Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGHANTAR KURIKULUM

“EVALUASI DAN PERUBAHAN KURIKULUM”

Oleh:
Kelompok 8
Ummi Hafidzah Ramadhini (1930208033)
Friska Chariti ( 1920208017)
Dosen Pengampu
Ravensky Yurianty Pratiwi,S.Pd.,M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................................. II
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A.Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
A. Pengertian Evaluasi dan Perubahan Kurikulum .................................................2
B. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum ...........................................5
C. Perubahan Kurikulum diIndonesia .....................................................................6
D. Implementasi pada Evaluasi Kurikulum ............................................................ 12
E. Peran Evaluasi dan Perubahan Kurikulum ......................................................... 12
BAB III
PENUTUP ..................................................................................................................13
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah bekal terbaik bagi manusia dalam mengarungi kehidupan ini.
Secara lingkup terbatas seseorang bisa belajar sesuai kehendaknya tanpa batasan
tertentu, namun dalam menyampaikan sebuah pelajaran haruslah tersusun agar apa
yang disampaikan menjadi sesuatu hal yang terstruktur agar peserta didik dapat lebih
mudah memahami materi yang diberikan. Dalam perkembangan dunia yang semakin
maju maka dibutuhkannya perkembangan dalam kurikulum yang ada dengan harapan
pendidikan diIndonesia menjadi lebih maju.
Evaluasi menjadi bagian dari sistem manajemen, yaitu perencanaan, organisasi,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap
perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi.
Sebelum dilakukan perkembangan kurikulum maka akan ada evaluasi dan
perubahan yang terdapat pada kurikulum tersebut. Sehingga agar lebih jelas maka
kami akan membahas mengenai evalusi dan perubahan kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ialah :
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi dan perubahan dalam kurikulum ?
2. Apa faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum?
3. Apa saja perubahan kurikulum di Indonesia?
4. Apa implementasi pada evaluasi kurikulum?
5. Apa saja peran evaluasi dan perubahan kurikulum pada dunia pendidikan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari evaluasi dan perubahan
2. Untuk mengetahui apa yang mempengaruhi perubahan pada kurikulum
3. Untuk mengetahui perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia
4. Untuk memahami implementasi pada evalusi kurikulum
5. Untuk mengetahui peran evaluasi dan perubahan kerikulum

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi dan Perubahan Kurikulum


Hamid Hasan (2009:41) mengartikan evaluasi sebagai usaha sistematis
mengumpulkan informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai
pertimbangan mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks
tertentu. Menurut Tyler (dalam Muhammad Zaini, 2009: 143) menyatakan bahwa
evaluasi adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah
tercapai atau terealisasikan.
Sedangkan pengertian evaluasi menurut Rutman and Mowbray (1983) ialah
penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi dan outcomes suatu
program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky (1989)
mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk
menilai rancangan, implementasi dan efektivitas suatu program. Menurut
Sukmadinata (2009:173), “Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan
terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan
yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang
sangat formal.”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi dan efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan
akan perlu tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan (Muhammad Zaini, 2009:142).
Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

2
b. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
c. Menurut Hilda Taba (dalam Muhammad Zaini, 2009: 6), kurikulum adalah
rencana pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan
individu anak didik. Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi
pedoman dan pegangan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk
membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah
dijalankan. Atau, evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian,
penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan
kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam
rangka menentukan keefektifan kurikulum.
Adapun perubahan komponen kurikulum pendidikan terjadi manakala
ada perubahan komponen komponen sebagai berikut.
1. Tujuan Pendidikan
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Namun Jika kita menengok Lembaga Pendidikan Non formal mereka
akan memiliki tujuan tujuan yang berbeda sesuai dengan Visi Misi dan
idiologi yang di emban.
2. Materi Pembelajaran
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran, pendidik memiliki
wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sebagaimana yang
telah diterapkan dalam Kurikulum yang berlaku, yaitu kesesuaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan

3
pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran
perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam
pembelajaran benar-benar telah teruji kebenaran dan
kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan
merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan
memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.
b. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan
peserta didik. Harus memenuhi kepentingan pada zamanya.
Mana kala materi tidak adakaitan dengan kepentingan di
zamanya maka materi tersebut harus di ruba atau di eliminasi.
c. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat
akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu
memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih
lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan
kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik
dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan
materi dan kondisi setempat.
e. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat
dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih
lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan
dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.
3. Strategi pembelajaran
Setiap kelompok sekumpulan orang atau negara akan memiliki
perbedaan pandangan,pemikiran,perasaan,peraturan, dan idiologi Kehidupan.
Seorang akan berbuat sesuai pandangan,pemikiran,perasaan,peraturan, dan
idiologi .
Dari sinilah akan muncul perbedaan tujuan dalam kehidupan termasuk
didalamya kurikulum pendidikan yang di pakai di sesuaian denaga pandangan,
ideologi masyarakat tersebut. Setrategi pembelajaran akan di rubah

