HAM Di Negara-Negara Muslim Dan Realitas Perang Melawan Teroris Di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

Volume 8. Nomor 2.

Juli 2013

Pandecta
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/pandecta

HAM di Negara-Negara Muslim dan


Realitas Perang Melawan Teroris di Indonesia
Jawahir Thontowi

Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Negara-negara Muslim dalam
Diterima April 2013 merespon permasalahan yang timbul dalam Konvensi Internasional tentang Hak
Disetujui Mei 2013 Asasi Manusia (HAM), serta bagaimana Pemerintah Indonesia menyelesaikan
Dipublikasikan Juli 2013
permasalahan terkait tindak pidana terorisme. Jenis penelitian ini adalah penelitian
Keywords: kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas Negara-negara
Mulslim Countries; Hu- Muslim telah meratifikasi instrumen hukum internasional tentang HAM, termasuk
man Rights; Terrorism, juga Konvensi tentang Terorisme; meskipun terdapat kontroversial antara
Special Detachment 88 pemahaman pandangan Barat dengan ajaran Islam terkait masalah HAM, Negara-
negara Muslim telah meratifikasi Konvensi Internasional tentang HAM dan Konvensi
tentang Terorisme, sebagai bagian dari sistem hukum nasionalnya; adapun tindakan
Pemerintah Indonesia, dalam memerangi terorisme sebagai kejahatan luar biasa
sangat efektif dalam mengurangi penyebaran paham terorisme. Akan tetapi, tindakan
Detasemen Khusus 88 anti teror Kepolisian Republik Indonesia, telah menyisakan
permasalahan terkait dengan pelanggaran HAM korban dan juga keluarganya.

Abstract
This study aims to analyze the role of the Muslim Countries in responding to the
problems that arise in the International Convention on Human Rights, and how the
Indonesian government to solve the problems related to terrorism. This is a library
research. Results of this study showed that the majority of Muslim Countries have
ratified international legal instruments on human rights, including the Convention
on Terrorism; despite controversial among Western view of understanding the
human rights issues related to Islamic teachings, Muslim Countries have ratified the
International Convention on Human Rights and the Convention on Terrorism, as part
of the national legal system; while the Indonesian government action, in the fight
against terrorism as an extraordinary crime is very effective in reducing the spread
of terrorism. However, the actions of Special Detachment 88 anti-terror Indonesian
National Police, has left the problems associated with human rights violations victims
and their families.

Alamat korespondensi: © 2013 Universitas Negeri Semarang


Jalan Tamansiswa No. 158 Yogyakarta ISSN 1907-8919 (cetak)
E-mail: impress_jawahir@yahoo.com ISSN 2337-5418 (online)
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

1. Pendahuluan berlaku seperti yang terjadi di Malaysia.


Tidak dipungkiri jika pemberantasan
Sukses Pemerintah Indonesia terorisme global telah dirasakan berimbas
dalam pemberantasan terorisme telah positif di berbagai daerah atau negara
diakui banyak pihak, termasuk negara- tertentu. Teror bom cenderung semakin
negara adikuasa. Sebagai kejahatan luar menurun, tingkat, jumlah, dan kualitasnya.
biasa, terorisme merupakan kejahatan Terkecuali di beberapa negara Timur Tengah
dilakukan sekelompok orang atau entitas yang saat ini masih dirudung konflik militer
politik tertentu, yang direncanakan secara secara internal seperti Afganistan, Pakistan,
sistematis menggunakan ancaman kekerasan Palestina, Irak dan juga Libya. Teror bom
dan bom atau senjata kimiawi, untuk target bunuh diri sulit diminimalisir. Malaysia, dan
politik atau kepentingan, tertentu yang dapat Indonesia tergolong kedua negara Muslim
menimbulkan kehancuran baik benda- terbesar, yang kecenderungan stabilitas politik
benda privat dan publik maupun melukai dan kemanannya semakin membaik. Sekitar
dan menewaskan orang-orang yang tidak lima tahun terakhir ini hubungan positif
berdosa, yang dilakukan dalam keadaan antara penegakan hukum terorisme dengan
damai. Terorisme sebagai kejahatan luar biasa penindakan luar biasa, penangkapan, proses
(extra ordinary crime) juga sebagian pakar peradilan, dan pututsan hakim yang berat
setuju menempatkan kejahatan kemanusiaan berkorelasi positif dengan fakta menurunnya
(crime againts humanity)telah menjadi musuh teror bom.
umat manusia (hostis humanis generis) Namun, ekses yang tidak diharapkan
(Thontowi dan Iskandar, 2006). dari kebijakan terorisme luar biasa tersebut
Dalam pemberantasannya, kejahatan telah menimbulkan pelanggaran terhadap
teroris memerlukan model penegakan nilai-nilai HAM. Dari perspektif Islam,
hukum yang luar biasa pula. Kebijakan pelanggaran terhadap derajat dan martabat
negara-negara dan institusi internasional, manusia sangat memprihatinkan. Pelanggaran
seperti Dewan Keamanan PBB menggunakan tersebut terjadi, bukan karena negara-negara
model penegakan hukum luar biasa pula. Muslim tidak mengadopsi konvensi terorisme
Konsekuensinya, substansi hukum dan proses dan HAM dalam sistem hukum nasionalnya.
penegakannya, dan proses penyelidikan, Kebencian atau permusuhan telah terjadi
penyidikan, penangkapan, dan penuntutan antara masyarakat Muslim dapat mencederai
proses peradilan harus diselenggarakan dan melemahkan kesatuan umat.
secara luar biasa pula. Dalam konteks itu,
Densus 88 Polri telah menggunakan model 2. Metode Penelitian
pemberantasan terorisme yang luar biasa
tersebut. Tulisan ini, dimaksudkan untuk
Tidak berlebihan jika upaya menjawab beberapa persoalan. Pertama,
negara-negara di dunia untuk melakukan bagaimana komitmen negara-negara
pencegahan dan penindakan terorisme Muslim terhadap konvensi internasional
menimbulkan kegentingan. Kebijakan politik tentang HAM dan tentang terorisme? Kedua,
dan instrumen hukum undang-undang bagaimana penegakan hukum di Indonesia
keamanan dalam negeri (internal security act/ terhadap kejahatan terorisme? Ketiga,
ISA) di Malaysia, dan serta perlu kerjasama pelanggaran apakah yang terjadi ketika
lintas negara (transnational crime) di berbagai penegakan hukum terorisme oleh Densus
wilayah perbatasan, baik secara geografis 88 tersebut menimbulkan pelanggaran
maupun virtual atau cyber terroris merupakan HAM, baik bersifat ringan maupun berat?.
wujud lain pencegahan tersebut. Meski UU Pemberantasan kejahatan terorisme yang
Keamanan dalam negeri ISA, sebagaimana luar biasa diakui telah meminimalisir
berlaku di Malaysia, Singapura, dan USA frekuensi kejahatan terorisme di Indonesia,
ditentang oleh aktivis HAM di berbagai tetapi dalam waktu yang sama berbagai
negara termasuk Indonesia, UU ISA tetap pelanggaran terhadap HAM dan nilai-nilai

