi Aplikasi Sampel Validasi metode
Pelat KLT silika gel 60 F254 dipotong dan Kondisi dengan fase gerak terpilih selanjutnya
dikembangkan dalam bejana kromatografi yang telah dilakukan validasi metode. Parameter validasi metode
dijenuhkan dengan metanol. Pelat dikeringkan yang dilakukan meliputi: Pertama presisi dilakukan
menggunakan oven dengan suhu 105 °C sampai kering. dengan 3 kali pengulangan dan 3 hari yang berbeda
Pelat yang telah kering digunakan untuk aplikasi (presisi antara). Kedua ketegaran (robustness)
sampel. dilakukan dengan pengembangan pelat pada
Penotolan sampel menggunakan KLT aplikator perbedaan tipe bejana (twin trough dan flat bottom)
semiotomatis, yaitu Camag Linomat 5. Kondisi aplikasi dan jarak pengembangan (7 cm dan 8 cm). Ketiga
sampel, yaitu gas pembawa menggunakan gas spesifitas dilakukan dengan perbandingan analisis sidik
nitrogen, sampel diaplikasikan konstan dengan laju 70 jari rimpang temu mangga dari beberapa lokasi (M1-5)
nL/detik, aplikasi volume sampel sebesar 15 µL, lebar dibandingkan dengan produk jamu serbuk rimpang
pita 8 mm, dan jarak antar spot pita sebesar 4 mm. temu mangga (J), rimpang bangle (B), temulawak (L)
dan kunyit (K).
Pemilihan Fase Gerak
Ekstrak M diaplikasikan pada pelat. Pelat yang telah HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan penotolan ekstrak dikembangkan dalam Fase Gerak Terbaik
bejana yang telah dijenuhkan dengan pelarut tunggal Pemilihan fase gerak terbaik dilakukan dengan
sebanyak 10 mL selama 30 menit. Pelarut yang mengembangkan pelat kromatografi lapis tipis yang
digunakan, yaitu n-heksana, dietil eter, asetonitril, telah diaplikasikan ekstrak temu mangga dengan 9
aseton, diklorometana, kloroform, etil asetat, etanol, pelarut tunggal yang memiliki tingkat kepolaran
metanol, dan kombinasi beberapa pelarut. Pelat berbeda. Pola sidik jari kromatografi lapis tipis yang
dikembangkan hingga fase gerak mencapai tinggi 8 cm dihasilkan dari pengembangan 9 pelarut tunggal dipilih
dari posisi aplikasi ekstrak. Setelah pengembangan tiga pelarut yang menghasilkan pita terbanyak dengan
selesai, pelat dikeluarkan dan dikeringkan pada suhu keterpisahan yang baik. Pelarut yang dipilih adalah
ruang, kemudian diamati kromatogramnya. kloroform, diklorometana, dan etil asetat. Ketiga
pelarut tunggal tersebut dikombinasikan menjadi 2 fase
Pembuatan Pereaksi Pewarna, Deteksi, dan gerak campuran, yaitu kloroform:diklorometana, dan
Derivatisasi Komponen (Reich dan Schibili 2006) kloroform:etil asetat. Kombinasi ini dilakukan dengan
Derivatisasi komponen dilakukan dengan cara pelat beberapa perbandingan. jumlah pita yang dihasilkan
dicelupkan menggunakan pereaksi asam sulfat 10% dan pada deteksi UV 254 nm, UV 366 nm, dan total jumlah
dikeringkan menggunakan oven pada suhu 100 °C pita keseluruhan pada berbagai komposisi fase gerak
selama 10 menit. Pelat yang telah kering diamati pada ditampilkan pada Gambar 1.
sinar tampak dan UV 366 nm.
Jumlah Pita
15

