Anda di halaman 1dari 2

Alfian Rizky Akmal Istanto

5022201222
Kaldera
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Lingkungan
COVID-19 atau Corona Virus Disease 19 yang disebabkan oleh virus corona kini telah
dinyatakan sebagai pandemi global yang telah melanda sebagian besar negara di dunia. Dalam
hitungan bulan Virus Corona telah mengubah gaya dan cara hidup serta kondisi masyarakat di
dunia, Virus yang awalnya ini hanya muncul di China kini wabah ini telah meluas hingga
menjangkit benua yang ada di dunia dan telah menelan ribuan korban jiwa dan membuat ratusan
ribu lainnya harus terbaring di rumah sakit sungguh menjadi duka bagi dunia. Tentunya pandemi
ini menimbulkan dampak yang sangat besar dalam dunia global dan mempengaruhi sejumlah
aspek. Mulai dari aspek ekonomi dimana kegiatan perekonomian di belahan mengalami
penurunan yang drastis hingga roda perekonomian hamper terhenti dan tidak berjalan seperti
biasanya serta beberapa aspek lainnya seperti sosial, edukasi, lingkungan maupun mempengaruhi
kondisi alam. Namun dengan adanya pandemi itu juga menimbulkan hal signifikan yang dapat
dirasakan meskipun sebagian orang tidak dapat menyadari hal itu. Penerapan physical
distancing yang mengharuskan seseorang berdiam diri di rumah ternyata banyak berpengaruh
terhadap kondisi alam. Aktivitas ekonomi dan transportasi yang dibatasi juga turut berdampak
pada lingkungan. Kegiatan tersebut telah menyebabkan penurunan emisi karbon secara tiba-tiba.
Berkaca dengan negara-negara maju di dunia, contohnya di New York AS dibandingkan dengan
tahun lalu, tingkat polusi di New York telah berkurang hampir 50% karena langkah-langkah
yang dilakukan untuk menekan penyebaran virus. Sementara di China, emisi turun 25% pada
awal tahun karena orang diperintahkan untuk tinggal di rumah dan banyak pabrik yang tutup.
Hal serupa juga terjad di Italy dan Spanyol. Penuruan gas emisi karbon ini adalah turut
dipengaruhi oleh menurunnya laju transportasi. Menurut seorang peneliti ilmu keberlanjutan di
Lund University di Swedia langkah untuk menekan penyebaran virus seperti physical
distancing dan memotong perjalanan yang tidak perlu telah menurunkan kontribusi gas emisi di
dunia. Di mana transportasi telah berkontribusi sebesar 72% pada emisi gas rumah kaca. Secara
teori, penurunan tajam dalam polusi dan emisi karbon ini merupakan perkembangan positif bagi
Bumi dan manusia yang hidup di dalamnya. Polusi udara berkontribusi terhadap jutaan kematian
di seluruh dunia setiap tahun, memperburuk penyakit kardiovaskular, dan kesehatan pernapasan.
Udara yang lebih jernih juga dapat memberikan pertolongan singkat bagi mereka yang positif 
Virus Corona COVID-19, membuatnya lebih mudah untuk bernapas untuk pasien yang berjuang,
meskipun para ahli kesehatan mengatakan bahwa paparan polusi selama bertahun-tahun
kemungkinan membuat banyak orang lebih rentan terhadap penyakit ini. Organisasi lingkungan
internasional Greenpeace menyebut COVID-19 telah memberi dampak negatif kepada
perdagangan dan ekonomi. Namun ada efek positif bagi Bumi karena kegiatan industri tertahan,
polusi industri berkurang, dan kualitas lingkungan hidup meningkat. Meningkatnya kualitas
lingkungan setelah aktivitas industri terhenti akibat lockdown, turut membuktikan bahwa
manusia dan ekonomi punya andil dalam penyebaran polusi. Namun di Indonesia belum
sepenuhnya mengalami hal serupa. Indonesai juga belum menerapkan lockdown dengan
beberapa pertimbangan yang telah diatur oleh pemerintah, dan hanya menetapkan pembatasa
sosial. Selain itu masih ada perusahaan yang melakukan pembukaan lahan hutan di Kalimantan
dan Papua. Kebijakan pembatasan sosial pemerintah juga dinilai belum memberi efek pada
lingkungan. Status pembatasan sosial skala luas yang baru saja diterapkan oleh pemertintah
dianggap belum berjalan maksimal terhadap aspek lingkungan karena diketahui beberapa
perusahaan masih terus melakukan aktivitas dan masih berorientasi untuk mendapatkan
keuntungan dari situasi kritis ini yang disebabkan oleh Virus Corona. Yang menjadi fokus serius
yaitu mengenai masalah perlindungan hutan, sebab ada keterkaitan antara kerusakan hutan dan
penyebaran Virus Corona, dimana hampir seluruh perhatian tertuju pada penangan pandemi ini
sementara hutan di Indonesia terus ditebang baik untuk kepentingan berbagai industri seperti
kelapa sawit dan kayu pulp. Selain itu juga muncul permasalahan lingkungan lainnya yaitu
mirisnya, sampah plastik yang terus meningkat, contoh kecilnya yaitu penggunaan plastik sekali
pakai dari peralatan medis, seperti sarung tangan hingga kemasan plastik lainnya. Semakin
banyak orang memilih makanan yang dikemas, bahkan kafe yang tetap buka tidak lagi
menggunakan cangkir yang dapat digunakan kembali sebagai upaya menghentikan penyebaran
virus. Dan juga Krisis iklim terabaikan sementara. Pandemi COVID-19 membuat isu krisis iklim
terpinggirkan. Namun, para ahli memperingatkan bahwa keputusan penting mengenai iklim tidak
boleh diabaikan, walaupun konferensi iklim PBB ditunda hingga 2021. Meski emisi mengalami
penurunan sejak pandemi terjadi, sayangnya kita belum melihat perubahan yang luas dan
berjangka panjang sebagai hasilnya. Dengan demikian pemerintah juga perlu memperhatikan dan
menyadari kondisi tersebut seperti perlindungan hutan dalam memberantas COVID-19 di tengah
pandemi ini karena sejatinya kesehatan masyarakat dan kesehatan bumi sangat berhubungan erat
dan harus ditangani bersama agar terhindar dari penyakit yang akan timbul serta penghancuran
keanekaragaman hayati.

Anda mungkin juga menyukai