Bondan Alie Raja Basya - M01 - 195080100111069
Bondan Alie Raja Basya - M01 - 195080100111069
EKOLOGI PERAIRAN
Oleh:
Bondan Alie Raja Basya (195080100111069)
Kelas: M01
Absen: 32
Supralitoral
Midlittoral Zone
Infralittoral
Pantai berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang habitatnya berhubungan dengan
interaksi antara pasir, gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai ini dapat ditemui
di daerah yang jauh dari pengaruh muara sungai maupun di kepulauan kecil yang
terpencil.
Makroorganisme yang hidup disini tidak sepadat dikawasan pantai berbatu, karena
kondisi lingkungannya organisme yang ada cenderung menguburkan dirinya ke
dalam substrat. Kawasan ini lebih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai
aktivitas rekreasi. Jenis pantai berpasir didominasi oleh 2 jenis pantai yang tersusun
atas pasir silica dan pantai berpasir yang terdiri dari pasir karbonat. Adapun
kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai berpasir terdiri
dari kelompok invertebrate dan makrofauna bentik.
Pembagian zona pada pantai berpasir dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Mean High Water of Spring Tides
2. Mean Tide Level
3. Mean Water Low of Spring Tides
Pantai berlumpur
Pantai Berlumpur. Pantai berlumpur merupakan pantai yang memiliki substrat yang
sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm dan memiliki tingkat bahan
organik yang tinggi, pantai ini juga banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang
menyebabkan teraduknya sedimen pantai secara periodik. Pantai berlumpur biasanya
berada pada daerah yang terlindung dari hempasan gelombang secara langsung
Sehingga pantai jarang terhantam ombak laut. Pantai berlumpur terbentuk di sekitar
muara sungai dan umum dekat dengan daerah estuaria. Tebal endapan lumpurnya
dapat mencapai satu meter atau lebih.
Pantai berlumpur di bagi menjadi 2 bagian:
1. Supralitoral
2. Litoral
2.4 Adaptasi Organisme di Zona Intertidal
a. Melekat kuat pada substrat, seperti pada batu, koral, karang, maupun bangkai
kapal yang tenggelam dan juga sampah yang tenggelam di dasar perairan.
b. Menyatukan dirinya pada dasar perairan.
c. Memiliki kaki yang kuat dan kokoh untuk mencekram substrat.
d. Melekat dengan kuat tetapi tidak permanen.
e. Mempertebal ukuran cangkang.
4. Tekanan Salinitas
Zona intertidal selalu mendapat pengaruh dari limpahan air tawar yang
menyebabkan masalah tekanan osmotik bagi organisme yang hidup pada zona ini.
Mayoritas organisme intertidal adalah osmokonformer, Osmokonformer merupakan
hewan yang tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik di dalam tubuhnya.
Adaptasi yang dilakukan untuk melindungi tubuh dari kekeringan dengan menutup
cangkang.
5. Reproduksi
Organisme intertidal mayoritas hidup menetap atau melekat, sehingga mereka
menghasilkan telur atau larva yang bersifat planktonik. Reproduksi dapat juga terjadi
secara periodik mengikuti irama pasang-surut tertentu, seperti misalnya pada pasang-
purnama.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari isi makalah ini adalah :
1. Daerah intertidal merupakan suatu daerah yang selalu terkena hempasan
gelombang tiap saat dan merupakan daerah yang terkecil dari semua daerah
yang terdapat di samudera dunia, merupakan pinggiran yang sempit sekali –
hanya beberapa meter luasnya – terletak di antara air tinggi (high water) dan
air rendah (low water).
2. Kondisi pada zona intertidal dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
3. Pembagian zonasi daerah intertidal berdasarkan material atau substrat
penyusun dasar perairan dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu : Tipe pantai
berbatu, Tipe pantai berpasir, Tipe pantai berlumpur.
4. Pola adaptasi organisme yang hidup pada zona Intertidal terdiri atas beberapa
faktor:
keseimbangan panas,
tekanan mekanik,
tekanan salinitas,
reproduksi.
Daftar Pustaka