Uts Hukum Pidana 1 Hans Raynadhi (338) Kelas G

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Nama: Hans Raynadhi

NIM: 201910110311 (338)


Kelas: G
Tugas UTS Hukum Pidana I

(Ilustrasi Kasus Ajaran Kausalitas)

1. Teori Conditio Sine Qua Non dari (von Buri)


Ilustrasi Kasus:
“Prabowo berniat membunuh Jokowi dengan menusukkan sebilah pisau di bagian
jantungnya, tetapi ternyata tusukan pisau Prabowo meleset dan tidak mengenai organ vital
Jokowi sehingga hanya melukainya saja, karena tidak berhasil membunuhnya lalu Prabowo
pun melarikan diri. Kemudian dengan segera Jokowi mencari tumpangan untuk menuju
rumah sakit dan berhasil mendapatkan taksi. Dalam perjalanannya ke rumah sakit, ternyata
taksi yang ditumpangi oleh Jokowi mengalami kecelakaan karena sopir taksi tersebut
berkendara secara ugal-ugalan dan juga melanggar peraturan lalu-lintas sehingga kecelakaan
itu memperburuk keadaan Jokowi dan akhirnya ia meninggal dunia saat itu juga.”
Penjelasan:
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh von Buri yang mendalilkan bahwa tiap syarat
adalah sebab, dan semua syarat itu nilainya sama. Yang artinya tanpa adanya syarat itu, suatu
akibat tertentu tidak akan muncul. Maka “penyebab” dari meninggalnya Jokowi ialah tidak
hanya karena ia mengalami “kecelakaan”, tetapi juga karena ia telah “ditusuk” oleh Prabowo
sebelumnya, yang dimana hal ini menunjukkan bahwa teori von Buri ini mendalilkan
hubungan kausalitas yang terbentang tanpa akhir, ditinjau dari tiap-tiap “sebab” hakikatnya
merupakan “akibat” dari “sebab” yang terjadi sebelumnya. Sebab menurut logika teori von
Buri, baik luka tusukan pisau maupun dampak kecelakaan sama-sama merupakan syarat
untuk timbulnya “akibat” yakni kematian Jokowi yang nilainya sama atau setara. Artinya
apabila salah satu syarat misalnya luka tusukan dihilangkan, maka akibatnya juga akan
berubah dari akibat yang timbul apabila tidak ada syarat yang dihilangkan dan tentunya
akibat yang ditimbulkan jika ada syarat yang dihilangkan bisa saja tidak sampai
mengakibatkan kematian Jokowi. Dengan demikian, berdasarkan teori Conditio Sine Qua
Non, semua syarat mempunyai andil/peranan yang sama untuk menimbulkan adanya suatu
akibat, maka dalam hal ini “penyebab” kematian Jokowi adalah “Prabowo” dan “Sopir taksi”
karena keduanya menyebabkan adanya syarat yang menjadi sebab serta bernilai sama dalam
mengakibatkan kematian Jokowi.
2. Teori Ubergewichstheorie dari (Binding)
Ilustrasi Kasus:
“Seorang tentara bernama Luhut mengalami kecelakaan latihan saat sedang berlatih
menjinakan ranjau darat yang tertanam di sekililing area kamp militernya, karena belum
menguasai hal tersebut maka ranjau yang ia tangani tiba-tiba meledak dan serpihan dari
ledakan ranjau masuk dan menancap di beberapa organ vital Luhut. Kemudian dengan segera
Luhut di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis, seorang dokter
bernama Susi pun berupaya sekuat tenaga untuk memberikan pertolongan medis dan
menyelamatkan Luhut, dengan cepat dan tanggap luka-luka Luhut pun langsung di jahit dan
diberi obat-obatan sesuai keluhan yang dialami oleh Luhut. Selang beberapa waktu
kemudian, tiba-tiba Luhut malah meninggal dunia. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap
jasad Luhut, ternyata di dalam organ vital Luhut masih terdapat beberapa serpihan logam
yang menancap karena ternyata dokter Susi lupa mengangkat dan membersihkan serpihan
benda asing di dalam organ vital Luhut dan telah melalukan kelalaian terhadap pasiennya itu
dengan bertindak gegabah langsung menjahit luka dan hanya memberikan obat-obatan saja
tanpa memperhatikan aspek utama yang menyangkut keselamatan pasien seperti adanya
serpihan logam di organ vital Luhut yang memicu adanya kegagalan sistem tubuh yang
mengakibatkan kematian Luhut.”
Penjelasan:
Menurut teori dari Binding, “sebab” dari suatu perbuatan ialah identik dengan perubahan
dalam keseimbangan antara faktor yang menghambat timbulnya akibat (negatif) dan faktor
(positif) yaitu faktor yang mempunyai peranan dalam timbulnya akibat yang kemudian faktor
positif itu lebih unggul dibanding faktor negatif. Maka berdasarkan ilustrasi kasus di atas,
terdapat dua faktor yakni upaya dokter Susi yang telah berusaha menyelamatkan Luhut
menjadi faktor yang menahan atau menghambat timbulnya suatu akibat (negatif) dan faktor
kelalaian dokter Susi dalam menangani pasiennya tersebut yang mempunyai peranan atas
timbulnya suatu akibat (positif) yaitu kematian Luhut. Dengan demikian, menurut teori
Binding satu-satunya “sebab” adalah syarat terakhir yang menghilangkan keseimbangan dan
memenangkan faktor positif itu, sehingga dalam kasus ini yang menjadi “penyebab”
kematian Luhut adalah faktor kelalaian dari dokter Susi yang merupakan syarat positif yang
lebih dominan atau mengalahkan faktor negatif serta menjadi syarat terakhir yang
meniadakan keseimbangan diantara kedua faktor tersebut. Oleh karena itu, meskipun dokter
Susi telah melakukan upaya pertolongan terhadap Luhut, tetapi karena kelalaian yang
dilakukannya itu pula menjadi penyebab yang mengakibatkan kematian Luhut, maka dokter
Susi tetap menjadi “penyebab” yang menimbulkan “akibat” yakni kematian Luhut.

