NIM : 190102157
UNIT : 03
MATA KULIAH : HUKUM PERDATA
PRODI : HUKUM EKONOMI SYARIAH
C. Dasar Hukum
Dasar-dasar hukum perdata tertuang didalam pembagian Bab didalam KUHPerdata
yaitu:
a. Buku I
Perihal orang memuat tentang hukum diri seseorang dan hukum keluarga.
b. Buku II
Perihal benda memuat hukum perbendaan serta hukum warisan.
c. Buku III
Perihal perikatan memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban
yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
d. Buku IV
Perihal pembuktian dan lewat waktu (dasaluarsa) memuat perihal alat-alat
pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan hukum.
3. Hukum Orang
A. Pengertian
Hukum orang dapat diartikan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas meliputi
ketentuan-ketentuan mengenai orang sebagai subjek hukum dan kekeluargaan.
Sedangkan dalam arti sempit meliputi ketentuan orang sebagai subjek hukum.
B. Subyek hukum
Istilah subyek hukum berasal dari belanda yaitu recht subject atau law of subject
(Ingggris). Subyek hukum secara umum bermakna segala sesuatu yang mempunyai atau
memegang hak dan kewajiban yang disebut orang.
C. Orang
Orang menurut konsep hukum terdiri atas manusia dan badan huku.
D. Orang Cakap Hukum
Cakap yaitu sanggup melakukan sesuatu, mempunyai kemampuan dan pandai
melakukan sesuatu. Dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecakapan :
1. Psikologis
2. Fisiologis
3. Lingkungan
E. Pendewasaan
Salah satu standar yang sering digunakan untuk menilai batasan kecakapan adalah buku
III pasal 1330 BW, yang menyebut bahwa “ tidak cakap adalah mereka yang belum
dewasa, dibawah pengampuan, serta orang perempuan yang terikat perkawinan”
4. Domisili
Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, domisili atau tempat kediaman itu adalah
“tempat di mana seseorang dianggap hadir mengenai hal melakukan hak-haknya dan
memenuhi kewajibannya juga meskipun kenyataannya dia tidak di situ”. Menurut KUH
Perdata, tempat kediaman itu seringkali ialah rumahnya, kadang-kadang kotanya. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai tempat
tinggal di mana ia sehari-harinya melakukan kegiatannya atau di mana ia berkediaman
pokok. Kadang-kadang menetapkan tempat kediaman seseorang itu sulit, karena selalu
berpindah-pindah (banyak rumahnya). Untuk memudahkan hal tersebut dibedakan antara
tempat kediaman hukum (secara yuridis) dan tempat kediaman yang sesungguhnya.
A. Nama
Nama merupakan identitas seseorang. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) dan (2) UU
No.23/2000 tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa setiap anak berhak atas suatu
nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan yang dituangkan dalam suatu
akta kelahiran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nama menunjukan identitas
diri yang membedakan dengan individu yang lain. Lazimnya, sebuah nama diberikan
pada saat seseorang lahir. Dalam praktik, kerap timbul kondisi-kondisi yang
menyebabkan nama seseorang hendak diubah atau ditambahkan karena beragam
alasan. Tak jarang hal tersebut menimbulkan perbedaan antara nama yang tercantum
dalam Akta Kelahiran dengan nama yang tercantum pada dokumen lain seperti ijazah.
B. Tempat
Pengertian domisili adalah tempat dimana seseorang tinggal atau berkedudukan serta
punya hak dan kewajiban hukum. Tempat tinggal dapat berupa wilayah atau daerah dan
dapat pula berupa rumah kediaman atau kantor yang berada dalam daerah tertentu.
Menurut KUHPerdata, Domisili ada 4 macam :
1. Tempat tinggal yuridis: terjadi karena peristiwa hukum dan merupakan tempat
tinggal yang utama. Biasanya dikarenakan alasan kelahiran, mutasi atau
perpindahan. Sebagai bukti harus ada KTP, SIM, Papspor, atau akta pendirian
sebagai bukti Yuridis.
