Anda di halaman 1dari 12

Vol. 1, No. 1 Januari 2 Vol. 1, No.

3 September 2018
pISSN 2614-5073, eISSN 2614-3151
Telp. +62 853-3520-4999, Email: jurnalmakes@gmail.com
Online Jurnal: http://jurnal.umpar.ac.id/index.php/makes

HUBUNGAN PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PENUH DENGAN STATUS GIZI


PADA LANSIA DI DESA TONRONG RIJANG KECAMATAN BARANTI
KABUPATEN SIDRAP
The Relationship Between the Use Of Full Dentures and Nutritional Status In the Elderly Tonrong
Rijang Baranti Sidrap

Rusnaeni1 , Muhammad Asikin2 , Fitriani Umar 3


1)
Mahasiswa Konsentrasi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Parepare
2)
Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Parepare
3)
Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Parepare
(rusnaenirusnaeni476@gmail.com)

ABSTRAK
Salah satu perubahan secara biologis dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua yaitu
banyaknya gigi geligi yang sudah tanggal. Mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah yang
berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut, untuk memperbaiki mastikasi pengunyahaan
maka lansia kebanyakn menggunaka gigi tiruan penuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan penggunaan gigi tiruan penuh dengan status gizi pada lansia di Desa Tonrong Rijang
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap.Jenis penelitian ini observasional analitik dengan rancangan
cross sectional study. Populasi yaitu seluruh lansia yang tinggal menetap di Desa Tonrong Rijang,
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling sebanyak 54 orang diperoleh dengan
menggunakan rumus Slovin. Analisis data dengan menggunakan uji chi-square dan fisher exact test.
dan H0 ditolak jika nilai p< 0,05.Hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan penggunaan gigi
tiruan penuh dengan asupan energi (p = 0,133) dan status gizi (p = 0,05), Serta ada hubungan
signifikan asupan energi dengan status gizi (p = 0,000). Diharapkan kepada lansia untuk terus
mempertahakan asupan energinya guna menigkatkan status gizi lansia untuk menunjang masa tuanya
untuk hidup secara mandiri baik itu pengguna gigi tiruan penuh maupun yang tidak.

Kata Kunci : Penggunaan Gigi Tiruan, Asupan Energi, Status Gizi, Lansia.

ABSTRACT
One of the biological changes can affect nutritional status in old age, namely the number of
teeth that havebeen dated. Resulting in chewing function disorders that have an lmpacton the lack
ofnutritional intake lnthe elderly, to improve mastication, the elderly mostly use full dentures. This
study aimsto determine the relationship between the use of full denture with nutritional status in the
elderly in Tonrong Rijang, Baranti, Sidrap.Thetype of this research is analytic observational with
cross sectional study design. The population isall elderly people who live in the village of Tonrong
Rijang, taking samples using purposive sampling method as many as 54 people obtained by using the
Slovin formula. Data analysis using chi-square test and fisher exact test.𝐻0 is rejected if the value of
p> 0.05. The results of this researchshowed that there was no correlation between full denture use and
energy intake (p = 0.133) and nutritional status (p = 0.05), and there was a significant correlation
between energylntake and nutritional status (p =0.000). it is expected that the elderly will continue to
maintain their energy intake in order to improve the nutritional status of the elderly to support their
old age to live independently both of full and non-nutritional use of nutrition.

Keywords: The Use of dentures, Energy Intake, Nutritional Status, Elderly.

