Anda di halaman 1dari 10

TUGAS REVIEW JURNAL

-ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF SPEKTRO UV-VIS

-ANALISIS KUALITATIF SPEKTRO IR

-ANALISIS KUALINTATIF SPEKTRO AAS

OLEH

WAHYU ILYAS M.

NIM: 917312906201.012

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
KENDARI
2019
A. ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT SIBUTRAMIN HCl PADA JAMU PELANGSING
YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ( Analisis Seoktro Uv Vis)

Berdasarkan Permenkes RI No.007 tahun 2012, obat tradisional dilarang


menggunakan bahan kimia yang berkhasiat obat. Namun pada kenyataanya, di pasaran masih
juga beredar jamu yang mengandung bahan kimia obat (BKO). Sibutramin HCl merupakan
salah satu obat antiobesitas yang berkhasiat sebagai anoreksansia. Dimana anoreksansia
merupakan zat zat berdaya menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada
penanganan obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai keberadaan lemak tubuh dalam jumlah
abnormal, yang mengakibatkan kegemukan dan overweight pada keadaan tinggi badan dan
jumLah otot tertentu. Identifikasi dalam percobaan ini menggunakan metode Kromatografi
Lapis Tipis (KLT)

Bahan-bahan yang digunakan ialah 10 jamu pelangsing dengan berbagai merk


berbeda yang dijual di sekitar Kota Manado, sibutramin HCl (pa), metanol (pa), aqua
bidestilata (pa), etil asetat (pa), n-heksan (pa), aseton (pa), kloroform (pa). Alat-alat yang
digunakan ialah mortir, stamfer, peralatan gelas (Pyrex), neraca analitik (KERN ACJ 220 -
4M), chamber, mikropipet (ecopipette), plat silika GF254, spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu 00787). Sementara untuk Sampel jamu pelangsing diambil dari daerah kota
Manado. Total sampel 10 macam jamu dengan masing-masing merek yang berbeda.

 Pembuatan Larutan Standar Kualitatif Ditimbang secara akurat 50 mg sibutramin


hidroklorida dan dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, dilarutkan dengan metanol
dan diencerkan hingga kandungan sibutramin hidroklorida menjadi 500 μg/mL.
Diambil 10 mL dipindahkan ke labu takar 100 mL dan diencerkan (suthar et al.,
2009).
 Pembuatan Larutan Standar Kuantitatif Standar sibutramin HCl ditimbang secara
seksama sebanyak 100 mg dan dilarutkan menggunakan aqua bidestillata sampai 100
mL di dalam labu takar.
 Preparasi Sampel Spektrofometri UvVis Timbang 200 mg secara seksama sampel
yang diperkirakan mengandung sibutramin, kemudian letakkan dalam labu takar 25
mL tambahkan dengan aqua bidestilata. Dipipet 250 μL tambahkan dengan aqua
bidestilata sampai 10 mL, kemudian dibaca menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

 Hasil Dan Pembahasan


 Analisis Kualitatif
Analisis sibutramin HCl pada jamu pelangsing yang beredar di kota Manado
dilakukan menggunakan 10 jenis jamu pelangsing. Analisis kualitatif
menggunakan metode KLT dengan campuran 3 fase gerak. Metode ini bertujuan
untuk mengidentifikasi kandungan bahan kimia obat sibutramin HCl pada jamu
pelangsing
 Dilihat dari Rf yang didapat menunjukkan tidak terdapat kesamaan pada
masing masing gerak dan menghasilkan bercak yang bervariasi.
Penampakan noda pada sinar UV 254 nm dan 366 nm disebabkan Karena
adanya interaksi antara sinar UV dengan gugus komofor yang terikat
oleh auksokrom yang terdapat pada noda tersebut. (Merujuk Pada
Gambar)
 Hasilnya Dari sepuluh sampel tersebut menggunakan tiga fase gerak
berbeda hanya 1 produk jamu pelangsing yang memilik Rf sama denga vn
sibutramin HCl, yaitu sampel D, sehingga dapat dikatakan sampel
tersebut positif mengandung sibutramin HCl dan untuk seberapa besar
konsentrasinya akan telihat lebih jelas pada saat dilakukan analisis
kuantitatif.
 Analisis Kuantitatif
Dari hasil yang diperoleh panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu
266 nm dengan absorbansi 0,19. Penentuan panjang gelombang maksimum
dilakukan untuk mengetahui ketika absorbsi mencapai maksimum sehingga
meningkatkan proses absorpsi larutan terhadap sinar.
ujian pada 10 sampel walaupun pada analisis kualitatif hanya satu sampel yang
positif mengandung sibutramin HCl, hal ini dilakukan bertujuan untuk
memastikan bahwa sampel lainnya benar tidak mengandung sibutramin HCl. Hal
ini dikarenakan sensitivitas spektrofotometri Uv-Vis lebih tinggi dibandingkan
metode KLT. (dapat d lihat pada tabel lampiran)