2. Tempat tinggal nyata : Bukti dengan keberadaan yang terus ada di tempat terus atau
keberadaan yang sesungguhnya.
3. Tempat tinggal pilihan: Adanya perjanjian atau pilihan yang dibuat oleh pihak
pembuatan perjanjian. Dibedakan lagi, dipilih dengan ketentuan hukum dan dipilih
secara bebas. Dibuktikan dengan adanya Akta autentik yang dibuat di notaris.
4. Tempat tinggal mengikuti orang lain : Karena suatu aturan yang mengatur tempat
tinggal istri mengikuti suami.
7. Hukum benda
A. Pengertian Benda dan Hak kebendaan
Benda ( zaak ) dalam arti yuridis (Pasal 499 KUH Perdata) adalah segala sesuatu
yang dapat menjadi objek hak milik. Benda sebagai objek yang berlawanan dengan
subjek dalam hukum yaitu orang dan badan hukum.
Dalam KUH Perdata, pengertian benda sebagai objek hukum tidak hanya
meliputi barang yang berwujud, namun juga barang yang tidak berwujud, meskipun
sebagian besar pasal-pasal dalam Buku II KUH Perdata mengatur mengenai benda
dalam arti berwujud.
Sistem hukum benda adalah sistem tertutup, artinya orang tidak dapat mengadakan
hak-hak kebendaan yang baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Jadi
hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas pada yang sudah ditetapkan dalam
undang-undang saja. Ini berlawanan dengan sistem hukum perjanjian atau perikatan,
yang menganut sistem terbuka, artinya orang dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian mengenai apapun juga, baik yang sudah ada aturannya dalam undang-
undang (KUH Perdata, KUH Dagang, peraturan khusus), maupun yang belum ada
pengaturannya sama sekali. Dengan perkataan lain mengenal “asas kebebasan
berkontrak”. Akan tetapi terhadap kebebasan ini ada pembatasannya, yaitu asal tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum.
B. Jenis-jenis Benda
Menurut sistem KUH Perdata, benda dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Benda bergerak, dapat dibedakan atas.
1. Benda bergerak karena sifatnya (Pasal 509 KUH Perdata) ialah benda yang dapat
dipindahkan. Misalnya: meja, kursi dll., atau dapat dipindah dengan sendirinya,
misalnya: ternak.
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUH Perdata) ialah
hak-hak atas benda yang bergerak misalnya, hak memungut hasil atas benda
bergerak, hak pemakaian atas benda bergerak, hak atas suratsurat berharga.
b. Benda tak bergerak, dapat dibedakan atas :
1. Benda tak bergerak menurut sifatnya: tanah dan segala sesuatu yang melekat di
atasnya misalnya: pohonpohon, tumbuh-tumbuhan.
2. Benda tak bergerak menurut tujuannya harus bersatu dengan benda tak
bergerak, misalnya: pada pabrik: segala sesuatu yang menyatu dengan pabrik
(mesin dan pabrik), pada perkebunan: segala sesuatu yang digunakan sebagai
pemanfaatan perkebunan atau perikanan (ikan dalam kolam), pada rumah
kediaman: seperti kaca dan paku-paku yang yang bersatu dengan dinding.
3. Benda tak bergerak menurut ketentuan undang-undang: berwujud hak-hak atas
bendabenda yang tak bergerak, misalnya: hak memungut hasil atas benda tak
bergerak, hak memakai atas benda tak bergerak dll.
c. Contoh
Perolehan bezit karena warisan menurut pasal 541 BW, yang menentukan
bahwa segala sesuatu yang merupakan bezit seorang yang telah meninggal,
berpindah sejak hari meninggalnya kepada ahli warisnya, dengan segala sifat dan
cacatnya.
B. Hak eigendom
1. Pengertian
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan sepenuhnya
dan sebebas-bebasnya asal tidak bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan
umum dan tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain. Hak milik adalah
hak yang paling sempurna, pemilik bisa menjual, menyewakan menggadaikan,
menukarkan. Jadi orang yang yang mempunyai hak milik atas suatu benda tidak boleh
sewenang-wanang dengan benda itu, ada batasan penggunaan hak milik itu.
2. Syarat
a. Merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan yang lain.
b. Kualitasnya merupakan hak yang selengkap-lengkapnya.
c. Bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang lain.
d. Mengandung inti (benih) dari hak kebendaan yang lain.
3. Contoh
binatang-binatang buruan di hutan, ikan-ikan di sungai, di laut dan di danau, buah-
buahan di hutan belantara serta hasil-hasil hutan lainnya dsb.
C. Hak opstal
1. Pengertian
Peraturan Burgerlijk Wetboek tentang hak opstal ini (pasal-pasal 711 - 719)
adalah agak aneh. Pada pasal 711 B.W. mulai dengan mengatakan, bahwa hak
opstal adalah suatu hak perbendaan (zakelijk recht) untuk mempunyai rumah-
rumah, bangunan dan tanaman-tanaman di atas tanah milik orang lain.
2. Syarat
hak opstal ini adalah sarna dengan hak erfpacht. Bedanya hanya mengenai hak atas
bangunan dan tanaman pada waktu terhentinya hak erfpacht atau hak opstal itu
3. Contoh
Tanah yang memliki hak Rumah-rumah atau bangunan di tanah orang lain.
D. Hak Erpacht
1. Pengertian
Hak Erfpacht dalam pasal 720 B.W. digambarkan sebagai hak untuk
menikmati hasil dari sebidang tanah milik orang lain secara seluas-luasnya
(volle genot hebben), dengan kewajiban membayar setiap tahun sejumlah
uang atau sejumlah hasil bumi (jaarlijksche pacht) kepada pemilik tanah selaku
pengakuan hak eigendom pemilik itu.
Perkataan "erf' ini tidak berarti "pekarangan" seperti halnya dalam
perkataan
"erfdienstbaarheid", melainkan berarti turon temurun ("eIVen" = mewarisi) guna
menyebutkan,
bahwa hak ini diwarisi oleh ahli waris dari si "erfpachter," kalau ia meninggal
dunia.
Hak erfpacht adalah sangat luas. Ini temyata dari pasal 721 ayat 1 B.W.
Menurut pasal tersebut erfpacht dapat memperlakukan tanah yang bersangkutan
hampir tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh seorang pemilik eigendom.
Batasnya, hanya ia tidak bo1eh berbuat sesuatu sehingga tanah itu menjadi
kurang harga nilainya. Sebagai contoh dikatakan oleh pasal 721 ayat 2, bahwa
erfpachter tidak dibolehkan melakukan penggalian batu liat dan lain lain bagian
dari tanah, kecuali bila tanah itu sudah mulai digali pada waktu hak erfpacthnya
diadakan.
2. Syarat
a. Tidak terkumpulnya hak eigendom dan hak erfpaeht di tangan seorang
(vennenging),
b. Tidak tanahnya musnah,
c. Tidak lampau waktu selama 30 tahund
d. Tidak lampau waktu, yang ditentukan pada saat hak erfpaeht diadakan. Kalau
waktu ini tidak ditentukan, maka sesudah 30 tahun, eigenaar tanah dapat
menghentikan hak erfpacht ini, asal saja ia memberitahukan hal itu kepada
erfpaehter sekurang-kurangnya satu tahun sebelumnya,
3. Contoh
Sewa tanah dengan jangka waktu, hanya ia tidak boleh berbuat sesuatu sehingga
tanah itu menjadi kurang harga nilainya.
B. Hak Gadai
1. Pengertian
Menurut pasal 1150 KUHPerdata gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkannya kepadanya oleh seorang
berutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kepuasan kepada
si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara di
dahulukan dari pada orang lain. Orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya
untuk menyelamatkannya setelah barang itu di gadaikan, biaya-biaya mana yang
harus didahulukan.
