Anda di halaman 1dari 4

a.

Konsentrasi MM dan MO dalam fraksi eluat


 Contoh perhitungan konsentrasi metil orange dalam eluat:
Regresi → y = 0,0773x + 0,0146
Absorbansi fraksi 16 → 0,123

0,123 = 0,0773x + 0,0146


0,123 - 0,0146 = 0,0773x
0,1084 = 0,773x
X = 1,4023 mg/mL
 Contoh perhitungan konsentrasi metil  merah dalam eluat:
Regresi → y = 0,1068x + 0,0102
Absorbansi fraksi 7 → 0,923

0,923 =  0,1068x + 0,0102


0,923 - 0,0102 = 0,1068x
0,9128= 0,1068x
x = 8,5468 mg/mL

a. Konsentrasi MM dan MO dalam sampel


 Contoh perhitungan massa fraksi
Konsentrasi metil merah di fraksi 7 → 8,5468 mg/mL
Massa fraksi → konsentrasi zat dalam eluat x volume fraksi (3 mL)
→ 8,5468 x 3 mL = 25,6404 mg 

 Metil Oranye

Total massa fraksi metil oranye : 75,844 mg

Konsentrasi sampel total = total massa fraksi / vol. aplikasi= 75,844 / 0,5 = 151,688
mg/mL

 Metil Merah

Total massa fraksi metil merah : 4,210 mg 

Konsentrasi sampel total = total massa fraksi / vol. aplikasi= 4,210 / 0,5 = 8,42 mg/mL

b. Parameter kinetika pemisahan : k’, Neff, dan Rs

Faktor kapasitas (k’) :


Metil Merah :  (21-7.2)/7.2 = 1,9167
Metil Orange : (48-7.2)/7.2 = 5,6667
Jumlah lempeng teoritik (Neff) :
Metil Merah : 
VR’ MM = 21 – 7,2 = 13,8
Neff MM = 16(13,8/9)2 = 16 (2,3511) = 37,6176

Metil Orange :
VR’ MO = 48 – 7,2 = 40,8
Neff MO = 16(40,8/3)2 = 16 (184,96) = 2959,36

Faktor selektifitas (α) :


Metil Merah : k" MM / k' MO= 1,9167 / 5,6667= 0,3382
Metil Orange : k" MO / k' MM= 5,6667 / 1,9167 = 2,9565

Faktor resolusi (Rs) :


Rs = | Vr MO - Vr MM| / 0,5 ( W MO + W MM)= | 48  - 21| / 0,5 (3+9)= 27/ 6 = 4,5

Berdasarkan nilai absorbansi dari pengukuran menggunakan Spektrofotometri UV-Vis


dapat dihitung konsentrasi dan bobot dari tiap fraksi eluen. Konsentrasi metil orange dalam
fraksi eluat ke-16 didapatkan nilai sebesar 1,4023 mg/mL. Sedangkan konsentrasi metil merah
dalam fraksi eluet ke 6, 7, 8 berturut-turut adalah 2,0664 mg/mL; 8,5433 mg/mL; dan 6,1285
mg/mL. Dapat diketahui bahwa nomor fraksi dengan konsentrasi maksimum ada pada fraksi ke-
7 untuk metil merah dan ke-16 untuk metil orange. Konsentrasi yang diperoleh tersebut
kemudian dapat digunakan untuk menghitung massa analit metil merah dan metil orange dari
tiap fraksi, yaitu dengan mengalikan konsentrasi dengan volume fraksi sejumlah 3 ml.

Selanjutnya dilakukan perhitungan konsentrasi total (mg/ml) analit, diperoleh konsentrasi


total metil merah sebesar 8,42 mg/mL dan metil orange sebesar 151,688 mg/mL. Kemudian
dihitung beberapa kinetika percobaan yang terdapat pada praktikum ini sebagai berikut:

1. Faktor Kapasitas (K’)


Faktor kapasitas menggambarkan kapasitas sistem dalam menerima solute.
Senyawa yang mempunyai harga faktor kapasitas tinggi menunjukkan komponen
tersebut berinteraksi dengan fase diam dalam keadaan kuat. Sebaliknya senyawa
yang memiliki faktor kapasitas yang rendah menunjukkan komponen tersebut
berinteraksi dengan fase diam secara lemah (Hendayana, 2010). Nilai faktor
kapasitas yang baik adalah berkisar 1-10, nilai tersebut memungkinkan pemisahan
memiliki resolusi 1,5 yang mana 1,5 merupakan resolusi yang baik dalam
pemisahan (Raeni et al, 2018). Faktor kapasitas merupakan ciri khas suatu analit
pada kondisi tertentu, yaitu pada komposisi fase gerak, suhu dan jenis kolom
(panjang kolom, diameter kolom dan ketebalan lapisan film tertentu. Meskipun
suatu puncak kromatogram dapat diidentifikasi melalui waktu retensinya namun
akan lebih baik bila diidentifikasi dengan menggunakan faktor kapasitas, karena
harga waktu retensi dapat berubah-ubah sesuai dengan panjang kolom dan
kecepatan alir fase geraknya. (Nofita et al, 2018). Didapatkan K’ metil merah
sebesar 1,9167 dan K’ metil orange sebesar 5,6667. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa faktor kapasitas metil orange jauh lebih besar dibandingkan metil
merah. Hal ini sesuai dengan teori dikarenakan metil orange lebih lama tertahan
oleh fase diam yang bersifat polar (like dissolve like).

2. Faktor Selektivitas ( α )
Faktor selektivitas menunjukkan kemampuan fase diam dalam membedakan analit
yang dipisahkan. Didapatkan nilai α sebesar 2,9565. Harga α yang baik adalah >1.
Semakin besar nilai α yang didapat maka semakin baik pula pemisahan yang
dilakukan. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pemisahan yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik.

3. Faktor Resolusi ( Rs)


Faktor resolusi merupakan parameter yang menggambarkan kemampuan suatu
kolom dalam memisahkan dua solute. Didapatkan nilai Rs sebesar 4,5. Harga Rs
yang baik adalah >1,5. Resolusi rendah (kurang dari 1,5) menyebabkan sebagian
analit terelusi secara bersamaan, sehingga menghasilkan puncak kromatogram
yang saling tumpang tindih (overlapping) (Raeni et al, 2018). Dari data tersebut
dapat dikatakan bahwa kemampuan kolom sangat baik dalam memisahkan kedua
solute yaitu metil merah dan metil orange.

4. Jumlah lempeng teoritis (Neff)


Jumlah lempeng teoritis menggambarkan banyaknya kesetimbangan dinamis yang
terjadi. Didapatkan nilai Neff metil merah sebesar 37,6176 dan Neff metil orange
sebesar 2959,36. Semakin besar nilai Neff maka semakin baik atau efisien
pemisahan yang dilakukan. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pemisahan
pada metil orange lebih efisien dibandingkan dengan metil merah.

Berdasarkan hasil dari perhitungan keempat parameter diatas, maka dapat diketahui bahwa
pemisahan menggunakan kromatotorn/Sentrifugasi KLT pada praktikum kali ini sudah berjalan
dengan baik.

Hendayana S, 2010, Kimia Pemisahan: Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern , PT Remaja
Rosdakarya, Bandung. 

Nofita et al, 2018, Penetapan Kondisi Optimum Pengujian Kadar Parasetamol Dan Kafein Dengan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, Jurnal Farmasi Malahayati, 1(2).
Raeni et al, 2018, Evaluasi Pemisahan Alkilbenzena Menggunakan Kolom Monolith Berbasis Polimer
Organik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, 14(1):
37-50.

Anda mungkin juga menyukai