NIM : 01012180099
Tujuan perpajakan internasional adalah untuk membiayai kegiatan pemerintah dalam rangka
menyediakan barang dan jasa publik yang diperlukan oleh seluruh rakyat Indonesia, juga
untuk mengatur perilaku warga untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu
juga pemerintah ingin menekan pajak yang menghambat investasi dan perdagangan, dengan
tujuan agar perdagangan antar negara dapat semakin maju, laju investasi di setiap negara
terdorong, salah satu caranya dengan melakukan penghindaran pajak berganda.
Dampak atas penyimpangan ini adalah adanya permasalahan disisi perpajakan karena setiap
negara memiliki peraturannya masing-masing dalam hal mengatur perpajakan, baik atas
penduduk maupun bukan penduduk, yang prinsip ini berdampak terhadap subyek dan obyek
pajak luar negeri. Misalnya, pemberlakuan transfer pricing yang berdampak terhadap
berkurangnya pendapatan negara yang bersangkutan dari sisi perpajakannya. Juga dapat
muncul pajak berganda internasional yang mengatur khususnya sehingga terjadi benturan
dalam hukum pajak antar negara. Maka dari itu, jika tidak dilakukan upaya pencegahan,
dapat terjadi peningkatan biaya yang tinggi dalam ekonomi global.
Konsep worldwide income yaitu PPh akan dikenakan di negara domisili, baik yang
didapatkan dari dalam negeri maupun dari luar negeri, sesuai tercantum dalam pasal 4 ayat
(1) UU PPh.
Contoh: Tn. A adalah warga negara Indonesia yang memperoleh penghasilan dari Indonesia
dan Singapura. Oleh karena Indonesia menggunakan prinsip worldwide income, maka Tn. A
akan dikenakan PPh atas penghasilan yang didapatkan baik dari Indonesia maupun
Singapura.