128
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

Islam tidak dapat dihindari. dapat dihindarkan. Dalam Islam nilai-nilai


Adapun metode penelitian ini HAM mengacu kepada kerangka dasar Al
dilakukan melalui jenis penelitian kepustakaan Qur’an dan Sunnah, sehingga obyek yang
(library research), dengan menekankan pada dibicarakan hak dan kewajiban tidaklah
perolehan bahan hukum primer. Misalnya, semata hubungannya sesama manusia belaka.
berbagai Konvensi HAM dan juga Konvensi Tetapi, juga hubungan manusia dengan Allah
Terorisme, serta UU Terorisme yang tersedia SWT sebagai Pencipta. Sementara tradisi
di Indonesia. Sedangkan, bahan hukum masyarakat Barat yang dalam konteks HAM
sekunder antara lain telah dilakukan melalui lebih dibingkai dalam kerangka pikir rasional,
pemeriksaan konsep, teori dan bahan-bahan obyektif, dan perlu pengujian. Sementara
sekunder dari sumber asing yang relevan dalam tradisi Islam, berdasarkan pada Al
dengan pengujian atas peran penegak Qur’an dan Sunnah yang daya ikatnya bukan
hukum di Indonesia dalam melaksanakan sekedar oleh adanya kewajiban hukum,
kewajiban-kewajiban secara benar dan baik. tetapi juga kewajiban manusia dan keyakinan
Pengumpulan data peristiwa teroris yang agama sebagai seorang muslim.
berakibat timbulnya korban, serta bagaimana Sejak tahun 1980-an Negara-negara
nasib tersangka yang tewas sebelum diadili Muslim tidak ketinggalan untuk menempatkan
merupakan data yang penting. dan mengakui hukum internasional dan
Karena itu, analisis yang dilakukan HAM. Situasi ini diperkuat ketika Piagam
difokuskan pada bagaimana substansi Pedoman Organisasi Konferensi Islam (OKI)
hukum yang termuat dalam konvensi Tahun 1972, secara tegas mendukung
internasional (legal substantive), analisis hukum internasional dan HAM, yang
berikut ditujukan pada peran Densus 88, memperlakukannya berkesesuaian dengan
sebagai institusi penegakan hukum (legal nilai-nilai ajaran Islam. Dalam Pembukaan
structure), dan terakhir analisis ditujukan Piagam OKI ditegaskan bahwa :
pada peran budaya hukum masyarakat (legal “to be guided by the noble Islamic values
culture), organisasi keagamaan yang turut of unity and fraternity, and affirming the
mendukung terjadinya penurunan jumlah essentiality of promoting and consolidating
kejahatan teroris di Indonesia (Friedmann, the unity and solidarity among the Member
States in securing their common interests at
1975). Meskipun dalam penelitian ini
the international arena;
lebih tampak menggunakan pendekatan To preserve and promote the lofty Islamic
deduktif, dalam menentukan kepatuhan values of peace, compassion, tolerance,
Negara-negara Muslim mengadopsi konvensi equality, justice and human dignity. (www.
hukum internasional dan Konvensi Terorisme oic-oci.org/is11/english/Charter-en.pdf)
lainnya, realitas pelanggaran HAM dilakukan that members are Resolved to reserve Islamic
Densus 88 terhadap tersangka teroris di spiritual ethical, social and economic values
Indonesia, tentu tidak dapat digunakan untuk which will remain on the important factors of
menggeneralisir Negara-negara Muslim achieving progress for mankind”.
lainnya. Reaffirming their commitment the UN
Charter adn Fundamental Human Rights,
the purposes and principle chapter of which
3. Hasil dan Pembahasan provide their basic for faithtful cooperation
amongst all people.
a. Konvensi HAM dalam Sistem
Hukum Negara-negara Muslim Secara formal negara-negara
Kontroversi di sekitar nilai-nilai dasar Muslim menempatkan hukum internasional
hak asasi manusia di negara-negara Muslim dan HAM sesuai dengan nilai-nilai Islam.
tidak akan pernah sirna, baik dalam wacana Karena itu, tidak mengherankan jika negara-
berpikir maupun bertindak. Rumusan negara Islam terikat oleh kesatuan hukum
antara hak-hak dasar dan kewajiban internasional tersebut. Penyatuan tersebut,
berbeda dengan rumusan HAM Barat tidak bukan saja negara-negara Islam telah

129

Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

ambil bagian dalam proses pembentukan, negara atu aparat penegak hukum antara lain
pengembangan, dan pemanfaatan hukum hak-hak dasar bersifat umum. Dalam ajaran
internasional. Juga semakin mempertegas Islam yang bersumber pada Al Qur’an dan
bahwa kerangka relativitas, dan partikularistik Hadits jelas sekali ajaran Islam mengangkat
penerapan HAM menjadi karakter negara- martabat Islam dalam arti penghormatan
negara Muslim dan juga sekaligus karakter pribadi, keluarga, darah, harta benda, dan
budaya peradilan timur (Mayer, 1995). nama baik. Pertama, Islam menempatkan
Upaya-upaya penyesuaian konsep hak untuk hidup sangat mulia dan terhormat.
HAM, para penulis Muslim mencoba “Siapa saja yang membunuh seseorang
mengkaitkan HAM dengan hukum Islam. bukan karena orang itu membunuh orang
Dalam suatu Konferensi OKI 15 September lain, atau bukan karena membuat kerusakan
1981 di Perancis, deklarasi mengenai di muka bumi, maka sama halnya dengan
Islam Universal tentang HAM telah membunuh semua orang. Siapa saja yang
diproklamasikan, dan dokumen tersebut menyelamatkan jiwa seseorang, maka
menegaskan dalam Pembukaannya, hak asasi sama halnya menyelamatkan hidup semua
manusia yang dideklarasikan sebagai hukum manusia” (Qs. Al Maidah ayat 32).
suci (devine law) bertujuan untuk menjunjung Kedua, untuk memperoleh keadilan
tinggi martabat dan kehormatan manusia sesungguhnya Allah telah memerintahkan
serta diupayakan agar dapat mengurangi dan kamu, untuk berlaku adil dan menyampaikan
mencegah penindasan dan ketidakadilan. amanah kebenaran kepada keluarganya.
Menurut Weeramantry (1993), “Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu
human rights doctrine in Islam was a logical sekalian untuk menyampaikan amanah
development from its basic postulates, name kepada keluarganya, dan jika mengadili
the Sovereign of god and the relevation of urusan perkara secara adil”.
Prophet. From these postulates the basic Konsep HAM Barat sebagaimana
principles of human rights such as are now PBB mengesampingkan ajaran Islam.
enshrinded in international document Christopher Weeramantry justru mengatakan
followed logically a necessary part of Islamic bahwa penerimaan gagasan segar dari
law (Tahir Mahmood (ed), 1993). Intinya, tradisi hukum dan HAM dalam Islam, telah
HAM dalam Islam secara fundamental memberi kontribusi terhadap HAM modern.
berkaitan dengan kedaulatan Tuhan dan Deklarasi HAM Barat yang juga telah diadopsi
wahyu yang diturunkan kepada Nabi berkesesuaian dengan ajaran Islam. Dengan
Muhammad SAW. Karena itu, eksistensi sendirinya, negara-negara Muslim telah
HAM dalam Islam tumbuh dan berkembang memperlihatkan kepatuhannya terhadap
sesuai dengan perkembangan hukum Islam hukum internasional.
di negara masing-masing. In the contemporary world, when the Islamic
HAM dalam tradisi hukum Islam lebih influence is so powerful, there is a danger
komprehensif oleh karena pengaturannya if sufficied and held be not paid to Islamic
tidak hanya pada sesama manusia belaka. attitudes and model of thought, the universal
declaration of human rights doctrine in
Juga mengatur hak-hak manusia terhadap
general may run into rough weather. If these
Tuhan dan sumber-sumbernya. Persoalan are to be reserved and built. Upon Islamic
keadilan menjadi hak fundamental yang more understanding tradition is important.
tidak dijumpai dalam Konvensi HAM Barat.
Karena pentingnya keadilan, maka ajaran Meski tidak semuanya, berbagai
Islam sangat mengutamakan martabat dan prinsip dalam HAM Barat ternyata
individual (Individual dignity) sebagai syarat memperlihatkan kesesuaian dengan ajaran
mutlak kelangsungan hidup yang berkeadilan Islam. Komitmen negara-negara Muslim
(Justice in all their dealing). dibuktikan dengan dua instrumen HAM
Adapun nilai-nilai HAM yang diakui yang sangat penting. Adanya pengakuan
dalam Islam dan juga berkesesuaian dengan ICCPR dan ICSER sangat penting disebutkan.
HAM Barat, dan dapat dijadikan parameter

130
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

Negara-negara Muslim menjadi lebih suasana yang kasar (rough weather) jika tidak
progresif oleh karena ada kewajiban untuk mengakomodir HAM dalam tradisi Islam.
menjamin warga negara dalam memiliki Pertama, dalam Islam, keadilan merupakan
dan menikmati hak-hak dasar sosial, politik, hak dasar dalam konteks individu dan
ekonomi, dan sosial budaya. Berbagai nilai kelompok. Karena itu, kemerdekaan atas hak
dasar Islam yang semula bersifat normatif, menentukan nasib sendiri (self determination)
sejak setelah ratifikasi secara progresif menjadi sangat sentral dalam negara-
mengalami perubahan karena pengabaian negara Islam, yang pada waktu lalu, amat
terhadap konvensi tersebut berakibat negara- diabaikan karena statusnya mereka terjajah.
negara Muslim terkena sanksi. Ketiga, prinsip kesetaraan dihadapan hukum
Kedua jenis konvensi tersebut, (equality befor the law) dalam konteks hak
International Covenant on Civil and Political dasar, masyarakat berbangsa dan bernegara
Rights, atau Kovenan Internasional tentang adalah jelas mempermalukan Barat. Tidak
Hak-hak Sipil dan Politik, yang telah sedikit negara-negara baru lahir sejak perang
disyahkan di New York, 16 Desmeber 1966. dingin, tetapi dengan mudah menjadi
Baru mulai diberlakukan tanggal 23 Maret anggota PBB. Sementara itu, Palestina sejak
1976, dari Komite Hak Azasi Manusia, yang tahun 1948 menjadi negara berdaulat
ditandatangani oleh 74 negara dan negara hingga kini kedudukannya tidak sama
peserta berjumlah 167. Tidak kurang dari dengan negara-negara yang baru saja lahir
empat puluh satu (41) negara-negara Muslim dua dekade lalu. Tuntutan Palestina untuk
telah menandatangani, dan meratifikasi menjadi anggota penuh di PBB merupakan
kovenan tersebut. (United Nations, Treaty contoh nyata bahwa prinsip kesederajatan
Series, Vol.999, p.171 and vol 1057, p tidak diterapkan dan hal tersebut merupakan
407. Depistary Notification C.N. 782.2001. pengingkaran atas dasar penerapan HAM
Treaties 9 of 5 Ocktober 2001) dalam tradisi Barat.
Sedangkan, Kovenan Internasional Keempat, konteks keadilan (justice
tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan principle) sebagai salah satu unsur utama
Kebudayaan yang disyahkan 16 Desember dalam penegakan hukum internasional
1966, dan mulai diberlakukan sepuluh tahun juga dibiarkan. Terorisme sebagai kejahatan
kemudian (3 Januari 1976). Ditandatangani luar biasa dan telah menguras perhatian
tidak kurang oleh 70 negara dan telah masyarakat internasional, khususnya
didukung oleh 160 negara-negara pihak. masyarakat Indonesia luput dari kritik dan
Tidak kurang dari 39 Negara-negara Muslim evaluasi. Sama halnya kekerasan struktural
turut menandatangani, dan menjadi negara sebagai akar permasalahan, ketidakadilan
anggota. Selain kovenan tersebut telah sosial, ekonomi, dan budaya yang mendera
menjadi bagian dari hukum nasionalnya kelompok minoritas Muslim, seperti nasib
(United Nations, Treaty Series, vol. 993, p.3. Moro di Filipina, Pattani di Thailand, dan
Depository Notification C.N. 781.2001. minoritas Muslim Rohingya di Myanmar
Treaties 6 of 5 October 2001). Dengan terabaikan (Winanto, 2013).
demikian, kedudukan negara-negara Muslim
yang selama ini diposisikan masyarakat b. Ratifikasi Konvensi Terorisme Di
Barat tidak peduli, DUHAM ternyata tidak Negara Muslim
relevan lagi. Faktanya HAM Barat selain telah Bilamana Negara-negara Barat
diratifikasi diperkuat dengan pembuatan pernah menjadi korban kejahatan teroris
Deklarasi HAM Islam yang dirumuskan OKI. menuding ajaran Islam membolehkan
Namun, tidak dapat dipungkiri jika penggunaan kekerasan, termasuk praktek
implementasi HAM di Negara-negara Muslim teroris tersebut dapatlah dipahami. Padahal
masih kurang kuat. Adanya ketimpangan ajaran Islam yang penuh kedamaian dan
konsep dan kerangka dasar berpikir antara persaudaraan tersebut, jelas menjadikan
HAM Barat dengan Islam, Weeramantry kekerasan termasuk terorisme adalah musuh
memandang HAM Barat akan penuh dengan ajaran Islam. Namun, bagi masyarakat Barat

131

Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

tidak mudah percaya jika ajaran Islam tidak untuk membiarkan terorisme ketika sebagian
membenarkan praktek terorisme. Tumbuh besar Negara-negara Muslim menjadi pihak
suburnya pelaku teror di Negara-negara atau negara dari konvensi terorisme. Ada
Muslim adalah fakta. Tidak terkecuali posisi dua Konvensi Internasional tentang terorisme
Indonesia sejak tahun 2000 hingga lima yang kemudian dijadikan dasar hukum sistem
tahun terakhir ini sebagai negara tertuduh penanggulangan teroris di berbagai negara
teroris. Upaya yang telah dilakukan, telah muslim (An Naim, 2011).
menunjukan bahwa tindakan radikalisme Pertama, International convention
di Indonesia berhasil diatasi dengan for the Suppression of Terrorist Bombings.
partisipasi Organisasi-organisasi Islam, Adopted by United Nations on 15 December
seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, 1997 dan mendapatkan respon untuk
dan lain sebagainya. (http://internasional. diratifikasi sebanyak 164 negara anggota
kompas.com/read/2012/03/10/13593517/ PBB. Convention for the Suprression of
Ormas.Islam.Berandil.Redam.Radikalisme. The Financing of Terrorism, adopted by The
di.Indonesia). General Assembly of The United Nations
Di mata masyarakat Barat, negara- on 9 December 1999, dan diratifikasi oleh
negara Muslim seperti Afganistan, Pakistan, 173 negara. Bila kedua konvensi tersebut
Palestina, Malaysia, dan Indonesia tergolong dibandingkan terkait respon negara tidak
negara-negara potensial ancaman teroris. pernah terjadi suatu konvensi internasional
Menurut Yoram, Shwietzer, dan Shaul Say, secepat ini diratifikasi. Kedua konvensi
ada International Islamic Terror Worldwide, terorisme memperoleh sambutan kuat,
Namely Egyption Terror Organizations, dan kebanyakan negara-negara melakukan
Palestinean Terror Organizations, Shi’ite ratifikasi setelah tahun 2001. Konvensi-
Terror Organizations, Terror Organizations konvensi tersebut menjadi lebih efektif dan
in Philipines and South East Asia, Terror memiliki daya ikat terutama pasca terjadinya
Organizations in The Islamic Republic Tragedi WTC 11 September 2001.
of the Former USSR, Indian and Pakistan Sambutan Negara-negara Muslim
Terror Organizations, Independent Terror terhadap konvensi terorisme sangat
Organizations, Al Qaida Org. Bin Ladin, and signifikan. Kebanyakan mereka melakukan
Chine, The Front to Liberate East Turkmenistan. ratifikasi dan menjadikannya sumber hukum
Senang atau tidak, fakta itu nasional. Setiap negara menggunakan
bicara dengan sendirinya, namun dalam konvensi internasional tersebut sebagai
kesadaran umat Islam tentu saja telah terjadi sumber hukum dalam membuat putusan logis
miskonsepsi. Mayoritas Negara-negara di pengadilan terkait kasus terorisme. Tidak
Muslim mengharamkan tindakan kekerasan kurang dari empat puluh (40) negara-negara
terorisme termasuk bom bunuh diri. (QS Muslim yang merespon positif konvensi
An-Nisa : 29, dan QS Al-Kahfi : 6). Fakta terorisme tersebut. Kelompok pertama,
tersebut tidak dapat dipungkiri, bahwa negara-negara menerima konvensi terorisme
kelompok minoritas Muslim terlibat dalam sejak setelah diberlakukan. Tetapi, belum
kejahatan tersebut. Persepsi yang salah mengatur secara eksplisit sebagai bagian dari
dianut sebagian kecil Muslim bahwa ajaran hukum nasionalnya. Misalnya, Afganistan,
Islam membenarkan kekerasan dan terorisme Banglades, Qatar, Syria, Brunei Darussalam,
tidak memiliki argumentasi kuat. Dengan Kazhakastan, Kyrgystan, Malawi, Malaysia,
cerdas An Naim mengupas tentang definisi Mauritania, Pakistan, Turkmenistan, Uni
terorisme kontemporer, juga terorisme tidak Emirat Arab, dan Yaman.
ada hubungannya dengan agama tetapi Kelompok kedua, negara-negara
fenomena merupakan kekerasan global dan yang setuju dan sebagai pihak dalam
ketidakadilan global. Bukti lain adalah ketika perjanjian tersebut, dan telah meratifikasi
negara-negara Barat mengutuk terorisme, sehingga konvensi tersebut menjadi bagian
negara-negara Muslim juga memberikan dari sumber hukum nasionalnya. Misalnya,
pengutukan. Karena itu, tidak ada alasan Albania, Algeria, Armenia, Azerbaijan,

132
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

Bahrain, Bosnia, Kroasia, Siprus, Mesir, memerangi kejahatan terorisme. Tidak


Indonesia, Libya, Saudi Arabia, Mali, Maroko, mengherankan dalam konteks ini, hukum
Mauritus, Nigeria, Arab, Sri Langka, Sudan, internasional telah memiliki sifat mengancam
Tajikistan, Ukraina, dan Uzbekistan. (intimidative). Pendekatan George Bush
Kelompok ketiga, negara-negara menunjukan bukti bahwa negara-negara di
tidak menyetujui atau tidak menjadi dunia pada umumnya, dan Negara-negara
pihak konvensi terorisme antara lain Irak, Muslim khususnya segera melakukan ratifikasi
Iran, kuwait, Libanon, dan Oman (United terhadap Konvensi Terorisme (Thontowi,,
Conventions on Terrorisme Part 2. Inventory of 2011).
International Non Profliferation Organizations Indonesia, sebagai negara yang sudah
and Regimes. Center for Non Profiliferation meratifikasi Konvensi HAM 1948, Konvensi
Studies). Tudingan negara Barat terhadap Jenewa 1949, ICCPR 1966, dan ICSER
negara Muslim yang tidak menyikapi 1966, dengan lahirnya UU No. 39 Tahun
konvensi terorisme tersebut oleh George W 1999 tentang HAM, dan UU No. 26 Tahun
Bush, seperti Iran, Irak, Korea Utara sebagai 2002 tentang Peradilan HAM, seharusnya
tiga negara poros setan. Situasi antagonistik Pemerintah Indonesia menerapkan
antar negara Iran, Irak dan Libya dipandang kebijakannya dengan menjunjung tinggi
sebagai musuh negara-negara Barat. Dengan HAM. Namun, dalam realita empiriknya
demikian negara-negara Muslim pada pemberantasan kejahatan terorisme yang
umumnya mendukung instrumen hukum dilakukan oleh Densus 88 masih jauh dari
teroris internasional yang tidak berkeadlian, nilai-nilai keadilan dan HAM.
dengan beralibikan tekanan dari Barat. Kesukesan pemerintah Indonesia
Dengan demikian, semakin tidak dalam perang melawan kejahatan terorisme
berdasar jika masyarakat Barat menuding ditentukan selain peran Tim Densus
Negara-negara Muslim sebagai penentang 88, Mabes Polri juga dibuktikan dengan
hukum internasional HAM dan terorisme. semakin menurunnya angka teror bom.
Realitasnya, hampir sebagian besar telah Tidak kalah pentingnya adalah juga karena
meratifikasi dua konvensi terorisme sebagai terintegrasinya instrument hukum dengan
bentuk counter major terhadap kejahatan sikap masyarakat Indonesia. Khususnya
terorisme. masyarakat Muslim mampu bekerjasama
Mewabahnya terorisme dalam dengan berbagai institusi di luar negeri untuk
jaringan internasional tersebut telah menerapkan penindakan teroris dengan
memantik Presiden George W. Bush, untuk cara-cara luar biasa. Meski tanpa kehadiran
melakukan ancaman bukan saja agar negara peraturan perundang-undangan Keamanan
dapat menyatukan dirinya dengan USA untuk Dalam Negeri (Internal Security Act), sebagai
menyatakan perang terhadap terorisme, pelengkap UU No 15 tahun 2003, Densus
khususnya Al Qaeda, Osama bin Laden. 88 dapat berfungsi efektif dalam memerangi
Tetapi, juga untuk segera melakukan ratifikasi kejahatan korupsi (Thontowi, 2005).
terhadap Konvensi Internasional tentang
Kejahatan Terorisme. Konvensi terorisme c. Perang Melawan Teroris
tersebut segera diratifikasi oleh negara- Keberhasilan dalam perang melawan
negara karena ada ancaman. Sebagai salah kejahatan teroris memang tidak luput dari
satu korbannya adalah Indonesia tergolong adanya kepastian hukum melalui lahirnya
negara yang tidak bebas dari ancaman kebijakan lahinrya Perpu Nomor 1 tahun
tersebut. 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Indonesia meratifikasi konvensi Terorisme, dan diikuti dengan lahirnya UU
tersebut dengan mengesyahkan UU No. Nomor 15 tahun 2003. Sejak kelahirannya,
15 Tahun 2003 pada bulan Februari 2003. didukung oleh pendirian Badan Nasional
Terorisme sebagai kejahatan luar biasa, juga Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan
meniscayakan lahirnya institusi Densus 88 Detasemen Khusus 88 anti teror Mabes Polri
Polri, yang memiliki sifat luar biasa dalam dirasakan semakin kuat. Melalui dasar hukum

