Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PENYAKIT PERIODONTITIS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :

1. SRI EKA ALDAYANTI LATIF (PO713261181042)


2. RATIH NURFITRAH (PO713261181033)
3. SRI GUSNAINI MILENIA H (PO713261181043)

PEMBIMBING :
HUDZAIFAH, A.Md.KG

MAHASISWA MAGANG D-III


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : PENYAKIT PERIODONTITIS

OLEH :
1. SRI EKA ALDAYANTI LATIF (PO713261181042)
2. RATIH NURFITRAH (PO713261181033)
3. SRI GUSNAINI MILENIA H (PO713261181043)

Telah Diperiksa

Pada Tanggal 4 Juni 2021

Oleh :

Pembimbing

(HUDZAIFAH, A.Md.KG)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas berkat rahmat Allah subhanahu wata’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada nabi kita Muhammad
sallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya , sahabat sahabatnya, dan kita
selaku umatnya hingga akhir zaman.
Kami mengharapkan saran dan kritk yang sifatnya membangun, demi
perbaikan dalam makalah ini yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat
sebagai sumbangsih penulis demi menambah pengetahuan terutama bagi pembaca
umumnya dan bagi penulis khususnya Akhir kata kami sampaikan terima kasih
semoga Allah Subhanahu wata’ala senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 2 Juni 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rongga mulut terdiri dari gigi dan struktur penunjangnya. Struktur


penunjangnya adalah gingiva, jaringan periodontal dan tulang alveolar.
Dimana antara gigi dan struktur penunjangnya saling berhubungan, apabila
salah satunya mengalami kelainan/cedera maka akan berdampak pada
struktur lainnya, oleh karena itu sangat perlu untuk menjaga kesehatan gigi
dan struktur pendukungnya agar keseimbangan di dalam rongga mulut tetap
terjaga.
Pada keadaan yang sehat gingiva biasanya keras, berwarna merah
muda, mempunyai tepi setajam pisau, dan tidak berdarah saat dilakukan
penyondean. Daerah leher gingiva atau sulkus biasanya dangkal dan
epithelium jungsional melekat erat pada enamel. Gambaran ini mencerminkan
keseimbangan yang stabil namun dinamis dari suatu jaringan yang sehat
(Manson dan Eley., 1993).
Penyakit periodontal adalah merupakan salah satu penyakit gigi dan
mulut yang kronis, tidak sakit dan berjalan lambat. Penyakit ini biasanya
tidak menimbulkan keluhan, sehingga penderita penyakit ini tidak menyadari
adanya perubahan patologis pada jaringan penyangga gigi. Penderita penyakit
periodontal baru menyadari bila penyakit ini telah mencapai fase puncak,
yang akan menyebabkan tanggalnya gigi. Keadaan tersebut terjadi bila
penyakit periodontal berasal dari periodontium.
Ligamen periodontal adalah jaringan konektif yang mengelilingi gigi
dan mengikatnya ke tulang. Ligamen periodontal berfungsi melindungi
pembuluh darah dan saraf, perlekatan gigi terhadap tulang dan pertahanan
benturan keras akibat tekanan oklusal. Tulang alveolar adalah jaringan keras
yang tersusun dari lapisan-lapisan tulang yang berfungsi sebagai penyangga
gigi. Sementum adalah bagian yang menyelimuti akar gigi, bersifat keras,
tidak memiliki pembuluh darah dan berfungsi sebagai perlekatan ligamen
periodontal.
Gingivitis dan periodontitis merupakan penyakit periodontal yang
sering ditemui. Gambaran klinis dari gingivitis atau inflamasi gingiva yaitu
gingiva berwarna merah sampai kebiruan dengan pembesaran kontur gingiva
karena edema dan mudah berdarah jika diberikan stimulasi seperti saat makan
dan menyikat gigi (Campbell and Mitchell., 2004).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dari makalah ini yaitu :
1) Apakah pengertian dari periodontitis?
2) Apa saja ciri-ciri penyakit periodontitis?
3) Bagaimana cara pengobatan penyakit periodontitis?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui apa itu penyakit periodontitis.
2) Untuk mengetahui ciri-ciri penyakit periodontitis.
3) Untuk mengetahui pengobatan penyakit periodontitis.

D. Manfaat Penulisan
1) Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman belajar
mengenai penyakit periodontitis.
2) Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat menganai penyakit
periodontitis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Literatur Pustaka

1. Pengertian Periodontitis
Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan
penyokong gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik,
mengakibatkan kerusakan progresif pada ligament periodontal dan tulang
alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau keduanya. Penampakan
klinis yang membedakan periodontitis dengan gingivitis adalah
keberadaan kehilangan perlekatan (attachment loss) yang dapat dideteksi.
Hal ini sering disertai dengan pembentukan poket periodontal dan
perubahan densitas serta ketinggian tulang alveolar dibawahnya. Pada
beberapa kasus, resesi gingiva marginal dapat menyertai attachment loss,
yang menyembunyikan perkembangan penyakit apabila hanya dilakukan
pengukuran kedalaman poket tanpa dilakukan pengukuran tingkat
perlekatan klinis (Carranza et al.,2002)
Jaringan periodontal adalah jaringan di sekitar gigi yang terdiri atas
gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar. Jaringan
periodontal berfungsi untuk mempertahankan gigi pada tempatnya dan
sebagai tempat tertanamnya gigi. Fungsi lain dari jaringan periodontal,
yaitu memelihara perkembangan gigi serta jaringan di sekitarnya,
mempertahankan daerah jaringan gingiva pada gigi, serta melindungi
pembuluh darah dan syaraf terhadap trauma mekanik selama gigi
berfungsi.
Jika kerusakan terjadi pada jaringan periodontal, maka dapat
mengakibatkan terganggunya fungsi-fungsi tersebut. Keluhan yang terjadi
bervariasi, dari ringan hingga berat. Kerusakan jaringan yang paling
ringan dan terjadi pada gingiva disebut gingivitis, sedangkan keluhan
jaringan periodontal yang lebih dalam disebut periodontitis.
Gambar 1. Jaringan periodontal. Terdiri dari gingiva, sementum, ligamen
periodontal, dan tulang alveolar.

