Anda di halaman 1dari 22

NAMA : RAIHAN FITRI

NIM : 190102157
UNIT : 03
MATA KULIAH : HUKUM PERDATA
PRODI : HUKUM EKONOMI SYARIAH

1. Pengantar Hukum Perdata


A. Pengertian
Secara umum, pengertian hukum perdata yaitu semua peraturan yang mengatur hak
dan kewajiban perorangan dalam hubungan masyarakat.Hukum perdata disebut pula
dengan hukum private karena mengatur kepentingan perseorangan
B. Sejarah
Hukum perdata yang ada di Indonesia, tidak terlepas dari sejarah hukum perdata
Eropa, utamanya di Eropa kontinental berlaku Hukum Perdata Romawi sebagai hukum
asli dari negara di Eropa, disamping terdapat hukum tertulis dan kebiasaan setempat.
Namun, karena terdapat perbedaan peraturan pada masing-masing daerah menjadikan
orang mencari jalan yang mempunyai kepastian hukum dan kesatuan hukum.
Berdasarkan prakarsa dari Napoleon, di tahun 1804 yang terhimpun hukum perdata
yang bernama Code Civil de Francais atau disebut juga dengan Code Napoleon.
Di tahun 1809-1811, Perancis menjajah Belanda, lalu Raja Lodewijk Napoleon
menerapkan Wetboek Napoleon Ingeriht Voor het Koninkrijk Hollad yang berisi hampir
sama dengan Code Napoleon dan Code Civil de Francais untuk diberlakukan sebagai
sumber hukum perdata di Belanda. Sesudah penjajahan berakhir dan Belanda disatukan
dengan Perancis, Code Napoleon dan Code Civil des Francais tetap diterapkan di
Belanda Di tahun 1814, Belanda mulai membuat susunan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Sipil). Dengan dasar kodifikasi hukum Belanda dibuat oleh MR.J.M.KEMPER
yang disebut ONTWERP KEMPER tetapi sebelum menyelesaikan tugasnya, di tahun 1824
Kemper meninggal dunia dan kemudian diteruskan oleh NICOLAI yang menjabat sebagai
Ketua Pengadilan Tinggi Belanda.

C. Dasar Hukum
Dasar-dasar hukum perdata tertuang didalam pembagian Bab didalam KUHPerdata
yaitu:
a. Buku I
Perihal orang memuat tentang hukum diri seseorang dan hukum keluarga.
b. Buku II
Perihal benda memuat hukum perbendaan serta hukum warisan.
c. Buku III
Perihal perikatan memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban
yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
d. Buku IV
Perihal pembuktian dan lewat waktu (dasaluarsa) memuat perihal alat-alat
pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan hukum.

D. Hukum Perdata di Indonesia


Bersumber dari :
a. Undang-Undang
b. Hukum Adat
c. Hukum Islam
d. Hukum Agama Selain Islam
e. Yurispudensi
f. Perjanjian yang dibuat antara para pihak
g. Pendapat Ahli
h. Traktat. Khususnya yang berkenaan dengan perdata Internasional.

2. Ruang Lingkup Hukum Perdata


A. Ruang Lingkup Hukum Perdata
Mahasiswa akan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang Ruang Lingkup Hukum
Perdata: Istilah dan Pengertian Hukum Perdata, Sumber-sumber Hukum, Subjek dan
Objek Hukum Perdata serta Sistematika Hukum Perdata.
Sub Pokok Bahasan :
1. Istilah dan Pengertian Hukum Perdata
2. Sumber-sumber Hukum
3. Subjek dan Objek Hukum Perdata
4. Sistematika Hukum Perdata
B. Sistematika Hukum Perdata
Sistematika KUH Perdata yang ada dan berlaku di Indonesia, ternyata bila
dibandingkan dengan KUH Perdata yang ada dan berlaku di negara lain, tidaklah terlalu
jauh berbeda. Hal ini dimungkinkan karena mengacu atau dipengaruhi dari Hukum
Romawi (Code Civil). Adapun hal-hal yang diatur dalam KUH Perdata sebagaimana
berlaku di Indonesia saat ini ada 4 (empat) buku, (kecuali beberapa bagian yang sudah
dinyatakan tidak berlaku), yaitu:
a. Buku Kesatu tentang Orang (van persoon), yang memuat hukum mengenai Diri
Seseorang dan Hukum Keluarga, terdiri dari 18 bab.
b. Buku Kedua tentang Kebendaan (van zaken), yang memuat Hukum Benda dan
Hukum Waris, terdiri dari 21 bab.
c. Buku Ketiga tentang perihal Perikatan ( vanverbenten nissen ), yang teridiri dari 18
Bab
d. Buku Keempat tentang perihal Pembuktian dan Kadaluarsa (vanbewijs en
varjaring ), yang terdiri dari 7 Bab
Sistematika Hukum Perdata menurut ilmu pengetahuan, ada 4 (empat) bagian
a. Hukum Perorangan atau Badan Pribadi
b. Hukum Keluarga (familierecht).
c. Hukum Harta Kekayaan ( vermogenrecht).
d. Hukum Waris (erfrecht).

3. Hukum Orang
A. Pengertian
Hukum orang dapat diartikan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas meliputi
ketentuan-ketentuan mengenai orang sebagai subjek hukum dan kekeluargaan.
Sedangkan dalam arti sempit meliputi ketentuan orang sebagai subjek hukum.
B. Subyek hukum
Istilah subyek hukum berasal dari belanda yaitu recht subject atau law of subject
(Ingggris). Subyek hukum secara umum bermakna segala sesuatu yang mempunyai atau
memegang hak dan kewajiban yang disebut orang.
C. Orang
Orang menurut konsep hukum terdiri atas manusia dan badan huku.
D. Orang Cakap Hukum
Cakap yaitu sanggup melakukan sesuatu, mempunyai kemampuan dan pandai
melakukan sesuatu. Dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecakapan :
1. Psikologis
2. Fisiologis
3. Lingkungan
E. Pendewasaan
Salah satu standar yang sering digunakan untuk menilai batasan kecakapan adalah buku
III pasal 1330 BW, yang menyebut bahwa “ tidak cakap adalah mereka yang belum
dewasa, dibawah pengampuan, serta orang perempuan yang terikat perkawinan”

