Anda di halaman 1dari 2

A.

Teori Belajar Behavioral

Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai
pengalaman baru. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon.

Ivan Pavlov melakukan penelitian terkait teori behaviorisme yang menggunakan


anjing sebagai percobaannya. Ia melihat bahwa anjing akan mengeluarkan air liur ketika
diberikan makanan, namun anjing tidak akan mengeluarkan air liur ketika dibunyikan
lonceng. Pavlov kemudian membunyikan lonceng bebarengan dengan makanan dalam waktu
penelitian. Apabila perbuatan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka dalam suatu ketika
hanya dengan membunyikan lonceng tanpa memberikan makanan, maka air liur anjing akan
keluar. Dalam hal ini, makanan dan lonceng disebut ransangan (stimulus). Dan air liur anjing
yang keluar adalah respon

nah jadi, Untuk mengaplikasikan teori ini, seorang guru perlu melakukan beberapa
proses, seperti memberikan dorongan supaya muridnya dapat merasakan rasa ingin tahu,
melakukan stimulus guna memperoleh respons siswa, dan melakukan penguatan
(reinforcement. Teori ini berfokus pada pendidik. Jadi, tantangannya adalah guru harus lebih
kreatif dalam menyampaikan suatu materi agar siswa tidak bosan.

B. Teori Belajar kognitif

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Teori belajar
kognitif tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan respons tetapi juga melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai
usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa itu sendiri.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, mencermati lingkungan,
mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

nah jadi, contoh penerapan pembelajaran kognitif di sekolah yaitu :

1. Pembelajaran yang aktif, maksudnya adalah siswa sebagai subjek belajar menjadi faktor
yang paling utama. Siswa dituntut untuk belajar dengan mandiri secara aktif
2. dengan praktek. Yaitu Belajar dengan menerapkan apa yang dipelajari agar siswa
mempunyai pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih dalam

3. Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak melakukan banyak kesalahan
dalam menggunakan kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
positif

4. Pemberian reinforcement yang berupa hadiah dan hukuman pada siswa. Saat melakukan
hal yang tepat harus diberikan hadiah untuk menguatkan siswa, hadiah tersebut bisa berupa
pujian, dan sebagainya. Dan sebaliknya memberikan hukuman atas kesalahan yang telah
dilakukan agar siswa menyadari dan tidak mengulangi lagi, hukuman tersebut bisa berupa:
teguran, nasehat, dan sebagainya tetapi bukan dalam hukuman yang berarti kekerasan

C. Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia


yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan
keinginan atau kebutuhannya tersebut, dengan bantuan fasilitas orang lain.

Dalam pembelajaran konstruktivistme, pendidik berperan membantu agar proses


pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Pendidik tidak mentransferkan
pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Menurut prinsip pembelajaran konstruktivisme, seorang pengajar
berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan
dengan baik yaitu;

a) Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab


b) Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan
siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya dan
mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, kemudian menyediakan sarana dan
pengalaman yang mendukung proses belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai