ABSTRAK
Temulawak merupakan salah satu jenis tanaman obat yang mempunyai prospek cerah
untuk dikembangkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya residu
pestisida organoklorin pada rimpang temulawak. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode destruksi basah. Sampel yang diambil adalah rimpang temulawak
yang diambil dari pasar Ajibarang. Sampel kemudian ditambah asam nitrat pekat.
Pengujian kadar organoklorin pada rimpang temulawak dilakukan dengan alat
Spektofotometer UV-Vis Merk Shimadzu pada panjang gelombang 455,5 nm.
Berdasarkan hasil penelitian pada rimpang temulawak terdeteksi adanya pencemaran
organoklorin dengan kadar (550 ppm) dan hasil validasi analisis yang dilakukan didapat
harga standard deviation (SD), relative standard deviation (RSD), dan ketelitian alat pada
uji presisi alat pada sampel sebesar 2,48 x 10-6; 0,2440% dan 99,99%. Nilai persen
perolehan kembali (Recovery) rata-rata dan kesalahan sistematik pada uji akurasi sampel
sebesar 107,43 % dan 7,43 %. Uji linieritas didapatkan harga koefisien korelasi (r)
sebesar 0,9907 dan persamaan regresi linier kurva baku y = 0,0429x + 0,0105 dengan
limit deteksi dan limit kuantitasi 21,56 ppm dan 71,88 ppm. Berdasarkan penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pada metode analisis identifikasi residu organoklorin pada
simplisia temulawak menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis adalah valid.
Kata kunci: Organoklorin, Spektrofotometri, Rimpang Temulawak
ABSTRACT
maksimum. Dari data absorbansi pada suhu 37°C selama 5 menit dan
selanjutnya dibuat kurva standar didiamkan selama operating time.
sehingga diperoleh persamaan garis Kemudian dibaca absorbansinya pada
y=bx+a. panjang gelombang maksimum dan
Presisi dan akurasi dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
Larutan baku dengan konsentrasi 60 Penetapan kadar
ppm diambil 0,1 mL dan ditambahkan Rimpang diparut dan ditimbang 10 g,
dengan 10 mL larutan pereaksi. kemudian zat yang diinginkan diambil
Campurkan dan dipanaskan pada suhu menggunakan pelarut
37°C selama 5 menit dan didiamkan (acetonitril:aquabidest 6,5:3,5) setelah
selama operating time. Kemudian itu disaring. Filtrate 100 mL
dibaca absorbansinya pada panjang ditambahkan HCl pekat 25 mL.
gelombang maksimum dan dilakukan Selanjutnya didestruksi selama 2 jam
replikasi sebanyak enam kali. dengan asam nitrat sebanyak 5 mL
Sampel dihaluskan kemudian diambil berulang kali hingga larutan jernih,
sebanyak 10 gram sampel ditimbang kemudian disaring. Diambil 0,1 mL dan
secara duplo. Untuk sampel yang ditambahkan dengan 10 mL larutan
pertama tidak ditambah larutan pereaksi. Campurkan dan dipanaskan
standar, sedangkan sampel yang kedua pada suhu 37°C selama 5 menit dan
ditambah larutan stok NaCl 60 ppm didiamkan selama operating time.
sebanyak 1 mL ke dalam Erlenmeyer, Kemudian dibaca absorbansinya pada
kemudian zat yang diinginkan diambil panjang gelombang maksimum.
menggunakan pelarut Hasil dan Pembahasan
(acetonitril:aquabidest 6,5:3,5) setelah Penentuan panjang gelombang
itu disaring. Filtrate 100 mL maksimum
ditambahkan HCl pekat 25 mL. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Selanjutnya didestruksi selama 2 jam diperoleh panjang gelombang
dengan asam nitrat sebanyak 5 mL maksimum sebesar 455,5 nm. Panjang
berulang kali hingga larutan jernih, gelombang ini digunakan untuk
kemudian disaring. Diambil 0,1 mL dan mengukur serapan larutan standar pada
ditambahkan dengan 10 mL larutan pembuatan kurva baku dan penetapan
pereaksi. Campurkan dan dipanaskan kadar.
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
Y=0,00345x+0,127
0.1
0
0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)
temulawak tersebut kurang aman untuk Mulja, M. & Suharman, 1995, Analisis
dikonsumsi. Kadar organoklorin dalam Instrumental, Surabaya:
rimpang temulawak dapat ditimbulkan Erlangga University Press
oleh penggunaan pestisida secara Rahardjo, M dan Otih R., 2005,
langsung dan tak langsung (akibat Budidaya Tanaman Temulawak,
pencemaran pestisida di sekitarnya). http://www.balitro.go.id (29
Pestisida bergerak dari lahan pertanian Maret 2008)
menuju aliran sungai dan danau yang Sudarsono, 1996, Tumbuhan Obat,
dibawa oleh hujan atau penguapan Pusat Penelitian Obat
tertinggal atau larut pada aliran Tradisional Universitas Gadjah
permukaan, terdapat pada lapisan Mada, Yogyakarta
tanah dan larut bersama dengan aliran Sofia D, 2001, Pengaruh Pestisida
air tanah. Dalam Lingkungan Pertanian,
Kesimpulan Bandung
Dari penelitian ini dapat http://www.sumutprov.go.id/d
disimpulkan bahwa terdapat kadar rata- ownload.php. (15 September
rata residu organoklorin pada rimpang 2008)
temulawak sebesar 550 ppm. Kadar Wiryawan KG, 2005, Kajian Anti Bakteri
residu pestisida tersebut berada diatas Temulawak, Jahe dan Bawang
batas maksimum menurut BPOM RI Putih Terhadap Salmonella
(2004) yaitu < 0,005 ppm. Typhimurium Serta Pengaruh
Bawang Putih Terhadap
Daftar Pustaka Performans dan Respon Imun
(BPOM) Badan Pengawasan Obat dan Ayam, Pedaging, Departemen
Makanan, 2004, Ekstrak Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Tumbuhan Obat Indonesia, Pakan Fakultas Peternakan IPB,
Volume ke-1, Jakarta Bogor.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan
Validasi Metode dan Cara
Perhitungannya, Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. I., No. 3:
Jakarta
7
PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN 1693-3591