Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG GIZI KLINIS

ASUHAN GIZI PADA PASIEN ANAK I

Combustio Grade II 15% (Luka bakar II 15%)

Disusun Oleh :

Ena Elisa

472017408

Pembimbing :

Sarah Melati Davidson, S.Gz.,M.Si

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2021

1|Page
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Akhir Perencanaan Program Berbasis Studi Kasus Klinis “Combustio Grade II 15%
(Luka bakar II 15%) ” telah mendapat persetujuan dari pembimbing.

Mahasiswa yang mengajukan


Nama : Ena Elisa
NIM : 472017408
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi : Gizi
Universitas : Universitas Kristen Satya Wacana
Judul Laporan : Laporan Akhir Perencanaan Program Berbasis Studi Kasus
Klinis “Asma Akut dengan Bronkopneumonia”.

Telah direvisi dan disetujui oleh pembimbing untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek
Kerja Lapangan Gizi Klinis tahun 2021.

Salatiga, Maret 2021

Pembimbing

Sarah Melati Davidson, S.Gz.,M.Si

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejadian luka bakar merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia. Luka
bakar adalah luka pada kulit yang disebabkan oleh kontak terhadap api, air panas, radioaktif,
listrik, dan juga kontak dengan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar. Terdapat 265.000
kematian setiap tahun nya. Kasus luka bakar ini kebanyakan terjadi di negara berpenghasilan
rendah pada masyarakat menengah kebawah (WHO, 2019). Di Indonesia belum ada laporan
tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang
diakibatkannya, namun diperkirakan terdapat 11 juta kasus parut abnormal dengan berbagai
sebab dan 4 juta parut abnormal yang terjadi pasca luka bakar (Noer, Saputro & Perdana
kusuma 2006).
Luka bakar merupakan kejadian yang paling umum terjadi dan salah satu bentuk trauma
yang bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Kejadian luka bakar ini dapat
menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Pasien luka bakar juga beresiko
mengalami sepsis sekunder akibat pneumonia, maupun infeksi kateter (Church et al., 2006).
Ini adalah salah satu cedera paling serius yang dapat ditemukan manusia dan menjadi masalah
kesehatan utama di dunia. Sebagian besar luka bakar terjadi di rumah, penyebab yang umum
terjadi adalah karena cairan panas, dan nyala api. Pada orang dewasa cedera luka bakar banyak
disebabkan karena aktivitas kontak dengan api. Sedangkan pada anak cedera luka bakar
banyak disebabkan karena cairan panas (Justin-Temu et al., 2008).
Menurut WHO terdapat 47,5 % kematian pada anak akibat luka bakar per tahun di wilayah
Asia dan India (WHO, 2009). Luka bakar adalah cedera yang paling memiliki konsekuensi
tinggi dan dapat berakibat fatal terutama bagi anak kecil yang berusia 0-2. Luka bakar pada
anak kebanyakan terjadi adalah luka bakar akibat panas dan terjadi di dalam rumah yang
melibatkan peralatan dapur dan peralatan rumah tangga lain. Selain itu kejadian luka bakar
pada anak terbanyak terjadi karena terkena air panas (Dorothy A. Drago, 2009). Luka akibat
air panas merupakan penyebab paling umum luka bakar pada pasien yang berusia kurang dari
5 tahun, adalah jenis luka bakar paling umum kedua di antara semua kelompok umur.
Tingkat keparahan luka bakar sebanding dengan suhu cairan, minyak, atau minyak. Lepuh
oleh minyak atau air yang dipanaskan dalam microwave memiliki tingkat keparahan yang jauh
lebih besar dan memiliki insiden konversi yang lebih tinggi ke luka bakar tingkat ketiga. Luka
bakar kimia dan listrik lebih jarang terjadi tetapi bisa merupakan cedera yang sangat merusak
jaringan (Curran dan Stafford, 2010).
3|Page
Meskipun nyatanya luka bakar pada anak jauh lebih sedikit dibandingkan dengan bentuk
luka bakar lainnya, tetapi jenis cedera pada anak juga memiliki angka kejadian yang parah.
Angka kematiannya (Mortality rate) cukup tinggi pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun,
terutama pada kelompok usia 0-1 tahun (Rahayuningsih, 2012).
1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu:

1. Melakukan skrining gizi pada awal pasien masuk RS


2. Menilai status gizi pasien anak berdasarkan food and nutrition-related histori/FH,
antropometry data (AD), biochemical data (BD), Nutrition focused physical findings/PD,
client histori (CH)
3. Membuat kesimpulan diagnosis gizi pasien anak
4. Merencanakan terapi diet, parameter yang dimonitor dan konseling gizi pasien anak
5. Memonitor dan mengevaluasi status gizi dan terapi diet pasien anak
6. Menyusun laporan kasus pasie anak dan mempresentasikan kasus

4|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang dapat disebabkan oleh panas
(api, cairan/lemak panas, uap panas), radiasi, listrik, kimia. Luka bakar merupakan jenis trauma
yang merusak dan merubah berbagai sistem tubuh (Jong W, 2005). Kulit adalah organ tubuh
terluas yang menutupi otot dan memiliki peran homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan
terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada dewasa sekitar 2,7-3,6kg
dan luasnya sekitar 1,5-1,9m2. Tebal kulit bervariasi mulai 0,5 mm hingga 4 mm tergantung letak,
umur, dan jenis kelamin (Chu DH, 2013). Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya.
Peningkatan permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan cairan
intravaskular.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan terjadi akibat
penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan pada bula di luka bakar derajat 2, dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%,
biasanya masih terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20% resiko
syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat, dingin, nadi lemah dan
cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin.4 kulit manusia dapat mentoleransi suhu
44oC (111oF) relatif selama 6 jam sebelum mengalami cedera termal (Chu DH, 2013). Pada luka
bakar derajat II dangkal/ superficial partial thickness, kerusakan jaringan meliputi epidermis dan
lapisan atas dermis. Kulit tampak kemerahan, edema, dan terasa lebih nyeri daripada luka bakar
derajat I.
Luka sangat sensitif dan akan lebih pucat jika kena tekanan. Masih dapat ditemukan folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14
hari tanpa sikatrik, namun warna kulit sering tidak sama dengan sebelumnya. Perawatan luka
dengan pembalutan, salep antibiotika perlu dilakukan tiap hari. Penutup luka sementara
(xenograft, allograft atau dengan bahan sintetis) dapat diberikan sebagai pengganti pembalutan.
Pada luka bakar derajat II dalam/deep partial thickness, kerusakan jaringan terjadi pada hampir
seluruh dermis. Bula sering ditemukan dengan dasar luka eritema yang basah. Permukaan luka
berbecak merah dan sebagian putih karena variasi vaskularisasi. Luka terasa nyeri, namun tidak
sehebat derajat II dangkal. Folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama, sekitar 3-9 minggu dan meninggalkan jaringan parut. Selain

5|Page
pembalutan dapat juga diberikan penutup luka sementara (xenograft, allograft atau dengan bahan
sintetis).
Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal tetapi memiliki
efek sistemik. Perubahan ini khusus terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka
yang disebabkan oleh cidera lainnya. Perubahan sistemik peningkatan permeabilitas kapiler terjadi
akibat adanya efek panas. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler berpindah ke
ruang intersitial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma maksimal muncul 8 jam
pertama dan berlanjut sampai 18 jam. Setelah 18 jam permeabilitas kapiler kembali normal.
Hilangnya plasma merupakan penyebab syok hipovalemik pada penderita luka bakar. Jumlah
kehilangan cairan tergantung pada luasnya luka bakar. Luka bakar luas permukaan tubuh biasanya
dihitung dengan aturan Wallace Rule of Nine pada orang dewasa dan table Lund-Browder pada
orang dewasa dan anak anak. Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak anak
lebih dari 10% dapat terjadi syok hipovalemik jika resusitasi tidak memadai (Shehan H, Peter D.,
2004).
Kasus
An. A datang kerumah sakit dengan kondisi tubuh dan kaki tersiram air panas. An. A
berusia 3 tahun dan berjenis kelamin Laki-laki. Diagnosa medis adalah Combustio Grade II 15%.
Kebiasaan makan An. A Nasi 1 ctg 3x/hari , ayam goreng, semur ayam 3x/hari, telur ceplok 2x
/minggu, tahu/tempe bacem 2x sehari, sup labu sim 2x/minggu, sayur bayam 3x/minggu, sup
wortel 3x/minggu, pisang2x/minggu jajanan ringgan 4-5x/hari, teh manis 2x/hari. Pengukuran
antropometri menunjukkan BBA 20 Kg Panjang badan 104 cm (An.A dalam kondisi tidak dapat
berdiri). Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil GDS 90 mg/dl, Leukosit 24,62/UL,
SGPT 35 µ/L , SGOT 30 µ/L , Hemoglobin 11,2 gr/dl. Pemeriksaan fisik menunjukan hasil suhu
badan 37,5oC dan denyut nadi 128x/menit, KU CM, tampak kesakitan, RR 26x/menit. Hasil recall
menunjukkan energi 980 kkal, protein 36 gr, lemak 28 gr dan karbohidrat 118 gr

6|Page
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil

FORMULIR SKRINING GIZI ANAK (PEDIATRIC YORKHILL MALNUTRITION SCORE)


Nama : An . A Tanggal Pemeriksaan 28 Maret 2021
Umur 3 tahun
Berat Badan 20 kg
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tinggi badan/Panjang badan 104 cm
BMI 2,53 (Gemuk)
No Kriteria Skor
1 Status Antropometri
- BB/TB untuk anak < 5 tahun ≥ (-2 SD) 0
0
- BMI/U untuk anak ≥ 5 tahun
< (-2 SD) 2
2 Kehilangan atau penurunan berat Tidak ada 0 0
badan akhir-akhir ini Ada 2
3 Asupan makanan dalam satu minggu Makan seperti biasa 0
terakhir Ada penurunan 1
Tidak makan sama sekali 2
atau sangat sedikit
4 Anak sakit berat *) Tidak 0
Ya 2 2
Skor total 2
Kesimpulan Tanpa risiko
Risiko rendah ✓
Risiko tinggi
Tindakan Skrining ulang 1 minggu
kemudian
Skrining ulang 3 hari lagi
Rujuk ke dietisien/dokter
divisi gizi dan penyakit
Metabolik
Ahli Gizi Nama Ena Elisa
Tanda tangan

Keterangan:

*) Penyakit yang berisiko terjadi gangguan gizi diantaranya : dirawat di HCU/ICU, penurunan
kesadaran, kegawatan abdomen (pendarahan, ileus, peritonitis, asites massif, tumor intraadomen
besar, post operasi), gangguan pernapasan berat, keganasan dengan komplikasi, gagal jantung,
gagalginjal kronik, gagal hati, diabetes mellitus, atau kondisi sakit berat lainnya.

Skor ≥ 1 : risiko tinggi, perlu asesmen lebih lanjut oleh dietisien dan / atau dokter divisi gizi

Skor 1 : risiko rendah, perlu dilakukan skrining Kembali setelah 3 hari

Skor 0: tanpa risiko, perlu dilakukan skrining Kembali setelah 1 minggu

7|Page
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

NAMA : An. A PB: 104 cm


UMUR : 3 tahun BB: 20 kg
JK : Laki-laki Ahli Gizi: Ena Elisa

ASSESSME DIAGNOSA GIZI INTERVENSI RENCANA MONEV


NT
DATA DASAR IDENTIFIKASI TERAPI DIET TERAPI
MASALAH EDUKASI/KONSELING
Diagnosis Medis : Diagnosis Medis (NI-5.1) Jenis diet : Diet Luka Sasaran : Orang tua dan Parameter yang
Combustio Grade II 15% Combustio Grade II Peningkatan kebutuhan bakar Keluarga dimonitor :
(Luka bakar II 15%) 15% (Luka bakar II gizi khususnya protein
dengan kondisi tubuh 15%) dengan kondisi berkaitan dengan Bentuk Makanan : biasa Metode : konseling • Antropometri : status
dan kaki tersiram air tubuh dan kaki penyembuhan luka gizi normal
ditandai dengan adanya Cara Pemberian : Oral • Biokimia : nilai
panas. tersiram air panas. Alat : leaflet atau brosur
luka bakar danhasil biokimia mencapai
recall protein rendah Frekuensi : 3 kali makan standar normal
Antropometri : Keluhan Utama (TKP 89%). besar 2 kali makan Waktu : 15-20 menit • Fisik/Klinis :
Usia = 3 tahun Datang ke rumah
selingan membaik
sakit dengan (NC-2.2) • Asupan Makan :
BBA = 20 kg kondisi kaki dan Tempat : ruang konseling
Perubahan nilai Tujuan Diet : membaik
tubuh tersiram air gizi / kamar rawat inap
PB = 104 cm laboratorium terkait zat 1. Memberikan
panas. Metode/cara :
gizi khusus berkaitan
makanan sedini Tujuan Koseling : 1. Rekam medik
Z Score Antropomet dengan gangguan fungsi
BB/ PB mungkin untuk • Membantu pasien 2. Hasil Recall (2 hari
ri : BB/U = tubuhditandai dengan menggunakanvisual
= 2, 53 (gemuk) Gizi lebih rendahnya nilai mencegah timbul memperbaiki status gizi
(Sumber : Permenkes RI, TB/U = agar mencapai status comstock)
hemoglobin (Hb) dan dan 3. Antropometri
2020) Normal gizinormal
tingginya nilai leukosit. berkembangnya • Membantu
BB/TB = sindrom respon Target :
Data Biokima : Gemuk memperbaikinilai
GDS 90 mg/dl (NC-3.3) inflamasi laboratorium agar • Status gizi normal
IMT/U = Berat badan lebih
Gemuk sismetik, mencapai standar Nilai biokimia mencapai
Leukosit 24,62/UL berkaitan dengan pola

8|Page
SGPT 35 µ/L makan salah ditandai kegagalan normal kadar normal yaitu leukosit
(BB/TB) = BB dengan nilai zscore multiorgan dan • Memberi informasi dan hemoglobin.
SGOT 30 µ/L BB/TB + 2,53 SD kepada keluarga pasien • Pelaksanaan 3 kali
anak >median infeksi.
(gemuk) lebih dari tentang gizi seimbang seminggu.
Hemoglobin 11,2 gr/dl. 𝐵𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘−𝐵𝐵 𝑚𝑒𝑑i𝑎𝑛
standar normal. 2. Mempertahanka utkluka bakar. • Metode/cara :
(𝑛i𝑙𝑎i 𝐵𝐵 𝑝𝑎𝑑𝑎 (+1𝑆𝐷)−𝐵𝐵
𝑚𝑒𝑑i𝑎𝑛 n fungsi organ Rekam medik
Data Klinis/Fisik: 20−16,2 (NB-1.1) dan mencegah • Kondisi fisik
= Kurangnya membaik
o 17,7−16,2 Materi Konseling :
suhu badan 37,5 C pengetahuan disfungsi sistem • Asupan makanan yang
=
3,8
kardiovaskular, • Menjelaskan luka bakar
denyut nadi 128x/menit, 1,5 berhubungan dengan dihabiskan 80- 100%
makanan dan zat gizi (combustion grade II dan tingkat kecukupan
KU CM = + 2,53 SD (Gemuk) respirasi dan
berkaitan dengan 15%) 90-119%.
tampak kesakitan kekebalan tubuh. • Menjelaskan diet
kurangnya informasi
Biokimia : 3. Mempertahanka lukabakar Evaluasi :
RR 26x/menit. dan kontrol orangtua
• Leukosit = n keseimbangan • Menjelaskan makanan Dilakukan evaluasi
ditandai dengan
Riwayat Makan : 24,62/UL (↑), yang dianjurkan dan hasil dari setiap
kebiasaan jajanan kalori dan
standar tidakdianjurkan tindakan yang
Recall : ringan hingga 4 nitrogen positif
normalnya yaitu Menjelaskan contohmenu diberikan kepada
sampai 5 kali sehari.
energi 980 kkal = 4-10/UL dengan cara : sehari pasien agar dapat
• Hb = 11,2 g/dl Pemberian kalori
(sumber : BEMJ GIZI,2011) mengetahui asuhan
protein 36 gr (↓), standar gizi mana yang
normal Hb = (karbohidrat dan lemak)
lemak 28 gr optimal dan tidak
11,5 – 13,5 g/dl sesuai perhitungan
karbohidrat 118 gr (Sumber : Azura) kebutuhan, pemberian optimal. Jika hasil dari
protein tinggi, cukup evaluasi didapatkan hasil
Kebiasaan makan :
Klinis/Fisik : yang tidak memuaskan atau
Nasi 1 ctg 3x/hari, ayam protein dan mineral.
• KU CM, tidak optimal, proses asuhan
goreng, semur ayam 4. Mempercepat
tampak gizi terstandar akan
3x/hari, telur ceplok 2x
kesakitan penyembuhan dilakukan pengulangandari
/minggu, tahu/tempe
• Nadi = (↑), standar luka dserta mulai assesment, diagnosa,
bacem 2x sehari, sup labu
normal = 80- intervensi, monitoring dan
sim 2x/minggu, sayur pemulihan
120x/menit evaluasi.
bayam 3x/minggu, sup keadaan umum
• Suhu = (↑),
wortel 3x/minggu,
standar normal pasien.
pisang2x/minggu jajanan
= 360 – 370 C
ringgan 4-5x/hari, teh
(Buku saku Gizi,
manis 2x/hari. Syarat/Prinsip Diet :
Azura)

9|Page
• Energi
Riwayat makan : (Schofield) :
- kebutuhan energi
Hasil Recall : basal(KEB) +
TKE = 90% Faktor stres
(normal) TKP = • Protein : diberikan
89,08% (defisit) 10-15%dari total
TKL = 77,95% energi
(defisit) TKKH = • Lemak : diberikan
79,63% (defisit) 30% dari energi
Normal = 90-119% total dan asam
(Depkes RI, 2013). linoleat 2-3% dari
energi total
• Karbohidrat :
diberikan 50-60%
dari energi total.
Hindari pemberian
glukosaberlebihan,
gunakan glukosa
polimer
• Mineral : diberikan
tinggi,terutama zat
besi, kalium seng,
magnesium, fosfor,
natrium, kalium
sebaliknyadiberikan
dalam bentuk
suplemen.
• Kebutuhan cairan dan
elektrolit menggunakan
rumus Holliday-Segar
yaitu 1500 cc per 24
jam

(Sumber : Penuntun
Diet Anak Ed.3)

10 | P a g e
Perhitungan Kebutuhan
energi basal (KEB) pada
anak usia 3 tahun:

BBI = 2 x ( usia tahun) +


8

= 2 x (3) + 8

=6+8

BBI = 14 kg

Rumus Energi menurut


Schofield :
• KEB
= 0,617 x BB + 15,174 x
TB
– 617,6
= 0,617 x 20 + 15,174 x
103,3 – 617,6
= 1.579,81- 617,6
= 962,21 kkal

• Total Energi
(Schofield)
= KEB + Faktor stres
= 962,21 + 12%
= 1.077,67 kkal

• Kebutuhan Protein
= 15% dari energi total
= 15% x 1.077,67 kkal/4
= 161,65/4

11 | P a g e
= 40,41 gr

• Kebutuhan Lemak
= 30% x 1.077,67 kkal/9

= 323,30/9
= 35,92 gr

• Kebutuhan KH
= 55% x 1.077,67 kkal/4
= 592,71/4
= 148,17 gr

Kebutuhan cairan =

= BB anak 20 kg

= (10kg + 10kg)

=10 x 100 ml = 1000 cc

= 10 x 50 ml = 500 cc

Total kebutuhan cairan


= 1500 cc per 24 jam

(Sumber : Buku
PenuntunDiet Anak)

12 | P a g e
13 | P a g e
HASIL MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring Asesment Gizi Monitoring Diagnosis Evaluasi dan Tindak Lanjut (Terapi Diet
Hari
Antropometri Biokimia Fisik dan Klinis % Asupan Gizi dan Konseling Gizi)
2 BB = 20 kg Hb = 12,5 g/dl KU CM, lemas E : 129% (NI-5.1) • Asupan protein dan lemak sudah normal
P : 115% Peningkatan kebutuhan dan sesuai standar normal yaitu 90-119%,
PB = 104 cm RR = 26x/menit
L : 119% gizi khususnya energi akan tetapi asupan energi dan karbohidrat
Nadi = 100x/menit KH : 124% berkaitan dengan berlebihan.
penyembuhan luka • Pemeriksaan laboratorium sudah mencapai
Suhu = 360C
ditandai dengan adanya standar normal.
luka bakar dan hasil recall • KU CM dan lemas
energi tinggi (TKE • Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah
129%). memberikan edukasi kepada orangtua anak
terkait makanan dan gizi seimbang untuk
(NC-3.3) anak.
Berat badan lebih
berkaitan dengan pola
makan salah ditandai
dengan nilai zscore
BB/TB + 2,53 SD
(gemuk) lebih dari standar
normal.
3 BB = 20 kg Hb = 13,6 g/dl KU CM E : 132,96% (NI-5.1) • Asupan makanan pada hari ke 3 berlebihan
P : 127% Peningkatan kebutuhan yang dilihat dari persen tingkat kecukupan.
PB = 104 cm RR = 26x/menit
L : 133% gizi khususnya protein • Pemeriksaan biokimia sudah mencapai
Nadi = 100x/menit KH : 125% berkaitan dengan standar normal
penyembuhan luka • KU CM (compos mentis atau sadar penuh).
Suhu = 360C
ditandai dengan adanya • Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah
luka bakar dan hasil recall memberikan edukasi kepada orangtua anak
protein tinggi (TKP terkait makanan dan gizi seimbang untuk
127%). anak.

(NC-3.3)
Berat badan lebih

14 | P a g e
berkaitan dengan pola
makan salah ditandai
dengan nilai zscore
BB/TB + 2,53 SD
(gemuk) lebih dari standar
normal.

15 | P a g e
Pembahasan
Pada penugasaan Praktik Kerja Lapang (PKL) kali ini, mahasiswa diminta mengerjakan
kasus asuhan gizi pada pasien anak 1 yaitu asma akut dengan bronkopnemonia. Pengerjaan kasus
ini sesuai dengan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dan Formulir Skrining. Setiap
pelayanan di rumah sakit akan disesuaikan dengan keadaan pasien seperti keadaan klinis, status
gizi, dan status metabolisme tubuh untuk membantu proses penyembuhan pasien. Keadaan gizi
pasien sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan pasien. Dalam menjalankan pelayanan
gizi di rumah sakit dilakukan asuhan gizi menggunakan proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
(Kemenkes, 2014). Proses asuhan gizi terstandar terdiri dari ADIME yaitu assessment, diagnosa,
intervensi, serta monitoring dan evaluasi. Urutan pemberian PAGT dapat dimulai dengan
skrining gizi setelah itu assessment yang terdiri dari data dasar dan indetifikasi masalah,
diagnosis gizi lalu intervensi gizi yang terdiri dari terapi diet dan terapi edukasi/konseling serta
yang terakhir yaitu monitoring dan evaluasi (ASDI, 2019).

4.1 Skrining Gizi


Berdasarkan hasil skrining gizi yang menggunakan formulir PYMS (Pediatric Yorkhill
Malnutrition Score), An. A berjenis kelamin laki laki, berusia 3 tahun memiliki berat badan 20
kg kg dan panjang badan 104 cm, dan BMI 18,74 kg/m2. Status gizi dinilai menggunakan zscore,
sehingga status gizi anak masuk dalam kategori normal menurut kategori zscore WHO. Pada
kriteria skor status antropometri BB/TB untuk anak < 5 tahun ≥ (-2 SD) diberi skor 0 karena
zscore anak pada BB/TB ≥ (-2SD). Pada kriteria kehilangan atau penurunan berat badan akhir
akhir ini mendapatkan skor 0 dikarenakan dalam kasus ini An. A tidak ada mengalami
penurunan berat badan sejak sebulan yang lalu. Pada kriteria asupan makanan dalam satu minggu
terakhir diberikan skor 0 yaitu diberikan makan seperti biasa dikarenakan pada kasus ini anak
tidak ada penurunan asupan makanan, kemudian pada kriteria anak sakit berat diberikan skor 2,
dikarenakan anak sedang sakit berat, dirawat di rumah sakit, dan adanya luka bakar akibat
tersiram air panas di bagian kaki dan tubuh. Berdasarkan dari hasil penjumlahan skor dari setiap
kriteria diperoleh skor total 2 artinya risiko tinggi, perlu assesmen lebih lanjut oleh dietisien atau
dokter divisi gizi dan penyakit metabolik.

16 | P a g e
4.2 Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
a. Antropometri
Antropometri adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi, dan
komposisi tubuh manusia. Standar Antropometri Anak adalah kumpulan data tentang ukuran,
proporsi, komposisi tubuh sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhanAnak
adalah anak dengan usia 0 (nol) bulan sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Standar
Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri
atas 4 (empat) indeks, meliputi: Berat Badan menurut Umur (BB/U); Panjang/Tinggi Badan
menurut Umur (PB/U atau TB/U); Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB atau
BB/TB); dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) (Permenkes RI, 2020).