1 UV 254 nm
0
UV 366 nm
5 Total Jumlah
Pita
0 F G
A B H
C I
D
E
112 Syafi’i et
al.
Gambar 1 Komposisi campuran fase gerak (8.5:1.5).
dan total jumlah pita Deteksi
kloroform:diklorometana yang
dengan perbandingan (A) 9:1, digunakan
(B) 7:3, (C) 5:5, (D) 2:8, dan (A) UV 254
kloroform:etil asetat dengan nm, (B) UV
perbandingan (E) 9:1, (F) 7:3, 366 nm,
(G) 5:5, (H) 1:9, (I) 8.5:1.5. dan (C) UV
Komposisi pelarut sehingga dilakukan modifikasi 366 nm
yang berbeda kembali komposisi fase gerak setelah
memberikan jumlah pita campuran antara kloroform derivatisasi
yang berbeda. Hal ini dengan etil asetat. Komposisi .
disebabkan perbedaan fase gerak campuran
tingkat kepolaran kloroform:etil asetat (8.5:1.5) A Presisi
pelarut untuk dipilih. Komposisi fase gerak Uji presisi
memisahkan senyawa campuran kloroform:etil B dilakukan pada tiga
yang terkandung dalam asetat (8.5:1.5) dipilih sebagai pelat yang berbeda
rimpang temu mangga. fase gerak terbaik yang C pada hari yang sama.
Jumlah pita terbanyak memiliki 7 pita pada deteksi Gambar 2 Pola Jumlah, posisi,
pada ekstrak temu UV 254 nm, 9 pita pada sidik intensitas, dan warna
mangga diperoleh pada deteksi UV 366 nm, dan 11 jari pada pita merupakan
komposisi fase gerak pita pada deteksi UV 366 nm KLT parameter yang
campuran kloroform setelah derivatisasi (Gambar serb menentukan analisis
dan etil asetat (9:1) 2). Fase gerak terbaik yang uk presisi pada
yaitu 10 pita. Intensitas diperoleh digunakan untuk M1 kromatografi lapis
warna yang rendah pada analisis selanjutnya yaitu kom tipis. Pengamatan
beberapa pita diduga validasi metode. posi presisi antara
senyawa memiliki si dilakukan pada dua
konsentrasi yang fase hari berikutnya.
rendah. Selanjutnya, gera Berdasarkan hasil
komposisi kloroform:etil k analisis yang
asetat (9:1) dihitung klor dilakukan, tidak ada
nilai resolusi masing- ofor perbedaan yang
masing pitanya untuk m:e signifikan dari jumlah,
menentukan til letak, warna, dan
keterpisahan pitanya. aset intensitas pita dari
Keterpisahan antar at hasil
pita juga merupakan Tabel 2 Nilai resolusi pita fase gerak kloroform:etil asetat (9:1
faktor penting dalam
dan 8.5:1.5) pada deteksi 366 nm
kromatografi lapis tipis.
Keterpisahan antar pita Komposisi Perbandingan Fase Gerak Pita Jarak pita
dikatakan baik jika Kloroform : etil asetat (8.5 : 1.5) 1 0.90
memiliki nilai resolusi 2 1.30
yang baik (>1.5). Nilai 3 1.70
resolusi eluen campuran 4 2.25
kloroform:etil asetat 5 3.10
(9:1) tidak memenuhi 6 4.00
syarat keterpisahan 7 5.20
yang baik (Tabel 2),
Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga) 113
8 7.50memiliki kesamaan temu mangga.
9 7.70secara fisik dan Hasil analisis KLT
Kloroform : etil asetat 1 0.70juga berkerabat yang dilakukan
(9 : 1) 2 1.00dekat dengannya. terhadap serbuk temu
3 1.25Sampel serbuk mangga dari beberapa
4 1.60rimpang bangle (B), lokasi, B, L, dan K
5 2.50kunyit (K), dan menunjukkan
6 4.00temulawak (L) kromatogram yang
7 7.30dipilih sebagai cukup berbeda nyata
8 7.60pembanding (Gambar 4). Pola sidik
pengembangan yang mangga dengan tanaman karena berkerabat jari dari keempat
telah dilakukan obat lain yang dekat dengan tanaman berbeda dari
(Gambar 3). Pada pola serbuk rimpang jumlah pita, dan warna
sidik jari, tiga buah pita temu mangga. pita yang dimiliki.
dipilih untuk diamati Serbuk B, K, dan L Rimpang M, B, L, dan K
perubahan migrasi tersebut cukup masing-masing
yang mewakili bagian sulit dibedakan memiliki 11, 13, 12,
paling bawah (X, Rf dengan serbuk dan 10 pita. Rimpang
0.10), tengah (Y, Rf rimpang temu temu mangga (M)
0.36), dan atas (Z, Rf mangga dan memiliki satu pita
0.95). Pita X, Y, dan Z mungkin dapat berwarna biru tua yang
dihitung pada masing- dijadikan sebagai dapat dijadikan sebagai
masing pelat (uji pemalsu dari ciri khas dan pembeda
presisi) dan hari (uji serbuk rimpang dengan rimpang lain
presisi antara). Selisih
Z
nilai Rf setiap pita yang
didapat berkisar 0-0.02
untuk uji presisi dan
Y
berkisar 0.01-0.04
untuk uji presisi antara.
Hal ini menunjukkan X
bahwa hasil uji presisi
Pelat 1 Pelat 2 Pelat 3
dan presisi antara
dapat diterima, karena Z
syarat selisih nilai Rf
tidak lebih dari 0.02
untuk uji presisi dan Y
tidak lebih dari 0.05
untuk uji presisi antara
(Reich dan Schibli X
2006). Hari 2 Hari 3
Hari 1

Spesifitas Gambar 3 Pola sidik jari KLT temu mangga, bangle,


Spesifisitas metode kunyit, dan temulawak pada uji
pengujian rimpang ketegaran jarak pengembangan dengan
temu mangga diukur deteksi UV 366 nm setelah derivatisasi.
dengan
membandingkan sidik
jari rimpang temu
114 Syafi’i et
al.