230
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

PENDAHULUAN
Lansia dikatakan sebagai tahap akhir Undang Nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2,
perkembangan pada daur kehidupan manusia. yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang
1
Bertambahnya usia seseorang, maka penuaan yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
pun tidak dapat dihindari. Menurut Undang-
Presentase penduduk lansia di Indonesia dan status gizi, kategori usia lansia tua (75-90
mengalami peningkatan cukup signifikan tahun) terdapat status gizi kurang sebesar
selama 30 tahun terakhir dengan populasi 5,3 37,5%, sedangkan kategori usia lansia (60-70
juta (4,48%) pada tahun 1971 menjadi 19,3 tahun) status gizi kurang sebesar 35,9%. Hasil
juta (8,37%) pada tahun 2009. Peningkatan tersebut menandakan bahwa semakin tua usia
jumlah penduduk lansia ini disebabkan seseorang resiko mengalami status gizi kurang
peningkatan angka harapan hidup sebagai semakin meningkat.4 Hal ini sesuai dengan
dampak dari peningkatan kualitas kesehatan. yang dikemukakan oleh Fatimah, dimana ia
Meningkatnya kualitas lansia tersebut harus menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia,
diimbangi dengan peningkatan kualitas hidup kebutuhan zat gizi karbohidrat dan lemak juga
lansia agar dapat hidup sehat, produktif, dan menurun, sedangkan kebutuhan protein,
mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi vitamin dan mineral meningkat. Sehingga
keluarga dan pemerintah serta dapat menjadi lansia yang umurnya lebih tinggi dapat
aset negara yang berharga dalam proses memiliki resiko masalah gizi yang lebih besar,
pembangunan. 2 baik masalah status gizi kurang maupun gizi
Masalah gizi yang terjadi pada lansia lebih.5
dapat berupa gizi kurang atau gizi lebih. Usia lanjut sering mempunyai masalah
Persentase penduduk lansia di Indonesia yang dalam hal makan, antara lain nafsu makan
berada di perkotaan dalam keadaan kurang gizi menurun. Padahal meskipun aktivitasnya
adalah 3,4% dan berat badan kurang 28,3%, menurun sejalan dengan bertambahnya usia. Ia
berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4% dan tetap membutuhkan asupan zat gizi lengkap,
berat badan ideal 42,4%. Berdasarkan data seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
tersebut, masalah gizi yang sering terjadi pada dan mineral. Ia pun tetap masih membutuhkan
lansia adalah gizi kurang dan berat badan energi untuk menjalankan fungsi fisiologis
kurang. Hal ini terlihat dari persentase masalah tubuhnya. Salah satu perubahan secara biologis
gizi kurang dan berat badan kurang lebih besar dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua
dari pada masalah obesitas dan berat badan yaitu banyaknya gigi geligi yang sudah
lebih pada lansia. 3 tanggal. Mengakibatkan gangguan fungsi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ira mengunyah yang berdampak pada kurangnya
Hermawati (2017) jika dilihat dari segi usia asupan gizi pada usia lanjut. Kehilangan gigi

231
Vol. 1, No. 3 September 2018

penyebab utama adalah periodental disease Menurut data profil puskesmas Baranti
yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, tahun 2017, wilayah kerja puskesmas Baranti
penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang terdiri dari 2 kelurahan 4 desa, jumlah
buruk dan gizi yang buruk.6 keseluruhan lansia yang ada di kecamatan
Lansia adalah periode yang telah Baranti sebanyak 4.290 Lansia. Adapun yang
mencapai masa tua dalam ukuran fungsi dan tinggal dan menetap di kelurahan Baranti
juga telah menunjukan kemunduran sejalan sebanyak 1.073, di kelurahan Duampanua
dengan waktu. Lansia juga identik dengan sebanyak 936, di desa Passeno sebanyak 787,
menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami di desa Sipodeceng sebanyak 833, di desa
berbagai macam penyakit. Pada keadaan lanjut Tonronge sebanyak 343, di desa Tonrong
usia biasanya terjadi penurunan tingkat Rijang sebanyak 318, lansia yang
kebersihan gigi dan mulut dan juga menggunakan gigi tiruan penuh sebanyak 215
berkurangnya gigi geligi yang berakibat lansia yang tinggal dan menetap di desa
7
kehilangan gigi. Tonrong Rijang.9 Penggunaan gigi tiruan
Seiring bertambahnya usia, semakin penuh pada lansia bisa dikatakan lumayan
besar pula kerentanan seseorang untuk banyak dilihat dari jumlah keseluruhan lansia
kehilangan gigi. status kesehatan gigi dapat yaitu 318 lansia yang menggunakan gigi tiruan
mempengaruhi status nutrisi seseorang. sebanyak 215, sementara lansia yang berumur
kehilangan banyak gigi akan sangat > 60 tahun sebanyak 121 lansia. Banyaknya
mempengaruhi fungsi pengunyahan seseorang, keluhan dari masyarakat khususnya pada lansia
memberikan dampak negatif terhadap mengenai rasa sakit, sulit mengunyah,
kesehatan umum dan menyebabkan terjadinya membatasi mengkonsumsi makanan tertentu
pembatasan diet tertentu dan asupan nutrisi akibat kehilangan gigi yang juga berdampak
yang sangat dibutuhkan tubuh. kehilangn gigi pada status gizi lansia, dari keluhan dan
erat kaitannya dengan perubahan alam masalah tersebut diatas sehingga peneliti
pemilihan makanan dan gangguan nutrisi pada tertarik untuk meneliti hubungan penggunaan
lansia.8 gigi tiruan penuh dengan status gizi pada lansia
Indonesia memiliki permasalahan pada di desa Tonrong Rijang Kecamatan Baranti
gigi dan mulut sebesar 25,9%, prevalensi Kabupaten Sidrap.
kehilangan gigi pada kelompok umur 55-64
tahun sebesar 10,13% dan pada usia ≥ 65 tahun BAHAN DAN METODE PENELITIAN
keatas sebesar 17,05%. Penyebab utama Jenis penelitian ini observasional
kehilangan gigi lansia di Indonesia karies dan analitik dengan rancangan cross sectional
penyakit periodontal. 7 study. Dilaksanakan di Desa Tonrong Rijang
Kecamatan Baranti Kabaupaten Sidrap di

232
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

mulai pada tanggal 17 Mei samapi 27 Juni yang tidak menggunakan gigi tiruan penuh
2018 .Populasi yaitu seluruh lansia yang sebanyak 17 lansia (31,5%). Lama penggunaan
tinggal menetap di Desa Tonrong Rijang, gigi tiruan penuh oleh lansia sebagian besar
Pengambilan sampel dengan metode purposive ialah lebih dari ≥ 6 tahun sebanyak 29 lansia
sampling sebanyak 54 orang diperoleh dengan (63,7%) sedangkan penggunaan gigi tiruan
menggunakan rumus Slovin. penuh yang kurang dari 2-6 tahun sebanyak 7
lansia (13,0%). Dan paling kecil lama
HASIL PENELITIAN
penggunaan gigi tiruan penuh yang kurang dari
Berdasarkan distribusi karakteristik
1 tahun sebanyak 1 lansia (1,9%).
responden berdasarkan usia, jenis kelamin
Karakteristikresponden berdasarkan
tingkat pendidikan dan pekerjaan pada tabel 3
penyakit sistemik pada tabel 4, sebagian besar
menunjukkan bahwa usia sampel terbanyak
lansia tidak mengalami penyakit sistemik yaitu
berada pada kategori usia ≥ 70 tahun yaitu 27
sebanyak 48 lansia (88,9%) dan sebagian kecil
lansia (50,0%) dan yang paling sedikit adalah
mengalami penyakit sistemik hanya 6 lansia
kategori usia 60-64 yaitu 12 lansia (22,2%).
(11,1%), adapun penyakit sistemik yang
Berdasarkan jenis kelamin, responden
dialami oleh responden seperti hipertensi,
perempuan memiliki jumlah lebih banyak yaitu
diabetes melitus, penyakit jantung.
34 lansia (63,0%) dibanding responden laki-
Karakteristik responden berdasarkan yang
laki yaitu 20 lansia (37,0%). Karakteristik
merokok, sebagian besar lansia tidak merokok
responden berdasarkan tingkat pendidikan,
yaitu sebanyak 53 lansia (98,1%) sementara
sebagian besar responden yang berpendidikan
yang merokok hanya sebanyak 1 lansia (1,9%).
Sekolah Dasar yaitu sebanyak 31 lansia
Berdasarkan distribusi satatus gizi dan
(57,4%), Sedangkan yang tidak tamat SD
asupan energi lansia pada tabel 5 menunjukkan
sebanyak 20 lansia (37,0%). dan sebagian kecil
karakteristik responden berdasarkan status gizi.
tingkat Pendidikan SMP yaitu sebanyak 3
Sebagian besar lansia memiliki status gizi
lansia (5,6%). Karakteristik responden
normal sebesar 39 lansia (72,2%) dan yang
berdasarkan pekerjaan sebagian besar sampel
status gizi kurus sebesar 15 lansia (27,8%).
yang pekerjaan IRT/Tidak kerja yaitu 36 lansia
Berdasarkan karakteristik asupan energi
(66,7%), sedangkan yang bekerja sebagai
sebagian besar lansia kategori cukup yaitu 34
petani yaitu 18 lansia (33,3%).
lansia (63,0%) dan sebagian kecil kategori
Berdasarkan distribusi penggunaan
kurang yaitu 20 lansia (37,0%).
gigi tiruan penuh pada lansia pada tabel 4 juga
Berdasarkan hubungan penggunaan
menunjukkan karakteristik responden
gigi tiruan penuh dengan asupan energi pada
berdasarkan penggunaan gigi tiruan penuh.
tabel 6 menunjukkan bahwa asupan energi
Responden yang menggunakan gigi tiruan
dengan kategori cukup lebih banyak pada
penuh sebanyak 37 lansia (68,5%) dan lansia

233
Vol. 1, No. 3 September 2018

lansia pengguna gigi tiruan penuh (70,3%) bahwa ada hubungan penggunaan gigi tiruan
dibanding pada lansia tidak menggunkan gigi penuh dengan asupan energi lansia.
tiruan penuh (47.1%). Namun masih terdapat
asupan energi kurang pada pengguna gigi PEMBAHASAN
tiruan penuh yaitu (29,7%) sementara asupan Pada penelitian yang telah dilakukan,
energi kategori kurang yang tidak mayoritas sampel penelitian ada pada
menggunakan gigi tiruan penuh yaitu (52,9) kelompok usia ≥ 70 tahun sebanyak 27 lansia
Berdasarkan analisis Chi Square diperoleh atau 50,0% hasil tersebut menunjukkan bahwa
nilai p = 0,133 > α (0,05) yang menunjukkan usia harapan hidup lansia di desa Tonrong
bahwa tidak ada hubungan penggunaan gigi Rijang berada pada rentang usia ≥ 70 tahun.
tiruan penuh dengan asupan energi lansia. Hal tersebut sesuai dengan usia harapan hidup
Berdasarkan hubungan penggunaan di Indonesia yaitu 72 tahun. Seiring
gigi tiruan penuh dengan status gizi pada tabel bertambahnya usia, maka bertambah pula
7 menunjukkan bahwa status gizi dengan penurunan fungsi tubuh. Semakin menurunnya
kategori normal lebih banyak pada lansia daya tahan fisik, seperti semakin rentannya
pengguna gigi tiruan penuh (81,1%) dibanding seseorang terhadap serangan penyakit yang
pada lansia tidak menggunkan gigi tiruan dapat menyebabkan kematian. Hal ini
penuh (52,9%). Sedangkan untuk kategori disebabkan terjadinya perubahan dalam
kurus lebih besar pada lansia tidak struktur dan fungsi sel, jaringan, dan sistem
menggunakan gigi tiruan penuh (47,1%) organ. Lansia yang rawan terhadap gizi
dibandingkan yang menggunakan gigi tiruan kurang, respon kekebalan tubuhnya buruk,
penuh (18,9%) Berdasarkan analisis fisher lebih muda terserang infeksi, dan komplikasi
exact test dengan nilai p = 0,050 ≥ α (0,05) penyakit yang akan meningkatkan risiko
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kematian.10
penggunaan gigi tiruan penuh dengan status Terlihat pula bahwa kebanyakan
gizi lansia. responden penelitian berjenis kelamin
Berdasarkan hubungan asupan energi perempuan yaitu sebanyak 34 lansia (63,0%)
dengan status gizi pada tabel 8 menunjukkan sedangkan responden laki-laki sebanyak 20
bahwa lansia yang memiliki status gizi kurus lansia (37,0%). Hasil tersebut menunjukkan
lebih banyak yang asupan energinya kurang bahwa usia harapan hidup perempuan lebih
(75%) sedangkan yang status gizi normal tinggi dibanding laki-laki. Hal tersebut sesuai
(100%) memiliki asupan energi cukup. dengan gambaran kesehatan lanjut usia di
Berdasarkan analisis Chi Square diperoleh Indonesia yang mengatakan usia harapan hidup
nilai p = 0,000 < α (0,05) yang menunjukkan di Indonesiaialah 72 tahun yang mana usia
harapan hidup perempuan (74 tahun) lebih

234
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

11
tinggi daripada laki-laki (68 tahun). Selain lebih banyak daripada lansia bukan pengguna
itu, sampel perempuan yang lebih banyak dari gigi tiruan penuh (47,1%). Sedangkan lansia
sampel laki-laki dapat disebabkan oleh karena yang asupan energinya kurang lebih kecil pada
sebagian besar perempuan lebih memilih lansia menggunakan gigi tiruan penuh (29,7%)
menetap di rumah sebagai ibu rumah tangga dibanding dengan lansia tidak menggunakan
daripada bekerja di luar. Sedangkan sampel gigi tiruan penuh (52,9%). Hal tersebut
laki-laki sebagian besar memilih bekerja menunjukkan tidak ada hubungan antara
diluar. Sehingga, sampel yang ditemui di penggunaan gigi tiruan penuh dengan asupan
lokasi penelitian sebagian besar berjenis energi pada lansia secara keseluruhan. Hal ini
kelamin perempuan. disebabkan karena pada pengguna gigi tiruan
Penelitian ini dilakukan pada 54 lansia penuh masih terdapat lansia yang asupan
yaitu 37 lansia pengguna gigi tiruan penuh dan energinya masih kurang dibanding dengan
17 lansia bukan pengguna gigi tiruan penuh lansia yang tidak menggunakan gigi tiruan
dengan sebagian besar pendidikan terakhirnya penuh itu masih ada.
ialah SD sebanyak 31 lansia (57,4%). Lansia bukan pengguna gigi tiruan
Banyaknya lansia yang pendidikan terakhirnya penuh cenderung mengubah makanan mereka
hanya sampai sekolah dasar dan bahkan tidak dari yang keras menjadi lunak untuk
tamat sekolah dasar akan mempengaruhi mengurangi proses pengunyahan atau takut
tingkat pengetahuan terhadap pentingnya tersedak. Hal ini akan menurunkan fungsi
menjaga kesehatan gigi dan mulut, khususnya pengunyahan (mastikasi) yang akan
penggunaan gigi tiruan penuh pada lansia. berpengaruh pada pemilihan makanan dari
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa yang segar dan berserat menjadi yang dimasak
asupan energi sebagian besar lansia kategori dalam waktu lama yang akan mengurangi
cukup yaitu 34 lansia (63,0%) dengan status kandungan nutrisi pada makanan tersebut.
gizi normal sebesar 39 lansia (72,2%). Hal Proses pengunyahan merupakan proses yang
tersebut menunjukkan bahwa lansia yang meliputi aktivitas fasial, mandibula, otot
asupan energinya cukup akan mempengaruhi suprahyoid, dan lidah yang berfungsi untuk
status gizi lansia hal ini disebakan semakin menggilas makanan yang akan masuk ke tahap
banyak jumlah asupan energi yang masuk pencernaan selanjutnya.12Sehingga
kedalam tubuh lansia maka akan meningkatkan penggunaan gigi tiruan penuh pada lansia yang
status gizi pada lansia. edentulous (kehilangan gigi) akan
Hubungan penggunaan gigi tiruan memperbaiki sistem stomatognatik, khususnya
penuh dengan asupan energi lansia terlihat dalam proses mastikasi (pengunyahan)
pada lansia pengguna gigi tiruan penuh sehingga asupan makanan menjadi lebih baik
memiliki asupan energi yang cukup (70,3%) dan gizinya pun menjadi meningkat.

235
Vol. 1, No. 3 September 2018

Hasil tersebut tidak sesuai dengan namun terlihat pula bahwa status gizi kurus
penelitian yang dilakukan Prakash N dkk yang (≤18,5 kg⁄m2 ) pada lansia pengguna gigi
mengatakan bahwa rehabilitasi prostetik pada tiruan penuh (18,9%). Sedangkan status gizi
pasien edentulous (kehilangan gigi) dengan normal ( ≥18,5 kg⁄m2 ) lebih banyak pada
penggunaan gigi tiruan penuh akan lansia pengguna gigi tiruan penuh (81,1%)
meningkatkan asupan pasien tersebut. Hal dibanding tidak menggunakan gigi tiruan
tersebut disebabkan oleh karena kesehatan penuh (52,9%). Dan untuk status gizi lainnya
rongga mulut, khususnya banyaknya gigi yang tidak memiliki perbedaan yang cukup berarti
tersisa, akan berefek pada kemampuan memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan
mastikasi dan nafsu makan. Status gigi akan antara penggunaan gigi tiruan penuh dengan
mempengaruhi pemilihan makanan, status status gizi lansia. Sehingga lansia yang
nutrisi dan kesehatan secara umum. menggunakan gigi tiruan penuh memiliki
Kemampuan mastikasi yang menurun akan status gizi yang lebih tinggi dibanding lansia
berkaitan dengan menurunnya kapasitas yang tidak menggunakan gigi tiruan.
fungsional dan kesehatan umum. Sehingga, Dalam penelitian ini, lansia dengan
rehabilitasi prostetik pada pasien edentulous kategori status gizi kurus dapat di sebabkan
dengan penggunaan gigi tiruan penuh akan karena pada usia lanjut terjadi perubahan fisik
meningkatkan asupan nutrisinya, begitupula pada sistem gastrointestinal yaitu kehilangan
sebaliknya. Lansia yang edentulous tanpa gigi akibat periodontal disease (kerusakan
penggunaan gigi tiruan berisiko lebih tinggi pada gigi) yang biasanya terjadi setelah umur
pada asupan nutrisi rendah.13 30 tahun. 14
Pemakaian gigi tiruan penuh juga
Hal tersebut dapat disebabkan karena tidak menjamin perbaikan fungsi mastikasi
status gizi dipengaruhi oleh asupan nutrisi karena sering gigi tiruan rahang bawah terlalu
seseorang. Apabila terjadi gangguan pada menekan jaringan di bawahnya gigi tiruan
proses pencernaan, maka asupan nutrisipun yang tidak stabil, dan iritasi gigi tiruan yang
akan terganggu. Adanya gangguan pada sistem menyebakan rasa nyeri. Gigi tiruan yang
stomatognatik dapat menyebabkan diharapkan dapat memperbaiki atau
ketidakseimbangan nutrisi. Sehingga, mendukung fungsi mastikasi yang sudah
kehilangan gigi merupakan salah satu faktor berkurang pada lansia dan meningkatkan status
yang dapat mempengaruhi intek makanan. gizinya, akan tetapi terkadang dengan adanya
Pada penelitian ini tidak ada hubungan gigi tiruan baru belum dapat memperbaiki
penggunaan gigi tiruan penuh dengan status status gizi lansia akibat berbagai kondisi yan
gizi terlihat bahwa status gizi kurus (≤18,5 seperti nyeri akibat gigi tiruan rahang bawah
2
kg⁄m ) lebih banyak pada lansia tidak terlalu menekan jaringan dibawahnya sehingga
menggunakan gigi tiruan penuh (47,1%) seseorang harus cermat untuk membuat

236
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

makanan tersebut dapat dikonsumsi oleh responden, namun masih terdapat responden
15
lansia. yang status gizinya kurang akibat penyakit
Hasil penelitian ini juga menunjukkan sistemik yang di derita oleh responden yang
bahwa status gizi kurang disebabkan karena akan mempengaruhi status gizi meskipun telah
adanya riwayat penyakit sistemik penyakit menggunakan gigi tiruan penuh.
yang terjadi pada responden seperti diabetes Hubungan status gizi dengan asupan
melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit energi lansia terlihat pada lansia yang status
jantung. seperti yang terlihat dimana gizinya kategori normal memiliki asupan
responden yang menggunakan gigi tiruan energi yang cukup (100,0%) lebih banyak
penuh terdapat 6 lansia (11,1%). Masalah gizi daripada lansia bukan yang status gizinya
kurang pada lanjut usia dapat disebabkan oleh kurus (0.0%). Sedangkan lansia yang asupan
beberapa faktor diantaranya riwayat penyakit, energinya kurang lebih banyak pada lansia
kondisi atau perawatan mulut, asupan makanan yang status gizinya kategori kurus (75,0%)
dan kebiasaan merokok. Gangguan fungsional dibanding dengan lansia yang asupan
memiliki hubungan yang kuat dengan energinya kurang dengan status gizi kaegori
kekurangan nutrisi, dan kesulitan memperoleh kurang (25,0%). Hal tersebut menunjukkan ada
makanan. Kondisi rongga mulut dan perawatan hubungan antara penggunaan gigi tiruan penuh
mulut yang tidak adekuat dapat mempengaruhi dengan asupan energi pada lansia secara
status gizi seseorang. Perawatan mulut yang keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan
tidak adekuat biasanya menjadi penyebab dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
masalah kesehatan mulut yang dapat Susilawati menyatakan bahwa ada hubungan
mengakibatkan kekurangan nutrisi dan antara pola konsumsi dengan status gizi pada
berpengaruh pada sistem pencernaan. 3 lansia di desa Culik (p=0,00). Masalah
Penelitian ini sejalan dengan hasil kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian
penelitian Melia tahun 2014 yang menyatakan dari status kesehatan yang berperan dalam
bahwa tidak ada hubungan bermakna antara perubahan status gizi. Kondisi inilah yang
variabel pemakaian gigi tiruan dengan status dapat mengubah cara makan sehingga
gizi dengan nilai (p=0,252). Pengguna gigi mempersulit asupan zat gizi. 17
tiruan penuh pada penelitiannya hanya terdapat Hasil penelitian yang dilakukakan oleh
satu responden yang menggunakan gigi tiruan Dewi Ari dkk (2013) terdapat hubungan yang
dari 75 responden yang di teliti yang bermakna antara asupan energi dan asupan
mengakibatkan berefek pada analisi data 16. protein dengan status gizi lansia di wilayah
Dibandingkan dengan hasil penelitian ini kerja UPT Kesmas Blahbatuh II
responden yang menggunakan gigi tiruan Gianyar.Berdasarkan analisis menggunakan
penuh sebanyak 37 responden dari 54 metode One-way ANOVA didapatkan taraf

