Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIO EMOSIONAL

Nella Anggraini (19591151)

a. Perkembangan Emosi

Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang


menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan. Sebagai contoh, anak
yang lebih muda memperlihatkan ketidaksenangan semata-mata hanya dengan
menjerit dan menangis. Kemudian reaksi mereka semakin bertambah yang
meliputi perlawanan, melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar,
dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya umur maka reaksi yang
berwujud bahasa meningkat sedangkan gerak otot berkurang (Hurlock, 2009)

1) Kondisi Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Sejumlah studi tentang


emosi anak telah menyingkapkan bahwa perkembangan emosi mereka
bergantung sekaligus pada faktor pematangan dan faktor belajar dan tidak
bergantung semata-mata pada salah satunya. Kondisi tersebut antara lain: a)
Peran Pematangan

Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami


makna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan suatu
rangsangan, dalam jangka waktu yang lama, dan memutuskan ketegangan
emosi pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat dan
menduga mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anakanak
menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi
mereka pada usia yang lebih muda.

b) Peran Belajar

Kegiatan belajar turut menunjang pola perkembangan emosi pada


anak.metode belajar apa saja yang ada dan bagaimana metode tersebut
menunjang perkembangan emosi anak (Hurlock, 2009)

2) Ciri Khas Penampilan Emosi Anak

a) Emosi yang kuat


Anak bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang
remeh maupun yang serius.

b) Emosi Seringkali Tampak

Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi mereka meningkat dan


mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan
hukuman, maka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
membangkitkan emosi.

c) Emosi Bersifat Sementara

Dengan meningkatnya usia anak, emosi mereka menjadi lebih menetap.

d) Reaksi Mencerminkan Individualitas

Seorang anak akan lari keluar dari ruangan jika mereka ketakutan,
sedangkan anak lainnya mungkin akan nangis, dan anak lainnya lagi
mungkin akan bersembunyi dibelakang kursi atau dibelakang punggung
seseorang.

e) Emosi Berubah Kekuatannya

Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat
kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah
berubah menjadi kuat.

f) Emosi Dapat Diketahui Melalui Gejala Perilaku Anak mungkin tidak


memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka
memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun,
menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup seperti menggigit
kuku dan menghisap jempol (Hurlock, 2009).
3) Pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut

Ada sejumlah pola emosi yang berkaitan dengan rasa takut dalam arti bahwa
aspek yang paling berpengaruh dalam pola ini adalah rasa takut. Yang paling
penting diantaranya ialah rasa malu (shyness), rasa canggung (embrassement),
rasa khawatir (worry), rasa cemas (anxiety). Setiap pola emosi tersebut akan
diterangkan berikut ini :

a) Rasa Malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri
dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering
berjumpa. Dengan bertambahnya usia, hanya sedikit anak yang
menghindarkan diri dari pengalaman malu yang terjadi. Anak mungkin
malu dengan kehadiran tamu di rumah atau ada guru yang baru. Mereka
juga mungkin akan merasa malu saat orangtua atau teman sebaya melihat
dia menyanyi atau mengikuti drama di sekolah.

Anak-anak yang lebih tua menunjukan rasa malu dengan muka memerah,
dengan menggagap, dengan berbicara sesedikit mungkin, dengan tingkah
gugup seperti menariknarik telinga atau baju, dengan menolehkan wajah
ke arah lain, dan kemudian mengangkatnya dengan tersipu-sipu untuk
menatap orang lain yang tidak dikenal.

b) Rasa Canggung

Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap
manusia, bukan pada objek atau situasi. Rasa canggung berbeda dari rasa
malu tidak disebabkan karena adanya orang yang tidak dikenal tetapi lebih
disebabkan oleh keragu-raguan tentang penilaian orang lain terhadap
perilaku atau diri seseorang.

Reaksi paling umum dari rasa canggung adalah muka memerah, tingkah
yang gugup, bicara menggap, dan penghindaran dari situasi yang semula
membangkitkan emosi.

c) Rasa Khawatir

Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah


tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak
langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan
produk pikiran anak itu sendiri.

Hal-hal yang dikhawatirkan anak sangat dipengaruhi oleh apa yang


bermakna dalam kehidupan mereka pada saat itu. Kekhawatiran yang
paling umum berkisar pada masalah dirumah, keluarga, hubungan dengan
teman sebaya, dan masalah sekolah. Kekhawatiran tentang sekolah
berkisar pada keterlambatan tiba di sekolah, kegagalan dalam ujian,
mendapat teguran atau hukuman dari guru, menulis laporan, ketinggalan
pelajaran.

d) Rasa Cemas

Rasa cemas adalah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan
sakit yang mengancam atau tidak dibayangkan. Meskipun rasa cemas
berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun di pelbagai segi berbeda
satu sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar dibandingkan
dengan rasa takut. Rasa cemas tidak disebabkan oleh situasi yang nyata
tetapi tetapi oleh sesuatu yang dibayangkan.

