Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga)
Penulis Makmum Syafi’i1, Eti Rohaeti1, Wulan Tri Wahyuni1,2*, Mohamad Rafi1,2, Dewi Anggraini Septaningsih2
Afiliasi 1Departemen Kimia, Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
2Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Institut Pertanian Bogor, Indonesia
PENDAHULUAN
Temu mangga (C. mangga) merupakan salah satu spesies dari genus Curcuma
yang banyak digunakan di Indonesia sebagai obat tradisioal (jamu). Rimpang merupakan
bagian temu mangga yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
karena rimpang temu mangga memiliki khasiat sebagai obat maag, diare, penghilang
nyeri saat haid, keputihan, serta mengobati jerawat dan bisul (Tedjo et al. 2005).
Rimpang segar temu mangga memiliki ciri khas berwarna kuning muda dan memiliki
bau khas seperti bau buah mangga, sehingga mudah dibedakan dengan rimpang lain
yang berkerabat dekat dengannya. Namun demikian, serbuk kering rimpang temu
*Corresponding author mangga akan sulit dibedakan dari serbuk kering rimpang tumbuhan yang berkerabat
Wulan Tri Wahyuni
dengannya seperti bangle, kunyit, dan temulawak. Harga jual serbuk rimpang temu
Jalan Tanjung Kampus IPB,
Dramaga, Babakan, Dramaga, mangga juga lebih mahal dibandingkan rimpang-rimpang tersebut, sehingga dapat
Bogor, Jawa Barat 16680 memicu terjadinya subtitusi bahan baku obat herbal yang berbasis temu mangga. Oleh
wulantriws@gmail.com karena itu perlu dilakukan identifikasi dan kendali mutu agar khasiat, keamanan, dan
110 Syafi’i et
al.
mutu obat herbal tetap terjaga. METODE
Identifikasi terhadap bahan baku memerlukan suatu Alat dan Bahan
metode analisis. Salah satu metode analisis yang sering Alat
digunakan dalam kendali mutu bahan baku ialah Peralatan yang digunakan, yaitu KLT aplikator
pendekatan sidik jari. Pendekatan sidikjari akan semiotomatis Camag Linomat 5 (CAMAG, Muttenz,
memvisualisasi secara keseluruhan metabolit dalam Swiss), bejana kromatografi twin trough (CAMAG,
sampel (Lin et al. 2006). Teknik kromatografi Muttenz, Swiss), CAMAG Reprostar 3 (CAMAG,
merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk Muttenz, Swiss), aplikasi winCATS (CAMAG, Muttenz,
menunjukkan pola sidik jari keseluruhan dengan Swiss), dan ultrasonikator Branson 1510 (Branson,
merepresentasikan keragaman komponen yang Danbury, USA).
terdapat pada tanaman obat tanpa memperhatikan
jenisnya (Liang et al. 2004), khususnya kromatografi Bahan
lapis tipis (KLT). Analisis sidik jari KLT dapat dilakukan Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas pelat KLT
secara kualitatif, yaitu menganalisis profil hasil silica gel 60 F254 20×20 cm (Merck, Darmstadt,
pemisahan berdasarkan jumlah, posisi, warna, Jerman); n-heksana pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
intensitas serta Rf (retardation factor) pita yang dietil eter pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
dihasilkan. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan diklorometana pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
berupa mudah dalam preparasi sampel, sederhana, kloroform pa (Merck, Darmstadt, Jerman), etil asetat
biaya operasional relatif murah karena semua pa (Merck, Darmstadt, Jerman), etanol pa (Merck,
komponen sampel dan standar diujikan dalam waktu Darmstadt, Jerman), aseton pa (Merck, Darmstadt,
yang sama, volume pelarut yang digunakan sedikit, Jerman), metanol pa (Merck, Darmstadt, Jerman),
selektif dan sensitif, serta kromatogramnya dapat asetonitril pa (Merck, Darmstadt, Jerman), asam sulfat
diamati secara visual (Kimura et al. 2008). (Merck, Darmstadt, Jerman).
Analisis sidik jari dengan KLT telah dilakukan untuk Rimpang temu mangga yang digunakan terdapat 5
identifikasi kunyit, bangle, dan temulawak (Rafi et al. sampel yang diambil dari beberapa lokasi. Selain itu
2011); pegagan (Centella asiatica)(James dan Dubery digunakan produk jamu, serbuk rimpang temu mangga,
2011); Potentilla (Swieboda et al. 2014); dan rimpang bangle, temulawak dan kunyit (Tabel 1).
phyllanthus amarus (Ketmongkhonsit et al. 2015). Di
dalam tulisan ini telah dikembangkan suatu metode Ekstraksi Simplisia
analisis sidik jari rimpang temu mangga menggunakan Serbuk sampel ditimbang sebanyak 1 g dan
kromatografi lapis tipis. Metode yang telah ditambahkan dengan 10 mL metanol dan diekstraksi
dikembangkan digunakan untuk mengidentifikasi temu selama 30 menit menggunakan ultrasonikator dengan
mangga dari tiga jenis rimpang tumbuhan yang frekuensi 42 kHz pada suhu ruang. Ekstrak disaring ke
berkerabat dekat dengannya. dalam botol yang bersih kemudian ditutup rapat.
1 UV 254 nm
0
UV 366 nm
5 Total Jumlah
Pita
0 F G
A B H
C I
D
E
112 Syafi’i et
al.
Gambar 1 Komposisi campuran fase gerak (8.5:1.5).
dan total jumlah pita Deteksi
kloroform:diklorometana yang
dengan perbandingan (A) 9:1, digunakan
(B) 7:3, (C) 5:5, (D) 2:8, dan (A) UV 254
kloroform:etil asetat dengan nm, (B) UV
perbandingan (E) 9:1, (F) 7:3, 366 nm,
(G) 5:5, (H) 1:9, (I) 8.5:1.5. dan (C) UV
Komposisi pelarut sehingga dilakukan modifikasi 366 nm
yang berbeda kembali komposisi fase gerak setelah
memberikan jumlah pita campuran antara kloroform derivatisasi
yang berbeda. Hal ini dengan etil asetat. Komposisi .
disebabkan perbedaan fase gerak campuran
tingkat kepolaran kloroform:etil asetat (8.5:1.5) A Presisi
pelarut untuk dipilih. Komposisi fase gerak Uji presisi
memisahkan senyawa campuran kloroform:etil B dilakukan pada tiga
yang terkandung dalam asetat (8.5:1.5) dipilih sebagai pelat yang berbeda
rimpang temu mangga. fase gerak terbaik yang C pada hari yang sama.
Jumlah pita terbanyak memiliki 7 pita pada deteksi Gambar 2 Pola Jumlah, posisi,
pada ekstrak temu UV 254 nm, 9 pita pada sidik intensitas, dan warna
mangga diperoleh pada deteksi UV 366 nm, dan 11 jari pada pita merupakan
komposisi fase gerak pita pada deteksi UV 366 nm KLT parameter yang
campuran kloroform setelah derivatisasi (Gambar serb menentukan analisis
dan etil asetat (9:1) 2). Fase gerak terbaik yang uk presisi pada
yaitu 10 pita. Intensitas diperoleh digunakan untuk M1 kromatografi lapis
warna yang rendah pada analisis selanjutnya yaitu kom tipis. Pengamatan
beberapa pita diduga validasi metode. posi presisi antara
senyawa memiliki si dilakukan pada dua
konsentrasi yang fase hari berikutnya.
rendah. Selanjutnya, gera Berdasarkan hasil
komposisi kloroform:etil k analisis yang
asetat (9:1) dihitung klor dilakukan, tidak ada
nilai resolusi masing- ofor perbedaan yang
masing pitanya untuk m:e signifikan dari jumlah,
menentukan til letak, warna, dan
keterpisahan pitanya. aset intensitas pita dari
Keterpisahan antar at hasil
pita juga merupakan Tabel 2 Nilai resolusi pita fase gerak kloroform:etil asetat (9:1
faktor penting dalam
dan 8.5:1.5) pada deteksi 366 nm
kromatografi lapis tipis.
Keterpisahan antar pita Komposisi Perbandingan Fase Gerak Pita Jarak pita
dikatakan baik jika Kloroform : etil asetat (8.5 : 1.5) 1 0.90
memiliki nilai resolusi 2 1.30
yang baik (>1.5). Nilai 3 1.70
resolusi eluen campuran 4 2.25
kloroform:etil asetat 5 3.10
(9:1) tidak memenuhi 6 4.00
syarat keterpisahan 7 5.20
yang baik (Tabel 2),
Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang Temu Mangga (Curcuma mangga) 113
8 7.50memiliki kesamaan temu mangga.
9 7.70secara fisik dan Hasil analisis KLT
Kloroform : etil asetat 1 0.70juga berkerabat yang dilakukan
(9 : 1) 2 1.00dekat dengannya. terhadap serbuk temu
3 1.25Sampel serbuk mangga dari beberapa
4 1.60rimpang bangle (B), lokasi, B, L, dan K
5 2.50kunyit (K), dan menunjukkan
6 4.00temulawak (L) kromatogram yang
7 7.30dipilih sebagai cukup berbeda nyata
8 7.60pembanding (Gambar 4). Pola sidik
pengembangan yang mangga dengan tanaman karena berkerabat jari dari keempat
telah dilakukan obat lain yang dekat dengan tanaman berbeda dari
(Gambar 3). Pada pola serbuk rimpang jumlah pita, dan warna
sidik jari, tiga buah pita temu mangga. pita yang dimiliki.
dipilih untuk diamati Serbuk B, K, dan L Rimpang M, B, L, dan K
perubahan migrasi tersebut cukup masing-masing
yang mewakili bagian sulit dibedakan memiliki 11, 13, 12,
paling bawah (X, Rf dengan serbuk dan 10 pita. Rimpang
0.10), tengah (Y, Rf rimpang temu temu mangga (M)
0.36), dan atas (Z, Rf mangga dan memiliki satu pita
0.95). Pita X, Y, dan Z mungkin dapat berwarna biru tua yang
dihitung pada masing- dijadikan sebagai dapat dijadikan sebagai
masing pelat (uji pemalsu dari ciri khas dan pembeda
presisi) dan hari (uji serbuk rimpang dengan rimpang lain
presisi antara). Selisih
Z
nilai Rf setiap pita yang
didapat berkisar 0-0.02
untuk uji presisi dan
Y
berkisar 0.01-0.04
untuk uji presisi antara.
Hal ini menunjukkan X
bahwa hasil uji presisi
Pelat 1 Pelat 2 Pelat 3
dan presisi antara
dapat diterima, karena Z
syarat selisih nilai Rf
tidak lebih dari 0.02
untuk uji presisi dan Y
tidak lebih dari 0.05
untuk uji presisi antara
(Reich dan Schibli X
2006). Hari 2 Hari 3
Hari 1
*Y *Y
*Y
*Y
*X *X
*X *X
Gambar 5 Pola sidik jari KLT M1, B, L, dan K pada uji ketegaran tipe bejana (a) dan jarak pengembangan (b)
dengan deteksi UV 366 nm setelah derivatisasi.