4. Domisili
Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, domisili atau tempat kediaman itu adalah
“tempat di mana seseorang dianggap hadir mengenai hal melakukan hak-haknya dan
memenuhi kewajibannya juga meskipun kenyataannya dia tidak di situ”. Menurut KUH
Perdata, tempat kediaman itu seringkali ialah rumahnya, kadang-kadang kotanya. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa setiap orang dianggap selalu mempunyai tempat
tinggal di mana ia sehari-harinya melakukan kegiatannya atau di mana ia berkediaman
pokok. Kadang-kadang menetapkan tempat kediaman seseorang itu sulit, karena selalu
berpindah-pindah (banyak rumahnya). Untuk memudahkan hal tersebut dibedakan antara
tempat kediaman hukum (secara yuridis) dan tempat kediaman yang sesungguhnya.
A. Nama
Nama merupakan identitas seseorang. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) dan (2) UU
No.23/2000 tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa setiap anak berhak atas suatu
nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan yang dituangkan dalam suatu
akta kelahiran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nama menunjukan identitas
diri yang membedakan dengan individu yang lain. Lazimnya, sebuah nama diberikan
pada saat seseorang lahir. Dalam praktik, kerap timbul kondisi-kondisi yang
menyebabkan nama seseorang hendak diubah atau ditambahkan karena beragam
alasan. Tak jarang hal tersebut menimbulkan perbedaan antara nama yang tercantum
dalam Akta Kelahiran dengan nama yang tercantum pada dokumen lain seperti ijazah.
B. Tempat
Pengertian domisili adalah tempat dimana seseorang tinggal atau berkedudukan serta
punya hak dan kewajiban hukum. Tempat tinggal dapat berupa wilayah atau daerah dan
dapat pula berupa rumah kediaman atau kantor yang berada dalam daerah tertentu.
Menurut KUHPerdata, Domisili ada 4 macam :
1. Tempat tinggal yuridis: terjadi karena peristiwa hukum dan merupakan tempat
tinggal yang utama. Biasanya dikarenakan alasan kelahiran, mutasi atau
perpindahan. Sebagai bukti harus ada KTP, SIM, Papspor, atau akta pendirian
sebagai bukti Yuridis.
2. Tempat tinggal nyata : Bukti dengan keberadaan yang terus ada di tempat terus atau
keberadaan yang sesungguhnya.
3. Tempat tinggal pilihan: Adanya perjanjian atau pilihan yang dibuat oleh pihak
pembuatan perjanjian. Dibedakan lagi, dipilih dengan ketentuan hukum dan dipilih
secara bebas. Dibuktikan dengan adanya Akta autentik yang dibuat di notaris.
4. Tempat tinggal mengikuti orang lain : Karena suatu aturan yang mengatur tempat
tinggal istri mengikuti suami.

5/6. Hukum Perkawinan


A. Pemgertian perkawinan hukum perdata
Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Dalam Pasal 26 KUH Perdata, perkawinan hanya
dilihat sebagai hubungan keperdataan saja.
Sedangkan menurut Undangundang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pasal
1 menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
B. Perkawainan dalam Islam
Perkawinan yang dalam istilah agama disebut “Nikah” ialah melakukan suatu akad
atau perjanjian untuk mengikatkan di antara seorang pria dan wanita untuk
menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah pihak, dengan dasar sukarela dan
keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga
yang diliputi rasa kasih sayang dan ketentraman dengan cara-cara yang diridhoi oleh
Allah
C. Syarat-syarat
Dalam KUH Perdata, untuk melaksanakan perkawinan yang sah, maka harus
memenuhi syarat-syarat sahnya perkawinan, yaitu:
1. Kedua pihak telah berumur sesuai dengan yang ditetapkan undangundang, yaitu
seorang laki-laki 18 tahun dan untuk perempuan 15 tahun.
2. Harus ada persetujuan dari ke dua pihak.
3. Untuk seorang perempuan yang sudah pernah kawin harus lewat 300 hari sesudah
putusnya perkawinan.
4. Tidak ada larangan dahm undangundang bagi kedua pihak.
5. Untuk pihak yang masih di bawah umur, harus ada izin dari orang tua atau walinya

D. Tata cara perkawinan


Sebelum perkawinan dilangsungkan, harus dilakukan lebih dahulu, yaitu:
1. pemberitahuan (aangifte) tentang kehendak akan kawin kepada Pegawai Pencatatan
Sipil (Ambtenaar Burgerlijke Stand), yaitu pegawai yang nantinya akan
melangsungkan pernikahan; 2. pengumuman (afkondiging) oleh pegawai tersebut,
tentang akan dilangsungkan pernikahan itu.

7. Hukum benda
A. Pengertian Benda dan Hak kebendaan
Benda ( zaak ) dalam arti yuridis (Pasal 499 KUH Perdata) adalah segala sesuatu
yang dapat menjadi objek hak milik. Benda sebagai objek yang berlawanan dengan
subjek dalam hukum yaitu orang dan badan hukum.
Dalam KUH Perdata, pengertian benda sebagai objek hukum tidak hanya
meliputi barang yang berwujud, namun juga barang yang tidak berwujud, meskipun
sebagian besar pasal-pasal dalam Buku II KUH Perdata mengatur mengenai benda
dalam arti berwujud.
Sistem hukum benda adalah sistem tertutup, artinya orang tidak dapat mengadakan
hak-hak kebendaan yang baru selain yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Jadi
hanya dapat mengadakan hak kebendaan terbatas pada yang sudah ditetapkan dalam
undang-undang saja. Ini berlawanan dengan sistem hukum perjanjian atau perikatan,
yang menganut sistem terbuka, artinya orang dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian mengenai apapun juga, baik yang sudah ada aturannya dalam undang-
undang (KUH Perdata, KUH Dagang, peraturan khusus), maupun yang belum ada
pengaturannya sama sekali. Dengan perkataan lain mengenal “asas kebebasan
berkontrak”. Akan tetapi terhadap kebebasan ini ada pembatasannya, yaitu asal tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban
umum.
B. Jenis-jenis Benda
Menurut sistem KUH Perdata, benda dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Benda bergerak, dapat dibedakan atas.
1. Benda bergerak karena sifatnya (Pasal 509 KUH Perdata) ialah benda yang dapat
dipindahkan. Misalnya: meja, kursi dll., atau dapat dipindah dengan sendirinya,
misalnya: ternak.
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUH Perdata) ialah
hak-hak atas benda yang bergerak misalnya, hak memungut hasil atas benda
bergerak, hak pemakaian atas benda bergerak, hak atas suratsurat berharga.
b. Benda tak bergerak, dapat dibedakan atas :
1. Benda tak bergerak menurut sifatnya: tanah dan segala sesuatu yang melekat di
atasnya misalnya: pohonpohon, tumbuh-tumbuhan.
2. Benda tak bergerak menurut tujuannya harus bersatu dengan benda tak
bergerak, misalnya: pada pabrik: segala sesuatu yang menyatu dengan pabrik
(mesin dan pabrik), pada perkebunan: segala sesuatu yang digunakan sebagai
pemanfaatan perkebunan atau perikanan (ikan dalam kolam), pada rumah
kediaman: seperti kaca dan paku-paku yang yang bersatu dengan dinding.
3. Benda tak bergerak menurut ketentuan undang-undang: berwujud hak-hak atas
bendabenda yang tak bergerak, misalnya: hak memungut hasil atas benda tak
bergerak, hak memakai atas benda tak bergerak dll.