4
mengikuti perkembangah yang berlaku dengan tidak melupakan pandangan
dan ideologi yang berlaku dalam komunitas masyarakat dan bangsa tersebut.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurikulum
Pendidikan adalah sesuatu yang akan berjalan terus tanpa ada batasan, selama
masih ada kehidupan manuasia akan terus belajar dan mengembangkan ilmu dan
pendidikan. Di dalam perjalananya pendidikan akan berubah di pengaruhi fakator
faktor sebagai berikut.
1. Falsafah pendidikan
Dalam Kamus besar Indonesia falsafah adalah anggapan, gagasan, dan
sikap batin yg paling dasar yg dimiliki oleh orang atau masyarakat;
pandangan hidup: Falsafah negara memainkan peranan yang penting dalam
memberikan corak sistem pendidikan di sesebuah negara, falsafah Pancasila
di Indonesia akan menentukan arus yang berbeda denga falsafah bangsa lain.
2. Kehendak masyarakat
Globalisasi dan perubahan budaya memaksa masyarakat untuk
berkembang dan menentukan pilihan untuk kemajauanya sekat sekat bangsa
akan di hilangkan. Dari sinilah masyarakat akan berubah mengikuti perubahan
sehimgga kurikulim pendidikan akan beruba sesuai kehendak masyarakat.
3. Faktor politik
Politik Adalah Pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan
atau sistem pemerintahan. Dalam persepektif Islam Politik adalah
pemeliharaan urusan umat di dalam maupun luar negeri, dan dilakukan oleh
negara bersama umat. Negara melaksanakan pengaturan secara praktis,
sedangkan umat mengoreksi negara dalam pelaksanaannya. Karna pendidikan
merupakan bagian pengurusan dari masyarakat maka setiap rezim akan
memiliki kebijakan kebijakan terkait pendidikan yang di tempuh. Sebagai
contoh Pada masa orde lama arah kurikulum pendidikan cendrung mengarah
pada pandangan sosialis. Sedangkan era orde baru pendidikan yang di bangun
mengarah kepada pendidikan Kapitalis. Demikian seterusnya dengan
pemimpin-pemimpin setelah orde lama dan orde baru.
4. Faktor pembangunan negara dan perkembangan dunia.
Perkembangan kurikulum juga dipengaruhi oleh faktor pembangunan
negara dan perkembangan dunia. Negara yang ingin maju dan membangun
akan selalau merubah kurikulum pendidikanaya agar dinamis mengikuti

5
perkembangan zaman. Oleh itu ia harus menyesuaiakan mengikut
perkembangan zaman dan kemajuan sains dan teknologi.
Kenyataan di atas jelas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi
telah membawa perubahan yang pesat pada kehidupan manusia di muka bumi
ini. Oleh itu perkembangan kurikulum haruslah sejajar dengan pembangunan
negara dan perkembangan dunia.
5. Faktor perubahan sosial.
Sisten sosial adalah sistem yang mengatur interaksi dan hubungan
masyarakat dengan sudut pandang tertentu, lebih sepesifik mengatur
hubungan antar indifidu dimasyarakart denga indi fidu laian agar terbentuk
interaksi yang manusiawi, juga untuk mengatur agar masyarakat terhindar
dari kerusakan. Sistem sosial ini lebih mengarah pada mental dari pada teknis.
semakin berkembangnya uatu masyarakat dan berkembangnya teknologi akan
mempengaruhi pola fikir dan mentalitas suatu masyarakat. Dulu mingkin
jarng kita jumpai kenakalan remaja dan kerusakan remaja. Dengan
berkembangnya informasi menyebabkan pergeseran nilai dan moralitas.
Untuk membentengi kemrosotan moral ini diperlukan pendidikan sosial yang
otomatis berpengaruh pada kurikulum pendidikan.
6. Faktor perkembangan ilmu dan kepentingannya
Zaman dan masa selalu berkembang silih berganti tiap masa akan di
jalani generasi dengan kemampuan berbeda dan teknologi berbeda, seara
normal masa sekarang dan masa depan akan memiliki teknologi yang
semakin maju dan bidang ilmu yang bertambah. Semua ini menuntut adanya
perubahan kurikulim untuk mengikuti perkembangan ilmu dan kepentinganya
untuk manfaat manusia.
C. Perubahan Kurikulum di Indonesia
Kurikulum pendidikan nasional yang dimulai sejak tahun 1945 telah
beberapa kali mengalami perubahan seperti tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, 2006 dan yang sudah disiapkan oleh Pemerintahan Presiden
Susili Bambang Yudhoyono melalui Kurikulum Tahun 2013 meski urung
diterapkan.
Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945. Perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan
pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Perubahan kurikulum