 Kesimpulan
 Dari 10 merk jamu pelangsing yang beredar di Kota Manado dinyatakan
teridentifikasi mengandung sibutramin HCl. .
 Kadar sibutramin pada sampel merk A sampai J ialah 8,124 μg/mL, 3,543
μg/mL, 6,732 μg/mL, 12,790 μg/mL, 9,479 μg/mL, 19,52 μg/mL, 10,613
μg/mL, 15,461 μg/mL, 18,444 μg/mL, dan 9,265 μg/mL.

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No.007 Tahun 2012
Tentang Registrasi Obat Tradisional. Menteri Kesehatan RI. Jakarta

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah
Ilmu Kefarmasian, Vol., I, nomor 3, 117-132

Hermanto dan subroto, 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping,

Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Kumala Sari, Lusia Oktora Ruma. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan
Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1.
Fak. Farmasi Jember. Surabaya.
Shargel, L. 1985. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah Fasich. Edisi
Kedua. Surabaya : Penerbit Universitas Airlangga. Halaman 16

Suthar, A.P., Dubey, S.A. & Patel S.R., 2009, A Validated Spesific Reverse Phase Liquid
Chromatographic Method for The Estimation of Sibutramine Hydrochloride
Monohydrate in Bulk Drug and Capsule Dosage Forms, International Journal of
Chemtech Research, 1: 793-801

Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja, 2007. Obat-Obat Penting, Edisi Keenam, 497-499,
Elex Media Comp
Judul : Analisis Morfologi dan Spektroskopi Infra Merah Serat Bambu Betung
(Dendrocalamus
Asper) Hasil Proses Alkalisasi Sebagai Penguat Komposit Absorbsi Suara
Penulis : Aji Pambudi, Moh. Farid, dan Haniffudin Nurdiansah
Halaman : 1-5

Abstrak

Semakin bertambahnya jumlah kendaraan bermotor juga menyebabkan masalah


lingkungan. Selain itu, pengembangan inovasi sangat dibutuhkan dalam pembuatan material
yang lebih efisien, ringan, dan ramah lingkungan. Pada penelitian sebelumnya, sudah diteliti
mengenai penguat dalam komposit absorpsi suara menggunakan serat bambu betung
(Dendrocalamus asper). Akan tetapi, penelitian sebelumnya masih dilakukan penelitian
untuk prosesnya dan belum diaplikasikan untuk penguat komposit absorpsi suara. Sehingga
dibuatlah

penelitian yang bertujuan untuk menganalisis serat bambu betung (Dendrocalamus asper)
sebagai penguat komposit absorbsi suara. Permasalahan yang dikaji untuk mengetahui
pengaruh

alkalisasi terhadap morfologi dan hasil FTIR dari serat bambu betung (Dendrocalamus
asper). Serat bambu betung yang digunakan mengalami proses alkalisasi dengan cara
direndam pada larutan NaOH 2M pada temperatur 70oC selama 3 jam. Tujuannya untuk
menghilangkan kadar lignin yang terdapatpada serat bambu betung. Dari hasil pengujian
dapat dilihat pada FTIR serat bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan perlakuan
alkalisasi masih terdapat sisa lignin pada daerah serapan sekitar 1600 cm-1 dengan gugus
aromatik C=C yang ditunjukkan dari peak pada grafik FTIR, dan diperjelas pada hasil
morfologi serat bambu betung yang menunjukkan bahwa permukaan serat lebih halus dan
terlihat sedikit lignin.

Pendahuluan

BAMBU merupakan salah satu serat alam yang jumlahnya melimpah di Indonesia,
salah satu jenis bambu yang ada adalah bambu betung (Dendrocalamus asper). Serat alam
seperti bambu merupakan jenis material penyerap suara yang biodegradable dan ramah
lingkungan.[1]

Material komposit merupakan area penelitian yang sangat luas dan telah menjadi solusi untuk
banyak permasalahan. Salah satu pemanfaatan material komposit yang umum dijumpai
adalah dalam hal penyerapan suara [2]. Beberapa teknologi sudah diterapkan penggunaan
material komposit dari serat alam yang digunakan pada industri otomotif sebagai aplikasi
material penyerap suara. Pada penelitian ini, akan digunakan serat alam bambu betung
(Dendrocalamus Asper).

METODE PENELITIAN

A. Material

Material yang digunakan dalam penelitian ini merupakan serat bambu betung
(Dendrocalamus asper) berumur 4 tahun yang didapatkan dari desa Cengkrok, Kabupaten
Pasuruan Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

B. Preparasi Spesimen

Pengolahan serat bambu betung (Dendrocalamus asper) diawali dengan serat


dibersihkan dari pengotor dengan menggunakan air bersih. Setelah bersih dan kering, serat
bambu betung (Dendrocalamus asper) diperhalus dengan mesin pencacah organik. Serat yang
sudah dicacah kemudian serat di-meshing untuk mendapatkan ukuran yang homogen pada
rentang 280-900 mikron. Selanjutnya serat mengalami proses alkalisasi dengan menggunakan
larutan NaOH 2% pada 70oC selama 3 jam. Setelah itu serat di bersihkan dan terakhir serat
dikeringkan pada oven pada temperatur 105oC selama 1 jam. kesulitan dalam preparasi
material. Selain itu alat SEM EDAX FEI Type inspect s-50 ini juga mempunyai resulusi
vakum yang baik (3.0nm at 30kV) sehingga bisa digunakan pada berbagai macam jenis
sampel dengan berbagai macam ukuran

Standar yang digunakan adalah ASTM E2809[12]. Spesime uji berbentuk serat berukuran
224 – 280 μ ditunjukkan pada

Hasil dan pembahasan

A` Hasil Pengujian Fourier Transform Infrared (FTIR) Serat

Bambu betung (Dendrocalamus asper)

Gambar 4 menunjukkan pengujian FTIR pada serat Bambu

betung hasil proses alkalisasi.


Gambar 4. Hasil Uji FTIR Serat Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

Hasil Alkalisasi..

Dari hasil pengujian tersebut dapat dilihat bahwa serat bambu tanpa perlakuan
terdapat ikatan O-H stretching pada puncak gelombang 3329.31 cm-1, C-H Stretching pada
2884.48 cm-1, C=C cincin aromatik pada puncak gelombang 1590.23 cm-1, CH2 deformasi
pada 1420 cm-1, dan C-O stretching pada 1025.84 cm-1. Lignin ditunjukkan oleh adanya
peak pada rentang 1500- 1600cm-1 dengan gugus aromatik C=C. Dapat dilihat pada

rentang rentang 1500-1600 cm-1, masih terdapat peak dengan intensitas yang kecil. Hal ini
mengindikasikan masih terdapat sisa lignin yang berada di dalam serat bambu [14].

B. Hasil Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM)

Pengujian Scanning Electron Microscopy (SEM) bertujuan untuk mengetahui dan


menganalisis morfologi dari Serat bambu betung (Dendrocalamus asper) . Pada pengujian
SEM

ini Serat bambu betung (Dendrocalamus asper) dilapisi dengan coating AuPd. Setelah itu
spesimen di masukkan ke dalam alat uji SEM dan diambil data gambar.

Terlihat permukaan yang lebih bersih dan permukaan serat bambu betung
(Dendrocalamus asper) lebih halus. Hal ini karena pada proses alkalisasi, lignin pada
permukaan menghilang karena interaksinya dengan sodium sehingga permukaan menjadi
lebih halus [15]. Hal ini menyebabkan diameter serat berkurang menjadi sekitar 5-17 μm.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan:

1. Hasil FTIR menunjukkan bahwa pada serat bambu betung (Dendrocalamus asper) masih
terdapat sisa lignin yang terkandung didalamnya, ditunjukkan pada gugus fungsi cincin
aromatik C=C pada puncak gelombang 1590.23 cm-1. Untuk menghilangkan lignin lebih
maksimal,

dapat dilakukan proses bleaching. 2. Berdasarkan dari hasil Scanning Electron Microscopy
(SEM) dapat diketahui permukaan serat yang lebih kecil dikarenakan kadar lignin yang
berkurang dan permukaan serat terlihat lebih halus. dalam penelitian ini.
MAGNESIUM IN MALE JACKFRUIT FLOWERS (Artocarpus heterophyllus Lam.)
BY ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY

A. Abstrak

Nangka merupakan salah satu buah tropis yang keberadaannya tidak mengenal
musim. Tanaman nangka adalah tanaman berumah satu, artinya dalam satu tanaman
dapat dijumpai bunga jantan dan bunga betina. Mineral memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral digolongkan dalalm
mineral makro yang dibutuhkan dalam jumlah 100 mg sehari dan mineral mikro
kurang dari 100 mg sehari. Bunga nangka kurang populer dikalangan masyarakat dan
belum ada penelitian terdahulu yang meneliti tentang kandungan dalam sampel
tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan mineral kalium,
kalsium, natrium dan magnesium dalam bunga nangka jantan. Preparasi sampel
dilakukan dengan proses dekstruksi kering. Penentuan kadar kalium, kalsium, natrium
dan magnesium dilakukan dengan metode spektrofotometri serapan atom (SSA)
masing-masing pada panjang gelombang 766,5 nm; 422,7 nm; 589,0 nm dan 285,2
nm dengan nyala udara- asetilen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalium,
kalsium, natrium dan magnesium pada bunga nangka jantan yaitu [530,810] ± 2,760
mg/100g; [54,928] ± 0,519 mg/100g; [16,087] ± 1,208 mg/100g dan [16,653]± 0,205
mg/100g.

B. METODE PENELITIAN
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometri
Serapan Atom (Shimadzu AA-7000) dengan nyala udara asetilen lengkap dengan
lampu katoda K, Ca, Na dan Mg, neraca analitik (BOECO), tanur (Stuart), hot
plate, kertas saring Whatman no. 42, krus porselen, blender, spatula, botol kaca dan
alat-alat gelas lainnya (Pyrex dan Oberol).
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah bunga nangka jantan, HNO3 65% b/v
(E.Merck), larutan standar kalium (1000 µg/ml)(E.Merck), larutan standar kalsium
(1000 µg/ml)(E.Merck), larutan standar natrium (1000 µg/ml)(E.Merck), larutan
standar magnesium (1000 µg/ml)(E.Merck), CsCl(E.Merck), La2O3(E.Merck),
larutan kuning titan 0,1%, NaOH 2N, H2SO4 1 N dan akuademineralisata
(Laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan).
c. Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan adalah bunga nangka jantan yang diambil secara purposif
dari pohon nangka di Langsa, Aceh Timur. Penyiapan Sampel Sebanyak ± 250 g
bunga nangka jantan dibersihkan dari bagian kulit dengan cara mengupasnya,
dicuci bersih lalu ditiriskan, dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
Selanjutnya diiris kecil-kecil dan dihaluskan dengan blender.
d. Proses Destruksi Kering
Sampel yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak ± 25 g, didalam
krus porselen, diarangkan diatas hot plate pada suhu 200 0C, lalu diabukan dengan
tanur pada temperature awal 100 oC dan dinaikkan perlahan-lahan hingga 500 oC
dengan interval 25 oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 24 jam dan
dibiarkan hingga dingin didalam tanur hingga suhu tanur mencapai suhu ruangan
±27 oC (Isaac, 1990).
e. Pembuatan Larutan Sampel
Sampel hasil destruksi ditambahkan 5 ml HNO3 (1:1), lalu dimasukkan ke dalam
labu tentukur 100 ml, krus porselen dibilas hingga tiga kali kemudian larutan
dicukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dan dihomogenkan.
Selanjutnya larutan disaring dengan kertas Whatman no. 42 dan 5 ml filtrat
pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring kemudian filtrat selanjutnya
ditampung dalam wadah botol kaca.
f. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Analisis
kualitatif dan kuantitatif dilakukan terhadap kalium, kalsium, natrium dan
magnesium. Uji nyala digunakan untuk menentukan analisis kualitatif kalium,
kalsium dan natrium, uji kristal kalium dengan asam pikrat, uji kristal kalsium
dengan asam sulfat 1 N, uji kristal natrium dengan asam pikrat dan uji magnesium
dengan reagensia kuning titan (Vogel, 1985).

C. Hasil dan Pembahasan

Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui


secara kualitatif mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sampel bunga nangka jantan mengandung
mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium

D. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bunga nangka


jantan mengandung mineral kalium, kalsium, natrium dan magnesium dengan
kadar yaitu [530,381] ± 2,760 mg/100g; [54,928] ± 0,519 mg/100g;
[16,087] ±

1,208 mg/100g dan [16,653]± 0,205


mg/100g

Anda mungkin juga menyukai