2. Ciri-Ciri Penyakit Periodontitis


Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan
konsistensi serta pendarahan pada saat probing, tidak selalu menjadi
indikator positif terjadinya attachment loss. Namun, timbulnya pendarahan
yang berkelanjutan pada saat probing dalam pemeriksaan yang berulang
telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap adanya inflamasi
dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah.
Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan
periodontitis agresif.
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan
kalkulus dan secara umum berkembang lambat, tetapi nampak periode
destruksi yang cepat. Peningkatan perkembangan periodontitis dapat
disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi akumulasi plak. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus
dan HIV dapat mempengaruhi pertahanan hospes; faktor lingkungan
seperti kebiasaan merokok dan stress juga dapat mempengaruhi respon
hospes terhadap akumulasi plak. Karakteristik berikut ditemukan pada
pasien dengan periodontitis kronis :
 Lebih prevalen pada orang dewasa namun juga dapat terjadi pada
anak-anak
 Besarnya kerusakan konsisten/sesuai dengan faktor lokal
 Berhubungan dengan pola variabel mikrobial
 Ditemukan kalkulus subgingiva
 Tingkat perkembangan penyakit lambat sampai sedang dengan
kemungkinan periode perkembangan yang cepat
 Dapat dimodifikasi atau berhubungan dengan : penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus dan infeksi HIV faktor lingkungan seperti
merokok dan stress emosional.
Lebih jauh, peridontitis kronis dapat disubklasifikasikan menjadi
bentuk localized dan generalized dan dibagi menjadi ringan, sedang atau
berat berdasarkan penampakannya, sebagai berikut:
 Localized : < 30% daerah yang terlibat
 Generalized : > 30% daerah yang terlibat
 Ringan : clinical attachment loss (CAL) 1-2 mm
 Sedang : clinical attachment loss (CAL) 3-4 mm
 Berat : clinical attachment loss (CAL) ≥ 5 mm
Sedangkan tanda klinis dari periodontitis kronis adalah :
1. Inflamasi gingiva dan pendarahan
Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status
kebersihan mulut. Bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi
pendarahan waktu penyikatan atau bahkan pendarahan spontan.
2. Poket
Secara teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket
sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari
epithelium krevikular, tetapi pembengkakan inflamasi sangat sering
mengenai individu usia muda sehingga poket sedalam 3-4 mm dapat
seluruhnya merupakan poket gingiva atau poket ‘palsu’. Poket sedalam
4 mm menunjukkan adanya periodontitis kronis tahap awal
3. Resesi gingiva
Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat menyertai periodontitis
kronis tetapi tidak selalu merupakan tanda dari penyakit. Bila ada
resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan cerminan
sebagian dari jumlah kerusakan periodontal seluruhnya.
4. Mobilitas gigi
Derajat mobilitas gigi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
 Grade 1. Hanya dirasakan
 Grade 2 mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mm
 Grade 3 pergeseran labiolingual lebih 1 mm, mobilitas dari gigi
ke atas dan ke bawah pada arah aksial
5. Migrasi gigi
Gerakan gigi (atau gigi-geligi) keluar dari posisi sebenarnya di
dalam lengkung rahang merupakan tanda umum dari penyakit
periodontal dan salah satu penyebab yang membuat pasien cemas.
Posisi gigi pada keadaan sehat dapat dipertahankan oleh keseimbangan
lidah, bibir dan tekanan oklusal. Bila jaringan penopang rusak, tekanan
ini menentukan pola migrasi gigi.
6. Nyeri
Salah satu tanda penting dari periodontitis kronis adalah absennya
nyeri dan sakit kecuali bila keadaan tersebut didahului oleh inflamasi.
Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi
aktif dari jaringan penopang, yang paling akut bila ada pembentukan
abses dimana gigi sangat sensitif terhadap sentuhan.
7. Kerusakan tulang alveolar
Resorpsi tulang alveolar dan kerusakan ligamen periodontal adalah
tanda paling penting dari periodontitis kronis dan merupakan salah satu
penyebab lepasnya gigi. Tanda radiografi yang pertama dari kerusakan
periodontal adalah hilangnya densitas tepi alveolar
8. Halitosis dan rasa tidak enak
Rasa dan bau yang mengganggu sering menyertai penyakit
periodontal terutama bila kebersihan mulut buruk. Inflamasi akut,
dengan produksi nanah yang keluar dari poket bila poket ditekan juga
menyebabkan halitosis
Dari tanda-tanda ini, poket dan kerusakan tulang alveolar adalah tanda
yang penting dari periodontitis kronis (Manson dan Eley., 1993)
Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada kecepatan
perkembangan penyakitnya yang sebaliknya terlihat pada individu yang
sehat, tidak adanya akumulasi besar plak dan kalkulus, dan riwayat
periodontitis agresif pada keluarga. Karakteristik berikut umumnya
ditemukan pada penderita periodontitis agresif :
 Pasien sehat secara klinis
 Attachment loss yang cepat dan destruksi tulang
 Besarnya deposit mikrobial inkonsisten/tidak sesuai dengan
keparahan penyakit
 Agregasi keluarga pada individu yang menderita
Karakteristik berikut umum tetapi tidak bersifat universal :
 Daerah yang terkena terinfeksi oleh Actinobacillus
actinomycetemcomitans
 Abnormalitas fungsi fagosit
 Makrofag hiperresponsif, peningkatan produksi PGE2 dan IL-1β
Lebih jauh, periodontitis agresif dapat diklasifikasikan menjadi localized
dan generalized berdasarkan penampakan umumnya dan penampakan
spesifik sebagai berikut :
 Localized :
 Onset penyakit terjadi pada saat usia pubertas
 Localized pada molar pertama atau insisivus dengan
proximal attachment loss pada setidaknya dua gigi
permanen yang salah satunya adalah molar pertama
 Respon serum antibodi yang kuat pada agen penginfeksi
 Generalized :
 Biasanya pada individu berusia dibawah 30 tahun (namun
dapat juga lebih dari 30 tahun)
 Proximal attachment loss tergeneralisir setidaknya pada tiga
gigi selain molar pertama dan insisivus
 Destruksi periodontal episodik
 Respon serum antibodi yang buruk pada agen penginfeksi
3. Cara Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Perodontitis
Pengobatan periodontitis bertujuan untuk mengurangi peradangan,
menghilangkan celah yang terbentuk di antara gusi dan gigi, serta
mengatasi penyebab peradangan gusi. Metode pengobatannya tergantung
tingkat keparahannya (Pane, 2020).
Pada periodontitis yang belum parah, metode pengobatan yang
dilakukan dokter adalah:
a. Scalling, untuk menghilangkan karang gigi dan bakteri dari
permukaan gigi atau bagian bawah gusi
b. Root planing, untuk membersihkan dan mencegah penumpukan
bakteri dan karang gigi lebih lanjut, serta untuk menghaluskan
permukaan akar
c. Pemberian antibiotik (bisa dalam bentuk minum, obat kumur atau
gel), untuk menghilangkan bakteri penyebab infeksi
d. Pencabutan gigi yang terdampak, agar tidak semakin parah dan
menyerang gigi di sekitarnya