133

Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

Peraturan Presiden No 46 Tahun 2010 tentang Medan, Batam, dan Pekanbaru. Akibatnya,
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme tercatat 16 orang tewas dan 96 orang luka-
yang kemudian dirubah dengan Peraturan luka. (http://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_
Presiden No 12 Tahun 2012, maka dari tahun di_Indonesia).
ke tahun peran positif penanganan teroris oleh Kedua, terror bom semakin dahsyat
Densus 88 secara luar biasa dapat berubah. terjadi pada tahun 2002. Terdapat tiga kali
Semakin sempitnya ruang publik digunakan ledakan guncangan bom di Bali, 12 Otkober
teroris untuk melakukan pengeboman yang 2002, diskotek Sari Club, Diskotik Paddy’s,
menggoncangkan masyarakat dunia semakin dan gedung Panin Bank di jalan Legian, Kuta
memperlihatkan hasilnya. Jumlah korban Bali, dan Kantor Konsulat Amerika Serikat di
massif, baik berupa korban tewas, terluka Denpasar, Bali habis terbakar. Korban tewas
maupun kerugian yang timbul tak terhitung tertinggi tercatat 202 orang yang mayoritas
jumlahnya semakin menurun frekuensinya. warga Negara asing, dan 200 orang luka-luka
Selama satu dasawarsa, (1999-2009), berat dan ringan. Kemudian, 5 Desember
Kepolisian RI melaporkan bahwa ancaman 2002, sebuah bom rakitan terjadi di Restoran
pengeboman terjadi sekitar 780 kali. Dari McDonald, di Makasar, Sulawesi Selatan. Bom
total tersebut, terror bom telah meledak meledak saat sedang banyaknya pengunjung
sebanyak 213 kali. Sekitar 183 kali bom di tempat tersebut dan mengakibatkan 3
berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) orang tewas, dan 11 orang luka-luka.
tidak meledak, dan ancaman bom melalui Ketiga, terror bom terjadi antara
telpon 383 kali. (http:/www.radartegal.com/ 2003-2004. Sebuah bom berkekuatan tinggi
index.pho\p.Satu-Dasawarsa-780-Kali-Teror- (high explosive) meledak dan menghancurkan
Bom.html.). sebagian gedung JW Mariot dan gedung
Catatan Kompas melaporkan, bahwa Restoran Syailendra Jakarta, jam 12.45 siang.
sejak era reformasi tahun 1998 hingga kini Peristiwa ini mengakibatkan 11 orang tewas
tidak kurang dari dua puluh tujuh (27) kali dan 11 orang luka-luka. Teror bom terjadi
teror bom turut mengguncangkan masyarakat 9 September 2004, di kawasan Keduaan
dunia dan berdampak negatif terhadap citra Australia, Jalan Rasuna Said Jakarta, 10.25,
positif Indonesia sebagai Negara Muslim dan mengakibatkan kerusakan pada gedung
terbesar. (http:// politik. kompasiana. disekitarnya, seperti Menara Plaza 89 dan
com/2011 /09 / 28/ zaman- pak-harto-tak- menyebabkan kaca-kaca coffee shop pecah.
ada-aksi-bom-bunuh-diri apa rahasianya Korban tewas adalah 11 orang dan sekitar 152
-398966.html). orang luka-luka berat dan ringan. Ledakan
Bagaimana kondisi sosial dan terror bom terjadi di Hotel JW Mariot dan
keamanan secara nasional, yang tampak Ritz Charlton Jakarta, 17 Juli 2009, kawasan
semakin kondusif dari ancaman terorisme? Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 7.47
Pertama, pada tahun 2000, terdapat dua dan 7.57 pagi, menyebabkan kaca-kaca
teror bom dahsyat yaitu terjadi 1 Agustus coffee shop pecah dan 9 orang tewas dan
2000, sebuah bom TNT meledak dari sebuah sekitar 53 orang luka-luka. (Pusat Informasi
mobil di tempat parkir, sehingga meluluh Kompas, KOMPAS, Selasa 14 Desember
lantakan rumah kediaman Duta Besar Filipina 2010).
di Jakarta. Bom meledak perkirakan sekitar Keempat, sejak 2009 hingga
300 meter dan menimbulkan goncangan Maret 2012 tergolong tahun-tahun
sekitar 2 sampai 3 kilometer. Korban tewas yang menunjukan peristiwa teror mulai
2 orang dan 21 orang luka-luka, termasuk berkurang. Pada tahun 2011, digoncangkan
Duta Besarnya Leonides Caday. Kemudian, Teror Bom Buku yang tidak tepat sasaran,
pada tanggal 24 Desember 2000, ledakan tetapi meledak melukai petugas kepolisian.
bom terjadi dalam serangkaian Malam Natal Sekitar bulan Maret 2011, beberapa terror
umat Kristiani. Peristiwa tersebut terjadi paket bom yang dikemas dalam buku di
di Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Utan Kayu Jakarta yang ditujukan tidak
Mojokerto, Mataram, Pematangsiantar, hanya kepada aktifis Jaringan Islam Liberal,

134
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

Ulil Absar Abdalla, Kepala Badan Narkoba sebagai sebuah keputusan hukum yang
Nasional (BNN), Ketua Pemuda Pancasila, bersumber dari pesanan Amerika Serikat.
Yapto Suryo Sumarno. Namun, kedua Keberhasilan perang melawan
bom berhasil dijinakan dan diledakan oleh teroris juga tidak terlepas dari komitmen
Gegana (Kedaulatan Rakyat, 17 Maret 2011). atau kemauan politik pemerintah yang
Teror bom bunuh diri 15 April 2011, telah dilaksanakan dengan baik oleh Tim Densus
meledak di Masjid Adzikro, komplek Markas 88 Mabes Polri. Sikap Presiden yang luar biasa
Kepolisian Resort Polres di Cirebon. Selain dalam mendukung kerja Densus dengan
itu, masih teradapat berbagai ancaman mengintruksikan aparatnya agar jangan beri
terror yang tetap membikin masyarakat ruang apapun. Tidak ada hal yang lebih
sangat takut, meski aparat keamanan pada penting bagi masyarakat selain rasa aman.
akhirnya dapat mengamankannya. Oleh karena itu, tidak boleh ada toleransi
Keberhasilan Detasemen Khusus 88 sedikitpun bagi kelompok yang mengganggu
Anti-teror Polri dalam melakukan perang rasa aman. Presiden juga menginsruksikan
melawan teroris selama lebih dari satu (1) Badan Intelejen Negara, Kepolisian, dan
dasawarsa terakhir, dirasakan keberhasilannya jajaran TNI, terutama komando teritorial,
dengan bukti semakin berkurangnya jumlah agar bekerja lebih keras guna mengungkap
tindak terorisme yang timbul. pelaku teroris. Presiden menduga kelompok
yang selama ini melakukan kegiatan teror
d. Peran Vital Densus 88 telah mengubah taktik dan tehnik. Kita
Dalam perang melawan terorisme, tidak boleh kalah, tidak boleh kehilangan
Tim Densus 88 Polri telah berhasil memproses insiatif. Tunjukan petugas kita profesional,
secara hukum selama kurun waktu tiga tidak anggap ringan situasi. Bahkan menjadi
belas (13) tahun, sebanyak 850 teroris sangat relevan sikap dan ketegasan Presiden
ditangkap, 700-an diperlakukan baik dengan tersebut, mengingat Asia Tenggara tetap
pendekatan humanis, dan 60 orang teroris menjadi target pengiriman berbagai fasilias
tewas (http://news.detik.com/ surabaya/ senjata termasuk bom. (http://kissfm-medan.
read/2013/03/ 21/155044/2200205 / com/ext/pdf/pdf. php?news.3251).
466/ kurun- waktu-13-tahun - 850-teroris- Adanya sikap dan dukungan dari
ditangkap-60-diantaranya-tewas). masyarakat yang semakin waspada dan
Sekitar 245 telah dibebaskan dari bersatu. Tingkat partisipasi masyarakat ini
Lembaga Pemasyarakatan, dan sekitar juga diakui oleh lapaoran Mabes Polri.
126 orang masih tersisa di LP. Dalam Bahkan di kalangan organisasi agama-agama
pemburuan Tim Densus 88 Mabes Polri telah di Indonesia, sikap waspada ditujukan
menewaskan 54 orang tertembak, termasuk secara seksama, sehingga kecenderungan
tokoh legendaris, Dr Azahari, dan Nurdin pemahaman teroris yang tendesius
Top. Sekitar 10 orang korban mati karena terarah pada suatu agama demikian rupa
mereka terbunuh sebagai pelaku bom diminimalisir.
bunuh diri (suicide bombing). Dalam kontek Tokoh-tokoh Indonesia, Buya Syafei
sanksi hukum teroris selain umumnya berat Ma’arif, Din Syamsudin, KH Hasyim Muzadi,
dan kesekusi hukuman mati telah dijatuhkan Magnis Suseno, dan tokoh-tokoh agama dari
kepada 3 terpidana Azis Samudra, Mochlas Budha dan Hindu lainnya acapkali menjadi
dan Amrozi. Masih terdapat beberapa bagian terdepan dalam mencegah terjadinya
tersangka yang masih dalam proses konflik sosial horizontal akibat kebencian
pemburuan. Terakhir, pengadilan negeri terhadap teroris. Misalnya, Ketua Umum
Jakarta telah menjatuhi hukuman berat pada Nahdhatul Ulama, Said Aqiel Siradj dan juga
Abu Bakar Basyir sekitar 15 tahun penjara sebagai Ketua Koordinator Badan Nasional
yang terbukti bersalah melakukan kejahatan Penanggulangan Teroris dan Deradikalisasi,
teroris karena mendukung pelatihan teroris juga menengarai pelaku teror paket bom di
di Aceh. Terhadap MMI, putusan hakim Jakarta dan sekitanya adalah pemain lama.
tersebut oleh sebagian masyarakat dituding Para pelaku teror bom di Tanah Air memliki