2. Syarat
a. Benda yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun
tidak berwujud.
b. Benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.
c. Perjanjian gadai merupakan perjanjian yang bersifat Accesoir yaitu adanya hak
dari gadai sebagai hak kebendaan tergantung dari adanya perjanjian pokok
misalnya perjanjian kredit.
d. Tujuan adanya benda jaminan, adalah untuk memberikan jaminan bagi
pemegang gadai bahwa di kemudian hari piutangnya pasti dibayar.
e. Pelunasan tersebut di dahulukan dari kreditur-kreditur lainnya.
f. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan di lunasi terlebih dahulu
dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
3. Contoh
Gadai emas, Kendaraan dll.
C. Hak Hipotek
1. Pengertian
Menurut pasal 1162 B.W hypotheek adalah suatu hak kebendaan atas suatu
benda yang tak bergerak, bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari
(pendapatan penjualan) benda itu.
Hak hipotek merupakan suatu hak jaminan kebendaan sebagai suatu hak
jaminan, hak hipotek tidak dapat berdiri sendiri melainkan bersifat accessoir,
tergantung dari suatu hubungan pokok lain
2. Syarat
Fase pertama : hipotek seperti halnya dengan gadai bersifat accessotr, ini
berarti hipotik diadakan sebagai tambahan belaka dari suatu petjanjian pokok,
yaitu perjanjian pinjarn meminjam uang. Karena itu untuk adanya petjanjian
hipotik itu pertama-tama harus lebih dulu ada persetujuan pokok yaitu
umpamanya persetujuan utang piutang itu.
Fase kedua : persetujuan utang piutang tersebut kemudian disusul dengan
persetujuan hipotik, dimana fihak yang bernutang (atau fihak ketiga yang mau
menanggung utang tersebut) berjanji untuk memberikan hipotik kepada si
berpiutang sebagai jaminan bagi pembayaran kembali utang tersebut, Berlainan
dengan persetujuan hipotik bersifat kebendaan.
3. Contoh
Dalam Hal Utang Piutang
D. Hak Istimewa
1. Pengertian
hak istimewa adalah hak yang didahulukan. Mengenai hak privilege dapat diliihat
dalam Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu suatu hal yang oleh
undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih
tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya
2. Syarat
a. Biaya-biaya perkara yang telah dikeluarkan untuk penyitaan dan penjualan
suatu benda atau yang dinamakan biaya-biaya eksekusi, harus diambilkan dari
pendapatan penjualan tersebut teriebih dahulu daripada privilege lain-
lainnya, bahkan terlebih dahulu pula daripada pand dan hypotheek.
b. Uang-uang sewa dari benda-benda yang tak bergerak (rumah atau persil)
beserta ongkos ongkos perbaikan yang telah dikeluarkan si pemilik rumah atau
persil, tetapi seharusnya dipikul oleh si penyewa, penagihan uang sewa dan
ongkos perbaikan ini mempunyai privilege terbadap barang-barang perabot
rumah (meubilair) yang berada dalam rumah atau di atas persil tersebut.
c. Harga barang-barang bergerak yang belurn dibayar oleh si pembeli jikalau ini
disita, si penjual barang mendapat privilege atas hasil penjualan barang itu.
d. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu benda, dapat
diambilkan teriebih dahulu dari hasil penjualan benda tersebut, apabila
benda itu disita dan dijual.
e. Biaya-biaya pembikinan suatu benda yang belurn dibayar, si pembikin barang ini
mendapat privilege atas pendapatan penjualan barang itu, apabila barang itu
disita dan dijual.
3. Contoh
Penagihan-penagihan karena pembelian bahan-bahan makanan untuk
keperluan orang yang berhutang beserta keluarganya, selama enam bulan yang
paling akhir.