6
tersebut tentu disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda-beda, karena dalam
setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk
memajukan pendidikan nasional kita.
Perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia beserta tujuan yang
ingin dicapai dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana
Pelajaran 1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer
plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris.
Rencana Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia
pendidikan masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan
dan pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas
pendidikan ditetapkan Pancasila.
Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan pendidikan watak,
kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah
Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah.
Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu
Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara,
Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan
Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya
pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun sejak 1951 agama juga
diajarkan sejak kelas 1.
Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan pada cara guru
mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa
mengajarkan bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu
Alam mengajarkan bagaimana proses kejadian sehari-hari, bagaimana
mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan, manfaat
bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa
lokomotif diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan
bagaimana menyambung kabel listrik.
Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap
pelajarannya, yang dikenal dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952.

7
“Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu sekolah
khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas
masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.
2. Kurikulum 1952
Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rentjana
Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem
pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum
1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964
atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam
lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1964
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana

8
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien
dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam ProsedurPengembangan
Sistem Instruksional (PPSI).
6. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari
oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional
dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar,
yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi
matematika. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju yang akan
disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat, Jepang,
Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal yaitu
adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap
matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah

9
melaunching kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam
menerapkan kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi,
perbedaan kemajuan pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya
perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di satu pihak dan pelaksana
sekolah serta kebutuhan lapangan dipihak lain, belum sesuainya materi
kurikulum dengan tarap kemampuan aak didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa
aktif) menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti
komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut.
Langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil adalah melakukan
hal-hal sebagai berikut;
a. Guru supaya meningkatkan profesinalisme
b. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan
kalkulator dan computer
c. Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan
sekolah lanjutan
d. Pengevaluasian hasil pembelajaran
e. Prinsip CBSA di pelihara terus
7. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu
pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.
Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga
tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. Tujuan pengajaran menekankan
pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.
8. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas
tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini

10
mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu
yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu kurikulum berbasis
kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.
9. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP.
Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh
siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum
2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan
untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada.
Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan
(SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
10. Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berlaku dalam sistem pendidikan
Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diteapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.
Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobanya pada tahun 2013 dengan
menjadikan beberapa sekolah rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013,
kurikulum 2013 diimplementasikan secara terbatas pada sekolah perintis, yakni
pada kelas I dan IV untuk tingkat sekolah dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas
X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014, kurikulum 2013 sudah
diterapkan di kelas I,II,IV, dan V sedangkan untuk SMP kelas VII dan VIII dan
SMA kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah
sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.

11
D. Implementasi pada Evaluasi Kurikulum
Dalam kurikulum, terdapat perbedaan penekanan. Perbedaan penekanan
dalam kurikulum tersebut mengakibatkan perbedaan dalam pola rancangan dan
dalam pengembangannya.
1. Konsep kurikulum yang menekankan isi memberikan perhatian besar pada
analisis pengetahuan baru yang ada, sangat mengutamakan peranan
desiminasi, meskipun seandainya kurikulum itu kurang baik, mereka dapat
memaksanya melalui jalur birokrasi.
2. Konsep situasi menuntut penilaian secara rinci tentang lingkungan belajar,
sangat mementingkan penyiapan unsur-unsur yang terkait.
3. Konsep organisasi memberi perhatian besar pada struktur belajar.
Perbedaan-perbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi
langkah-langkah implementasi selanjutnya, strategi penyebarannya sangat
mengutamakan latihan guru.
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu
mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pembelajaran
yang cukup lama. Kurikulum yang menekankan situasi, waktu untuk
mempersiapkannya hampir sama dengan kurikulum yang menekankan isi.
Perbedaan konsep dan strategi pengembangan dan penyebaran kurikulum,
juga menimbulkan perbedaan dalam rancangan evaluasi.
1. Model evaluasi yang bersifat komparatif menekankan pada tujuan atau
obyektif yang sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan
menekankan isi atau materi (content based curriculum).
2. Pendekatan yang bersifat bebas atau lepas dari tujuan (goal free) lebih
memungkinkan untuk mengevaluasi kurikulum yang menekankan pada
situasi (situation based curriculum).
3. Pendekatan yang bersifat eklektif lebih cocok jika diterapkan dalam
kurikulum yang menekankan organisasi (Muhammad Zaini, 2009: 147-148).
E. Peran Evaluasi dan Perubahan Kurikulum
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, evaluasi memiliki kedudukan yang
sangat penting dan strategis. Jika seseorang ingin memahami dan
mengembangkan kurikulum, maka ia wajib mempelajari tentang evaluasi karena
evaluasi merupakan konsep yang melekat pada kurikulum.

12
Kurikulum penting untuk dievaluasi dan dikembangkan secara baik dan
berkelanjutan yang memacu para pelaksana kurikulum di sekolah yang siap pakai,
aktif, dan kreatif serta mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi
lembaga pendidikan yang ada di dalamnya. Untuk mencapai hal tersebut,
diperlukan suatu sistem kurikulum yang efektif dan efisien pada setiap program
kegiatan pendidikan.
Peranan evaluasi kurikulum khususnya dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan itu berkenaan dengan tiga hal, yaitu:
1. Evaluasi sebagai moral judgment (penilaian)
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi
berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan berikutnya.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum itu
sangatlah banyak, misalnya: guru, siswa, orang tua, kepala sekolah, para
pengembang kurikulum dan sebagainya. Pada prinsipnya tiap individu di atas
membuat keputusan sesuai posisinya. Besar kecilnya peranan keputusan yang
diambil itu sesuai dengan lingkup tanggungjawabnya, serta lingkup masalah
yang dihadapinya. Misalnya siswa mengambil keputusan sesuai dengan
kepentingannya, apabila seorang siswa mendapat nilai kurang baik, maka
keputusan yang diambil adalah meningkatkan kualitas belajarnya. Beberapa
hasil evaluasi akan menjadi pertimbangan bagi pengambil keputusan (dalam
Muhammad Zaini, 2009: 146).
3. Evaluasi dan konsensus nilai
Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi
kurikulum, sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang ikut terlibat
dalam kegiatan penilaian atau evaluasi. Para partisipan dalam evaluasi
pendidikan dapat terdiri dari: orang tua, siswa, guru, pengembang kurikulum,
administrator, dan sebagainya. Sehingga kesatuan penilaian diantara mereka
(partisipan dalam evaluasi pendidikan) hanya dapat dicapai melalui suatu
konsensus. Secara historis konsensus nilai dalam evaluasi kurikulum berasal
dari tradisi tes mental serta eksperimen. Konsensus tersebut berupa kerangka
kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran
prestasi belajar yang bersifat behavioral, analisis statistik dari prestasi test dan
post tes. Ada dua kriteria dalam penilaian kurikulum. Pertama, kriteria

13
berdasarkan tujuan yang telah tentukan atau sering disebut kriteria patokan.
Kedua, kriteria berdasarkan norma-norma atau standar yang dicapai sebagai
mana adanya (dalam Muhammad Zaini, 2009: 146).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari urain di atas bisa di simpulakan bahwa setiap bangsa masyarakat punya
kurikulum dan kurikulum akan selalu berubah mengikuti perubahan dan kebutuhn
masyarakat tersebut. Di indonesia kurikulum selalau berubah mengikuti zaman
dan kepentingan pilitik pemerintah. Dan sebagai paraktisi penddik hendaknya
kita selalu siap menghadapi perubahan.
Adanya perbedaan penekanan dalam kurikulum mengakibatkan perbedaan
dalam pola rancangan dan dalam pengembangannya. Perbedaan-perbedaan dalam
rancangan tersebut mempengaruhi langkah-langkah implementasi selanjutnya.
Adapun peranan evaluasi kurikulum khususnya dalam penentuan kebijaksanaan
pendidikan itu berkenaan dengan tiga hal, yaitu: evaluasi sebagai moral judgment,
evaluasi dan penentuan keputusan, serta evaluasi dan konpansus nilai.
Ujian memberikan dasar evaluasi dan penilaian terhadap perkembangan
belajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.

15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Zaini, Muhammad. 2009. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: TERAS.
http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003.Sisdiknas.pdf undang-undang pendidikan
bab II dasar dan dan fungsi tujuan pendidikan hal hal 4
http://www.slideshare.net/AhmadWahyudinRocknRoll/evaluasi-kurikulum-9593798

16
17

Anda mungkin juga menyukai