C. Cara memperoleh hak kebendaan


1. Pendakuan (toeeigening), yaitu memperoleh hak milik atas bendabenda yang tidak
ada pemiliknya ( res nullius ). Res nullius hanya atas benda bergerak.
2. Perlekatan (natrekking), yaitu suatu cara memperoleh hak milik, dimana benda itu
bertambah besar atau berlipat ganda karena ala.
3. Daluarsa (verjaring), yaitu suatu cara untuk memperoleh hak milik atau
membebaskan dari suatu perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas
syaratsyarat yang ditentukan dalam Undang-Undang (Pasal 1946 KUH Perdata).
Barang siapa menguasai benda bergerak yang dia tidak ketahui pemilik benda itu
sebelumnya (misalnya karena menemukannya), hak milik atas benda itu diperoleh
setelah lewat waktu 3 tahun sejak orang tersebut menguasai benda yang
bersangkutan
4. Melalui penemuan. Benda yang semula milik orang lain, akan tetapi lepas dari
penguasanya, karena misalnya jatuh di perjalanan, maka barang siapa yang
menemukan barang tersebut dan ia tidak mengetahui siapa pemiliknya, menjadi
pemilik barang yang ditemukannya.
5. Melalui penyerahan. Cara ini yang lazim, yaitu hak kebendaan diperoleh melalui
penyerahan.
6. Pewarisan, yaitu suatu proses beralihnya hak milik atau harta warisan dari pewaris
kepada ahli warisnya.
7. Dengan penciptaan, yaitu seseorang yang menciptakan benda baru, baik dari benda
yang sudah ada maupun baru, dapat memperoleh hak milik atas benda ciptaannya
tersebut.
D. Cara hilangnya/lenyapnya hak kebendaan
1. Bendanya lenyap/ musnah
2. Karena dipindah tangankan
3. Karena pelepasan hak (pemilik melepaskan benda tersebut)
4. Karena pencabutan hak

E. Ciri-ciri hak kebendaan


1. hak-hak kebendaan yang bersifat memberi kenikmatan
a. Bersifat memberi kenikmatan atas bendanya milik sendiri, misalnya hak milik
atas benda bergerak/benda yang bukan tanah. Bezit atas benda bergerak/benda
yang bukan tanah.
b. Bersifat memberi kenikmatan, tapi atas benda milik orang lain. Bezit atas benda
bergerak/benda yang bukan tanah.
c. Hak memungut hasil atas benda bergerak/benda yang bukan tanah.
d. Hak pakai dan hak mendiami atas benda bergerak/benda yang bukan tanah.
2. hak-hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan, yaitu:
a. gadai sebagai jaminan ialah benda bergerak b. hipotik sebagai jaminan ialah
benda tetap.

8. Macam-macam hak kebendaan


A. Hak Bezit
1. Pengertian
Dalam Pasal 1977 KUH Perdata menentukan barang siapa yang menguasai
barang bergerak dianggap sebagai pemiliknya. Jadi beziter dari benda bergerak
adalah eigenaar , tidak berlaku untuk benda tidak bergerak. Benda bergerak, barang
siapa yang menguasai benda bergerak dianggap sebagai pemiliknya.
Bezit adalah suatu keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda, baik
sendiri maupun perantara orang lain, seolah-olah benda itu milknya sendiri. Orang
yang menguasai benda itu disebut bezitter.
2. Syarat
a. Dengan bantuan orang lain yang membezit terlebih dahulu. Yaitu dengan jalan
Traditio (penyerahan bendanya) dari bezitter yang lama kepada bezitter yang
baru. Jalan ini bersifat derivatief.
b. Dengan tanpa bantuan orang lain yang membezit lebih dahulu, yaitu dengan
Occupatio (pengambilan bendanya). Pengambilan bendanya bisa terhadap
benda yang tidak ada pemiliknya (res nullis), misalnya: ikan di sungai, binatang-
binatang buruan di hutan, buah-buah di hutan dsb. Memperoleh bezit dengan
jalan occupatio ini dikatakan juga memperoleh bezit yang bersifat originair (asli).

c. Contoh
Perolehan bezit karena warisan menurut pasal 541 BW, yang menentukan
bahwa segala sesuatu yang merupakan bezit seorang yang telah meninggal,
berpindah sejak hari meninggalnya kepada ahli warisnya, dengan segala sifat dan
cacatnya.

B. Hak eigendom
1. Pengertian
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu benda dengan sepenuhnya
dan sebebas-bebasnya asal tidak bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan
umum dan tidak menimbulkan gangguan terhadap hak-hak orang lain. Hak milik adalah
hak yang paling sempurna, pemilik bisa menjual, menyewakan menggadaikan,
menukarkan. Jadi orang yang yang mempunyai hak milik atas suatu benda tidak boleh
sewenang-wanang dengan benda itu, ada batasan penggunaan hak milik itu.
2. Syarat
a. Merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan yang lain.
b. Kualitasnya merupakan hak yang selengkap-lengkapnya.
c. Bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang lain.
d. Mengandung inti (benih) dari hak kebendaan yang lain.

3. Contoh
binatang-binatang buruan di hutan, ikan-ikan di sungai, di laut dan di danau, buah-
buahan di hutan belantara serta hasil-hasil hutan lainnya dsb.

C. Hak opstal
1. Pengertian
Peraturan Burgerlijk Wetboek tentang hak opstal ini (pasal-pasal 711 - 719)
adalah agak aneh. Pada pasal 711 B.W. mulai dengan mengatakan, bahwa hak
opstal adalah suatu hak perbendaan (zakelijk recht) untuk mempunyai rumah-
rumah, bangunan dan tanaman-tanaman di atas tanah milik orang lain.
2. Syarat
hak opstal ini adalah sarna dengan hak erfpacht. Bedanya hanya mengenai hak atas
bangunan dan tanaman pada waktu terhentinya hak erfpacht atau hak opstal itu
3. Contoh
Tanah yang memliki hak Rumah-rumah atau bangunan di tanah orang lain.
D. Hak Erpacht
1. Pengertian
Hak Erfpacht dalam pasal 720 B.W. digambarkan sebagai hak untuk
menikmati hasil dari sebidang tanah milik orang lain secara seluas-luasnya
(volle genot hebben), dengan kewajiban membayar setiap tahun sejumlah
uang atau sejumlah hasil bumi (jaarlijksche pacht) kepada pemilik tanah selaku
pengakuan hak eigendom pemilik itu.
Perkataan "erf' ini tidak berarti "pekarangan" seperti halnya dalam
perkataan
"erfdienstbaarheid", melainkan berarti turon temurun ("eIVen" = mewarisi) guna
menyebutkan,
bahwa hak ini diwarisi oleh ahli waris dari si "erfpachter," kalau ia meninggal
dunia.
Hak erfpacht adalah sangat luas. Ini temyata dari pasal 721 ayat 1 B.W.
Menurut pasal tersebut erfpacht dapat memperlakukan tanah yang bersangkutan
hampir tidak berbeda dengan apa yang dilakukan oleh seorang pemilik eigendom.
Batasnya, hanya ia tidak bo1eh berbuat sesuatu sehingga tanah itu menjadi
kurang harga nilainya. Sebagai contoh dikatakan oleh pasal 721 ayat 2, bahwa
erfpachter tidak dibolehkan melakukan penggalian batu liat dan lain lain bagian
dari tanah, kecuali bila tanah itu sudah mulai digali pada waktu hak erfpacthnya
diadakan.
2. Syarat
a. Tidak terkumpulnya hak eigendom dan hak erfpaeht di tangan seorang
(vennenging),
b. Tidak tanahnya musnah,
c. Tidak lampau waktu selama 30 tahund
d. Tidak lampau waktu, yang ditentukan pada saat hak erfpaeht diadakan. Kalau
waktu ini tidak ditentukan, maka sesudah 30 tahun, eigenaar tanah dapat
menghentikan hak erfpacht ini, asal saja ia memberitahukan hal itu kepada
erfpaehter sekurang-kurangnya satu tahun sebelumnya,
3. Contoh
Sewa tanah dengan jangka waktu, hanya ia tidak boleh berbuat sesuatu sehingga
tanah itu menjadi kurang harga nilainya.

