Nella Anggraini (19591151)
Nella Anggraini (19591151)
a. Perkembangan Emosi
b) Peran Belajar
Seorang anak akan lari keluar dari ruangan jika mereka ketakutan,
sedangkan anak lainnya mungkin akan nangis, dan anak lainnya lagi
mungkin akan bersembunyi dibelakang kursi atau dibelakang punggung
seseorang.
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat
kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah
berubah menjadi kuat.
Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut dalam arti bahwa
aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini adalah rasa takut. Yang paling
penting diantaranya ialah rasa malu (shyness), rasa canggung (embrassement),
rasa khawatir (worry), rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan
diterangkan berikut ini :
a) Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering
berjumpa. Dengan bertambahnya usia, hanya sedikit anak yang
menghindarkan diri dari pengalaman malu yang terjadi. Anak mungkin
malu dengan kehadiran tamu di rumah atau ada guru yang baru. Mereka
juga mungkin akan merasa malu saat orangtua atau teman sebaya melihat
dia menyanyi atau mengikuti drama di sekolah.
Anak-anak yang lebih tua menunjukan rasa malu dengan muka memerah,
dengan menggagap, dengan berbicara sesedikit mungkin, dengan tingkah
gugup seperti menariknarik telinga atau baju, dengan menolehkan wajah
ke arah lain, dan kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu untuk
menatap orang lain yang tidak dikenal.
b) Rasa Canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap
manusia, bukan pada objek atau situasi. Rasa canggung berbeda dari rasa
malu tidak disebabkan karena adanya orang yang tidak dikenal tetapi lebih
disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain terhadap
perilaku atau diri seseorang.
Reaksi paling umum dari rasa canggung adalah muka memerah, tingkah
yang gugup, bicara menggap, dan penghindaran dari situasi yang semula
membangkitkan emosi.
c) Rasa Khawatir
d) Rasa Cemas
Rasa cemas adalah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan
sakit yang mengancam atau tidak dibayangkan. Meskipun rasa cemas
berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun di pelbagai segi berbeda
satu sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar dibandingkan
dengan rasa takut. Rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata
tetapi tetapi oleh sesuatu yang dibayangkan.
Rasa cemas seringkali dijumpai pada masa sekolah awal dan cenderung
meningkat dikelas empat dan kelas enam. Anak-anak merasa cemas tidak
bahagia karena merasa tidak tentram. Mereka mungkin
mempermasalahkan diri sendiri karena mereka bersalah atas
ketidakmampuan mereka memenuhi harapan orangtua, guru, dan teman
sebaya, dan sering merasa kesepian serta disalah mengertikan.
Meninggi
a) Kondisi Fisik
b) Kondisi Psikologis
c) Kondisi Lingkungan
i) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang
terus menerus.
ii) Kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter
iii) Sikap orangtua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi
iv) Suasana otoriter di sekolah (Hurlock, 2009).
Hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa orang dilahirkan dalam keadaan
sudah bersifat sosial, tidak sosial, atau anti sosial dan banyak bukti sebaliknya
yang menunjukan bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Anak-
anak belajar searah dengan daur (siklus), dengan periode kemajuan yang pesat
didikuti garis mendatar (plateu).
Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak masih sangat
kurang merasa puas dengan kemajuan yang mereka peroleh dalam segi
perkembangan sosial (Hurlock, 2008).
1) Proses Sosialisasi
a) Pola pengaruh
b) Bidang pengaruh
i) Bidang Pertama
Keinginan menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. “Penyesuaian
diri” adalah perilaku yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan
kelompok.
e) Kepribadian
(Hurlock, 2008) 4)
Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Akhir
Anak yang tadinya selalu berbuat atas dorongan hati sekarang berusaha
menggunakan tolak ukur orang dewasa untuk menilai orang atau situasi.
Secara normal, semua anak menempuh beberapa tahap sosialisasi pada umur
yang kurang lebih sama. Sebagaimana pada jenis perkembangan yang lain,
anak yang pandai mengalami percepatan, sedangkan yang tidak cerdas
mengalami perlambatan. Kurangnya kesempatan untuk melakukan hubungan
sosial dan belajar bergaul secara baik dengan orang lain juga memperlambat
perkembangan yang normal.
Pada usia sekolah awal anak memasuki “usia gang” yaitu usia yang pada
saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi sosial adalah
tugas perkembangan yang utama pada periode ini. Anak menjadi anggota
kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam
mempengaruhi perilaku anak.
Gang yang umum adalah kelompok bermain, yang terdiri atas anak-anak
yang mempunyai minatbermain yang sama dan tujuannya yang utama adalah
bersenang-senang meskipun bersenang-senang itu adakalanya menjurus nakal.
Sejak usia 6 atau 7 tahun anak laki-laki dan anak perempuan biasanya merasa
tambah senang apabila berada di dalam kelompok yang sama jenis kelaminnya
(Hurlock, 2008).
1) Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat
terselesaikan atau berkurang, namun, anak dapat menyembunyikan rasa
takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai ”pengecut” atau ”bayi”.
2) Rasa takut yang sering terjadi.
a) Gagal di sekolah
b) Gertakan
a) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan,
membuat keputusan, membutuhkan izin / persetujuan, kesepian,
kemandirian, dan lawan jenis.
b) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan
seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan dari teman sebaya,
dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
4) Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa
takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi
overprotektif.
5) Anak perlu mengetahui bahwa orang – orang akan mendengarkan mereka dan
memahami perkataannya.
f. Sosialisasi
e) Kegiatan tim