Anda di halaman 1dari 3

NAMA: FADILAH AL-A'IZZAH

NIM: 19101105041

TUGAS REVIEW JURNAL


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Judul : Analisis Sidik Jari Kromatografi Lapis Tipis Rimpang Temu Mangga (Curcuma
Mangga)
Penulis : Makmun Syafi’i, Eti Rohaeti, Wulan Tri Wahyuni, Mohamad Rafi & Dewi
Anggraini Septiningsih.
Tahun : 2018
Hal : 1-7

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan metode analisis sidik jari rimpang
temu mangga (Curcuma Manga) untuk kendali mutunya. Rimpang kering temu mangga diekstrasi
menggunakan metanil dan dianalisis sidik jari KLT. Kloroformetil asetat merupakan fase gerak
optimun yang memisahkan 11 pita dari rimpang temu mangga dengan keterpisahan yang baik dan
memilki pita khas biru tua. Demektoksirkulkumin terdeteksi pada rimpang temu mangga dengan
warna jingga kecoklatan pada UV 366 nm (Rf 0.48) setelah diderivatisasi dengan pereaksi asam
sulfat 10%. Validasi metode analisis sidik jari KLT memenuhi kriteria kebberterimaan sehingga
metode ini dapat digunakan untuk kendali mutu rimpang temu mangga.
PENDAHULUAN
Temu mangga (C. Mangga) meupakan salah saru spesies dari genus curcuma yang banyak
digunakan di indonesia sebagai obat tradisional (jamu). Rimpang merupakan bagian temu mangga
yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional karena rimpang temu mangga
memiliki khasiat sebagai obat maag, diare, penghilang nyeri saat haid, keputihan, serta mengobati
jerawat dan bisul. Teknik krematografi merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk
menunjukkan pola sidik jari keseluruhan dengan mempresentasukan keragaman komponen yang
terdapat pada tanaman obat tanpa memperhatikan jenisnya khususnya kromatografi lapis tipis
(KLT). Analisis sidik jari KLT dapat dilakukan secara kulaitatif, yaitu menganalisis profil hasil
pemisahan berdasarkan jumlah, posisi, warna, intensitas serta Rf (retardation factor) pita yang
dihasilkan. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan berupa mudah dalam preparasi sampel,
sederhana, dan mudah biaya operasional.
ALAT & BAHAN
Peralatan yang digunakan, yaitu KLT aplikator semiotomatis Camag Linomat 5 , bejana
kromatografi, twin trough , CAMAG Reprostar 3, aplikasi winCATS , dan ultrasonikator Branson
1510. Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas pelat KLT silica gel 60 F254 20x20 cm, n-heksana
, dietil eter , diklorometana, kloroform, etil asetat, etanol, aseton, metanol, asetonitril, asam sulfat.
5 sampel rimpang temu mangga, serbuk rimpang temu mangga, rimpang bangle, temulawak dan
kunyit.
METODE
Metode yang digunakan pada penelitian ini sangat banyak, mulai dari eksraksi simplasia dimana
semua sebuk sampel ditimbang sebanyak 1 g dan ditambahkan dengan 10 mL etanol dan di
ekstraksikan selama 30 menit menggunakan ultrasonik. Kemudian ada preparasi pelat. Dimana
pelat silika KLT gel 60 F254 dipotong dang dikembangkan dalam benjana berisi metanol.
Dikeringkan menggunakan oven dan jika sudak kering, akan digunakan sebagai wadah aplikasi
sampel. Kemudian ada pemilihan fase gerak. Pada fase ini akan dilakukan pengembangan larutan
ekstrak yang telah di totolkan pada pelak hingga mencapai tinggi 8 cm dari posisi awal aplikasi
ekstrak. Selanjutnya ada pembuatan pereaksi pewarna, deteksi dan derivatitasi komponen. Fase
derivasi ini dilakukan dengan cara pelat akan dicelupkan menggunakan pereaksi asam sulat 10%
dan dikeringkan. Seterlah itu amati pada sinar tampak dan UV 366 nm. Dan yang terakhir ada
Validasi metode.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fase Gerak Terbaik
Pemilihan fase gerak dilakukan dengan mengembangkan pelat kromatografi lapis tipis yang telah
diaplikasikan ekstrak temu mangga dengan 9 pelarut tunggal yang memiliki tingkat kepolaran