9. Hak Pakai Hasil


A. Hak pakai hasil
1. Pengertian
Dalam BW hak pakai dan mendiami ini diatur pada buku II title XI dari pasal 818 s.d.
829. Hak pakai sebenarnya sama dengan hak mendiami, hanya apabila hak ini mengenai
rumah kediaman dinamakan hak mendiami. Menurut pasal 821 hak pakai hanya
diperuntukkan buat diri si pemakai dan anggota keluarganya saja. Kemudian tidak
diperbolehkan untuk disewakan atau diserahkan kepada orang lain (pasal 823). Dan
menurut pasal 819 kewajiban-kewajiban hak pakai dan hak mendiami sama dengan
kewajiban-kewajiban pemegang hak memungut hasil.
2. Syarat
a. Karena belum meninggalnya pemegang hak tersebut.
b. Karena belum habisnya waktu.
c. Karena pemegang hak belum berubah menjadi pemilik hak.
d. Karena pemegang hak belum melepaskan hak memungut hasil tu.
e. Karena belum musnah bendanya.
3. Contoh
HaK pakai semua benda pada saat menyewa rumah.

B. Hak Gadai
1. Pengertian
Menurut pasal 1150 KUHPerdata gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkannya kepadanya oleh seorang
berutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kepuasan kepada
si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara di
dahulukan dari pada orang lain. Orang berpiutang lainnya dengan kekecualian biaya
untuk menyelamatkannya setelah barang itu di gadaikan, biaya-biaya mana yang
harus didahulukan.
2. Syarat
a. Benda yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak baik berwujud maupun
tidak berwujud.
b. Benda gadai harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai.
c. Perjanjian gadai merupakan perjanjian yang bersifat Accesoir yaitu adanya hak
dari gadai sebagai hak kebendaan tergantung dari adanya perjanjian pokok
misalnya perjanjian kredit.
d. Tujuan adanya benda jaminan, adalah untuk memberikan jaminan bagi
pemegang gadai bahwa di kemudian hari piutangnya pasti dibayar.
e. Pelunasan tersebut di dahulukan dari kreditur-kreditur lainnya.
f. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan di lunasi terlebih dahulu
dari hasil lelang sebelum pelunasan piutang.
3. Contoh
Gadai emas, Kendaraan dll.

C. Hak Hipotek
1. Pengertian
Menurut pasal 1162 B.W hypotheek adalah suatu hak kebendaan atas suatu
benda yang tak bergerak, bertujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari
(pendapatan penjualan) benda itu.
Hak hipotek merupakan suatu hak jaminan kebendaan sebagai suatu hak
jaminan, hak hipotek tidak dapat berdiri sendiri melainkan bersifat accessoir,
tergantung dari suatu hubungan pokok lain
2. Syarat
Fase pertama : hipotek seperti halnya dengan gadai bersifat accessotr, ini
berarti hipotik diadakan sebagai tambahan belaka dari suatu petjanjian pokok,
yaitu perjanjian pinjarn meminjam uang. Karena itu untuk adanya petjanjian
hipotik itu pertama-tama harus lebih dulu ada persetujuan pokok yaitu
umpamanya persetujuan utang piutang itu.
Fase kedua : persetujuan utang piutang tersebut kemudian disusul dengan
persetujuan hipotik, dimana fihak yang bernutang (atau fihak ketiga yang mau
menanggung utang tersebut) berjanji untuk memberikan hipotik kepada si
berpiutang sebagai jaminan bagi pembayaran kembali utang tersebut, Berlainan
dengan persetujuan hipotik bersifat kebendaan.
3. Contoh
Dalam Hal Utang Piutang

D. Hak Istimewa
1. Pengertian
hak istimewa adalah hak yang didahulukan. Mengenai hak privilege dapat diliihat
dalam Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu suatu hal yang oleh
undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih
tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya
2. Syarat
a. Biaya-biaya perkara yang telah dikeluarkan untuk penyitaan dan penjualan
suatu benda atau yang dinamakan biaya-biaya eksekusi, harus diambilkan dari
pendapatan penjualan tersebut teriebih dahulu daripada privilege lain-
lainnya, bahkan terlebih dahulu pula daripada pand dan hypotheek.
b. Uang-uang sewa dari benda-benda yang tak bergerak (rumah atau persil)
beserta ongkos ongkos perbaikan yang telah dikeluarkan si pemilik rumah atau
persil, tetapi seharusnya dipikul oleh si penyewa, penagihan uang sewa dan
ongkos perbaikan ini mempunyai privilege terbadap barang-barang perabot
rumah (meubilair) yang berada dalam rumah atau di atas persil tersebut.
c. Harga barang-barang bergerak yang belurn dibayar oleh si pembeli jikalau ini
disita, si penjual barang mendapat privilege atas hasil penjualan barang itu.
d. Biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu benda, dapat
diambilkan teriebih dahulu dari hasil penjualan benda tersebut, apabila
benda itu disita dan dijual.
e. Biaya-biaya pembikinan suatu benda yang belurn dibayar, si pembikin barang ini
mendapat privilege atas pendapatan penjualan barang itu, apabila barang itu
disita dan dijual.

3. Contoh
Penagihan-penagihan karena pembelian bahan-bahan makanan untuk
keperluan orang yang berhutang beserta keluarganya, selama enam bulan yang
paling akhir.

E. Hak reklame
1. Pengertian
Hak reklame adalah suatu hak yang diberikan kepada penjual untuk meminta
kembali barangnya yang telah diterima oleh pembeli setelah pembeli membayar
tunai. Jadi, jika penjualan itu telah dilakukan secara tunai, maka penjual mempunyai
kekuasaan menuntut kembali barang-barangnya, selama barang-barang itu masih
berada di tangan pembeli, asal saja penuntutan kembali dilakukan dalam jangka
waktu 30 hari setelah penyerahan barang kepada pembeli.³
2. Syarat
Menurut undang-undang, hak penjual ini gugur/tidak dapat dilaksanakan apabila :
a. Barang-barang yang telah diterima pembeli, ternyata telah disewakan (Pasal
1146)
b. Barang-barang tersebut oleh pembeli telah dibeli pihak ketiga dengan itikad baik
dan telah diserahkan kepada pihak ketiga tersebut (Pasal 1146a)
3. Contoh

F. Hak retentie
1. Pengertian
Hak retensi adalah hak untuk menahan sesuatu benda sampai suatu piutang
yang bertalian dengan benda itu dilunasi. Jadi, hak retensi merupakan jaminan
khusus yang diberikan kepada kreditur untuk menahan benda debitur, sampai
tagihan yang berhubungan dengan benda tersebut dilunasi lebih aman apabila
tertuju pada benda bergerak yang gampang dipindahkan dan berubah nilainya.
Selama pemegang gadai tidak menyalah gunakan barang yang diberikan dalam
gadai, maka si berpiutang tidak berkuasa menuntut pengembaliannya, sebelum ia
membayar sepenuhnya baik uang pokok maupun bunga dan biaya hutangnya, yang
untuk menjamin barang gadai telah diberikan, beserta segala biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk menyelamatkan barang-barang gadai.
2. Syarat
Hak retensi diberikan kepada seseorang pemegang kedudukan berkuasa atas:
1. Biaya yang harus dikeluarkan olehnya guna menyelamatkan dan memperbaiki
keadaan kebendaan yang dikuasainya tersebut.
2. Menuntut kembali segala biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil-hasil
dari kebendaan yang dikuasainya tersebut (dalam hal benda tersebut adalah
tanah), selama dan sepanjang hasil-hasil itu pada saat penyerahan kembali akan
kebendaan yang bersangkutan belum terpisah dari tanah, tetapi tidak termasuk
pada :
a. segala biaya dan pengeluaran yang telah dikeluarkan guna memelihara
kebendaan itu semata-mata.
b. Biaya-biaya yang ia keluarkan guna memperoleh hasil-hasil yang ia karena
kedudukan berkuasanya berhak menikmatinya.
3. Contoh
Perusahaan Angkutan Umum berhak menjual barang yang diangkut secara lelang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pengirim atau
penerima tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kesepakatan.

10/11. Hukum Perikatan dan Perjanjian


1. Pengertian
Adapun yang dimaksudkan dengan "perikatan" ialah: suatu hubungan hukum
(mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang memberi hak pada yang
satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya
ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Pihak yang berhak menuntut dinarnakan
pihak berpiutang atau "kreditur", sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan
dinamakan pihak berhutang atau "debitur", Adapun barang sesuatu yang dapat
dituntut dinamakan "prestasi", yang menurut undang undang dapat berupa :
a. Menyerahkan suatu barang
b. Melakukan suatu perbuatan
c. Tidak melakukarn suatu perbuatan.
Mengenai sumber-sumber perikatan, oleh undang-undang diterangkan,
bahwa suatu perikatan dapat lahir dari suatu persetujuan (peIjanjian) atau dari
undang-undang. Perikatan yang lahir dari undang-undang dapat dibagi lagi atas
perikatan-perikatan yang lahir dari undang-undang saja dan yang lahir dari undang-
undang karena suatu perbuatan orang. Yang belakangan ini, dapat dibagi lagi atas
perikatan-perikatan yang lahir dari suatu perbuatan yang diperbolehkan dan yang
lahir dari perbuatan yang berlawanan dengan hukum.
Apabila seorang berhutang tidak memenuhi kewajibannya, menurut bahasa hukum
ia melakukan "wanprestasi" yang menyebabkan ia dapat digugat di depan hakim.
Dalarn hukum berlaku suatu asas, orang tidak boleh menjadi hakim sendiri.
Seorang berpiutang yang menghendaki pelaksanaan suatu peIjanjian dari seorang
berhutang yang tidak memenuhi kewajibannya, hams meminta perantaraan
Pengadilan. Tetapi sering terjadi bahwa si berhutang sendiri dari semula sudah
memberikan persetujuannya, kalau ia sampai lalai, si berpiutang berhak melaksanakan
sendiri hak-haknya menurut peIjanjian, dengan tak usah meminta perantaraan
hakim. lni telah kita lihat dalam hal pandrecht. Pelaksanaan yang dilakukan sendiri
oleh seorang berpiutang dengan tidak melewati hakim, dinarnakan "parate
executie". Orang yang berhutang dengan memberikan tanggungan gadai sejak
semula telah memberikan izin kalau ia lalai, barang tanggungan
boleh dijual oleh si berpiutang untuk pelunasan hutang dengan hasil penjualan
itu. Begitu juga halnya dengan seorang pemberi hypotheek dengan "beding van
eigenmachtige verkoop",
Jadi pada umumnya, si berpiutang hams menempuh jalan menuntut si berhutang di
depan Pengadilan. Jika prestasi yang dikehendaki itu berupa membayar sejumlah uang,
memang si berpiutang sudah tertolong jika ia mendapat suatu putusan Pengadilan,
karena ia dapat minta dijalankannya putusan itu dengan menyita dan melelang harta
benda si berhutang.
Tetapi jika untuk prestasi yang dikehendaki itu diperlukan persetujuan atau bantuan
pribadi dari si berhutang - yang enggan memberikan persetujuan atau bantuan itu - si
berpiutang masih menghadapi kesulitan. Misalnya, dalam hal si berhutang hams
memberikan hypotheek at2.11menyerahkan sebuah benda yang tak bergerak. Dalam
hal ini sebagai diketahui hams ada suatu akte pemberian hypotheek atau suatu akte
transport, yang dibuat di depan notaris, dengan bantu an si berhutang. Dalam hal
pemberian hypotheek, kesulitan tersebut dapat diatasi, karena undang-undang
mengizinkan pelaksanaan dengan pendaft.aran putusan Pengadilan dalam daftar-daftar
hypotheek (lihat pasal 1171 ayat 3 B.W.), tetapi ini merupakan suatu kekecualian,
Mengenai penyerahan sebuah benda yang tak bergerak, kesulitan masih tetap ada
selama tidak diadakan ketentuan seperti dalam hal pemberian hypotheek tersebut, dan
selama para hakim masih memegang teguh pendirian bahwa persetujuan si berhutang
(akte transport) tidak mungkin digantikan oleh suatu putusan hakim.
2. Macam-Macam Perikatan
a. Perikatan Bersyarat (voorwaardelijk)
Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang digantungkan pada suatu
kejadian di kemudian hari, yang masih belurn tentu akan atau tidak terjadi,
Pertama mungkin untuk mernperjanjikan, bahwa perikatan itu barulah akan
lahir, apabila kejadian yang belurn tentu itu timbul. Suatu peIjanjian yang
demikian itu, menggantungkan adanya suatu perikatan pada suatu syarat yang
menunda atau mempertangguhkan (opschortende voorwaarde).
b. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan waktu (tijdsbepaling).
Perbedaan antara suatu syarat dengan suatu ketetapan waktu ialah yang
pertama berupa suatu kejadian atau peristiwa yang belurn tentu atau
tidak akan terlaksana, sedangkan yang kedua adalah suatu hal yang pasti
akan datang, meskipun mungkin belurn dapat ditentukan kapan datangnya,
misalnya meninggalnya seseorang. Contoh contoh suatu perikatan yang
digantungkan pada suatu ketetapan waktu, banyak sekali dalam praktek,
seperti peIjanjian perburuhan, suatu hutang wesel yang dapat ditagih suatu
waktu setelahnya dipertunjukkan dan lain sebagainya.
c. Perikatan yang membolehkan memilih (altematief).
Ini adalah suatu perikatan, di mana terdapat dua atau lebih macarn prestasi,
sedangkan kepada si berhutang diserahkan yang mana ia akan lakukan.
Misalnya, ia boleh memilih apakah ia akan memberikan kuda atau mobilnya
atau uang satu juta rupiah.
d. Perikatan tanggung-menanggung (hoofdelijk atau solidair).
Suatu perikatan di mana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang
berhutang berhadapan dengan satu orang yang menghutangkan, atau
sebaliknya. Beberapa orang sarna-sarna berhak menagih suatu piutang dari
satu orang. Tetapi perikatan semacarn yang belakangan ini, sedikit sekali
terdapat dalam praktek.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi.
Suatu perikatan dapat dibagi atau tidak, tergantung pada kemungkinan
tidaknya membagi prestasi. Pada hakekatnya tergantung pula dari kehendak
atau maksud kedua belah pihak yang membuat suatu peIjanjian. Persoalan
tentang dapat atau tidaknya dibagi suatu perikatan, barulah tampil ke muka, jika
salah satu pihak dalam peIjanjian telah digantikan oleh beberapa orang lain. Hal
mana biasanya teIjadi karen a meninggalnya satu pihak yang menyebabkan ia
digantikan dalam segala hak-haknya oleh sekalian ahliwarisnya.
f. Perikatan dengan penetapan hukuman (stratbeding).
Untuk mencegah jangan sampai si berhutang dengan mudah saja
melalaikan kewajibannya, dalam praktek banyak dipakai peIjanjian di mana si
berhutang dikenakan suatu hukuman, apabila ia tidak menepati kewajibannya.
Hukuman ini, biasanya ditetapkan dalam suatu jumlah uang tertentu yang
sebenarnya merupakan suatu pembayaran kerugian yang sejak semula sudah
ditetapkan sendiri oleh para pihak yang membuat peIjanjian itu.

