Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD YUSUF

NIM : 190563201082

Ledakan Covid di Kota-kota Kecil, Alarm 'Bara dalam Sekam' RI

Lonjakan kasus virus corona (Covid-19) mulai marak ditemukan di


sejumlah kabupaten/kota kecil hingga komunitas mikro seperti RT/RW di
Indonesia setidaknya dalam dua pekan terakhir. Analisis pemerintah RI maupun
masing-masing daerah mencatat kumpulan penyumbang kasus covid-19 terbanyak
berasal dari klaster keluarga. Salah satunya, awal pekan ini Kabupaten Bangkalan,
Madura, Jawa Timur dan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengalami perburukan
kondisi pandemi covid-19. Kasus covid-19 harian meningkat, mayoritas tenaga
kesehatan yang sudah divaksin juga ikut terpapar, hingga menyebabkan keterisian
tempat tidur rumah sakit nyaris penuh Temuan itu didapatkan setelah pandemi
covid-19 di Indonesia sempat stagnan berada di zona 'aman' sejak pertengahan
Februari 2021. Sejak pasien pertama Covid-19 diumumkan Presiden RI
Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Maret 2020, Indonesia sempat mengalami puncak
kasus tertinggi mencapai 14 ribu kasus dalam sehari di akhir Januari 2021.
Kemudian, kasus mulai mengalami pelandaian di bawah 7 ribu kasus-setengah dari
puncak-hingga hari ini. Namun, pada laporan data harian 7 Juni kemarin,
penambahan kasus nyaris mendekati 7 ribu alias 6.993 kasus dalam sehari.
Pemerintah kemudian mengonfirmasi bahwa lonjakan kasus pada sepekan
belakangan bisa diklaim sebagai dampak dari Idul Fitri 1442 Hijriah.

Epidemiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo


menyoroti kondisi Covid-19 Indonesia terkini sebagai hasil akumulasi dari kasus-
kasus positif corona yang 'tertimbun' sejak 2020 lalu. Windhu menilai terkuaknya
kasus covid-19 di klaster mikro menunjukkan covid-19 RI tak ayalnya menjadi
'bara dalam sekam' soal pandemi global yang terjadi di Indonesia.
"Jadi pandemi di Indonesia saat ini sudah seperti bara dalam sekam, bukan
seperti arti peribahasanya ya. Namun 'bara dalam sekam' yang menunjukkan kasus
di dalam terbakar, dan ternyata sudah menyebar dan siap-siap muncul, meledak,
kapan saja," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (8/6).

Windhu lantas menekankan bahwa kasus-kasus covid-19 yang belum


terkuak akan mulai menyeruak apabila strategi tes, telusur, dan tindak lanjut (3T)
pemerintah benar-benar ditingkatkan secara maksimal. Apabila sebaliknya, maka
ia yakin pandemi covid-19 di Tanah Air semakin panjang dan tak jelas arah
pengendaliannya. Windhu juga mengkritisi klaim pemerintah yang sempat
menyebutkan bahwa kenaikan kasus covid-19 pasca lebaran tahun ini tidak lebih
besar dari tahun kemarin. Ia pun berujar, temuan kasus covid-19 akan selaras
dengan hasil pemeriksaan warga. Bila dihitung dalam sepekan terakhir, jumlah
pemeriksaan covid-19 terhadap warga justru malah menurun. Pada periode 1-7
Juni, jumlah warga yang diperiksa sebesar 382.412 orang. Sementara sepekan
sebelumnya jumlah yang diperiksa 431.114 orang. Artinya, ada penurunan jumlah
pemeriksaan covid-19 sebanyak 48.702 orang.

"Kita lihat dulu jumlah pemeriksaannya, wong kita masih sedikit. Sehingga kasus
yang dilaporkan itu bisa jadi, kemungkinan besar, di bawah permukaan itu sudah
banyak sekali," kata dia.

Apalagi ditambah dengan varian mutasi virus SARS-CoV-2 yang saat ini
juga mulai bermunculan di Indonesia, maka Windhu mewanti-wanti bahwa kasus
Covid-19 bisa lebih besar lagi terjadi dibanding tahun lalu. Pasalnya, beberapa
varian yang tergolong 'Variant of Concern (VoC)' memiliki kemampuan penularan
masif hingga kebal dari vaksin covid-19 yang sudah diberikan. Lembaga Biologi
Molekuler (LBM) Eijkman terakhir mengungkapkan sejauh ini sudah ada 59 kasus
mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong VoC yang merupakan varian yang
diwaspadai WHO. Rinciannya, 23 kasus dari B117, 32 kasus dari B1617, dan 4
kasus dari varian B1351.
"Seperti dokter di Bangkalan ada yang meninggal, padahal sudah divaksin.
Ini yang saya khawatirkan ada kemunculan varian di lingkup-lingkup mikro. Ini
yang juga harus diperiksa sampel Whole Genome Sequencing-nya," ujar Windhu.

Tak hanya di Bangkalan, Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus per 4


Juni lalu mencatat sebanyak 358 tenaga kesehatan terpapar Covid-19, meski mereka
sudah menerima suntikan dosis vaksin covid-19 secara lengkap. Untuk itu, Windhu
kembali menekankan, bahwa strategi surveilans pandemi covid-19 di Indonesia
tidak mengalami perubahan sejak awal. Strategi 3T dan protokol kesehatan 3M
tetap menjadi primadona strategi pengendalian wabah di seluruh dunia.

"Tameng, proteksi kita dari awal tetap sama, 3T dan 3M itu tidak boleh lelah
dilakukan," tegas dia.

Oleh karena itu, Windhu juga meminta agar pemerintah membenahi strategi
dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro
atau micro lockdown yang saat ini mulai berlaku di seluruh Indonesia sejak awal
Juni hingga 14 Juni mendatang. Windhu menilai konsep micro lockdown di PPKM
Mikro memang sudah apik, hanya saja ia menyoroti pemetaan zona risiko wilayah
masih saja diberlakukan. Padahal menurutnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi
Sadikin sudah mengatakan ada beberapa pihak forum koordinasi pimpinan daerah
(forkopimda) yang sengaja menekan jumlah tes harian agar temuan warga Covid-
19 di wilayahnya relatif dilaporkan sedikit. Ia menduga itu dilakoni pemda dengan
harapan daerah yang dipimpinnya dapat masuk kategori wilayah dengan risiko
penularan rendah atau zona hijau.

"Jadi gunanya apa zonasi, lebih baik semua daerah diberlakukan micro
lockdown. Apa yang disampaikan Pak Menkes itu memang betul terjadi. Zonasi
jadi seperti buah delima, kuning di luar merah di dalam. Atau semangka, hijau di
luar tapi dalamnya merah," kata Windhu.

Anda mungkin juga menyukai