berbeda. Terdapat 9 hasil pengembangan dan dipilih 3 pelarut yang menghasilkan pita terbanyak
dengan keterpisahan yang baik. Pelarut yang dipilih adalah kloroform, dikloromentana, dan atil
asetat. ketiga pelarut tersebut dikombinasikan menjad 2 fase gerak campuran, yaitu
kloroform:dikloromentana dan kloroform:etil asetat. Komposisi pelarut yang berbeda memberikan
jumlah pita yang berbeda. Karena tingkat kepolaran pelarut untuk memisahkan senyawa yang
terkandung dalam rimpang temu mangga. jumlah pita terbanyak pada ekstrak temu mangga
diperoleh pada komposisi campuran kloroform dan etil asetat (9:1) yaitu 10 pita. Kemudiamn
dihitung nilai reolusi masing-masing pita untuk menentukan keterpisaham pitanya. Keterpisahan
merupakan faktor pentimg dalam kromatografi lapis tipis. Keterpisahan dinyatakan baikjika
memiliki nilai resolusi >1,5. Namun nilai resolusi dari campuran klorofotm;etil asetat tadi tidak
memenuhi sehingga dilakukan modifikasi kembali pada fase geraknya. Komosisi (8.5:1.5) dipilih
dan menghasilkan 7 pita pada UV 254 nm, 9 pita pada UV 366 nm, dan 11 pita didapatkan setelah
diderivatisasi. Fase gerak ini akhirnya dipilih dan selanjutnya masuk pada metode Validasi.
Presesi
Uji presesi dilakukan pada tiga pelat yang berbeda. Analisis presesi krematografi ditentukan oleh
jumlah, posisi, intensitas, dan warna pita. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, tidak ada
perbedaan yang signifikan dari jumlah, letak, warna, dan intensitas pita dari pengembangan yang
dilakukan. Pada pola sidik jari, tiga buah dipilih untuk diamati perubahan dari migrasi yang
mewakili paling bawah (X,Rf 0.10) tengah (Y,Rf 0,36). Dan atas (Z, Rf, 0.95). dimana pita X, Y,
dan Z dihitung pada masing-masing pelat. Syarat selisih nilai Rf tidak bisa melebihi dari 0,02
untuk uji presisi, dan untuk uji presisi antara tidak lebih dari 0,05. Sedangkan untuk uji presisi
mendapatkan kisaran 0-0.02 dan untuk uji presisi antara berkisar 0.01-0.04. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil uji presisi dan uji presisi antara tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan syarat.
Spesifitas
Spesifitas ini diukur dengan membandingkan sidik jari rimpang temu mangga dengan tanaman
obat yang memiliki kesamaan secara fisik dengannya. Digunakan sampel serbuk rimpang bangle
(B), kunyit (K), dan temulawak (L) sebagai pembanding. Hasil analisis KLT yang dilakukan
terhadap serbuk temu mangga, B, L, dan K menunjukkan kromatogram yang cukup berbeda nyata.
Salah satu kandungan kimia yang dimiliki rimpang temu mangga, yaitu demetoksikurkumin. Pola
sidik jari dari 5 sampel rimpang temu mangga yang diperoleh dari berbeda-beda tempat terlihat
mengandung senyawa demetoksikurkumin (R 0.48) yang menghasilkan warna jingga kecoklatan.
Sementara itu, rimpang bangle dan temulawak mengandung senyawa kurkumin dan
demetoksikurkumin; sedangkan rimpang kunyit mengandung kurkumin, Namun, intensitas warna
beberapa pita terlihat berbeda. Hal ini diduga konsentrasi suatu senyawa yang dimiliki rimpang
temu mangga berbeda dari tempat yang berbeda.
Ketegaran
Parameter yang dilakukan pada uji ketegaran yaitu ketegaran tipe bejana dan ketergaran jarak
pengembangan . Ketegaran tipe bejana dilakukan untuk membandingkanhasil pengembangan pelat
pada bejana twin trough dan flat bottom. Menghasilkan jumlah pita yang sama. Dimana selisih
nilai Rf dari 3 pita x, y, dan z tidak lebih dari 0.05. sehingga parameter ketegaran dapat memenuhi
kriteria.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan jurnal ini adalah, detail dari alat dan bahan yang sangat jelas, dan gambar gambar yang
dicantumkan.
Kekurangannya adalah, penggunaan kata yang agak sedikit kurang jelas, dan penjelasan metode
metode yang terlalu berbelit-belit dan kurang jelas.

Anda mungkin juga menyukai