Aldi Waskito N
02 K100200078 Jihan Ari Wijayanti
05
K100200082
Mutiara Hikmah N
03 K100200079
Pendahuluan
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan salah satu jenis tanaman unggulan yang memiliki banyak
manfaat sebagai tanaman obat. Temulawak dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta memiliki aktivitas anti-
inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini yaitu sebagai obat jerawat, meningkatkan napsu makan, antikolestrol,
anti-inflamasi, anemia, antioksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba (Depkes, 2000).
Adulteran adalah pemalsuan produk atau pencampuran dengan penambahan bahan-bahan atau senyawa yang
berbahaya. Semakin meningkatnya penggunaan obat tradisional maka perlu adanya jaminan kualitas. Kurangnya
kontrol kualitas standar dari obat herba mengakibatkan banyaknya kecurangan, sehingga penggunaan obat herbal
terpinggirkan. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengontrol kualitas sehingga akan diketahui bahan baku
herba dengan mutu yang baik (Delaroza dan Scarminio, 2008).
Pada penelitian ini digunakan KLT. TLC fingerprint merupakan salah satu metode yang dapat dimanfaatkan
untuk evaluasi dan kontrol kualitas multikomponen dari bahan baku obat herba (Delaroza Scarminio, 2008; Li dkk.,
2015).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode analisis TLC fingerprint dapat digunakan untuk
mendeteksi adulteran pada bahan baku sediaan temulawak instan dan untuk mengetahui ada atau tidaknya campuran
kunyit di dalam kemasan sediaan temulawak yang beredar di perdagangan
Metodologi
Penelitian
❏ Alat & Bahan
Alat :
Bahan :
8. FeCl3 gelatin
1. Plat KLT silika gel 60 GF254
9. Merkuri II klorida
2. Akuades
10. KI
3. Etanol 96%, kloroform
11. Asam asetat anhidrat
4. Diklorometana
12. Asam sulfat
5. Amonia
13. Etanol 96%,
6. HCl
14. Serbuk Mg
7. Amil alkohol
15. Amonium hidroksida
Langkah Penelitian :
- Pengadaan bahan
➢ Validasi analisis fingerprint meliputi repeatability dan stability dengan menentukan RSD
dan RPA dari peak yang terdeteksi dengan KLT densitometri
➢ Pada repeatability dilakukan pengukuran sampel 3x dimana setiap larutan dibuat triplo
dengan konsentrasi sama.
➢ Hasil repeatability berupa %RSD dari nilai RPA ketiga sampel dengan rentang 1,63-9,78%
➢ Pada uji stabilitas dilakukan pengulangan sampel selama 3 hari berturut turut
➢ Hasil uji stabilitas %RSD dari nilai ROA dari ketiga daerah berada pada rentang 1,91-
10,64% dan hasil pada sampel ini sudah stabil
➢ Nilai % RSD dari nilai RPA ini tinggi karena nilai peak area setiap senyawa berbeda
➢ Perbedaan ini disebabkan perbedaan tempat tumbuh dan waktu panen simplisia
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Data
➢ Kemometrik adalah penggunaan ilmu statistika dan matematika untuk pengolahan data kimia
dengan software Unscrambler 10.3
➢ Kemometrik yang digunakan pada analisis ini yaitu PCE (Principal Component Analysis)
dengan hasilnya berupa scores dan loading
➢ Hasil scores sampel temulawak berada 1 kuadran dengan ekstrak kunyit, namun letaknya
berjauhan hal ini dimungkinkan karena kunyit memiliki kandungan senyawa lain dalam sampel
tersebut
➢ Data loading berfungsi untuk mengetahui nilai y yang berpengaruh terhadap pengelompokkan
terhadap 3 daerah pada kuadran yang berbeda dengan ekstrak kunyit
➢ Kromatogram ekstrak kunyit dan temulawak pada ketiga daerah ini tidak memiliki kemiripan
peak dan karakteristik yang berbeda
➢ Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa ekstrak temulawak memiliki karakteristik yang sama,
sehingga sampel produk 1,2,dan 3 diduga mengandung adulteran yaitu kunyit dan senyawa
lainnya
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa deteksi adulteran pada sediaan
temulawak instan secara TLC fingerprint diperoleh data :