Kategori ambang batas status gizi anak berdasarkan Permenkes nomor 2 tahun 2020 untuk
indeks BB/U anak usia 0-60 bulan yaitu < (-3SD) berat badan sangat kurang (severely
underweight), (-3SD sd < (-2SD) berat badan kurang atau underweight, (-2SD sd +1SD berat
badan normal, dan > + 1SD risiko berat badan lebih. Indeks PB/U anak usia 0-60 bulan yaitu < (-
3SD) sangat pendek atau severely stunted, (-3SD sd < (-2SD) pendek atau stunted, (-2Sd sd
+3SD normal, dan > +3SD tinggi. Indeks BB/PB atau BB/TB anak usia 0-60 bulan yaitu < (-
3SD) gizi buruk atau severely wasted, (-3SD sd < (-2SD) gizi kurang atau wasted, (-2SD sd
+1SD gizi baik atau normal, > +1SD sd +2SD beresiko gizi lebih atau possible risk of
overweight, dan > +3SD obesitas. Indeks IMT/U anak usia 0-60 bulan yaitu < (-3SD) gizi buruk
atau severely wasted, (-3SD sd < (-2SD) gizi kurang atau wasted, (-2SD sd +1SD gizi baik atau
normal, > +1SD sd +2SD beresiko gizi lebih atau possible risk of overweight, dan > +3SD
obesitas (Permenkes RI, 2020).

Kategori zscore menurut WHO yaitu pada indeks BB/U < (-2SD) artinya underweight, (-2SD
sampai +2SD kategori normal, dan > +2SD termasuk gizi lebih. Indeks BB/TB yaitu < (-2SD)
artinya kurus, (-2SD sampai +2SD kategori normal, dan > +2SD termasuk gemuk. Indeks IMT/U
yaitu < (-2SD) artinya kurus, (-2SD sampai +2SD kategori normal, dan > +2SD termasuk
gemuk. Indeks PB/U yaitu < (-2SD) artinya stunted, (-2SD sampai +2SD kategori normal
(WHO). Pada kasus ini An. N berusia 11 bulan dengan berat badan 8,97 kg dan panjang badan
70 cm. Berdasarkan perhitungan zscore status gizi anak termasuk dalam kategori normal yang

17 | P a g e
dihitung berdasarkan 4 indeks yaitu BB/U = + 3 SD (gizi lebih), TB/U = +1,94 SD (normal),
BB/TB = +2,53 SD (gemuk), dan IMT/U = + 2,41 SD (gemuk).

b. Biokimia
Data biokimia biasanya diperoleh dari dokumen yang telah ada, yaitu data laboratorium
(Par’i, 2017). Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Metode ini digunakan
untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa, 2012). Pengambilan
kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assessment gizi
lainnya. Disamping itu, proses penyakit, tindakan pengobatan, prosedur dan status cairan dapat
mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urine, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan
(Kemenkes RI, 2013). Pemeriksaan biokimia pasien anak menunjukkan hasil GDS 90 mg/dl,
Leukosit 24,62/UL, SGPT 35 µ/L, SGOT 30 µ/L, Hemoglobin 11,2 gr/dl, dari pemeriksaan
tersebut nilai leukosit tinggi sedangkan standar normal leukosit adalah 4-10/Ul dan nilai
hemoglobin rendah, standar normal hemoglobin yaitu 11,5-13,5 g/dl. Perubahan nilai
laboratorium tersebut dikarenakan adanya luka bakar yang dialami. Peningkatan leukosit terjadi
karena adanya kemungkinan infeksi yang terjadi akibat paparan suhu panas yang mengenai kulit,
keadaan ini disebabkan karena adanya respon inflamasi yang terjadi pada kondisi luka bakar atau
karena proses infeksi pada luka bakar. Rendahnya kadar hemoglobin terjadi karena kadar
produksi sel darah merah dan kelangsungan hidupnya menurun selama luka bakar (Febrianto,
R,dkk, 2016).

c. Fisik atau Klinis


Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat.
Metode ini didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi (Supariasa, 2012). Pemeriksaan fisik menunjukan hasil suhu badan
37,5oC dan denyut nadi 128x/menit, KU CM, tampak kesakitan, dan RR 26x/menit, dari hasil

18 | P a g e
pemeriksaan tersebut denyut nadi pasien anak tinggi sedangkan standar normal nadi untuk anak
adalah 80-120x/menit, kemudian suhu anak juga tinggi, standar normal suhu yaitu 360-370C.
Kondisi fisik dan klinis tersebut terjadi akibat adanya luka bakar yang dialami pasien.

d. Dietary History
Kebiasaan makan An. A Nasi 1 ctg 3x/hari , ayam goreng, semur ayam 3x/hari, telur ceplok
2x /minggu, tahu/tempe bacem 2x sehari, sup labu siam 2x/minggu, sayur bayam 3x/minggu, sup
wortel 3x/minggu, pisang2x/minggu jajanan ringgan 4-5x/hari, teh manis 2x/hari. Dari data
kebiasaan makan tersebut dapat dilihat bahwa An.A sering konsumsi jajanan ringan 4 sampai 5
kali dalam sehari, keseringan konsumsi jajanan tidak baik bagi kesehatan anak, hal ini
berhubungan dengan status gizi anak yang menunjukkan gizi lebih atau gemuk, karena jajanan
tidak sehat cenderung kaya akan lemak trans dan gula, sehingga asupan kalori melebihi
kebutuhan gizi. Sedangkan, kandungan gizinya hilang karena bahan baku yang digunakan tidak
segar dan proses pengolahan yang kurang sesuai prosedur.

Berdasarkan hasil recall saat masuk rumah sakit menunjukkan energi 980 kkal, protein 36 gr,
lemak 28 gr dan karbohidrat 118 gr. Berdasarkan perhitungan tingkat kecukupan gizi, maka TKE
90% (normal), TKP 89,08% (defisit ringan), TKL 77,95% (defisit sedang), dan TKKH 79,63%
(defisit sedang). Menurut Depkes RI (2003) tingkat kecukupan dapat dikatakan normal jika
mencapai 90-119%, defisit berat <70% dari kebutuhan, defisit sedang 70-79%, defisit ringan 80-
89% kebutuhan, dan lebih yaitu ≥120% kebutuhan.

e. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi adalah kegiatan mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi aktual
dan/atau berisiko menyebabkan masalah gizi. Diagnosis gizi merupakan langkah kritis yang
menjembatani antara pengkajian gizi dengan intervensi gizi. Oleh sebab itu, penetapan harus
dilakukan dengan benar sehingga kegiatan intervensi gizi dapat dilakukan dengan tepat.
Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah gizi (problem), penyebab masalah gizi
(etiology) serta tanda dan gejala masalah gizi (sign and symptoms). Penulisan pernyataan
diagnosis gizi merupakan rangkaian kalimat yang saling berkaitan antara problem, etiolog dan
sign & symptoms. Pertanyaan problem dan etiology dihubungkan dengan kata “berkaitan