3. Sumber Perikatan
a. Perikatan yang lahir karena Perjanjian.
b. Perikatan yang lahir karena undangundang.
c. Perikatan lahir karena perbuatan melanggar hukum ( onrechtmatige daad ) dan
perwakilan sukarela ( zaakwaarneming ).
4. Hapusnya perikatan
a. Pembayaran
b. penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan penitipan
c. pembaharuan hutang
d. perjumpaan hutang atau kompensasi
e. percampuran hutang.
f. pembebasan hutang
g. musnahnya barang yang terhutang
h. kebatalan/pembatalan
i. berlakunya suatu syarat batal dan
j. lewatnya waktu

12. Wanprestasi
1. Pengertian
Apabila si berhutang (debitur) tidak melakukan apa yang dijanjikan akan
dilakukannya, maka dikatakan bahwa ia melakukan "wanprestasi". Ia adalah "alpa" atau
"lalai" atau "bercidra janji". Atau juga ia "melanggar peIjanjian", yaitu apabila ia
melakukan atau berbuat sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. Perkataan
"wanprestasi" berasal dari bahasa Belanda, yang berarti prestasi yang buruk.
2. Macam-Macam wanprstasi
Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam:
a. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c.
melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
c. melakukan sesuatu yang menu rut peIjanjian tidak boleh dilakukannya.
3. Mulai Terjadinya Wanprestasi
Karena wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus
ditetapkan lebih dahulu apakah si berhutang melakukan wanprestasi atau lalai, dan
kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan di muka hakim. Kadang-kadang juga
tidak mudah untuk mengatakan bahwa seorang lalai atau alpa, karena seringkali juga
tidak dipeIjanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi
yang dijanjikan. Dalam jual-beli barang misalnya tidak ditetapkan kapan barangnya
harus diantarkan ke rumah si pembeli, atau kapan si pembeli ini harus membayar uang
harga barang tadi.
4. Akibat Waterprestasi
Hukuman atau akibat-akibat yang tidak enak bagi debitur yang lalai tadi ada empat
macarn, yaitu :
a. membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau dengan singkat dinamakan
ganti-rugi.
b. pembatalan perjanjian atau juga dinarnakan "pemecahan" perjanjian.
c. peralihan risiko.
d. Membayar biaya perkara, kalau sarnpai diperkarakan di muka hakim.

13. Keadaan Memaksa


1. Pengertian
Pemaksaan adalah pemaksaan rohani atau jiwa (psikis), jadi bukan paksaan badan
atau phisik. Misalnya salah satu pihak karena diancarn atau ditakut-takuti terpaksa
menyetujui suatu peIjanjian. Jadi kalau, seorang dipegang tangannya dan tangan itu
dipaksa menulis tanda tangan di bawah surat peIjanjian, maka itu bukanlah paksaan
dalarn arti yang dibicarakan, yaitu sebagai salah satu alasan untuk meminta pembatalan
peIjanjian yang telah dibuat itu. Orang yang dipegang tangannya secara paksaan ini
tidak memberikan persetujuannya sedangkan yang dipersoalkan disini adalah orang
yang memberikan persetujuan (perijinan), tetapi secara tidak bebas, sepertinya
seorang yang memberikan persetujuannya karena ia takut terhadap suatu ancarnan
misalnya akan dianiaya atau akan dibuka suatu rahasia kalau ia tidak menyetujui suatu
peIjanjian. Yang diancarn itu hams suatu perbuatan yang teriarang, kalau yang diancarn
itu suatu tindakan yang memang diijinkan oleh undang-undang misalnya ancaman akan
digugat di muka hakim, akan tidak dapat dikatakan tentang suatu paksaan. Adalah
dianggap sebagai mungkin, bahwa paksaan itu dilakukan oleh seorang ketiga, Lain
halnya dengan penipuan yang hanya dapat dilakukan oleh pihak lawan.
2. Unsur-unsur keadaan memaksa
Berdasarkan pasal-pasal KUH Perdata di atas, unusr-unsur keadaan memaksa
meliputi:
a. peristiwa yang tidak terduga.
b. tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur;
c. tidak ada itikad buruk dari debitur
d. adanya keadaan yang tidk disengaja oleh debitur;
e. keadaan itu menghalangi debitur berprestasi;
f. jika prestasi dilaksanakan maka akan terkena larangan
g. keadaan di luar kesalahan debitur;
h. debitur tidak gagal berprestasi (menyerahkan barang);
i. kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapapun (baik debitur maupun pihak
lain);
j. debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian.

14. Resiko
1. Perngertian
Resiko adalah kewajiban untuh memikul kerugian jikalau ada suatu kejadian di luar
kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang dimaksudkan dalam perjanjian.
Pasal 1237 KUH Perdata menegaskan, bahwa dalam suatu perjanjian mengenai
pemberian suatu barang tertentu, sejak lahirnya perjanjian, barang tersebut sudah
menjadi tanggungan orang yang berhak menagih penyerahannya. Artinya, suatu
perjanjian yang meletakkan kewajiban hanya pada suatu pihak saja ( eenzijdige
overeenkomst ), misalnya suatu schenking .
2. Pengaturan Resiko dalam KUHP
a. Menurut Pasal 1460 KUH Perdata, perjanjian mengenai suatu barang yang sudah
ditentukan sejak ditutupnya, perjanjian barang itu sudah menjadi tanggungan
pembeli, meskipun belum diserahkan dan masih berada di tangan si penjual.
Dengan demikian, jika barang itu hapus bukan karena salahnya si penjual, si penjual
masih tetap berhak untuk menagih harga yang belum dibayar.
b. Berhubung dengan sifatnya, Pasal 1460 KUH Perdata sebagai kekecualian, menurut
pendapat yang lazim dianut, pasal tersebut harus ditafsirkan secara sempit, sehingga
ia hanya berlaku dalam hal suatu barang yang sudah dibeli, tetapi belum diserahkan
hapus. Keadaan ini tidak berlaku jika karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah, si penjual tidak lagi dapat mengirimkan barangnya kepada si pembeli.
Dalam hal ini pernah diputuskan oleh hakim, si pembeli dibebaskan dari pembayaran
harga barang.
c. Dalam Pasal 1237 KUH Perdata ditegaskan bahwa “dalam hal adanya perikatan
untuk memberikan suatu barang tertentu, maka barang itu semenjak perikatan
dilahirkan, adalah tanggungan si berpiutang”. Perkataan tanggungan dalam pasal ini
sama dengan “risiko”. Dengan begitu, dalam perikatan untuk memberikan suatu
barang tertentu tadi, jika barang ini sebelum diserahkan, musnah karena suatu
peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, kerugian ini harus dipikul oleh “si
berpiutang”, yaitu pihak yang menerima barang itu. Suatu perikatan untuk
memberikan suatu barang tertentu, adalah suatu perikatan yang timbul karena
perjanjian sepihak. Dengan kata lain, pembuat undangundang tidak memikirkan
perjanjian timbal-balik, di mana pihak yang berkewajiban melakukan suatu prestasi
juga berhak menuntut suatu kontraprestasi.