3. Teori dari (Birkmeyer)


Ilustrasi Kasus:
“Seorang kakek tua sedang mengendarai sepeda motor menuju apotek untuk membeli
obat-obatan penyakit jantungnya yang seringkali kambuh. Namun ketika ia tiba-tiba hendak
berbelok di suatu persimpangan jalan, kakek tersebut tidak melihat adanya mobil yang melaju
dari arah yang berlawanan sehingga pengendara mobil tersebut pun berusaha sekuat mungkin
menginjak rem mobilnya sehingga menimbulkan bunyi atau suara yang sangat keras dan
nyaring dari gesekkan antara ban mobilnya dengan aspal jalan. Meskipun mobil tersebut
tidak menabrak sepeda motor kakek itu, tetapi kakek tersebut tiba-tiba jatuh pingsan dan
mengalami serangan jantung karena terkejut dan akhirnya kemudian kakek tua itu meninggal
dunia saat itu.”
Penjelasan:
Berdasarkan teori dari Birkmeyer, yang menyatakan bahwa “sebab” adalah “syarat yang
paling kuat”, dalam ilustrasi kasus tersebut terdapat beberapa syarat seperti yang diketahui
bahwa kakek tersebut memiliki latar-belakang berpenyakit jantung dan juga adanya gesekan
rem antara ban mobil dengan aspal yang menimbulkan suara atau bunyi yang sangat keras
dan nyaring sehingga mengejutkan kakek tersebut. Menurut teori Birkmeyer setelah suatu
peristiwa terjadi maka di antara sekian faktor yang berkaitan dengan peristiwa tersebut, tidak
semuanya merupakan “penyebab”. Karena “penyebab” hanyalah syarat yang paling berperan
atau mempunyai andil paling dominan atau paling kuat atas timbulnya suatu akibat
sedangkan faktor lain dianggap hanya sebagai syarat. Maka berdasarkan perspektif teori dari
Birkmeyer ini dapat diketahui yang menjadi “penyebab” yang mengakibatkan kematian
kakek tua tersebut adalah disebabkan faktor “serangan penyakit jantung” karena menurut
kenyataannya setelah peristiwa itu terjadi secara konkrit faktor serangan penyakit jantunglah
yang menjadi syarat paling berperan dan paling kuat pengaruhnya (adequat) dalam menjadi
“sebab” yang mengakibatkan kematian kakek tua itu.
4. Teori subyektif dari (von Kries)
Ilustrasi Kasus:
“Seorang Asisten Rumah Tangga (ART) bernama Puan sangat menginginkan majikannya
untuk segera mati agar bisa mengambil harta kekayaan majikannya tersebut. Terlintas dalam
benak Puan untuk meracuni majikannya agar tewas. Puan tentu sepenuhnya sadar, paham dan
tahu benar akan dampak yang ditimbulkan dari meminum racun yang dapat mengakibatkan
kematian seketika, maka Puan pun membuatkan segelas kopi yang telah dicampur dengan
racun sianida lalu menyuguhkannya kepada majikannya. Kemudian setelah kopi sianida itu
diminum, seketika itu juga majikannya tewas mengenaskan karena keracunan.”
Penjelasan:
Dalam teori subyektif dari von Kries, menyatakan bahwa pandangan atau pengetahuan si
pelakulah yang menentukan. Suatu perbuatan baru dianggap sebagai “sebab” yang adequat
apabila si pelaku dapat mengira-irakan ataupun membayangkan akan terjadinya suatu akibat.
Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, maka sudah jelas bahwa Puan sebagai pelaku
pembunuhan majikannya ini paham dan mengerti serta tentunya dapat membayangkan dan
memperkirakan akibat apa yang ditimbulkan dari perbuatan yang dilakukannya yakni
meracuni majikannya sehingga meninggal dunia. Maka “penyebab” dari timbulnya suatu
akibat ialah karena Puan secara sadar dan dengan kesengajan meracuni majikannya dengan
racun sianida yang dicampur dalam segelas kopi hingga menimbulkan “akibat” yakni
kematian majikannya itu sendiri. Sebab, perbuatan meracuni orang itu pada umumnya
mempunyai kadar/kans untuk menimbulkan akibat kematian seseorang. Dan sesuai dengan
teori subyektif von Kries yang mendalilkan bahwa “sebab” adalah apa yang oleh si pelaku
diketahuinya dapat menimbulkan akibat.
5. Teori Obyektif dari (Rumelin)
Ilustrasi Kasus:
“Terjadi suatu insiden tenggelamnya sebuah kapal yang di pimpin oleh kapten Philip,
yang dimana insiden tenggelamnya kapal tersebut mengakibatkan tewasnya 10 orang
penumpang umum di kapal tersebut. Setelah ditelusuri ternyata penyebab tenggelamnya
kapal tersebut adalah karena pengaruh kelebihan muatan kapal. Yang dimana pengelolaan,
pengaturan, pemasukan serta pemuatan kapal ini menjadi tanggung-jawab bagi pemimpin
ekspedisi kapal tersebut yakni kapten Philip yang notabene malah tidak memperdulikan
adanya peringatan-peringatan dari berbagai pihak terkait masalah kelebihan muatan kapal
saat hendak berangkat.”
Penjelasan:
Menurut teori obyektif dari Rumelin, yang menyatakan bahwa suatu perbuatan dianggap
sebagai “sebab” timbulnya akibat atau bukan, haruslah dilihat apakah perbuatan itu diketahui
ataupun pada umumnya diketahui (objektif), perbuatan itu dapat menimbulkan akibat yang
seperti itu. Berdasarkan kasus di atas, sadar atau tidak sadar meskipun misalnya pada
kenyataannya pemimpin kapal tersebut yakni kapten Philip tidak menyadari ataupun tidak
mengetahui dampak dari perbuatan yang dilakukannya itu berpotensi memberikan ancaman
bahaya bagi seluruh penumpang kapal, tetapi keadaan tersebut secara obyektif diketahui
bahwa membiarkan kapal dalam kondisi kelebihan muatan tentunya akan memberikan
potensi berbahaya bagi keselamatan penumpang kapal karena beresiko tenggelam dan
perbuatan yang dilakukan kapten Philip itu memang mempunyai kans untuk menimbulkan
akibat seperti itu. Berbeda dengan teori von Kries, teori Rumelin ini tidak bergantung
terhadap apa yang diketahui oleh pelakunya melainkan apa yang dapat diketahui secara
umum suatu perbuatan itu akan dapat menimbulkan suatu akibat tertentu pula. Maka yang
menjadi “penyebab” tenggelamnya kapal dan bertanggung-jawab atas insiden yang
menewaskan 10 orang penumpang umum kapal tersebut adalah kapten Philip oleh karena ia
sebagai pemimpin yang mengatur dan mengelola pemasukan atau pemuatan barang-barang
angkutan dan penumpang kapal itu tidak memperdulikan adanya peringatan berbagai pihak
berkaitan terlalu beratnya muatan kapal itu.

Anda mungkin juga menyukai