E. Hak reklame
1. Pengertian
Hak reklame adalah suatu hak yang diberikan kepada penjual untuk meminta
kembali barangnya yang telah diterima oleh pembeli setelah pembeli membayar
tunai. Jadi, jika penjualan itu telah dilakukan secara tunai, maka penjual mempunyai
kekuasaan menuntut kembali barang-barangnya, selama barang-barang itu masih
berada di tangan pembeli, asal saja penuntutan kembali dilakukan dalam jangka
waktu 30 hari setelah penyerahan barang kepada pembeli.³
2. Syarat
Menurut undang-undang, hak penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan apabila :
a. Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal
1146)
b. Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad baik
dan telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a)
3. Contoh
F. Hak retentie
1. Pengertian
Hak retensi adalah hak untuk menahan sesuatu benda sampai suatu piutang
yang bertalian dengan benda itu dilunasi. Jadi, hak retensi merupakan jaminan
khusus yang diberikan kepada kreditur untuk menahan benda debitur, sampai
tagihan yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi lebih aman apabila
tertuju pada benda bergerak yang gampang dipindahkan dan berubah nilainya.
Selama pemegang gadai tidak menyalah gunakan barang yang diberikan dalam
gadai, maka si berpiutang tidak berkuasa menuntut pengembaliannya, sebelum ia
membayar sepenuhnya baik uang pokok maupun bunga dan biaya hutangnya, yang
untuk menjamin barang gadai telah diberikan, beserta segala biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan barang-barang gadai.
2. Syarat
Hak retensi diberikan kepada seseorang pemegang kedudukan berkuasa atas:
1. Biaya yang harus dikeluarkan olehnya guna menyelamatkan dan memperbaiki
keadaan kebendaan yang dikuasainya tersebut.
2. Menuntut kembali segala biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil-hasil
dari kebendaan yang dikuasainya tersebut (dalam hal benda tersebut adalah
tanah), selama dan sepanjang hasil-hasil itu pada saat penyerahan kembali akan
kebendaan yang bersangkutan belum terpisah dari tanah, tetapi tidak termasuk
pada :
a. segala biaya dan pengeluaran yang telah dikeluarkan guna memelihara
kebendaan itu semata-mata.
b. Biaya-biaya yang ia keluarkan guna memperoleh hasil-hasil yang ia karena
kedudukan berkuasanya berhak menikmatinya.
3. Contoh
Perusahaan Angkutan Umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau
penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan.
3. Sumber Perikatan
a. Perikatan yang lahir karena Perjanjian.
b. Perikatan yang lahir karena undangundang.
c. Perikatan lahir karena perbuatan melanggar hukum ( onrechtmatige daad ) dan
perwakilan sukarela ( zaakwaarneming ).
4. Hapusnya perikatan
a. Pembayaran
b. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan penitipan
c. pembaharuan hutang
d. perjumpaan hutang atau kompensasi
e. percampuran hutang.
f. pembebasan hutang
g. musnahnya barang yang terhutang
h. kebatalan/pembatalan
i. berlakunya suatu syarat batal dan
j. lewatnya waktu
12. Wanprestasi
1. Pengertian
Apabila si berhutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan akan
dilakukannya, maka dikatakan bahwa ia melakukan "wanprestasi". Ia adalah "alpa" atau
"lalai" atau "bercidra janji". Atau juga ia "melanggar peIjanjian", yaitu apabila ia
melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. Perkataan
"wanprestasi" berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi yang buruk.
2. Macam-Macam wanprstasi
Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam:
a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c.
melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
c. melakukan sesuatu yang menu rut peIjanjian tidak boleh dilakukannya.
3. Mulai Terjadinya Wanprestasi
Karena wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus
ditetapkan lebih dahulu apakah si berhutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan
kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim. Kadang-kadang juga
tidak mudah untuk mengatakan bahwa seorang lalai atau alpa, karena seringkali juga
tidak dipeIjanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi
yang dijanjikan. Dalam jual-beli barang misalnya tidak ditetapkan kapan barangnya
harus diantarkan ke rumah si pembeli, atau kapan si pembeli ini harus membayar uang
harga barang tadi.
4. Akibat Waterprestasi
Hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagi debitur yang lalai tadi ada empat
macarn, yaitu :
a. membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan
ganti-rugi.
b. pembatalan perjanjian atau juga dinarnakan "pemecahan" perjanjian.
c. peralihan risiko.
d. Membayar biaya perkara, kalau sarnpai diperkarakan di muka hakim.