15. Pembatalan Perjanjian


1. Syarat Pembatalan Perjanjian
Dalam syarat-syarat untuk sahnya suatu peIjanjian telah diterangkan bahwa,
apabila suatu syarat obyektif tidak terpenuhi, maka peIjanjiannya adalah batal demi
hukum (null and void). Dalarn hal yang demikian maka secara yuridis dari semula tidak
ada suatu peIjanjian dan tidak ada pula suatu perikatan antara orang-orang yang
bennaksud membuat peIjanjian itu. Tujuan para pihak untuk meletakkan suatu
perikatan yang mengikat mereka satu sarna lain,' telah gagal. Tak dapatlah pihak
yang satu menuntut pihak yang lain di muka hakim, karena dasar-hukumnya tidak
ada. Hakim ini diwajibkan, karena jabatannya, menyatakan bahwa tidak pernah ada
suatu peIjanjian atau perikatan. Apabila, pada waktu pembuatan peIjanjian, ada
kekurangan mengenai syarat yang subyektif, maka sebagaimana sudah kita lihat,
peIjanjian itu bukannya batal demi hukum, tetapi dapat dimintakan pembatalannya
(cancelling) oleh salah satu pihak. Pihak ini adalah : pihak yang tidak cakap menurut
hukum (yang meminta : orangtua atau walinya, ataupun ia sendiri apabila ia sudah
menjadi cakap), dan pihak yang memberikan perijinan atau menyetujui itu secara
tidak bebas.
a. Keadaan memaksa
Yang dimaksud dengan pemaksaan adalah pemaksaan rohani atau jiwa (psikis), jadi
bukan paksaan badan atau phisik. Misalnya salah satu pihak karena diancarn atau ditakut-
takuti terpaksa menyetujui suatu peIjanjian. Jadi kalau, seorang dipegang tangannya dan
tangan itu dipaksa menulis tanda tangan di bawah surat peIjanjian, maka itu bukanlah
paksaan dalarn arti yang dibicarakan, yaitu sebagai salah satu alasan untuk meminta
pembatalan peIjanjian yang telah dibuat itu. Orang yang dipegang tangannya secara
paksaan ini tidak memberikan persetujuannya sedangkan yang dipersoalkan disini adalah
orang yang memberikan persetujuan (perijinan), tetapi secara tidak bebas, sepertinya
seorang yang memberikan persetujuannya karena ia takut terhadap suatu ancarnan
misalnya akan dianiaya atau akan dibuka suatu rahasia kalau ia tidak menyetujui suatu
peIjanjian. Yang diancarn itu hams suatu perbuatan yang teriarang, kalau yang diancarn itu
suatu tindakan yang memang diijinkan oleh undang-undang misalnya ancaman akan
digugat di muka hakim, akan tidak dapat dikatakan tentang suatu paksaan. Adalah
dianggap sebagai mungkin, bahwa paksaan itu dilakukan oleh seorang ketiga, Lain halnya
dengan penipuan yang hanya dapat dilakukan oleh pihak lawan.
b. Kekhilafan atau Kekeliruan
Kekhilafan atau Kekeliruan terjadi, apabila salah satu pihak khilaf tentang hal-hal yang
pokok dari apa yang dipeIjanjikan atau tentang sifat-sifat yang penting dari barang yang
menjadi obyek perjanjian, ataupun mengenai orang dengan siapa diadakan peIjanjian itu.
Kekhilafan tersebut hams sedemikian rupa, hingga, seandainya orang itu tidak khilaf
mengenai hal-hal tersebut, ia tidak akan memberikan persetujuannya Kekhilafan mengenai
barang teIjadi misalnya jikalau orang membeli sebuah lukisan yang dikiranya dari Basuki
Abdullah dan kemudian temyata hanya turunan saja. Kekhilafannya mengenai orang terjadi
misalnya jika seorang Direktur Opera mengadakan suatu kontrak dengan orang yang
dikiranya seorang penyanyi yang tersohor, padahal bukan orang yang dimaksudkan,
hanyalah narnanya saja yang kebetulan sarna Kekhilafan yang demikian itu juga
merupakan alasan bagi orang yang khilaf itu untuk meminta pembatalan peIjanjiannya.
Adapun kekhilafan itu hams diketahui oleh lawan, atau paling tidak sedikit hams sedemikian
rupa bahwa pihak lawan itu sepatutnya harns mengetahui bahwa ia berhadapan dengan
seorang yang berada dalarn kekhilafan. Kalau pihak lawan itu tidak tahu ataupun tidak
dapat mengetahui bahwa ia berhadapan dengan orang khilaf, maka adalah tidak adil untuk
membatalkan perjanjiannya, Orang yang menjual lukisan yang disebutkan di atas harns
mengetahui bahwa lukisan itu adalah buah tangan asli dari Basuki Abdullah dan ia
membiarkan pembeli itu dalarn kekhilafannya. Begitu pula penyanyi yang disebut di atas
hams mengetahui bahwa direktur opera itu secara khilaf mengira mengadakan kontrak
dengan penyanyi yang tersohor yang narnanya sarna.
c. Penipuan
Penipuan terjadi, apabila satu pihak dengan sengaja rnemberikan keterangan-
keterangan yang palsu atau tidak benar disertai dengan akal-akalan yang cerdik (tipu-
rnuslihat), untuk membujuk pihak lawannya memberikan, perijinannya. Pihak yang
menipu itu bertindak secara aktif untuk menjerumuskan pihak lawannya.
2. Actio Pauliana
Aksio Pauliana adalah hak yang diberikan oleh undang-undang kepada pihak
kreditur dalam mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk pembatalan segala
perbuatan yang tidak diwajibkan untuk dilakukan oleh pihak debitur terhadap harta
kekayaannya yang diketahui oleh pihak debitur, dan perbuatan tersebut merugikan
pihak kreditur.
Aksio Pauliana sangat erat kaitannya dengan utang piutang. Pada pasal 1131 KUH
Perdata memuat ketentuan yang mengatur bahwa segala kebendaan debitur menjadi
tanggungan untuk segala perikatan perorangan. Dengan adanya pasal itu lah seorang
debitur bebas untuk menentukan bagaimana ia akan memanfaatkan segala kebendaan
yang ia miliki selama tidak merugikan kreditur.
Apabila debitur tetap melakukan perbuatan yang merugikan kreditur, di sinilah
aksio pauliana dibutuhkan.
Dalam kasus kepailitan, pengadilan mengangkat kurator, yakni orang yang bertugas
untuk mengurus dan membereskan kasus kepailitan. Bila sebuah hal telah diputuskan
pailit, kurator lah yang mengajukan gugatan pembatalan segala perbuatan yang dinilai
merugikan pihak kreditur kepada pengadilan.
3. Dwaling
Kekeliruan yang dimaksud adalah terdapat kesesuaian antara kehendak dan peryataan,
namun kehendak pihak satu atau pihak dua terdapat kecacatan.
4. Dwang
Ancaman yang terjadi apabila seseorang menggerakkan orang lain untuk melakukan
suatu perbuatan hukum, dengan menggunakan cara yang melawan hukum mengancam
akan menimbulkan kerugian pada orang tersebut atau kebendaan miliknya.
5. Bedrog
Seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan mengatakan yang tidak
sebenarnya kepada orang lain tentang suatu berita, kejadian, pesan dan lain-lain yang
dengan maksud-maksud tertentu yang ingin dicapainya adalah suatu tindakan penipuan
atau seseorang yang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat menipu untuk
memberikan kesan bahwa sesuatu itu benar dan tidak palsu, untuk kemudian mendapat
kepercayaan dari orang lain.
Tindak pidana penipuan sangatlah sering terjadi di lingkungan masyarakat, untuk
memenuhi kebutuhan atau keuntungan seseorang dapat melakukan suatu tindak pidana
penipuan. Di Indonesia seringnya terjadi tindak pidana penipuan dikarenakan banyak
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya suatu tindakan penipuan, misalnya karena
kemajuan teknologi sehingga dengan mudah melakukan tindakan penipuan, keadaan
ekonomi yang kurang sehingga memaksa seseorang untuk melakukan penipuan, terlibat
suatu utang dan lain sebagainya.
Kejahatan penipuan di dalam bentuknya yang pokok diatur dalam Pasal 378 KUHP
yang berbunyi sebagai berikut:
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu
muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan
barang atau sesuatu kepadanya, atau memberikan hutang atau menghapus piutang,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun “ Sifat dari tindak pidana
penipuan adalah dengan maksud menguntungkan diri sandiri atau orang lain secara
melawan hukum, menggerakan orang lain untuk menyerahkan atau berbuat sesuatu
dengan mempergunakan upaya-upaya penipuan seperti yang disebutkan secara linitatif
di dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, dan untuk mengetahui sesuatu
upaya yang dipergunakan oleh si pelaku itu dapat menimbulkan perbuatan penipuan
atau tindak pidana penipuan, haruslah diselidiki apakah orang yang melakukan atau
pelaku tersebut mengetahui bahwa upaya yang dilakukannya bertentangan dengan
kebenaran atau tidak.
Seseorang yang melakukan suatu tindak pidana penipuan biasanya melakukan
beberapa cara-cara antara lain dengan pelayanan, suatu contoh perolehan pelayanan
melalui penipuan misalanya dalam konteks komputer adalah apabila seseorang
menggunakan tanpa hak sebuah sistem yang biasanya harus membayar seperti Prestel,
persoalan tentang siapa yang yang telah ditipu masih tetap ada, tetapi apabila
seseorang telah menipu orang lain dengan cara mengatakan bahwa ia memiliki izin sah
untuk menggunakan terminal yang biasanya dipakai untuk akses ke dalam sistem, maka
tindak pidana itu telah dilakukan sesuai dengan apa yang diatur dalam saction 1 Theft
Act 1978.

REFERENSI :
1. https://3bookfree.blogspot.com/2015/10/download-buku-hukum-perdata.html
2. https://books.google.co.id/books?
id=19jYDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjf
pI2Tnb7pAhWI8XMBHf7iCfMQ6AEIMTAB#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
3. https://books.google.co.id/books?
id=1pR5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
fpI2Tnb7pAhWI8XMBHf7iCfMQ6AEIOTAC#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
4. https://books.google.co.id/books?
id=caPLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi
X4f7Rnb7pAhWHfn0KHYeeDFYQ6AEIVzAG#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
5. https://books.google.co.id/books?
id=c_pDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
Vsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6wEIMjAB#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
6. https://drive.google.com/file/d/1hu2gFgxCRoxEmHvHvdUC7fiYZQXAm7bc/view
7. https://books.google.co.id/books?
id=1pR5DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
Vsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6AEINzAC#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
8. https://books.google.co.id/books?
id=caPLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj
Vsd773JvpAhXUmeYKHWm7DuEQ6AEIYTAH#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
9. https://books.google.co.id/books?
id=mZ8oDwAAQBAJ&pg=PA1&dq=hukum+perdata&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwifyLef7ZvpA
hUA8XMBHXnpBoI4ChDoAQhaMAc#v=onepage&q=hukum%20perdata&f=false
10. https://drive.google.com/file/d/1gg8oQiJJKoqvcIVsxkpqLdkGFklxH_69/view
11. https://drive.google.com/file/d/1SJYFG165IQtx1OxiO_qozBInfUkIM3O0/view
12. https://elibskripsi.blogspot.com/p/skripsi-hukum-perdata.html

Anda mungkin juga menyukai