Untuk periodontitis yang sudah parah, dokter akan melakukan


prosedur operasi, seperti:

a. Flap surgery, untuk mengurangi kantong atau celah gusi


b. Soft tissue grafts atau operasi cangkok jaringan lunak, untuk
mengganti jaringan yang rusak akibat periodontitis
c. Bone grafting atau operasi cangkok tulang, untuk memperbaiki
tulang-tulang di sekitar akar gigi yang telah hancur
d. Guided tissue regeneration, untuk merangsang pertumbuhan tulang
baru guna mengganti tulang yang hancur akibat infeksi
e. Tissue-stimulating proteins, untuk merangsang pertumbuhan
jaringan dan tulang baru

1. Scalling dan Root Planing


a. Pengertian Scalling dan Root Planing
Scalling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan
plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan akar gigi.
Sedangkan root planing merupakan suatu tindakan untuk
membersihkan dan menghaluskan permukaan akar dari jaringan
nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada
permukaan akar (sementum).
Pada kasus periodontitis, scalling dan root planing tidak dapat
dipisahkan. Tindakan scalling perlu diikuti dengan root planing
dengan harapan permukaan akar menjadi halus sehingga
menghambat akumulasi plak dan perlekatan kalkulus. Scalling dan
root planing merupakan terapi mendasar untuk perawatan penyakit
periodontal. Meskipun perawatan ini mempunyai keterbatasan,
antara lain: tidak dapat mencapai daerah poket dengan kedalaman
lebih dari 3mm dan tidak dapat mencapai daerah bifurkasi yang
merupakan cekungan pada akar gigi, namun scalling dan root
planing masih tetap merupakan perawatan utama, karena dapat
mengurangi inflamasi dan mengurangi kolonisasi bakteri di dalam
sulkus gingiva (Krismariono., 2018).

B. Alat Dan Bahan Yang Digunakan

Alat dan bahan yang digunakan dalam tindakan scalling dan root planning
antara lain sebagai berikut :

 Alat :
a) Kaca mulut

(melihat permukaan gigi yang tidak dapat di lihat langsung oleh mata dan
membantu memperluas daerah pekerjaan dengan menahan pipi, lidah, dan bibir)

b) Pinset

(menjepit kasa, kapas, tampon, dan cotton roll)

c) Sonde

(mencari karies dan kedalamannya, memeriksa adanya debris dan calculus)

d) Deppen glass
(Untuk meletakkan obat-obat)

e) Sickle scaler

(untuk mengambil supra/sub gingival calculus pada interdental space)

f) Currect scaler

(untuk mengambil subgingival calculus, jaringan cement, jaringan lunak dari


dinding pocket)

g) Hoe scaler
(untuk meratakan permukaan akar sehingga bebas dari calculus)

h) Chisel scaler

(untuk membersihkan calculus pada permukaan aproximal gigi anterior)

i) Suction

(untuk menghisap partikel droplets ataupun aerosol sehingga memberikan rasa


aman dan sehat pada pasien dan area kerja operator)
j) Ultrasonic scaler

 Bahan :
a) Handscoon

b) Masker

c) Brush
d) Rubber bur

e) Cotton pallet

f) Betadine

g) Tampon
Tahap Kerja
a) Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan
tindakan scalling dan root planning.
b) Pengaturan posisi kerja
c) Aplikasi antiseptik pada area kerja dengan menggunakan cotton
pellet dan pinset
d) Lakukan eksplorasi dengan menggunakan sonde half moon untuk
mengetahui letak perbatasan kalkulus
e) Gunakan sickle scalers untuk melakukan pembersihan kalkulus
supragingiva.
f) Gunakan kuret gracey untuk pembersihan kalkulus subgingiva
dan penghalusan akar:
g) Lakukan eksplorasi menggunakan sonde half moon untuk
mengetahui jika ada kalkulus tersisa
h) Lakukan polishing pada gigi geligi yang telah diskeling dengan
menggunakan rubber bur atau brush
i) Irigasi dengan menggunakan larutan antiseptik pada seluruh area
yang telah discalling..