14. Resiko
1. Perngertian
Resiko adalah kewajiban untuh memikul kerugian jikalau ada suatu kejadian di luar
kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian.
Pasal 1237 KUH Perdata menegaskan, bahwa dalam suatu perjanjian mengenai
pemberian suatu barang tertentu, sejak lahirnya perjanjian, barang tersebut sudah
menjadi tanggungan orang yang berhak menagih penyerahannya. Artinya, suatu
perjanjian yang meletakkan kewajiban hanya pada suatu pihak saja ( eenzijdige
overeenkomst ), misalnya suatu schenking .
2. Pengaturan Resiko dalam KUHP
a. Menurut Pasal 1460 KUH Perdata, perjanjian mengenai suatu barang yang sudah
ditentukan sejak ditutupnya, perjanjian barang itu sudah menjadi tanggungan
pembeli, meskipun belum diserahkan dan masih berada di tangan si penjual.
Dengan demikian, jika barang itu hapus bukan karena salahnya si penjual, si penjual
masih tetap berhak untuk menagih harga yang belum dibayar.
b. Berhubung dengan sifatnya, Pasal 1460 KUH Perdata sebagai kekecualian, menurut
pendapat yang lazim dianut, pasal tersebut harus ditafsirkan secara sempit, sehingga
ia hanya berlaku dalam hal suatu barang yang sudah dibeli, tetapi belum diserahkan
hapus. Keadaan ini tidak berlaku jika karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, si penjual tidak lagi dapat mengirimkan barangnya kepada si pembeli.
Dalam hal ini pernah diputuskan oleh hakim, si pembeli dibebaskan dari pembayaran
harga barang.
c. Dalam Pasal 1237 KUH Perdata ditegaskan bahwa “dalam hal adanya perikatan
untuk memberikan suatu barang tertentu, maka barang itu semenjak perikatan
dilahirkan, adalah tanggungan si berpiutang”. Perkataan tanggungan dalam pasal ini
sama dengan “risiko”. Dengan begitu, dalam perikatan untuk memberikan suatu
barang tertentu tadi, jika barang ini sebelum diserahkan, musnah karena suatu
peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, kerugian ini harus dipikul oleh “si
berpiutang”, yaitu pihak yang menerima barang itu. Suatu perikatan untuk
memberikan suatu barang tertentu, adalah suatu perikatan yang timbul karena
perjanjian sepihak. Dengan kata lain, pembuat undangundang tidak memikirkan
perjanjian timbal-balik, di mana pihak yang berkewajiban melakukan suatu prestasi
juga berhak menuntut suatu kontraprestasi.
REFERENSI :
1. https://3bookfree.blogspot.com/2015/10/download-buku-hukum-perdata.html
2. https://books.google.co.id/books?
id=19jYDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjf
pI2Tnb7pAhWI8XMBHf7iCfMQ6AEIMTAB#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
3. https://books.google.co.id/books?
id=1pR5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
fpI2Tnb7pAhWI8XMBHf7iCfMQ6AEIOTAC#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
4. https://books.google.co.id/books?
id=caPLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi
X4f7Rnb7pAhWHfn0KHYeeDFYQ6AEIVzAG#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
5. https://books.google.co.id/books?
id=c_pDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
Vsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6wEIMjAB#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
6. https://drive.google.com/file/d/1hu2gFgxCRoxEmHvHvdUC7fiYZQXAm7bc/view
7. https://books.google.co.id/books?
id=1pR5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
Vsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6AEINzAC#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
8. https://books.google.co.id/books?
id=caPLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
Vsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6AEIYTAH#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
9. https://books.google.co.id/books?
id=mZ8oDwAAQBAJ&pg=PA1&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwifyLef7ZvpA
hUA8XMBHXnpBoI4ChDoAQhaMAc#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
10. https://drive.google.com/file/d/1gg8oQiJJKoqvcIVsxkpqLdkGFklxH_69/view
11. https://drive.google.com/file/d/1SJYFG165IQtx1OxiO_qozBInfUkIM3O0/view
12. https://elibskripsi.blogspot.com/p/skripsi-hukum-perdata.html