Gambar 4 Spesifitas pola sidik jari KLT serbuk


rimpang temu mangga dari 5
tempat berbeda, yaitu M1, M2,
M3, M4, M5; produk serbuk jamu
rimpang temu mangga (J);
standar kurkuminoid, (a)
kurkumin, (b)
demetoksikurkumin, (c)
bisdemetoksikurkumin.
(a) MBLK (b)
MB L K M B K L
*Z *Z MB K L
*Z
*Z

*Y *Y
*Y
*Y

*X *X
*X *X

Gambar 5 Pola sidik jari KLT M1, B, L, dan K pada uji ketegaran tipe bejana (a) dan jarak pengembangan (b)
dengan deteksi UV 366 nm setelah derivatisasi.

dengan nilai Rf sebesar 0.36. keberterimaannya. Uji ketegaran jarak pengembangan


Salah satu kandungan kimia yang dimiliki rimpang dilakukan dengan membandingkan pola sidik jari KLT
temu mangga, yaitu demetoksikurkumin. Pola sidik jari temu mangga pada jarak pengembangan 8 cm dan 7
dari 5 sampel rimpang temu mangga yang diperoleh cm. Pita pada jarak pengembangan 8 cm dan 7 cm
dari berbeda-beda tempat terlihat mengandung menghasilkan jumlah yang sama (Gambar 5b). Pita X, Y,
senyawa demetoksikurkumin (Rf 0.48) yang dan Z memiliki selisih nilai Rf maksimum tidak lebih dari
menghasilkan warna jingga kecoklatan dengan 0.05 sehingga parameter ketegaran jarak
intensitas warna yang rendah (Gambar4). Sementara pengembangan memenuhi kriteria keberterimaannya.
itu, rimpang bangle dan temulawak mengandung
senyawa kurkumin dan demetoksikurkumin; sedangkan SIMPULAN
rimpang kunyit mengandung kurkumin, Metode analisis sidik jari kromatografi lapis tipis
demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Pola rimpang temu mangga telah berhasil dikembangkan.
sidik jari yang dihasilkan antara M1, M2, M3, M4, M5, Fase gerak terpilih adalah kloroform:etil asetat (8.5:1.5)
dan J tidak terlihat berbeda dari jumlah pita yang yang mampu memisahkan 11 pita pada serbuk rimpang
dihasilkan. Namun, intensitas warna beberapa pita temu mangga dengan deteksi menggunakan UV 366
terlihat berbeda. Hal ini diduga konsentrasi suatu nm setelah diderivatisasi menggunakan pereaksi asam
senyawa yang dimiliki rimpang temu mangga berbeda sulfat 10%. Oleh karena itu metode ini dapat digunakan
dari tempat yang berbeda. untuk kendali mutu rimpang temu mangga.

Ketegaran DAFTAR PUSTAKA


Parameter yang dilakukan pada uji ketegaran, yaitu James JT, Dubery IA. 2011. Identification and
ketegaran tipe bejana dan ketegaran jarak Quantification of Triterpenoid Centelloids in
pengembangan. Ketegaran tipe bejana dilakukan untuk Centella asiatica (L.) Urban by Densitometric TLC.
membandingkan hasil pengembangan pelat pada Journal of Planar Chromatography. 24(1):82-87.
bejana twin trough dan flat bottom. Pola sidik jari yang Ketmongkhonsit P, Chaichantipyuth C, Palanuvej C,
dihasilkan menunjukkan pengembangan dengan bejana Thitikornpong W, Sukrong S. 2015. A validated TLC-
twin trough maupun flat bottom menghasilkan jumlah image analysis method for detecting and
pita yang sama (Gambar 5a). Selisih nilai Rf dari 3 pita quantifying bioactive phyllanthin in Phyllanthus
X, Y, dan Z tidak lebih dari 0.05 sehingga parameter amarus and commercial herbal drugs.
ketegaran tipe bejana memenuhi kriteria
Songklanakarin Journal Science Technology. 320 37 (3): 319-326
Kimura M, Fujimura M, Yoshida M, Takeshi T, Naoko cassumunar by thin layer chromatography
TA. 2008. An easy method to identify 8-keto-15- fingerprint analysis. Indonesian Journal of
hydroxytrichothecenes by thin layer Chemistry. 11(1): 71-74
chromatographic. Mycotoxins. 58 : 115-117. Reich E, Shibli A. 2006. High Performance Thin Layer
Liang YZ, Xie P, Chan K. 2004. Quality control of herbal Chromatography for The Analysis of Medicinal
medicines. Journal of Chromatography B. 812: 53- Plants. New York (US): Thieme Medical Publishers,
70. Swieboda R, Jozwiak A, Jozwiak G, Hajnus MW. 2014.
Lin CY, Viant, MR, and Tjeerdema RS. 2006. Thin layer chromatography and chemometric
Metabolomics: methodologies and application in studies of selected Potentilla species. American
the environmental sciences. Journal of Pesticides Journal of Analytical Chemistry. 5:1109-1120.
Science. 31 (3): 245-251. Tedjo A, Sajuthi D, Darusman LK. 2005. Aktivitas
Rafi M, Rohaeti E, Miftahuddin A, Darussman LK. 2011. kemoprevensi ekstrak temu mangga. Jurnal
Differentiation of Curcuma xanthorriza and Zingiber Kesehatan. 9(2): 57-62.

Anda mungkin juga menyukai