Teknik Scalling
a. Teknik scalling kalkulus supragingiva
Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva.
Keuntungan lain adalah pada kalkulus subgingiva tidak dibatasi
oleh jaringan yang mengelilinginya. Hal ini merupakan
kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih
umum digunakan untuk scalling supragingiva, sedangkan hoe dan
chisel lebih jarang digunakan.
Tata cara scalling supragingiva diawali dengan penempatan
alat pada apikal dari kalkulus supragingiva, membentuk sudut 45°
- 90° terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan.
Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal
(koronal), horisontal maupun oblique mendorong maupun
mengungkit kalkulus sampai terlepas dari gigi. Scalling dilakukan
sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual
maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya: sonde).
Scalling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan
gigi dan permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat dengan ujung
yang tajam (sickle) hendaknya digunakan secara hati-hati karena
lebih mudah melukai jaringan lunak di bawahnya.

b. Teknik scalling dan root planing kalkulus subgingiva


Scalling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit
dibandingkan scalling supragingiva. Kalkulus subgingiva
umumnya lebih keras daripada supragingiva, selain itu kalkulus
subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit
dijangkau (misalnya daerah bifurkasi). Jaringan lunak yang
membatasi kalkulus subgingiva juga merupakan masalah, karena
pandangan operator menjadi terhalang, terutama jika saat
tindakan scalling, darah yang keluar cukup banyak maka
pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu operator
dituntut menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler
untuk mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva.
Pada scalling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi
sangat terbatas dengan adanya dinding poket yang
mengelilinginya. Oleh karena itu untuk mencegah trauma dan
kerusakan jaringan yang lebih besar, maka alat scaler harus
diaplikasikan dan digunakan secara hati-hati serta yang lebih
penting lagi adalah pemilihan alat dengan penampang yang tipis
agar mudah masuk ke dalam subgingiva. Selain itu operator
dituntut untuk menguasai morfologi gigi per gigi dengan berbagai
kemungkinan variasinya. Hal ini penting untuk membedakan
antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang variatif
dari permukaan akar.
Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah
titik kontak antara 2 gigi, yaitu daerah batas sementum dan
enamel (cemento-enamel junction / CEJ) karena pada daerah ini
terdapat cekungan yang lebih dalam dibanding CEJ pada
permukaan fasial maupun lingual/palatal. Kalkulus pada daerah
ini umumnya melekat erat pada cekungan, sehingga diperlukan
berbagai variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun
horisontal agar kalkulus dapat terlepas.
Tata cara scalling kalkulus subgingiva mirip dengan
scalling kalkulus supragingiva, hanya ada batasan-batasan
tertentu seperti yang tersebut di atas. Scalling subgingiva diawali
dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada apikal dari
kalkulus subgingiva, membentuk sudut 45° - 90° terhadap area
permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan gerakan yang
kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun
oblique mengungkit dan menarik kalkulus terlepas dari gigi.

Scalling dengan ultrasonic scaler

Scalling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk


menghilangkan kalkulus pada permukaan gigi dibanding scalling
dengan alat manual. Alat ini mempunyai ujung (tip) yang dapat
bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan
gigi. Alat ini dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan
menjadi lebih bersih karena permukaan gigi langsung dicuci
dengan air yang keluar dari alat ini.
Gerakan alat sama dengan gerakan denganscaler manual
tetapi tidak boleh ada gerakanmengungkit. Ujung scaler hanya
digunakkan untukmemecah kalkulus yang besar dengan cara
ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan
sampai kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan
permukaan gigi dari sisa kalkulus, maka tepi blade ultrasonic
scaler ditempelkan pada permukaan gigi kemudian digerakkan
dalam arah lateral (vertikal, horisontal dan oblique) ke seluruh
permukaan sampai diperkirakan halus. Kepekaan alat ini untuk
mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual scaler, sehingga
umumnya setelah dilakukan scalling dengan ultrasonic, maka
tetap disarankan scalling dan root planing dengan manual scaler.
Perlu ketrampilan khusus dalam penggunaanya, karena alat ini
dijalankan dengan mesin yang kadang sulit kita kontrol
gerakannya.

C. Teknik Asisteren
Teknik asisteren yang dilakukan pada tindakan scalling dan root planing
yaitu Four-Handed Dentistry.
1) Pengertian Four-Handed Dentistry
Four-handed dentistry adalah suatu teknik yang digunakan dalam
bidang kedokteran gigi sehingga dokter gigi dan perawat gigi secara
bersama-sama melakukan tindakan perawatan kepada pasien. Metode
ini bertujuan untuk mempercepat proses dan mengurangi kelelahan bagi
pasien dan tenaga kesehatan gigi.
Gerakan dalam Four-Handed Dentistry
Terdapat beberapa gerakan dalam four-handed dentistry, yaitu:
1) Kelas I
Hanya jari yang bergerak. Contoh: mengambil cotton roll.
2) Kelas II
Pergerakan jari dan pergelangan tangan. Contoh: mentransfer
alat ke operator.
3) Kelas III
Pergerakan jari, pergelangan tangan, dan siku. Contoh:
mengambil handpiece.
4) Kelas IV
Pergerakan tangan dan bahu. Contoh: supply tub atau
container.
5) Kelas V
Pergerakan seluruh torso. Contoh: gerakan berputar