135

Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

jaringan kuat dengan kelompok Al Qaida. except for just cause (Al-Quran Surat IV. 32).
Sebagai negara berkembang, Indonesia Penghormatan dan pengakuan terhadap jiwa
masih menjadi target. (Kompas, Selasa 22 dan nyawa seseorang menjadi kurang peduli,
Maret 2011). ketika cara-cara persuasif tidak mampu
Relevansi kekuatan agama-agamawan digunakan oleh aparat penegak hukum.
untuk bersatu perang melawan terorisme Kedua, pelanggaran Densus 88
tersebut salah satu sebabnya karena terorisme seringkali terjadi ketika proses penangkapan
yang saat ini muncul sebagai ancaman tidak yang tidak didasarkan pada prosedur
terjadi tanpa mempertimbangkan sejarah penangkapan dan penuntutan yang kurang
masa lalu. Walter Laqueur, ’Religious and lejitimit. Pelanggaran HAM oleh Densus 88,
nationalist fanaticism is the predominant utamanya ketika melakukan penangkapan
feature of terroris at the present time, which hanya didasarkan kepada informasi sepihak,
does not preclude that in the future decades data-data yang tersedia dari intelejen yang
terrorism might appear also in other guises seharunya diuji oleh pengadilan. Namun,
(Walter Laqueur, 2004). Dengan kata lain, keharusan normatif tersebut tampaknya
fanatisme agama dan nasionalitas menjadi kurang direalisasikan. Sekitar 245 telah
model dominan teroris saat ini dan juga dibebaskan dari LP tanpa adanya rehabilitasi
mendatang yang tentunya menjadi sangat karena salah tangkap. Kedudukan mereka
mustahil gerakan terorisme akan pernah sirna yang tidak memahami membela hak-
dalam satu dekade ke depan. hak dasar mereka tanpa pembelaan.
Pengacara yang menjadi kebutuhan untuk
e. Densus 88 dan Pelanggaran HAM melindungi hak tersangka diabaikan pada
Di balik perang melawan terorisme awal penangkapan. Tim Pembela Muslim,
yang sementara dipandang berhasil tersebut, umumnya tidak mudah memberikan
menyisakan persoalan beberapa pelanggaran bantuan dan perlindungan atas hak-haknya.
atas HAM dan juga pelanggaran terhadap nilai- Misalnya, Mahendra Brata, Ahmad Amidan,
nilai Islam. Pertama, pelanggaran atas HAM dan juga Irawan Adnan sebagai Tim Pembela
adalah terjadi ketika jumlah teroris yang tewas teroris sering menjumpai teroris sebagai
sekitar 60 orang tertembak mati, 10 tewas pembelanya, setelah berminggu-minggu
melakukan aksi bom bunuh diri. Tim Densus dilakukan penangkapan. Sehingga praktek
88 Anti-teror Polri lebih mengutamakan penyalah gunaan wewenang, seperti
punahnya potensi ancaman, sementara penekanan secara fisik dan psikologis sering
mengabaikan target untuk menangkap dilakukan. Pelanggaran Tim Densus 88 tidak
mereka hidup-hidup, agar informasi lanjutan dapat dicegah bila dikaitkan dengan Hukum
dapat dikembangkan. Namun, karena alasan Acara Pidana, UU 39 Tahun 1999 tentang
penegakan hukum luar biasa, perlakuan HAM, dan juga UU Nomor 26 tahun 2000
aparat terhadap teroris melebihi perlakuan tentang Peradilan HAM.
terhadap kombatan dalam hukum perang. Ketiga, perlakuan tidak bermartabat
Perlakuan Tim Densus 88 terhadap teroris ini terhadap teroris juga terjadi ketika jasad-
timbul karena alasan luar biasa. Misalnya, di jasad mereka diperlakukan secara tidak
Amerika Serikat perlakuan teroris disamakan manusiawi. Ketika mayat-mayat yang
dengan kombatan, sebagaimana diatur dalam tertembak dalam kasus penyergapan teroris,
Geneva Convention 1949, tentang Hukum digusur dan dimasukan ke dalam truk-truk
Humaniter Internasional. dengan gamblang disorot media elektronik,
Dari perpektif Islam, jumlah kematian baik ketika terjadi di Temanggung di rumah
akibat perlakuan Tim Densus 88, Mabes pak Hasyim, di Aceh, dan juga di Pamulang
Polri mengabaikan ajaran Islam. Bahwa daerah Ciputat (http://kampungtki.com/
pembunuhan dilakukan terhadap seseorang baca/10316). Perlakuan tidak beradab
tanpa hak adalah seumpama dia/mereka tersebut, telah menunjukan Tim Densus 88
telah mematikan seluruh umat manusia. Allah Teroris tidak menerapkan asas kehati-hatian.
said, Do not take life which Allah made sacred Kurang menghormati jasad-jasad manusia

136
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

tersebut, sehingga praktik pembasmian, keadilan untuk semua dan praduga tak
seperti terlihat dalam praktek tumpes kelor bersalah (justice for all dan presumption
juga menunjukan adanya kebencian yang of innocence) (http://politikana.com/
mengemuka pada petugas penegakan baca/2010/11/9/beda perlakuan-antara-
hukum yang berperi kemanusiaan. Dalam gayus-dan terduga- teroris.html.). Kurangnya
kasus penyergapan di Aceh dan tempat lain peran kritis masyarakat termasuk Komnas
tersebut, pihak Densus 88 telah mampu HAM terhadap praktek perang melawan
menangkap 40 orang teroris, dan 7 orang teroris oleh Densus 88 tersebut telah turut
tewas dalam proses penggrebekan tersebut. berkontribusi terhadap penyimpangan
Keempat, dukungan masyarakat pelanggaran HAM. Perbedaan perlakuan
terhadap pemberantasan teroris memang tersebut digambarkan ketika keluarga
sangat penting. Di satu pihak, kelompok Tim para tersangka teroris tidak mudah untuk
Pembela Muslim dihadapkan pada dilema memperoleh informasi, dan juga untuk dapat
antara membiarkan mereka berjalan sendirian bertemu dengan keluarga. Dalam konteks,
ataukah mereka melakukan koordinasi teroris yang tewas dalam penyergapan,
dengan aparat Linmas. Tiada sikap yang jelas pihak keluarga tidak dapat dengan mudah
dari LSM, peduli HAM ketika teroris-teroris menemui jenazahnya. Biasanya keluarga
dilanggar HAMnya, sebagaimana dalam harus menunggu berhari-hari hingga pihak
kasus Papua, praktek kekerasannya memang Densus 88 dapat mengirimkan jenazah ke
sama, tetapi tak satupun mereka ada upaya tempat kelahirannya. Sangat mengenaskan,
untuk mengkritisi Densus 88. Sikap ketidak manakala jenazah tersebut mendapatkan
adilan antara perlakuan pemerintah terhadap penolakan dari pihak penduduk setempat.
teroris dengan kejahatan krouspi memang Tidak mengherankan, dalam proses
diakui sangat berbeda. pemakaman teroris yang tewas sering
Pelanggaran atas HAM tersebut, memunculkan konflik horizantal. Masyarakat
berkaitan dengan perlakuan tebang pilih di wilayah pedesaan dari mana teroris
yang diterapkan kepada teroris oleh tersebut berasal telah menambah beban
Densus 88 dan kejahatan korupsi oleh KPK. sosial dan stigma psikologis oleh karena
Sesungguhnya, kejahatan teroris dan korupsi pihak keluarga teroris terkadang menjadi
memiliki kesamaan sifat, yaitu sebagai dikucilkan. Keadaan mereka yang umumnya
kejahatan luar biasa. Inkonsistensi dalam secara sosial dan ekonomi miskin, keluarga-
penerapan perlakuan tebang pilih tersebut keluarga teroris yang diperlakukan tidak
bertentangan dengan prinsip hukum Equality pantas dan tebang pilih tersebut justru
befor the law. Menurut Adnan Buyung telah menyiasakan perasaan balas dendam
Nasution, perbedaan perlakuan atas teroris terselubung dan tidak mudah untuk
dan koruptor dipandang sebagai pelanggaran saling memaafkan. Kebencian masyarakat
atas HAM. Perlakuan Densus 88 terhadap terhadap teroris dan keluarganya sebagai
teroris sangat tegas, terduga teroris kerapkali akibat praktek perang melawan teroris
segera digrebek dan atau ditembak mati. Saat akan tetap menjadi ancaman jika upaya-
ditangkap pun, kita bisa melihat perlakuan upaya komprehensif dengan menggunakan
kepada mereka bak tahanan di Guantanamo. pendekatan persuasif sesuai dengan hak-hak
Bedanya, di Guantanamo para aktifis HAM dasar sosial dan ekonomi yang berkeadilan
internasional dapat berteriak lantang mulai dikedepankan oleh Pemerintah
memprotes perlakuan terhadap tahanan. Indonesia. Orang-orang yang salah secara
Sementara untuk terduga teroris sepertinya keagamaan, tetapi marjinal secara sosial
mereka dianggap bukan manusia. ekonomi, minim pendidikan, akan selalu
Padahal, seharusnya Personil menjadi tempat empuk untuk memunculkan
Densus 88 tetap berpegang pada prinsip fanatisme agama beraliran kekerasan.

137

Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

4. Simpulan dalam kebijakan perang melawan teroris


terbukti tidak luput dari berbagai pelanggaran
Berdasarkan pembahasan di HAM, baik karena pengaruh dari kebijakan
atas, dapat disimpulkan bahwa pertama, politik Barat, yang menyamakan teroris
negara-negara Muslim umumnya telah dengan kombatan, maupun karena akibat
memperlihatkan komitmen tinggi atas eksesif Densus 88 dalam memerangi
kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum teroris. Para tersangka yang menjadi
dan HAM internasional, baik yang berkaitan korban tewas, atau karena salah tangkap,
dengan pemajuan dan penghormatan dan kurangnya akses para pengacara dan
terhadap ICCPR, ICESR, dan juga konvensi keluarga pada tersangka teroris tidak dapat
tentang terorisme. Kesadaran HAM bagi menyembunyikan lemahnya perlindungan
Negara-negara Muslim tersebut didasarkan atas nilai-nilai HAM dan ajaran Islam
selain pada ajaran Islam yang sangat terhadap tersangka teroris. Jumlah tersangka
menghormati nilai-nilai dasar kemanusiaan, teroris yang tewas dalam perburuan
sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, Al- Densus 88, dan tidak adanya pemulihan
Hadist, juga OKI telah menyepakati Konvensi nama baik atau pemberian kompensasi
HAM dalam Islam di Mesir dan juga di bagi yang salah tangkap, merupakan bukti
London. Tidak kurang dari empat puluh pengabaian asas the rule of law. Karena
dua (42) Negara-negara Muslim tersebut, itu, perlu dipertimbangkan jika pemerintah
telah memperlihatkan kepeduliannya dan Densus 88, tidak mengubah kebijakan
untuk menjujung tinggi HAM, martabat dalam menjunjung tinggi martabat manusia,
kemanusiaan secara indvidual dan kolektif, yaitu menggunakan pendekatan sosial dan
dan cinta damai dan anti kekerasan. Upaya- ekonomi yang berkeadilan, gerakan teroris
upaya menjamin HAM internasional dan tidak akan pernah sirna mengingat secara
Konvensi terorisme, Organisasi Internasional ideologis mereka akan tetap melakukan
Islam telah dengan jelas menguatkan perlawanan, jika kebijakan jangka panjang
berbagai instrumen HAM internasional, dan pendek Densus 88 tidak berorientasi
termasuk meratifikasinya ke dalam sistem pada upaya mengangkat martabat mereka
hukum nasionalnya. dengan nilai-nilai keadilan.
Kedua, keberhasilan Pemerintah
Indonesia, tidak lepas dari keterpaduan Daftar Pustaka
kebijakan dan implementasi UU Nomor
15 tahun 2003 yang juga didukung oleh An-Na’im, Abdullahi Ahmed, 2011. Muslims and Glob-
al Justice, University of Pennsylvania Press.
pendirian BNPT, dan Detasemen Khusus Mayer, Ann Elizabeth, 1995. Islam and Human Rights
88 Polri, sebagai badan negara yang Tradition and Politics, LondonL Westview Press.
memiliki sifat extraordinary body. Kebijakan Thontowi, Jawahir dan Iskandar, Pranoto, 2006. Hu-
politik pemerintah, dukungan masyarakat kum Internasional Kontemporer, Bandung: Re-
fika Aditama..
internasional dan juga masyarakat Muslim Thontowi, Jawahir, 2005. “Sistem Hukum Terpadu Bagi
dan organisasi-organisasi keagamaan lainnya, Kejahatan Terorisme”, Jurnal PPH Newsletter,
serta cara-cara yang tegas dilakukan aparat Yayasan Pusat Pengkajian Hukum
Densus 88, baik dalam penangkapan, Thontowi, Jawahir, 2011. Menuju Ilmu Hukum
maupun dalam proses pengadilan dengan Berkeadilan, Pidato Pengukuhan Guru Besar,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
sistem penjatuhan pidana yang berat telah Weeramantry, Christopher, 1993. The Hague Islam and
berkontribusi positif terhadap tingkat Human Rights, New Delhi.
penurunan jumlah kasus kejahatan teroris Winanto, Puguh, 2013. Penyelesaian Konflik Antara
selama lima (5) tahun terakhir, semakin Pemerintah Filipina Dengan Moro Islamic Liber-
ation Front, Yogyakarta: Skripsi Fakultas Hukum
tidak terbantahkan. Kajian yang dilakukan Universitas Islam Indonesia.
oleh BNPT, Polri dan aparat intelejen telah
berkontribusi positif atas meningkatnya Peraturan Perundang-undangan
kualitas keamanan dalam negeri. Piagam Organisasi Konferensi Islam.
Ketiga, berbagai pelanggaran HAM United Nations Treaty Series Volume 999


138
Pandecta. Volume 8. Nomor 2. Juli 2013

United Nations Treaty Series Volume 993 http://internasional.kompas.com/


United Nations Treaty Series Volume 407 read/2012/03/10/13593517/Ormas.Islam.Be-
Undang-undang No 9 Tahun 2013 Tentang Pencega- randil.Redam.Radikalisme.di.Indonesia
han dan Pemberantasan Tindak Pidana Penda- http://kampungtki.com/baca/10316
naan Terorisme. http://kissfm-medan.com/ext/pdf/pdf.php?news.3251
Peraturan Presiden No 46 Tahun 2010 Tentang Badan http://news.detik.com/surabaya/read/2013/03/21/1
Nasional Penanggulangan Terorisme. 55044/2200205/466/kurun-waktu-13 tahun
Peraturan Presiden No 12 Tahun 2012 Tentang Peruba- -850-teroris-ditangkap-60-diantaranya-tewas
han Atas Peraturan Presiden No 46 Tahun 2010 http://politik.kompasiana.com/2011/09/28/zaman-
Tentang Badan Nasional Penanggulangan Teror- pak-harto-tak-ada-aksi-bom-bunuh-diri-apa
isme. -rahasianya-398966.html
Surat Keputusan Kepala Kepolisian Republik Indonesia http://politikana.com/baca/2010/11/9/beda-perlakuan-
No 30/VI/2003 antara-gayus-dan terduga- teroris.html
http://www.radartegal.com/index.pho\p.Satu-Dasa-
Media Massa dan Website warsa-780-Kali-Teror-Bom.html
http://globalkhilafah.blogspot.com/2011/07/densus- www.oic-oci.org/is11/english/Charter-en.pdf
88-akal-akalan-kafir-membantai.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indone-
sia

139

Anda mungkin juga menyukai