237
Vol. 1, No. 3 September 2018

signifikansi untuk nilai means yang mewakili dengan asupan energi pada lansia, tidak ada
angka kecukupan energi lansia didapatkan hubungan penggunaan gigi tiruan penuh
angka p=0,017. dengan status gizi lansia, serta ada hubungan
Status gizi lansia dapat dipengaruhi asupan gizi dengan status gizi pada lansia di
oleh pola konsumsi energi dan protein, faktor desa Tonrong Rijang kecamatan Baranti
status kesehatan, pengetahuan, ekonomi, kabupaten Sidrap (p = 0,000). Dari hasil
lingkungan dan budaya. Faktor pencetus penelitian, diharapkan pengguna gigi tiruan
munculnya masalah gizi dapat berbeda antar agar kiranya menjaga kesehatannya dan untuk
wilayah ataupun antar kelompok masyarakat. bukan pengguna gigi tiruan penuh agar kiranya
Namun terdapat penelitian yang menerangkan meningkatkan asupan energinya
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna memperhatikan pola makan, pengolahan
antara asupan energi dan protein dengan status makanan agar nutrisi yang terkandung dalam
1
gizi dari nilai p= 0.653 (p>0.05). Padahal pola makanan tidak berkurang untuk memenuhi
asupan protein dan energi dari makanan yang kebutuhan nutrisi di dalam tubuh guna
dimakan seharusnya berpengaruh terhadap memeperbaiki status gizi lansia. Selain itu
status gizi seseorang. Lansia yang status lansia harus mempertahankan asupan
gizinya menurun lebih mudah terserang energinya guna meningkatkan status gizi lansia
penyakit. Penyakit yang muncul sering untuk menunjang masa tuanya untuk hidup
melibatkan sistem kekebalan tubuh yang secara mandiri. Perlu dilakukan penelitian
seharusnya memadai. Sistem kekebalan sendiri selanjutnya mengenai hubungan status gizi
membutuhkan protein sebagai bahan pokok dengan asupan energi pada lansia, baik
pembentuk barrier adaptif di dalam tubuh pengguna maupun bukan pengguna gigi tiruan
18
lansia. penuh dengan mengukur status gizi bukan
hanya menggunakan IMT untuk menentukan
KESIMPULAN DAN SARAN status gizi tetapi juga menggunakan metode
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada yang lain agar mendapat hasil yang lebih
hubungan antara penggunaan gigi tiruan penuh akurat.

DAFTAR PUSTAKA 2. Komisi Nasional Lanjut Usia. Profil


1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998. Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta;2010.
[online]. Available from: 3. Wijayanti. 2008. Hubungan kondisi
http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/UU RTT lansia terhadap kondisi sosial
1998 13.pdf. [diakses 20 November lansia. [Jurnal Ilmiah Perancang Kota
2017]. dan Permukiman] 7(1): 38,42.

238
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

4. Hermawati Ira. 2017. Hubungan Bosnia And Herzegovina. Gerodontology;


Kehilangan Gigi dengan Statsu Gizi Lansia 29:902-8.
di PSTW BUDI Mulia 03 Maraguna Jakarta 13. Khumairah Nur Ramadhani. 2014.
Selatan [skripsi]. UIN Syari Hidayatullah Hubungan Penggunaan Gigi Tiruan Penuh
Jakarta. dengan Status Gizi dan Kualitas Hidup
5. Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Pada Lansia di Kota Makassar [Skripsi].
Erlangga Universitas Hasanuddin Makassar.
6. Merryana A. W Bambang W. 2014. 14. Darmojo, B. 2011. Buku Ajar Geriatri Ilmu
Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kesehatan Lanjut Usia. FK UI : Jakarta
Jakarta: Kencana. 15. Dewi AW, dkk. 2013. Hubungan Antara
7. Ketut SW. 2015. Faktor – faktor yang Asupan Energi, Asupan Protein dan
Mempengaruhi Status Gizi pada Lansia Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi
[online] Penduduk Lanjut Usia di Wilayah Kerja
http://www.academia.edu/20080640/faktor Upt Kesmas Blahbatuh Ii, Kecamatan
faktor yang mempengaruhi status gizi pada Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Universitas
lansia jurnal(diakses pada tanggal 21 maret Udayana.
2018) 16. Melia dkk. 2014. Hubungan Kehilangan
8. Nurfantir, Dian Y, 2016. Identifikasi Status gigi dan pemakainan Gigi Tiruan terhadap
Nutrisi dan Resiko Malnutrisi pada Lanjut Status Gizi. Fakultas Kedokteran
Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Gigi.Universitas Indonesia. Jakarta.
Minaula Kendari[jurnal] vol.4 No.2. 17. Akmal, Hilda F. 2012. Perbedaan Asupan
9. Data Profil Puskesmas Baranti. 2017. Data Energi, Protein, Aktivitas Fisik dan Status
Program Usila. Gizi Antara Lansia Yang Mengikuti dan
10. Nur HA, dkk. 2013. Nutrisi pada Pengguna Tidak Mengikuti Senam Bugar Lansia.
Gigi Tiruan Penuh [jurnal] Vol (12) No.1. Semarang: FK UNDIP.
11. Padila. 2013. Buku Ajaran Keperawatan 18. [DEPKES RI] Departemen Kesehatan
Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika; hal 4- Republik Indonesia. 2005. Pedoman
10 Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
12. Eric J, dkk. 2012.Validity and Reliability of Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen
The Oral Impacts on Daily Performance Kesehatan RI.
(OIDP) Scale in The Elderly Population Of

239
Vol. 1, No. 3 September 2018

LAMPIRAN

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin


Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan di Desa Tonrong Rijang
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Karakteristik n Presentase (%)
Usia ( tahun)
60 - 64 12 22,2
65 – 69 15 27,8
≥ 70 27 50,0
Jenis kelamin
Laki-laki 20 37,0
Perempuan 34 63,0
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD 20 37,0
SD 31 57,4
SMP 3 5,6
Pekerjaan
Petani 18 33,3
IRT/Tidak kerja 36 66,7
Total 54 100,0

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Gigi Tiruan Penuh pada


Lansia di Desa Tonrong Rijang Kecamatan
Baranti Kabupaten Sidrap
Karakteristik n Presentase (%)
Gangguan mengunyah
Ya 17 31,5
Tidak 37 68,5
Menggunakan gigi tiruan penuh
Ya 37 68,5
Tidak 17 31,5
Lama Penggunaan gigi tiruan penuh (Tahun)
≤1 1 1,9
2-6 7 13,0
≥6 29 53,7
Tidak menggunakan gigi tiruan penuh 17 31,5
Penyakit Sistemik
Ya 6 11,1
Tidak 48 88,9
Merokok
Ya 1 1,9
Tidak 53 98,1
Total 54 100,0

240
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan

Tabel 5. Distribusi Status Gizi dan Asupan Energi Lansia di Desa Tonrong Rijang
Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Variabel n Presentase (%)
Status Gizi
Kurus 15 27,8
Normal 39 72,2
Asupan Energi
Kurang 20 37,0
Cukup 34 63,0
Total 54 100,0

Tabel 6. Hubungan Penggunaan Gigi Tiruan Penuh dengan Asupan Energi Lansia
di Desa Tonrong Rijang Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Asupan Energi
Menggunakan Gigi Total
Tiruan Penuh Kurang Cukup p
n % n % n %
Tidak 9 52,9 8 47,1 17 100,0
Ya 11 29,7 26 70,3 37 100,0 0,133
Total 20 37,0 34 63,0 54 100,0

Tabel 7. Hubungan Penggunaan Gigi Tiruan Penuh dengan Status Gizi pada Lansia di Desa Tonrong
Rijang Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap
Status Gizi
Menggunaan Gigi Total
Tiruan Penuh Kurus Normal P
n % n % n %
Tidak 8 47,1 9 52,9 17 100,0
0,050
Ya 7 18,9 30 81,1 37 100,0
Total 15 27,8 39 72,2 54 100,0

Tabel 8. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi pada Lansia di Desa Tonrong Rijang
kecamatan Baranti kabupaten Sidrap
Status gizi
Asupan Total
Energi Kurus Normal p
n % n % n %
Kurang 15 75,0 5 25,0 20 100,0
Cukup 0 0 34 100,0 34 100,0 0,000
Total 15 27,8 39 72,2,0 54 100,0

241

Anda mungkin juga menyukai