2) Tujuan Four-Handed Dentistry


Metode ini bertujuan untuk mempercepat proses kerja, mengurangi
kelelahan bagi pasien dan tenaga kesehatan gigi, serta meningkatkan
kualitas pekerjaan. Tujuan lain dari four-handed dentistry, yaitu :
a) Mendapatkan hasil yang optimal dan kenyamanan saat bekerja.
b) Menghemat waktu kerja dokter gigi dengan menguasai urutan
prosedur pekerjaan.
c) Bekerja secara efisien dengan cara meletakkan peralatan dan bahan
yang disusun secara berurutan dengan tahap prosedur kerja yang
akan dilakukan.
d) Mendapatkan kepercayaan dari pasien dan membina hubungan
yang positif antara pasien dan dokter gigi.

3) Alasan Mengapa Four-Handed Dentistry Penting


Penggunaan metode four-handed dentistry akan menimbulkan
kerjasama yang baik antara dokter gigi dan asisten sehingga pekerjaan
yang dilakukan jauh lebih ringan. Karena itu, metode ini diharapkan
dapat mencegah terjadinya ketegangan otot akibat banyaknya pergerakan
dan kelelahan mata akibat perpindahan pandangan dokter gigi dari daerah
mulut pasien. Metode ini juga digunakan terutama untuk mencegah
gangguan mukoskeletal, yaitu gangguan yang meliputi tulang belakang
bagian atas dan bawah, bahu, dan pergelangan tangan, yang merupakan
faktor risiko pada dokter gigi.
4) Zona Four-Handed Dentistry

Gambar 3.5. Left-handed

Gambar 3.6. Right-handed

Zona dalam four-handed dentistry dibagi menjadi beberapa


bagian sesuai dengan arah jarum jam, yaitu:
1) Operator’s Zone (jam 7-12)
Tempat operator dapat mengakses dan melihat kavitas
oral dengan baik.
2) Assistant’s Zone (jam 2-4)
Tempat asisten dapat membantu dokter gigi dan dapat
mengakses instrumen dengan baik tanpa ada gangguan.
3) Transfer Zone (jam 4-7)
Tempat instrumen dan material ditransfer.
4) Static Zone (jam 12- 2)
Tempat diletakannya instrumen, peralatan, dan mobile
cabinet.

Cara kerja dokter-asisten saat melakukan scalling


a. Asisten mempersiapkan ruang kerja dokter.
b. Asisten memanggil pasien yang akan dirawat.
c. Dokter melakukan tahap anamnesis.
d. Asisten mempersilakan pasien untuk duduk dan memasangkan slaber ke
pasien.
e. Asisten menyiapkan alat yang diperlukan oleh dokter. Tangan kanan
dalam suatu waktu membantu mengeluarkan kelebihan saliva pasien jika
sudah mengganggu. Tangan kiri asisten membersihkan dan memberikan
alat ke dokter. Proses penerimaan alat dari dokter menggunakan jari
kelingking dan jari manis. Proses pemberian alat dengan menggunakan
ibu jari dan jari telunjuk.
f. Setelah selesai, pasien berkumur dan dokter memberikan instruksi untuk
datang kembali setelah 1 bulan 1 minggu
g. Asisten kembali membersihkan ruangan kerja dokter.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok
mikroorganisme tertentu, yang menghasilkan kerusakan ligamen
periodontal dan tulang alveolar dengan meningkatnya kedalaman poket
periodontal. Penyakit ini dapat di obati dengan melakukan scalling dan
root planning. Scalling merupakan tindakan perawatan untuk
menghilangkan plak, kalkulus dan stain pada permukaan mahkota dan
akar gigi. Sedangkan root planing merupakan suatu tindakan untuk
membersihkan dan menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik
maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar
(sementum).

2. Saran
Setelah mengetahui pengertian serta tanda-tanda kliniks dan juga
cara pengobatan terhadap penyakit periodontitis maka diharapkan kita
sebagai tenaga medis khusunya pada bidang kedokteran gigi agar lebih
mendalami dan memahami mengenai penyakit periodontitis terlebih
memahami bagaimana cara mengobati penyakit periodontitis.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai