Anda di halaman 1dari 11

Nama : Sri Nur Fatimah

Prodi : SI Kebidanan
Semester 1
Kelas :A

Tugas Biologi Reproduksi

EMBRIOLOGI
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of biology).
Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan progresif struktur
dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai
embrio dengan penekanan kepada polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan
pemahaman anda tentang embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini
akan dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi. Sadler (2012:xii)
mengilustrasikan embriologi dengan sebuah contoh adanya perubahan sebuah sel menjadi
seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu, yaitu suatu proses yang menggambarkan
bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan kompleks. Sadler (2012:xii) menamakan
kajian tentang fenomena ini dengan embriologi. Pada proses ini termasuk juga kajian tentang
aspek-aspek molekuler, seluler, dan struktural yang saling berkontribusi untuk membentuk
organisme. Spratt (1971) dalam Lufri dan Helendra (2009:1) mendefinisikan perkembangan
sebagai suatu aksi gen dalam: (1) pembentukan organisme baru dari beberapa bagian
organisme induk, (2) pemeliharaan atau peningkatan ukuran dari organisme dewasa yang
terbentuk secara sempurna, dan (3) perbaikan terhadap kerusakan akibat kecelakaan atau
kehilangan bagian anggota tubuh dari suatu orgsnisme. Sehingga bisa dituliskan
perkembangan merupakan suatu perubahan (transformasi) dari suatu keadaan, komposisi atau
fungsi dari bagian atau keseluruhan organisme atau bakal organisme yang terjadi secara
progresif dan relatif permanen pada kondisi alami. Pendapat lain menyebutkan embriologi
menjadi bagian dari ruang lingkup biologi perkembangan. Karena Biologi perkembangan
ruang lingkupnya lebih luas, sampai kepada perkembangan pasca lahir dengan penekanan
kepada masalah, konsep dan prinsip perkembangan. Beberapa ruang lingkup biologi
perkembangan adalah (1) Embriologi, yaitu mempelajari mengenai pembentukan embrio; (2)
Proses stadium pasca lahir; (3) Perkembangan tingkat sel, baik perkembangan normal
ataupun abnormal (neoplastik) seperti tumor dan kanker; (4) Pertumbuhan, yaitu
pertambahan masa sel; (5) Regenerasi; (6) Perbaikan sel, misalnya pada waktu luka dan (7)
Genetika perkembangan.
Untuk melengkapi pemahaman anda, ada beberapa istilah yang sering ditemukan saat
mempelajari embriologi. Istilah-istilah ini telah dirangkum dari Sadler (2012:xii), yaitu x
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan pertumbuhan secara progresif dari sebuah sel
menuju periode organ primordial. (Pada manusia terjadi saat minggu ke-8 perkembangan).
Terkadang disebut juga dengan organogenesis. x Periode fetal adalah saat terjadinya
diferensiasi yang berkelanjutan dan ditandai dengan pertumbuhan dan meningkatnya berat
fetus. x Teratologi adalah bagian embriologi yang mengkaji tentang cacat lahir dan
penyebabnya. PROSES DASAR PERKEMBANGAN Ilustrasi tentang fenomena perubahan
sebuah sel menjadi seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu, merupakan suatu proses
yang menggambarkan bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan kompleks. Adanya
fenomena besar dan kompleks ini akan melibatkan proses yang kompleks pada tingkat
seluler, misalnya regulasi dan transduksi signal secara molekuler. Adanya regulasi dan
transduksi signal secara molekuler merupakan cara yang paling mutakhir untuk memahami
perkembangan organisme. Sadler (2012:3-9) menjelaskan beberapa bagian tersebut seperti
adanya transkripsi gen, regulasi ekspresi gen, induksi formasi organ dan cell signaling. Spratt
(1971) dalam Lufri dan Helendra (2009:6-15) menjelaskan lima proses dasar pada tingkat sel,
yaitu: 1. Pertumbuhan, yaitu pertambahan masa sel (ukuran dan jumlah sel). 2. Diferensiasi,
yaitu proses yang menghasilkan sel-sel yang sudah terspesialisasi (sudah melakukan
biosintesis spesifik). 3. Interaksi seluler, yaitu saling pe-ngaruhmempengaruhi antara satu sel
atau kelompok sel dengan sel atau kelompok sel yang lain. 4. Pergerakan, yaitu perubahan
posisi sel atau jaringan (gerakan mor-fogenetik). 5. Metabolisme, merupakan proses
penghasil (sumber) dan penggunaan energi, dan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan
dan perkem-bangan. ULASAN RINGKAS TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO
MANUSIA Tahap perkembangan manusia dijelaskan secara terperinci di Gambar 1-4. Sadler
(2012) menjelaskan tahapan perkembangan manusia menjadi lima tahap, yaitu: 1. Tahap
gametogenesis, terjadinya pembentukan gamet laki-laki dan perempuan atau konversi germ
cell sperma dan sel telur. 2. Tahap perkembangan minggu ke-1, terjadinya proses ovulasi
sampai implantasi 3. Tahap perkembangan minggu ke-2, terjadinya pembentukan bilaminar
germ disc (embrio dua lapis) 4. Tahap perkembangan minggu ke-3 sampai 8, disebut juga
dengan periode embrionik, terjadinya pembentukan sistem tubuh. 5. Tahap perkembangan
bulan ke-3 sampai kelahiran, adalah masa fetus dan berperannya plasenta dalam
perkembangan manusia. Dudek (2011) menguraikan perkembangan manusia diawali dari
tahap prefertilisasi, periode mingguan, periode embrionik dan organogenesis. Uraian
lengkapnya sebagai berikut. 1. Prafertilisasi, meliputi perkembangan organ reproduksi
seksual, perkembangan organ reproduksi seksual, perkembangan kromosom, meiosis,
organogenesis, spermatogenesis. 2. Perkembangan minggu 1 (hari ke 1-7), meliputi
fertilisasi, pembelahan, blastocyst dan implantasi. 3. Perkembangan minggu ke-2 (hari ke 8-
14), meliputi pembentukan embrioblast lanjutan, trophoblast lanjutan dan mesoderm
ekstraembrio. 4. Periode embrionik, meliputi pembentukan embrioblast lanjutan,
vasculogenesis dan plasentasi. 5. Periode bulan 3 sampai lahir, disebut juga organogenesis
sampai parturisi, terjadi perkembangan organ dan sistem tubuh dan proses kelahiran.
(Jurnal Sainstek Vol. VI No. 1: 96-101, Juni 2014)

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN JANIN


Perkembangan Janin 1. Definisi Perkembangan Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai
lahir sampai mati (The progressive and continue in the organism from birth to death).
Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan– perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresifdan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) (Yusuf, 2011). Perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks,
mengikuti pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan
(Mansur, 2009) Prinsip – prinsip perkembangan menurut Yusuf (2011) yaitu: a.
Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (Never Ending Process Manusia
secara terus-menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau
belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus-menerus sejak masa
konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua. b. Semua aspek perkembangan saling
mempengaruhi Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi, maupun
sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat korelasi yang positif diantara aspek-
aspek tersebut. c. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan
syarat bagi perkembangan selanjutnya. d. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapi kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang
berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat). e. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri
khas Setiap individu yang normal akan mengalami tahap / fase perkembangan.Prinsip ini
berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan
mengalami fase– fase perkembangan : janin, bayi, kanak – kanak, anak, remaja, dewasa dan
masa tua. 2. Fase–fase perkembangan Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan
atau pembabakan rentang perjalanan kehidupan individu yang diwarnai ciriciri khusus atau
pola tingkah laku tertentu. Mengenai masalah pembabakan atau periodisasi perkembangan
ini, para ahli berbeda pendapat.Pendapat–pendapat itu secara garis besar dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktisdan psikologi(Yusuf, 2011) a. Tahap
perkembangan berdasarkan analisis biologis Menurut Elizabeth Hurlock yang dikutip dari
Yusuf (2011) mengemukakan penahapan perkembangan individu, yakni sebagi berikut :
Tahap I : FasePrenatal (sebelum lahir), mulai masa konsepsi sampai proses kelahiran, yaitu
sekitar 9 bulan atau 280 hari. Tahap II : Infancy (orok), mulai lahir sampai usia 10 atau 14
hari. Tahap III : Babyhood (bayi), mulai dari 2 minggu sampai usia 2 tahun. Tahap IV :
Childhood (kanakkanak), mulai 2 tahun sampai masa remaja (puber). Tahap V : Adolesence /
puberty, mulai usia 11 atau 13 tahun sampai usia 21 tahun. b. Tahap perkembangan
berdasarkan didaktis Yang dapat digolongkan kedalam penahapan berdasarkan didaktis atau
instruksional antara lain pendapat dari Comenius dan pendapat Rosseau (Yusuf, 2011).
Comenius : Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan yang lengkap bagi seseorang itu
berlangsung dalam empat jenjang yaitu :  Sekolah ibu (Scola Maternal) untuk anak usia 0-6
tahun.  Sekolah bahasa ibu (Scola Vernaculan) untuk anak usia 6-12 tahun.  Sekolah latin
( Scola Latina) untuk remaja usia 12-18 tahun.  Akademi (Academica) untuk pemuda-
pemudi usia 18-24 tahun. Rosseau : Perkembangan ini berupa : Tahap I : 0-2 tahun, usia
asuhan. Tahap II : 2-12 tahun, masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera. Tahap III :
12-15 tahun, periode pendidikan akal. Tahap IV : 15-20 tahun, periode pendidikan watak dan
pendidikan agama. c. Tahap perkembangan berdasarkan psikologis Menurut Yusuf (2011)
perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa yaitu : Dari lahir
sampai kegoncangan pertama (tahun kedua atau keempat yang biasa disebut masa kanak-
kanak). Dari masa kegoncangan pertama sampai masa kegoncangan kedua yang disebut
dengan keserasian bersekolah. Dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang
biasa disebut masa kematangan. 3. Tahap Perkembangan janin Kehamilan normal biasanya
berlangsung kira-kira 10 bulan atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari. Lama
kehamilan dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (HPMT). Akan tetapi sebenarnya
konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir.Dengan demikian
umur janin pasca konsepsi ada selisih kira-kira dua minggu, yakni 266 hari atau 38 minggu.
Usia pasca konsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui perkembangan janin (Kusmiati Y.
Wahyuningsih H.P dan Sujiyatini, 2009). Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan plasenta sebagai akar
yang akan memberikan nutrisi. Umur janin yang sebenarnya dihitung dari saat fertilisasi atau
sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Menurut Kusmiati Y. Wahyuningsih H.P dan
Sujiyatini (2009), pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan menjadi tiga tahap penting yaitu: a.
Tingkat ovum (telur) umur 0-2 minggu, dimana hasil konsepsi belum tampak berbentuk
dalam pertumbuhan. b. Tingkat embrio (mudiqah) antara umur 3-5 minggu dan sudah
terdapat rancangan bentuk alatalat tubuh. c. Tingkat janin (fetus) sudah berbentuk manusia
dan berumur diatas 5 minggu Masa kehidupan intra uterin manusia secara umum menurut
Yuliakhah (2006), dibagi menjadi 2 tahap yaitu : a. Masa embrional Masa embrional,
meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai usia kehamilan 8 minggu, ketika ovum yang
dibuahi (zigot) mengadakan pembelahan dan diferensiasi sel-sel menjadi organorgan yang
hampir lengkap sampai terbentuk struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia.
Proses pembentukan organ dari tidak ada menjadi ada (organogenesis) pada beberapa sistem
organ, misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai minggu ke-12 sehingga beberapa
sumber mengklasifikasikan pertumbuhan masa embrional sampai dengan minggu ke-12
(trimester pertama kehamilan). b. Masa fetal Meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara
usia kehamilan minggu ke 8-12 sampai dengan sekitar minggu ke-40 (pada kehamilan normal
/ aterm), ketika organisme yang telah memiliki struktur lengkap tersebut mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang memungkinkan
untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstra uterin). Stimulasi Kecerdasan Janin 1.
Pengertian Menurut dr. Kusnandi Rusmi, Sp.A(k) MM (2010) mengemukakan bahwa
stimulasi ini adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya sejak
janin 6 bulan dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang sistem indera
(pendengaran, penglihatan, paraba, pencium, pengecap). Selain itu harus pula merangsang
gerak kasar dan gerak halus kaki, tangan dan jari-jari, mengajak berkomunikasi, serta
merangsang perasaan yang menyenangkan perasaan bayi. Rangsangan yang dilakukan sejak
lahir, terus-menerus, bervariasi, dengan suasana bermain dan kasih sayang, akan memacu
berbagai aspek kecerdaan anak (kecerdasan multipel) yaitu kecerdasan : logiko-matematik,
emosi, komunikasi bahasa, (linguistik), kecerdasan musikal, gerak (kinestetik), visual spasial,
seni rupa (Sasongko, 2010). 2. Tujuan Stimulasi Menurut Suherman(2000),tujuan tindakan
memberikan stimulasiadalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang
optimal atau sesuai dengan yang diharapkan.Tindakan ini meliputi berbagai aktifitas untuk
merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara, berfikir, kemandirian dan
sosialisasi. Stimulasi dilakukan orangtua dan keluarga setiap ada kesempatan atau sehari hari.
Stimulasi disesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi (Sasongko, 2010). 3. Cara stimulasi
janin dalam kandungan Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MS stimulasi janin dalam
kandungan dilakukan dengan mengajak berbicara, bercerita, menyanyikan lagu, membacakan
doa, lagu-lagu keagamaan, sambil mengelus-elus perut ibu. Dapat pula dengan
memperdengarkan lagu melalui radio kaset yang ditempelkan di perut ibu (Putri, 2012).
(Jurnal Dewi Nilam Sari &Wijayanti STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta)

PLASENTA
Plasenta adalah organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi untuk melakukan
pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan. Oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui
aliran darah ibu kemudian menembus plasenta. Dari sini, tali pusar yang terhubung ke bayi
membawa oksigen dan nutrisi tersebut untuk bayi. Hal inilah yang kemudian mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melalui plasenta, nutrisi baik yang ibu konsumsi dapat
ditransfer ke bayi, begitu juga dengan nutrisi buruk yang ibu konsumsi juga dapat diterima
bayi, seperti alkohol dan obat.
Melalui plasenta juga, bayi dapat membuang zat-zat buangan yang tidak ia perlukan, seperti
karbon dioksida, yang kemudian diteruskan ke aliran darah ibu untuk kemudian dibuang oleh
sistem dalam tubuh ibu.
Selain itu, plasenta juga sebagai pelindung bayi terhadap kuman dan bakteri yang ada dalam
tubuh ibu sehingga bayi dalam kandungan tetap dalam keadaan sehat. Plasenta jugalah yang
menjadi penghalang agar sel-sel bayi tidak masuk ke dalam aliran darah ibu, sehingga bayi
tidak disangka sebagai sel asing oleh tubuh Anda.
Plasenta juga menjadi organ yang menghasilkan hormon yang diperlukan oleh Anda dan bayi
selama dalam kandungan. Beberapa hormon yang dihasilkan plasenta adalah hormon human
placental lactogen (HPL), relaksin, oksitosin, progesteron, dan estrogen.
Menuju waktu akhir kehamilan, plasenta melepaskan antibodi dari ibu untuk diberikan ke
bayi, sehigga bayi mempunyai kekebalan tubuh sekitar 3 bulan setelah kelahirannya ke dunia.
Bagaimana plasenta terbentuk?
Saat usia kehamilan 3 minggu, folikel yang ada dalam indung telur (bernama korpus luteum)
meluruh, kemudian mulai memproduksi hormon progesteron dan menyediakan nutrisi untuk
janin selama trimester pertama kehamilan.
Pada usia kehamilan 4 minggu, massa sel menempel di dinding rahim. Beberapa sel
memisahkan diri, menggali lebih dalam ke dinding rahim. Salah satu dari massa sel ini
bertugas untuk membentuk plasenta (berbentuk cakram yang penuh akan pembuluh darah)
yang kemudian akan mengambil alih tugas korpus luteum pada trimester kedua kehamilan.
Dua bulan berikutnya, plasenta berkembang dan menjadi lebih besar. Sehingga, mampu
memberikan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak untuk bayi Anda bertumbuh. Pada
kehamilan minggu ke-12, plasenta telah mempunyai struktur yang lengkap dan akan terus
bertambah besar mengikuti pertumbuhan bayi Anda.
Bagaimana plasenta dikeluarkan tubuh ibu?
Setelah bayi lahir dan tali pusar dipotong, plasenta juga akan “dilahirkan” oleh tubuh Anda
karena sudah tidak diperlukan. Tubuh Anda masih akan melakukan kontraksi sesaat setelah
bayi lahir yang bertujuan untuk mendorong plasenta keluar dari tubuh Anda. Jika tubuh Anda
tidak melakukan kontraksi setelah bayi lahir, mungkin bidan atau dokter akan memberikan
obat untuk merangsang kontraksi dan membantu plasenta keluar. Merangsang kontraksi
dengan menggunakan obat juga dapat mencegah perdarahan berat pada ibu. Menyusui bayi
Anda segera setelah bayi lahir juga dapat membantu menimbulkan kontraksi pada rahim
Anda, sehingga dapat membantu mendorong plasenta keluar.
Jika Anda melahirkan dengan cara operasi caesar, dokter juga akan mengeluarkan plasenta
dari tubuh Anda setelah bayi lahir. Setelah plasenta keluar dari tubuh Anda, dokter atau bidan
akan memeriksa apakah plasenta dan membran sudah keluar semua dari tubuh Anda,
sehingga tidak ada yang tertinggal dan rahim Anda kembali bersih.
Apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta?
Plasenta merupakan penunjang kehidupan bayi saat berada dalam kandungan, sehingga
kesehatan bayi juga bergantung pada kesehatan plasenta. Beberapa masalah dapat dialami
oleh plasenta, misalnya abrupsio plasenta, plasenta previa, plasenta accreta, dan retensio
plasenta (plasenta tertahan). Oleh karena itu, Anda sebagai ibu hamil juga harus menjamin
bahwa Anda memiliki plasenta yang sehat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan,
seperti:
 Usia ibu saat hamil. Biasanya ibu yang berusia di atas 40 tahun saat kehamilan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah plasenta.
 Membran meluruh sebelum waktunya. Selama dalam kandungan, bayi dikelilingi
membran yang dipenuhi cairan (kantung ketuban). Jika kantung ketuban pecah
sebelum kelahiran bayi, risiko mengalami masalah plasenta dapat meningkat.
 Tekanan darah tinggi.
 Kehamilan kembar. Kehamilan lebih dari satu dapat meningkatkan risiko masalah
pada plasenta.
 Gangguan penggumpalan darah. Kondisi yang mengganggu kemampuan darah untuk
menggumpal atau kondisi yang meningkatkan kemungkinan darah untuk
menggumpal dapat meningkatkan risiko masalah pada plasenta.
 Pernah mengalami operasi di rahim. Pengalaman menjalani operasi pada rahim,
seperti operasi caesar, dapat meningkatkan kemungkinan Anda mempunyai masalah
pada plasenta.
 Pernah mengalami masalah pada plasenta.
 Penyalahgunaan zat, seperti merokok atau penyalahgunaan obat-obatan selama
kehamilan.
 Trauma abdomen (perut). Jika Anda pernah mengalami trauma di perut Anda, seperti
karena jatuh atau pernah mengalami pukulan di perut Anda, ini akan meningkatkan
risiko Anda mengalami masalah pada plasenta.
Pada usia kehamilan 4 minggu, massa sel menempel di dinding rahim. Beberapa sel
memisahkan diri, menggali lebih dalam ke dinding rahim. Salah satu dari massa sel ini
bertugas untuk membentuk plasenta (berbentuk cakram yang penuh akan pembuluh darah)
yang kemudian akan mengambil alih tugas korpus luteum pada trimester kedua kehamilan.
Dua bulan berikutnya, plasenta berkembang dan menjadi lebih besar. Sehingga, mampu
memberikan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak untuk bayi Anda bertumbuh. Pada
kehamilan minggu ke-12, plasenta telah mempunyai struktur yang lengkap dan akan terus
bertambah besar mengikuti pertumbuhan bayi Anda.
Bagaimana plasenta dikeluarkan tubuh ibu?
Setelah bayi lahir dan tali pusar dipotong, plasenta juga akan “dilahirkan” oleh tubuh Anda
karena sudah tidak diperlukan. Tubuh Anda masih akan melakukan kontraksi sesaat setelah
bayi lahir yang bertujuan untuk mendorong plasenta keluar dari tubuh Anda. Jika tubuh Anda
tidak melakukan kontraksi setelah bayi lahir, mungkin bidan atau dokter akan memberikan
obat untuk merangsang kontraksi dan membantu plasenta keluar. Merangsang kontraksi
dengan menggunakan obat juga dapat mencegah perdarahan berat pada ibu. Menyusui bayi
Anda segera setelah bayi lahir juga dapat membantu menimbulkan kontraksi pada rahim
Anda, sehingga dapat membantu mendorong plasenta keluar.
Jika Anda melahirkan dengan cara operasi caesar, dokter juga akan mengeluarkan plasenta
dari tubuh Anda setelah bayi lahir. Setelah plasenta keluar dari tubuh Anda, dokter atau bidan
akan memeriksa apakah plasenta dan membran sudah keluar semua dari tubuh Anda,
sehingga tidak ada yang tertinggal dan rahim Anda kembali bersih.
Apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta?
Plasenta merupakan penunjang kehidupan bayi saat berada dalam kandungan, sehingga
kesehatan bayi juga bergantung pada kesehatan plasenta. Beberapa masalah dapat dialami
oleh plasenta, misalnya abrupsio plasenta, plasenta previa, plasenta accreta, dan retensio
plasenta (plasenta tertahan). Oleh karena itu, Anda sebagai ibu hamil juga harus menjamin
bahwa Anda memiliki plasenta yang sehat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan,
seperti:
 Usia ibu saat hamil. Biasanya ibu yang berusia di atas 40 tahun saat kehamilan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah plasenta.
 Membran meluruh sebelum waktunya. Selama dalam kandungan, bayi dikelilingi
membran yang dipenuhi cairan (kantung ketuban). Jika kantung ketuban pecah
sebelum kelahiran bayi, risiko mengalami masalah plasenta dapat meningkat.
 Tekanan darah tinggi.
 Kehamilan kembar. Kehamilan lebih dari satu dapat meningkatkan risiko masalah
pada plasenta.
 Gangguan penggumpalan darah. Kondisi yang mengganggu kemampuan darah untuk
menggumpal atau kondisi yang meningkatkan kemungkinan darah untuk
menggumpal dapat meningkatkan risiko masalah pada plasenta.
 Pernah mengalami operasi di rahim. Pengalaman menjalani operasi pada rahim,
seperti operasi caesar, dapat meningkatkan kemungkinan Anda mempunyai masalah
pada plasenta.
 Pernah mengalami masalah pada plasenta.
 Penyalahgunaan zat, seperti merokok atau penyalahgunaan obat-obatan selama
kehamilan.
 Trauma abdomen (perut). Jika Anda pernah mengalami trauma di perut Anda, seperti
karena jatuh atau pernah mengalami pukulan di perut Anda, ini akan meningkatkan
risiko Anda mengalami masalah pada plasenta.
(https://hellosehat.com/kehamilan/perkembangan-janin/apa-itu-plasenta-ari-ari-bayi/#grefv)
Fungsi Plasenta
1. Menyalurkan oksigen dan nutrisi pada janin
Janin membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk bisa hidup serta berkembang selama di dalam
kandungan. Namun untuk mendapatkannya, bukan berarti janin bernapas melalui hidung atau
makan melalui mulut, lho, Bun. Oksigen dan nutrisi yang didapat oleh janin diperoleh dari
tubuh Bunda.
Oksigen dan nutrisi dari tubuh Bunda akan dibawa oleh darah dan dialirkan ke dalam
plasenta. Setelah itu, asupan tersebut akan ditransfer langsung ke janin melalui tali pusar
yang terhubung dari plasenta ke janin.
2. Membuang zat sisa dari darah janin
Selain memasok oksigen dan nutrisi, plasenta juga berfungsi untuk membuang sisa
metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan oleh janin. Zat sisa tersebut akan dialirkan kembali
ke aliran darah Bunda dan kemudian dikeluarkan bersama sisa metabolisme yang Bunda
hasilkan.
3. Memproduksi hormon pendukung kehamilan
Fungsi plasenta yang tidak kalah penting lainnya adalah memproduksi hormon kehamilan,
yaitu estrogen, progesteron, dan human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon-hormon
tersebut sangat penting dalam mendukung perkembangan janin dan menjaga kehamilan.
4. Melindungi janin dari infeksi bakteri
Plasenta juga berfungsi sebagai penghalang bagi bakteri yang mungkin ada pada tubuh
Bunda. Jadi jika Bunda mengalami infeksi bakteri, plasenta akan melindungi janin agar tidak
tertular infeksi tersebut.
5. Menyalurkan antibodi dari ibu ke janin
Di masa akhir kehamilan, plasenta akan menyalurkan antibodi yang Bunda miliki ke janin.
Antibodi ini dapat memberikan kekebalan tubuh untuk Si Kecil agar terhindar dari penyakit.
Namun setelah Si Kecil dilahirkan, antibodi dari Bunda hanya bisa bertahan hingga usianya
mencapai 3 bulan.
Mengenali Jenis Gangguan Plasenta
Untuk dapat mengantisipasi, ibu hamil wajib mengenali berbagai jenis gangguan plasenta
yang paling umum terjadi, seperti berikut:
 Abrupsi plasenta (placental abruption)
Abrupsi plasenta adalah saat plasenta meluruh, baik sebagian maupun seluruhnya, dari
dinding rahim yang terjadi sebelum waktu persalinan tiba. Kondisi ini menyebabkan
terputusnya ketersediaan nutrisi dan oksigen untuk bayi. Abrupsi plasenta dapat terjadi di saat
usia kehamilan melewati 20 minggu, gejalanya yakni menimbulkan rasa sakit, perdarahan
vagina, kontraksi ataupun kram perut pada ibu hamil. Pada beberapa kasus, kondisi ini juga
dapat mendatangkan konsekuensi berupa persalinan prematur dan emboli air ketuban.
 Plasenta previa
Plasenta previa dapat terjadi saat plasenta menutup sebagian atau seluruh bagian mulut
rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan parah pada vagina sebelum waktu
bersalin. Hal ini lebih sering terjadi di masa awal kehamilan dan dapat berkembang seiring
dengan perkembangan rahim. Tindakan operasi caesar adalah satu-satunya metode persalinan
yang disarankan untuk ibu dengan gangguan plasenta previa.
 Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah situasi saat jaringan plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding
rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan wanita hamil mengalami perdarahan pada trimester
ketiga dan kehilangan banyak darah setelah bersalin. Kondisi yang lebih serius bisa terjadi
saat plasenta melekat di otot rahim (plasenta inkreta), dan saat plasenta tumbuh melewati
dinding rahim (plasenta perkreta). Situasi ini biasanya ditangani dengan operasi caesar dan
pada sebagian besar kasus dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.
 Retensi plasenta (retensio placenta)
Pada proses persalinan, normalnya dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir plasenta akan
ikut dikeluarkan dari rahim. Plasenta disebut tertahan jika organ ini masih menempel pada
dinding rahim dan terjebak di belakang mulut rahim yang setengah tertutup hingga 30 menit
atau satu jam pasca persalinan. Jika tidak segera ditangani, retensi plasenta dapat membuat
ibu kehilangan banyak darah yang dapat membahayakan nyawa.
 Insufisiensi plasenta (placental insufficiency)
Plasenta yang tidak berkembang dengan sempurna atau rusak adalah salah satu komplikasi
serius pada kehamilan. Hal ini disebut dengan insufisiensi plasenta. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh aliran darah dari sang ibu tidak mencukupi di masa kehamilan. Sebagai
konsekuensi, plasenta yang tidak berkembang menyebabkan janin juga tidak dapat
berkembang sehingga mengalami kelainan (cacat bawaan lahir), persalinan prematur, hingga
berat badan rendah saat lahir. Kondisi ini dapat disebabkan oleh anemia, diabetes, hipertensi,
merokok, efek samping obat-obatan, dan gangguan pembekuan darah pada ibu.
(https://www.alodokter.com/tiap-wanita-hamil-berisiko-mengalami-gangguan-plasenta)

Anda mungkin juga menyukai