Rasa cemas seringkali dijumpai pada masa sekolah awal dan cenderung
meningkat dikelas empat dan kelas enam. Anak-anak merasa cemas tidak
bahagia karena merasa tidak tentram. Mereka mungkin
mempermasalahkan diri sendiri karena mereka bersalah atas
ketidakmampuan mereka memenuhi harapan orangtua, guru, dan teman
sebaya, dan sering merasa kesepian serta disalah mengertikan.

4) Kondisi Yang Menunjang Timbulnya Emosionalitas Yang

Meninggi

a) Kondisi Fisik

Apabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang


buruk, atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka anak akan
mengalami emosionalitas yang meninggi.

i) Kesehatan yang memburuk ii) Kondisi yang


merangsang iii) Setiap gangguan yang kronis
iv) Perubahan kelenjar

b) Kondisi Psikologis

i) Pelengkapan intelektual yang buruk ii) Kegagalan mencapai tingkat


aspirasi iii) Kecemasan setelah pengalaman emosonal tertentu yang sangat
kuat

c) Kondisi Lingkungan
i) Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang
terus menerus.
ii) Kekangan yang berlebihan, seperti disiplin yang otoriter
iii) Sikap orangtua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindungi
iv) Suasana otoriter di sekolah (Hurlock, 2009).

5) Dampak Umum Dari Emosionalitas Yang Meninggi

a) Keadaan emosional yang menguat, sering atau menetap menggoncangkan


keseimbangan tubuh dan mencegah berfungsinya tubuh secara normal
b) Apabila keseimbangan tubuh terguncang emosi, perilaku anak menjadi
kurang teratur dibandingkan dalam keadaan normal, dan lebih menyerupai
perilaku anak yang lebih muda.
c) Goncangnya keseimbangan tubuh tercermin pada efisiensi mental yang
menurun, terutama dalam segi ingatan, konsentrasi, dan penalaran.
d) Nilai sekolah juga tampak dipengaruhi oleh ketegangan emosional,
kesulitan membaca, merupakan kesulitan yang umum pada anak yang
emosionalitasnya meninggi.
e) Emosionalitas yang meninggi mempengaruhi penyesuaian anak secara
langsung karena orang lain menilai atas dasar perilaku mereka. Emosional
yang meninggi mempengaruhi penyesuaian anak secara tidak langsung
karena penilaian sosial yang diterima anak mempengaruhi sikap dan
perilaku anak terhadap orang lain.
f) Penyesuaian sosial berkaitan dengan konsep diri anak, emosionalitas yang
meninggi menimbulkan dampak yang merugikan bagi perkembangan
pribadi (Hurlock, 2009).
c. Sosial

Hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa orang dilahirkan dalam keadaan
sudah bersifat sosial, tidak sosial, atau anti sosial dan banyak bukti sebaliknya
yang menunjukan bahwa mereka bersifat demikian karena hasil belajar. Anak-
anak belajar searah dengan daur (siklus), dengan periode kemajuan yang pesat
didikuti garis mendatar (plateu).
Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak masih sangat
kurang merasa puas dengan kemajuan yang mereka peroleh dalam segi
perkembangan sosial (Hurlock, 2008).

1) Proses Sosialisasi

Menurut Hurlock (2008) proses sosialisasi adalah sebagai berikut :

a) Belajar yang dapat diterima secara sosial

b) Memainkan peran sosial yang dapat diterima

c) Perkembangan sikap sosial

2) Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Perkembangan Sosial

Pada semua tingkatan umur, orang dipengaruhi oleh kelompok sosial


dengan siapa mereka mempunyai hubungan tetap dan merupakan tujuan
identifikasi diri. Pengaruh tersebut paling kuat pada masa anak-anak dan
sebagian masa remaja awal yaitu saat terjadinya kelunturan psikologis
(Hurlock, 2008).

a) Pola pengaruh

Sejak anak berumur 7 tahun tekanan kelompok menjadi lebih kuat


dibandingkan dengan umur sebelumnya atau tatkala anak-anak semakin
tumbuh. Ketika anak-anak memasuki sekolah, guru mulai memasukkan
pengaruh terhadap sosialiasi mereka, meskipun pengaruh teman sebaya
biasanya lebih kuat dibandingkan dengan guru atau orang tua. Pengaruh
yang kuat dari kelompok teman sebaya pada masa kanak-kanak akhir
sebagian berasal dari keinginan anak untuk dapat diterima oleh kelompok
dan sebagian lagi dari dari kenyataan bahwa anak menggunakan waktu
lebih banyak dengan teman sebaya.

b) Bidang pengaruh

Pengaruh kelompok terhadap perkembangan sosial anak terutama kuat


dalam tiga bidang, dan masing-masing bidang mempunyai peran penting
dalam penyesuaian pribadi dan sosial.

i) Bidang Pertama
Keinginan menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. “Penyesuaian
diri” adalah perilaku yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan
kelompok.

ii) Bidang Kedua

Membantu anak mencapai kemandirian dari orang tua dan menjadi


dirinya sendiri melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar
berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima
pandangan dan nilai-nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka, dan
mempelajari pola perilaku yang diterima kelompok. iii) Bidang Ketiga

Meskipun anak belum mengetahui mengapa orang lain menerima atau


menolaknya, anak menduga pendapat orang lain dan makna reaksi
orang lain. Jika pendapat oranglain menyenangkan, anak juga akan
menganggap dirinya sendiri menyenangkan (Hurlock, 2008).

3) Faktor yang mempengaruhi perbedaan pengaruh kelompok sosial

a) Kemampuan untuk dapat diterima kelompok

b) Keamanan karena status dalam kelompok


c) Tipe kelompok

d) Perbedaan keanggotaan dalam kelompok

e) Kepribadian

f) Motif menggabungkan diri

(Hurlock, 2008) 4)
Perkembangan Sosial pada Masa Kanak-Kanak Akhir

Perkembangan sosial mengikuti suatu pola, yaitu suatu urutan perilaku


sosial yang teratur, dan pola ini sama pada semua anak di dalam suatu
kelompok budaya. Umur sosialisasi yang benar dimulai dengan masuknya
anak secara resmi ke sekolah, yaitu ke kelas 1 sekolah dasar ataupun taman
kanakkanak.

Anak yang tadinya selalu berbuat atas dorongan hati sekarang berusaha
menggunakan tolak ukur orang dewasa untuk menilai orang atau situasi.
Secara normal, semua anak menempuh beberapa tahap sosialisasi pada umur
yang kurang lebih sama. Sebagaimana pada jenis perkembangan yang lain,
anak yang pandai mengalami percepatan, sedangkan yang tidak cerdas
mengalami perlambatan. Kurangnya kesempatan untuk melakukan hubungan
sosial dan belajar bergaul secara baik dengan orang lain juga memperlambat
perkembangan yang normal.

Setelah anak memasuki sekolah dan melakukan hubungan yang lebih


banyak dengan anak lain dibandingkan dengan ketika masa prasekolah, minat
pada kegiatan keluarga berkurang. Pada saat yang sama permainan yang
bersifat individual menggantikan permainan kelompok.

Pada usia sekolah awal anak memasuki “usia gang” yaitu usia yang pada
saat itu kesadaran sosial berkembang pesat. Menjadi pribadi sosial adalah
tugas perkembangan yang utama pada periode ini. Anak menjadi anggota
kelompok teman sebaya yang secara bertahap menggantikan keluarga dalam
mempengaruhi perilaku anak.

Gang yang umum adalah kelompok bermain, yang terdiri atas anak-anak
yang mempunyai minatbermain yang sama dan tujuannya yang utama adalah
bersenang-senang meskipun bersenang-senang itu adakalanya menjurus nakal.
Sejak usia 6 atau 7 tahun anak laki-laki dan anak perempuan biasanya merasa
tambah senang apabila berada di dalam kelompok yang sama jenis kelaminnya
(Hurlock, 2008).

5) Ciri khas gang anak-anak

a) Gang dikenal karena namanya, yang kebanyakaanggon diantaranya


diambil dari nama jalan atau blok tempat tinggal para anggota, atau dari
buku-buku atau komik popular, atau dari film.
b) Anggota gang menggunakan isyarat, kata tegoran, atau kode komunikasi
rahasia, atau suatu bahasa tersendiri untuk menjaga kerahasiaan mereka.
c) Gang anak-anak sering menggunakan tanda pengenal seperti topi, ban
lengan, atau atribut lainnya.
d) Gang kadang-kadang mempunyai upacara plonco untuk menguji
ketrampilanatau ketahanan fisik anggota baru, kesetiaan dalam kelompok,
dan untuk membuat setiap anggota merasa penting karenja mereka
diterima.
e) Tempat pertemuan gang yang dipilih gang sejauh mungkin mengurangi
campur tangan orang dewasa dan memungkinkan adanya kesempatan
maksimum untuk melakukan aktivitas yang disenangi.
f) Aktivitas gang meliputi semua bentuk permainan dan hiburan kelompok,
membuat sesuatu mengganggu orang lain, mencoba-coba, dan melibatkan
diri dalam aktivitas terlarang (Hurlock, 2008).
d. Ada beberapa tinjauan mengenai perkembangan psikososial anak usia sekolah
menurut Erikson.
1) Erikson menyatakan krisis psikososial yang dihadapi sebagai ”Industri
Versus Inferioritas”.
a) Hubungan dengan orang terdekat anak meluas hingga mencakup teman
sekolah dan guru.
b) Anak usia sekolah secara normal telah menguasai tiga tugas
perkembangan pertama (kepercayaan, otonomi, dan inisiatif) dan saat ini
berfokus pada penguasaan kepandaian (Industri).
c) Perasaan industri berkembang dari suatu keinginan untuk pencapaian.
d) Perasaan inferioritas dapat tumbuh dari harapan yang tidak realistis atau
perasaan gagal dalam memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk
anak. Ketika anak merasa tidak adekuat, rasa percaya dirinya akan
menurun.
2) Anak usia sekolah terikat dengan tugas dan aktivitas yang dapat ia selesaikan.
3) Anak usia sekolah mempelajari peraturan, kompetensi, dan kerja sama untuk
mencapai tujuan.
4) Hubungan sosial menjadi sumber pendukung yang penting semakin
meningkat.
e. Rasa takut dan stesor

1) Sebagian perasaan takut yang terjadi sejak masa kanak-kanak awal dapat
terselesaikan atau berkurang, namun, anak dapat menyembunyikan rasa
takutnya untuk menghindari dikatakan sebagai ”pengecut” atau ”bayi”.
2) Rasa takut yang sering terjadi.

a) Gagal di sekolah
b) Gertakan

c) Guru yang mengintimidasi.


d) Sesuatu yang buruk terjadi pada orang tua

3) Stresor yang sering terjadi

a) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih kecil, yaitu dipermalukan,
membuat keputusan, membutuhkan izin / persetujuan, kesepian,
kemandirian, dan lawan jenis.
b) Stresor untuk anak usia sekolah yang lebih besar yaitu kematangan
seksual, rasa malu, kesehatan, kompetensi, tekanan dari teman sebaya,
dan keinginan untuk menggunakan obat-obatan.
4) Orang tua dan pemberi asuhan lainnya dapat membantu mengurangi rasa
takut anak dengan berkomunikasi secara empati dan perhatian tanpa menjadi
overprotektif.
5) Anak perlu mengetahui bahwa orang – orang akan mendengarkan mereka dan
memahami perkataannya.
f. Sosialisasi

1) Masa usia sekolah merupakan periode perubahan dinamis dan kematangan


seiring dengan peningkatan keterlibatan anak dalam aktivitas yang lebih
kompleks, membuat keputusan,dan kegiatan yang memiliki tujuan.
2) Ketika anak usia sekolah belajar lebih banyak mengenai tubuhnya,
perkembangan sosial berpusat pada tubuh dan kemampuannya.
3) Hubungan dengan teman sebaya memegang peranan penting yang baru.
4) Aktivitas kelompok, termasuk tim olah raga, biasanya menghabiskan banyak
waktu dan energi.
g. Bermain dan mainan

1) Bermain menjadi lebih kompetetif dan kompleks selama periode usia


sekolah.
2) Karakteristik kegiatan meliputi tim oleh raga, klub rahasia, aktivitas ”geng”,
pramuka atau organisasi lain. Puzzle yang rumit, koleksi, permaianan papan,
membaca, dan mengagumi pahlawan tertentu.
3) Peraturan dan ritual merupakan aspek penting dalam bermain dan
permaianan.
4) Mainan, permainan, dan aktivitas yang meningatkan pertumbuhan dan
perkembangan meliputi:
a) Permainan kartu dan papan bertingkat yang rumit.

b) Buku dan kerajinan tangan.

c) Musik dan seni.

d) Kegiatan olah raga

e) Kegiatan tim

f) Video game (Tingkatkan pemantauan orang tua terhadap isi permainan


untuk menghindari pajanan terhadap perilaku kekerasan dan seksual yang
tidak dikehendaki).
h. Disiplin

1) Anak usia sekolah mulai menginternalisasikan pengendalian diri dan


membutuhkan sedikit pengarahan dari luar. Mereka melakukannya, walaupun
membutuhkan orang tua atau orang dewasa lain yang dipercaya untuk
menjawab pertanyaan dan memberikan bimbingan untuk membuat
keputusan.
2) Tanggung jawab pekerjaan rumah tangga membantu anak usia sekolah
merasa bahwa mereka merupakan bagian penting keluarga dan meningkatkan
rasa pencapaian terhadap prestasi mereka.
3) Izin mingguan, diatur sesuai dengan kebutuhan dan tugas anak, membantu
dalam mengajarkan keterampilan, nilai, dan rasa tanggung jawab.
4) Ketika mendisiplinkan anak usia sekolah, maka orang tua dan pemberi
asuhan lain harus menyusun batasan yang konkret dan beralasan
(memberikan penjelasan yang meyakinkan) serta mempertahankan peraturan
sampai batas minimal.( Muscari, 2005 )

Anda mungkin juga menyukai