19 | P a g e
dengan”, sedangkan etology dengan sign & symptoms dihubungkan dengan kata “ditandai
dengan” (Par’i, 2017). Berikut merupakan diagnosa gizi pasien anak :

a. (NI-5.1) Peningkatan kebutuhan gizi khususnya protein berkaitan dengan penyembuhan


luka ditandai dengan adanya luka bakar dan hasil recall protein rendah (TKP 89%).
b. (NC-2.2) Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi khusus berkaitan dengan gangguan
fungsi tubuh ditandai dengan rendahnya nilai hemoglobin (Hb) dan tingginya nilai
leukosit.
c. (NC-3.3) Berat badan lebih berkaitan dengan pola makan salah ditandai dengan nilai
zscore BB/TB + 2,53 SD (gemuk) lebih dari standar normal.
d. (NB-1.1) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan makanan dan zat gizi berkaitan
dengan kurangnya informasi dan kontrol orangtua ditandai dengan kebiasaan jajanan
ringan hingga 4 sampai 5 kali sehari.
f. Intervensi Gizi
Intervensi gizi merupakan suatu tindakan yang terencana yang ditujukan untuk merubah
perilaku gizi atau aspek status kesehatan individu. Intervensi tersebut meliputi tujuan yang
terukur, preskripsi diet, dan strategi pelaksanaan atau implementasi (Almatsiet,2004).
Berdasarkan kasus, An.N didiagnosis medis asma akut bronkopneumonia. Adapun perencanaan
intervensi An. N meliputi :

1. Tujuan Diet dan Syarat Diet


Menurut buku penuntun diet anak (ASDI, IDAI, dan Persagi, 2015) tujuan diet dan syarat
diet anak dengan penyakit asma akur bronkopneumonia yaitu :

a. Tujuan Diet

• Memberikan makanan sedini mungkin untuk mencegah timbul dan


berkembangnya sindrom respon inflamasi sistemik, kegagalan multi organ dan
infeksi.
• Mempertahankan fungsi organ dan mencegah disfungsi sistem kardiovaskular,
respirasi dan kekebalan tubuh.

20 | P a g e
• Mempertahankan keseimbangan kalori dan nitrogen positif dengan cara
pemberian kalori (karbohidrat dan lemak) sesuai perhitungan kebutuhan,
pemberian protein tinggi, dan cukup vitamin dan mineral.
• Mempercepat penyembuhan luka serta pemulihan keadaan umum pasien.

b. Syarat dan Prinsip Diet

• Energi (Schofield) : kebutuhan energi basal (KEB) + Faktor stres Energi

(Curreri Junior): KEB + (25 kkal dikali % luas luka bakar)

• Protein : diberikan 10-15% dari total energi

• Lemak : diberikan 30% dari energi total dan asam linoleat 2-3% dari energi
total
• Karbohidrat : diberikan 50-60% dari energi total. Hindari pemberian glukosa
berlebihan, gunakan glukosa polimer
• Mineral : diberikan tinggi, terutama zat besi, kalium, seng, magnesium, fosfor,
natrium, kalium sebaliknya diberikan dalam bentuk suplemen.
• Cairan dan elektrolit : rumus yang biasa digunakan untuk menentukan jumlah
cairan dan elektrolit dalam terapi luka bakar adalah rumus Bexter yaitu Jumlah
cairan = % luka bakar x BB x 4 ml Ringer laktat. Jumlah cairan yang diberikan
disesuaikan dengan produksi urine yang berkisar antara 50-100 ml/jam.
2. Preskripsi Diet
Perskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan energi
dan zat gizi individu, jenis diet (bentuk makanan, cara pemberian, dan frekuensi makan).
Berdasarkan tersebut, maka jenis diet yang diberikan untuk An.N adalah diet luka bakar.
Bentuk makanan yang diberikan makanan biasa, cara pemberian melalui oral, karena pasien
tidak mengalami kesulitan menelan maupun mengunyah, dan frekuensi makan diberikan
sebanyak 3 porsi kali makanan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.

3. Perhitungan Energi dan Zat Gizi


Penentuan kebutuhan energi dan zat gizi diberikan kepada pasien atas dasar diagnosis gizi,
kondisi pasien dan jenis penyakitnya. Penentuan kebutuhan energi dan zat gizi pada pasien

21 | P a g e
disesuaikan dengan syarat diet (ASDI, IDAI, dan Persagi, 2015). Berikut perhitungan
kebutuhan gizi An. A :

• BBI anak dengan berat badan aktual 20 kg dan tinggi badan 103,3 cm dan menurut grafik
CDC berat badan ideal anak yaitu 14 kg.
• BBI = 2 x (usia tahun) + 8

=2x3+8

= 14 kg

• Energi menurut rumus Schofield

- KEB = 0,617 x BB + 15,174 x TB – 617,6

= 0,617 x 20 kg + 15,174 x 103,3 cm – 617,6

= 1.579,81 – 617,6

= 962,21 kkal

- Total energi= KEB + Faktor stres

= 962,21 + 12%

= 1.077,67 kkal

• Protein

Protein = 15% x 1.077,67 kkal/4 gr

= 161,65/4

= 40,41 gr

• Lemak

Lemak = 30% x 1.077,67/9 gram

= 323,30/9

= 35,92 gr

• Karbohidrat

KH = 55% x 1.077,67 kkal/4 gram


22 | P a g e
= 592,71/4

= 148,17 gr

4. Merencanakan Edukasi/Konseling Gizi


Edukasi gizi diberikan kepada keluarga pasien khusunya orang tua anak, karena anak usia 3
tahun belum dapat menerima informasi dengan baik. Metode edukasi yang diberikan yaitu
ceramah atau konseling gizi dengan alat bantu leaflet sebagai media konseling dan dilakukan
setiap satu minggu sekali dalam kurun waktu 15-30 menit. Adapun tujuan dari konsleing gizi
yaitu membantu pasien memperbaiki status gizi agar mencapai status gizi normal, membantu
memperbaiki nilai laboratorium agar mencapai standar normal serta memberi informasi kepada
orang tua anak tentang gizi seimbang untuk luka bakar. Materi konseling yang diberikan yaitu
terkait penjelasan luka bakar 2, menjelaskan diet luka bakar, menjelaskan makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan, serta menjelaskan dan memberi contoh menu sehari.

g. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Parameter yang dimonitoring yaitu antropometri, biokimia, fisik atau klinis, dan asupan
makan. Pada antropometri yang akan dimonitoring adalah status gizi, dimana dalam kasus ini
status gizi pasien anak yaitu gizi lebih atau gemuk sehingga perlu dimonitoring agar mencapai
status gizi normal, pelaksanaan dilakukan 1 kali sekali yang dilihat dari data rekam medik
dengan target yang akan dicapai yaitu status gizi anak normal. Parameter biokimia yang
dimonitoring adalah nilai leukosit dan hemoglobin, dimana leukosit mengalami peningkatan dan
hemoglobin mengalami penurunan, pemeriksaan dilakukan 1 kali sekali yang dilihat dari data
rekam medik, dengan target yang akan dicapai yaitu nilai leukosit dan hemoglobin sesuai standar
normal. Parameter fisik atau klinis yang dimonitoring adalah suhu tubuh, keluhan pasien yaitu
kesakitan akibat adanya luka bakar, pelaksanaan dilaksanakan 1 kali sehari dengan target yang
akan dicapai yaitu suhu normal, KU membaik dan luka bakar sembuh. Parameter yang
dimonitoring yaitu asupan makan yang dilaksanan 1 kali sehari dengan pengecekkan visual
comstock dengan target makanan yang dihabiskan mencapai 80-100%.

4.3 Hasil Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi bertujuan mengamati perkembangan kondisi dan respon pasien
terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pada

23 | P a g e
data rekam medik hari ke 2 selama perawatan menunjukkan bahwa pada pengukuran
antropometri An.A yaitu BB 20 kg dan PB 104 cm, artinya belum ada perubahan terkait status
gizi pasien yang dinilai melalui Z-score yang menunjukkan gizi baik atau normal yang dihitung
menggunakan indeks BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U. Hasil pemeriksaan biokimia
menunjukkan sudah ada perubahan nilai hemoglobin yaitu sebesar 12,5 g/dl artinya nilai
biokimia sudah mencapai batas standar normal. Hasil pemeriksaan fisik klinis di data rekam
medik menunjukkan KU CM, lemas, RR 26x/menit, nadi 100x/menit, dan suhu 360 C, dalam hal
ini artinya kondisi pasien anak belum membaik dilihat dari kondisi pasien masih lemas, suhu
tubuh sudah normal, begitu pula dengan nadi dan respirasi rate. Asupan makan pasien anak pada
hari ke 2 menunjukkan energi 1.390,81 kkal, protein 46,56 gr, lemak 42,79 gr, dan karbohidrat
118 gr, pasien anak menghabiskan makanan yang disajikan hanya 25%, 50%, dan 75% yang
dilihat dari visual comstock. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi
yang menunjukkan TKE 129% (lebih), TKP 115% (normal), TKL 119% (normal), dan TKKH
124% (lebih), standar normal tingkat asupan gizi yaitu 90-119% (Depkes RI, 2013).

Hasil monitoring dan evaluasi pada hari ke 3 tidak jauh berbeda dengan hari ke 2, pada
antropometri menunjukkan hasil yang sama seperti pada hari ke 2 yaitu belum ada perubahan
terkait status gizi pasien. Nilai biokimia yaitu hemoglobin masih mencapai standar normal.
Pemeriksaan fisik klinis sudah menunjukkan kondisi pasien yang membaik, dilihat dari KU CM,
suhu tubuh normal, respirasi rate normal, dan nadi normal. Asupan makan pasien pada hari ke 3
sudah membaik yang dilihat dari visual comstock pasien sudah menghabiskan makanan mulai
dari 50%, 75%, bahkan 100% habis dimakan. Berdasarkan data recall menunjukkan asupan
energi 1.432,89 kkal, protein 51,46 gr, lemak 47,8 gr, dan karbohidrat 185,84 gr. Tingkat
kecukupan energi sebesar 132,96% (berlebih), protein 127% (lebih), lemak 133% (lebih), dan
karbohidrat 125% (lebih).

Adapun evaluasi dan tindak lanjut yang dilakukan yaitu dengan melakukan edukasi gizi
dengan tujuan untuk mengubah pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku
(behaviour) yang lebih baik. Edukasi pasien merupakan salah satu faktor penting dalam
pengelolaandan terapi luka bakar untuk mengoptimalkan terapi pengobatan. Jika edukasi dapat
dijalankan secara efektif, dapat meningkatkan kepatuhan dan pengelolaan diri sendiri oleh pasien
terhadap penyakitnya. Edukasi dilakukan dengan terus memotivasi pasien dan meningkatkan

24 | P a g e
kepatuhan. Kesadaran atau kepatuhan pasien tentang diet yang diberikan sangat penting
untukkelancaran proses terapi diet.

25 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil belajar saat ini yaitu mahasiswa telah mampu
melakukan skrining gizi pada awal pasien menggunakan formulir skrining anak, mahasiswa telah
mampu menilai status gizi pasien berdasarkan data riwayat makan, data antropometri, data biokimia,
dan data fisik/klinis, mahasiswa telah mampu membuat diagnosis gizi berdasarkan hasil
pengkajian gizi, mahasiswa telah mampu merencanakan terapi diet yang terdiri dari penetapan jenis
diet, tujuan diet, syarat dan prinsip diet hingga perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi,
merencanakan konseling gizi pada pasien dengan menetapkan tujuan konseling serta memonitoring
dan mengevaluasi status gizi dan terapi diet pada pasien.

26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2013). Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
ASDI, IDAI, dan Persagi. (2015). Penuntun Diet Anak Edisi 3. Jakarta : FKUI
BEMJ GIZI. (2011). Nutrition Diagnosis and Intervention. Poltekes Kemenkes Yogyakarta
Chu DH. (2013). Overview of biology, development, and structure of the skin. In: In: Wolf KW, et al.
Fitzpatrick’s dermatology in General Medicine, 8thed. Mc Graw Hill Medical. 3:7:58-75
Jong W. (2005). Luka bakar. Buku ajar bedah 2nd ed. EGC. Jakarta. 2005.3:66-8
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.

27 | P a g e
LAMPIRAN
Data rekam medis selama perawatan

Hari Antropometri Biokimia Fisik dan Klinis


2 BB: 20 kg Hb 12,5 g/dl KU CM,lemas
TB: 104 cm RR = 26x/mnt
N = 100x/mnt
Suhu = 36 oC
3 BB: 20 kg Hb 13,6 g/dl KU CM,
TB: 104 cm RR = 26x/mnt
N = 100x/mnt
Suhu = 36 oC

Data Asupan Recall Pasien Anak Hari Ke 2 Dan Ke 3

Data recall hari ke 2


Waktu Menu Bahan Berat E P L Kh %
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Pagi Nasi Beras 90 162 3,06 0,315 35,50
Telur bacem Telur ayam 55 40,5 3,2 2,87 0,175
Kecap 5 1,15 0,1425 0,0325 0,225
Minyak 2 9,02 - - -
Opor takua Tahu takua 50 17 1,95 1,15 0,4
Santan 5 3,05 0,05 0,25 0,19
Minyak 2 9,02 - - - 50%
Sop Wortel 40 8,4 0,24 0,06 1,86
wortel+brokoli+jagung Brokoli 40 7 0,48 0,08 1,44
Jagung 30 4,95 0,33 0,015 1,11
Minyak 2 9,02 - - -
Total dimakan 271,11 9,4525 4,7725 40,9
Selingan Bolu zebra Kue bolu 55 153,8 2,80 7,67 18,4 75%
Susu entrakids Entrakids 20 40 1,4 1,2 5,8 100%
Gula 15 54,6 - - 14,1
Total dimakan 248,4 4,2 8,87 38,3
Siang Nasi Beras 90 162 3,06 0,315 35,50 50%
Semur daging ayam Daging ayam 80 178,8 10,92 15 - 75%
Kecap 5 1,725 0,21375 0,04875 0,3375
Minyak 2 13,53 - - -
Perkedel tahu Tahu 50 17 1,95 1,15 0,4 50%
Minyak 2 9,02 - - -
Sop macaroni+wortel Carrot fresh 40 8,4 0,24 0,06 1,86 50%
28 | P a g e Macaroni 10 18,15 0,435 0,02 3,945
Data recall hari ke 3
Pagi Nasi Beras 90 162 3,06 0,315 35,50
Sup gambas Gambas/oyong 80 7,2 0,32 0,08 1,64
Semur ayam Daging ayam 80 119,2 7,28 10 - 50%
Kecap 5 1,15 0,1425 0,0325 0,225
Minyak 2 9,02 - - -
Tempe bacem Tempe 50 56,25 5,25 2,88 3,41 75%
Kecap 5 1,725 0,21375 0,04875 0,3375
Minyak 2 13,53 - - -
Total dimakan 370,07 16,26 13,35 41,11
Selingan Kue lapis gizi Kue lapis 70 272,3 4,62 10,99 38,85 100%
Susu entrakids Entrakids 20 40 1,4 1,2 5,8 100%
Total dimakan 312,3 6,02 12,19 44,65
Siang Nasi Beras 90 162 3,06 0,315 35,50 50%
Telur sembunyi Telur ayam 35 56,7 4,48 4,025 0,245 100%
D. ayam gi 15 33,52 2,04 2,81 - 75%
Semur takua Tahu 50 17 1,95 1,15 0,4 50%
Kecap 5 1,15 0,1425 0,0325 0,225
Minyak 2 9,02 - - -
Cah sawi Sawi hijau 80 8,8 0,92 0,12 1,6 50%
Bwg. Goreng 10 2,5 0,15 0,25 0,05
Minyak 2 9,02 - -
Buah papaya Papaya 70 16,1 0,175 - 4,27 50%
Total dimakan 315,81 12,91 8,70 42,29
Sore Nasi Beras 90 243 4,59 0,4725 53,25 75%
Pepes ayam D.ayam. gi 45 134,1 8,19 11,25 - 100%
Sop labu siam Labu siam 80 10,4 0,24 0,04 2,68
Carrot fresh 20 4,2 0,12 0,03 0,93 50%
Minyak 2 9,02 - - -
Bacem takua Tahu 50 25,5 2,925 1,725 0,6
Kecap 5 1,725 0,21375 0,04875 0,3375 75%
Minyak 1 6,765 - - -
Total dimakan 434,71 16,27 13,56 57,79
Total yang dimakan dalam 1 hari 1432,89 51,46 47,8 185,84
Minyak 2 9,02 - - -
Pisang Pisang 80 19,8 0,24 0,04 5,16 25%
Total dimakan 437,44 17,05 16,63 47, 20
Malam Nasi Beras 90 243 4,59 0,4725 53,25
Loaf ayam Daging ayam 50 111,75 6,825 9,375 -
Telur
5 6,075 0,48 0,43 0,026
Tahu kuning Tahu 50 25,5 2,925 1,725 0,6
Santan 5 4,575 0,075 0,375 0,285 75%
Minyak 2 13,53 - - -
Bobor bayam japan Bayam 30 8,1 0,7875 0,1125 1,4625
Labu siam 40 7,8 0,18 0,03 2,1
Minyak 2 13,53 - - -
Total dimakan 433,86 15,86 12,52 57,72
Total yang dimakan dalam 1 hari 1.390,81 46,56 42,79 184,17
29 | P a g e
Rekomendasi diet

Menu Bahan URT Berat

Makan pagi
Nasi Beras ½ gls 75 gr
Ayam goreng Ayam ¾ ptg 25 gr
Minyak goreng 1 sdt 5 gr
Sup sayuran Wortel ¼ gls 25 gr
Brokoli ¼ gls 25 gr
Jagung ¼ gls 25 gr
Nilai gizi
Energi 225 kkal
Protein 7,25 gr
Lemak 6 gr
KH 33,75 gr
Selingan
Susu Susu bubuk 3 sdm 15 gram
Gula pasir ½ sdm 6,5 gram
Nilai gizi
Energi 100 kkal
Protein 3,5 gram
Lemak 5 gram
KH 13,1 gram
Makan siang
Nasi Beras 1 gls 100 gram
Semur ayam Ayam ¾ ptg sdg 25 gram
Tempe goreng Tempe 2 ptg sdg 50 gram
Minyak 1 sdt 5 gram
Bayam bening Bayam ½ gls 50 gram
Pisang Pisang 1 bh 50 gram

30 | P a g e
Nilai gizi
Energi 387,5 kkal
Protein 17,5 gram
Lemak 10 gram
KH 61,5 gram
Selingan
Biskuit Biskuit 1 bj 10 gram
Susu Susu bubuk 3 sdm 15 gram
Gula pasir ½ sdm 6,5 gram
Nilai gizi
Energi 143,75 kkal
Protein 4,5 gram
Lemak 5 gram
KH 23,1 gram
Makan malam
Nasi Beras ½ gls 75 gram
Ayam kecap Ayam ¾ ptg 25 gram
Cah sawi Sawi ½ gls 50 gram
Minyak 1 sdt 5 gram
Pisang Pisang 1 bh 50 gram
Nilai gizi
Energi 268,75 kkal
Protein 11,5 gram
Lemak 6 gram
KH 44,5 gram
TOTAL
Energi 1.125 kkal
Protein 44,25 gram
Lemak 32 gram
KH 175,95

31 | P a g e
Tingkat Kecukupan Gizi :
• Energi = 1.125/1.077,67 x 100% = 104% (normal)
• Protein = 44,25/40,41 x 100% = 109% (normal)
• Lemak = 32/35,92 x 100% = 90% (normal)
• KH = 175,95/148,17 x 100% = 118% (normal)

32 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai