Prodi : SI Kebidanan
Semester 1
Kelas :A
EMBRIOLOGI
Embriologi merupakan bagian dari kajian biologi perkembangan (developmental of biology).
Biologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan progresif struktur
dan fungsi tubuh dalam hidup makhluk hidup. Sedangkan embriologi adalah studi mengenai
embrio dengan penekanan kepada polapola perkembangan embrio. Untuk membedakan
pemahaman anda tentang embriologi dengan biologi perkembangan, di bagian berikut ini
akan dituliskan beberapa pemikiran dan pendapat ahli embriologi. Sadler (2012:xii)
mengilustrasikan embriologi dengan sebuah contoh adanya perubahan sebuah sel menjadi
seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu, yaitu suatu proses yang menggambarkan
bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan kompleks. Sadler (2012:xii) menamakan
kajian tentang fenomena ini dengan embriologi. Pada proses ini termasuk juga kajian tentang
aspek-aspek molekuler, seluler, dan struktural yang saling berkontribusi untuk membentuk
organisme. Spratt (1971) dalam Lufri dan Helendra (2009:1) mendefinisikan perkembangan
sebagai suatu aksi gen dalam: (1) pembentukan organisme baru dari beberapa bagian
organisme induk, (2) pemeliharaan atau peningkatan ukuran dari organisme dewasa yang
terbentuk secara sempurna, dan (3) perbaikan terhadap kerusakan akibat kecelakaan atau
kehilangan bagian anggota tubuh dari suatu orgsnisme. Sehingga bisa dituliskan
perkembangan merupakan suatu perubahan (transformasi) dari suatu keadaan, komposisi atau
fungsi dari bagian atau keseluruhan organisme atau bakal organisme yang terjadi secara
progresif dan relatif permanen pada kondisi alami. Pendapat lain menyebutkan embriologi
menjadi bagian dari ruang lingkup biologi perkembangan. Karena Biologi perkembangan
ruang lingkupnya lebih luas, sampai kepada perkembangan pasca lahir dengan penekanan
kepada masalah, konsep dan prinsip perkembangan. Beberapa ruang lingkup biologi
perkembangan adalah (1) Embriologi, yaitu mempelajari mengenai pembentukan embrio; (2)
Proses stadium pasca lahir; (3) Perkembangan tingkat sel, baik perkembangan normal
ataupun abnormal (neoplastik) seperti tumor dan kanker; (4) Pertumbuhan, yaitu
pertambahan masa sel; (5) Regenerasi; (6) Perbaikan sel, misalnya pada waktu luka dan (7)
Genetika perkembangan.
Untuk melengkapi pemahaman anda, ada beberapa istilah yang sering ditemukan saat
mempelajari embriologi. Istilah-istilah ini telah dirangkum dari Sadler (2012:xii), yaitu x
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan pertumbuhan secara progresif dari sebuah sel
menuju periode organ primordial. (Pada manusia terjadi saat minggu ke-8 perkembangan).
Terkadang disebut juga dengan organogenesis. x Periode fetal adalah saat terjadinya
diferensiasi yang berkelanjutan dan ditandai dengan pertumbuhan dan meningkatnya berat
fetus. x Teratologi adalah bagian embriologi yang mengkaji tentang cacat lahir dan
penyebabnya. PROSES DASAR PERKEMBANGAN Ilustrasi tentang fenomena perubahan
sebuah sel menjadi seorang bayi saat masih dalam kandungan ibu, merupakan suatu proses
yang menggambarkan bahwa telah terjadinya suatu fenomena besar dan kompleks. Adanya
fenomena besar dan kompleks ini akan melibatkan proses yang kompleks pada tingkat
seluler, misalnya regulasi dan transduksi signal secara molekuler. Adanya regulasi dan
transduksi signal secara molekuler merupakan cara yang paling mutakhir untuk memahami
perkembangan organisme. Sadler (2012:3-9) menjelaskan beberapa bagian tersebut seperti
adanya transkripsi gen, regulasi ekspresi gen, induksi formasi organ dan cell signaling. Spratt
(1971) dalam Lufri dan Helendra (2009:6-15) menjelaskan lima proses dasar pada tingkat sel,
yaitu: 1. Pertumbuhan, yaitu pertambahan masa sel (ukuran dan jumlah sel). 2. Diferensiasi,
yaitu proses yang menghasilkan sel-sel yang sudah terspesialisasi (sudah melakukan
biosintesis spesifik). 3. Interaksi seluler, yaitu saling pe-ngaruhmempengaruhi antara satu sel
atau kelompok sel dengan sel atau kelompok sel yang lain. 4. Pergerakan, yaitu perubahan
posisi sel atau jaringan (gerakan mor-fogenetik). 5. Metabolisme, merupakan proses
penghasil (sumber) dan penggunaan energi, dan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan
dan perkem-bangan. ULASAN RINGKAS TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO
MANUSIA Tahap perkembangan manusia dijelaskan secara terperinci di Gambar 1-4. Sadler
(2012) menjelaskan tahapan perkembangan manusia menjadi lima tahap, yaitu: 1. Tahap
gametogenesis, terjadinya pembentukan gamet laki-laki dan perempuan atau konversi germ
cell sperma dan sel telur. 2. Tahap perkembangan minggu ke-1, terjadinya proses ovulasi
sampai implantasi 3. Tahap perkembangan minggu ke-2, terjadinya pembentukan bilaminar
germ disc (embrio dua lapis) 4. Tahap perkembangan minggu ke-3 sampai 8, disebut juga
dengan periode embrionik, terjadinya pembentukan sistem tubuh. 5. Tahap perkembangan
bulan ke-3 sampai kelahiran, adalah masa fetus dan berperannya plasenta dalam
perkembangan manusia. Dudek (2011) menguraikan perkembangan manusia diawali dari
tahap prefertilisasi, periode mingguan, periode embrionik dan organogenesis. Uraian
lengkapnya sebagai berikut. 1. Prafertilisasi, meliputi perkembangan organ reproduksi
seksual, perkembangan organ reproduksi seksual, perkembangan kromosom, meiosis,
organogenesis, spermatogenesis. 2. Perkembangan minggu 1 (hari ke 1-7), meliputi
fertilisasi, pembelahan, blastocyst dan implantasi. 3. Perkembangan minggu ke-2 (hari ke 8-
14), meliputi pembentukan embrioblast lanjutan, trophoblast lanjutan dan mesoderm
ekstraembrio. 4. Periode embrionik, meliputi pembentukan embrioblast lanjutan,
vasculogenesis dan plasentasi. 5. Periode bulan 3 sampai lahir, disebut juga organogenesis
sampai parturisi, terjadi perkembangan organ dan sistem tubuh dan proses kelahiran.
(Jurnal Sainstek Vol. VI No. 1: 96-101, Juni 2014)
PLASENTA
Plasenta adalah organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi untuk melakukan
pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan. Oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui
aliran darah ibu kemudian menembus plasenta. Dari sini, tali pusar yang terhubung ke bayi
membawa oksigen dan nutrisi tersebut untuk bayi. Hal inilah yang kemudian mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melalui plasenta, nutrisi baik yang ibu konsumsi dapat
ditransfer ke bayi, begitu juga dengan nutrisi buruk yang ibu konsumsi juga dapat diterima
bayi, seperti alkohol dan obat.
Melalui plasenta juga, bayi dapat membuang zat-zat buangan yang tidak ia perlukan, seperti
karbon dioksida, yang kemudian diteruskan ke aliran darah ibu untuk kemudian dibuang oleh
sistem dalam tubuh ibu.
Selain itu, plasenta juga sebagai pelindung bayi terhadap kuman dan bakteri yang ada dalam
tubuh ibu sehingga bayi dalam kandungan tetap dalam keadaan sehat. Plasenta jugalah yang
menjadi penghalang agar sel-sel bayi tidak masuk ke dalam aliran darah ibu, sehingga bayi
tidak disangka sebagai sel asing oleh tubuh Anda.
Plasenta juga menjadi organ yang menghasilkan hormon yang diperlukan oleh Anda dan bayi
selama dalam kandungan. Beberapa hormon yang dihasilkan plasenta adalah hormon human
placental lactogen (HPL), relaksin, oksitosin, progesteron, dan estrogen.
Menuju waktu akhir kehamilan, plasenta melepaskan antibodi dari ibu untuk diberikan ke
bayi, sehigga bayi mempunyai kekebalan tubuh sekitar 3 bulan setelah kelahirannya ke dunia.
Bagaimana plasenta terbentuk?
Saat usia kehamilan 3 minggu, folikel yang ada dalam indung telur (bernama korpus luteum)
meluruh, kemudian mulai memproduksi hormon progesteron dan menyediakan nutrisi untuk
janin selama trimester pertama kehamilan.
Pada usia kehamilan 4 minggu, massa sel menempel di dinding rahim. Beberapa sel
memisahkan diri, menggali lebih dalam ke dinding rahim. Salah satu dari massa sel ini
bertugas untuk membentuk plasenta (berbentuk cakram yang penuh akan pembuluh darah)
yang kemudian akan mengambil alih tugas korpus luteum pada trimester kedua kehamilan.
Dua bulan berikutnya, plasenta berkembang dan menjadi lebih besar. Sehingga, mampu
memberikan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak untuk bayi Anda bertumbuh. Pada
kehamilan minggu ke-12, plasenta telah mempunyai struktur yang lengkap dan akan terus
bertambah besar mengikuti pertumbuhan bayi Anda.
Bagaimana plasenta dikeluarkan tubuh ibu?
Setelah bayi lahir dan tali pusar dipotong, plasenta juga akan “dilahirkan” oleh tubuh Anda
karena sudah tidak diperlukan. Tubuh Anda masih akan melakukan kontraksi sesaat setelah
bayi lahir yang bertujuan untuk mendorong plasenta keluar dari tubuh Anda. Jika tubuh Anda
tidak melakukan kontraksi setelah bayi lahir, mungkin bidan atau dokter akan memberikan
obat untuk merangsang kontraksi dan membantu plasenta keluar. Merangsang kontraksi
dengan menggunakan obat juga dapat mencegah perdarahan berat pada ibu. Menyusui bayi
Anda segera setelah bayi lahir juga dapat membantu menimbulkan kontraksi pada rahim
Anda, sehingga dapat membantu mendorong plasenta keluar.
Jika Anda melahirkan dengan cara operasi caesar, dokter juga akan mengeluarkan plasenta
dari tubuh Anda setelah bayi lahir. Setelah plasenta keluar dari tubuh Anda, dokter atau bidan
akan memeriksa apakah plasenta dan membran sudah keluar semua dari tubuh Anda,
sehingga tidak ada yang tertinggal dan rahim Anda kembali bersih.
Apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta?
Plasenta merupakan penunjang kehidupan bayi saat berada dalam kandungan, sehingga
kesehatan bayi juga bergantung pada kesehatan plasenta. Beberapa masalah dapat dialami
oleh plasenta, misalnya abrupsio plasenta, plasenta previa, plasenta accreta, dan retensio
plasenta (plasenta tertahan). Oleh karena itu, Anda sebagai ibu hamil juga harus menjamin
bahwa Anda memiliki plasenta yang sehat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan,
seperti:
Usia ibu saat hamil. Biasanya ibu yang berusia di atas 40 tahun saat kehamilan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah plasenta.
Membran meluruh sebelum waktunya. Selama dalam kandungan, bayi dikelilingi
membran yang dipenuhi cairan (kantung ketuban). Jika kantung ketuban pecah
sebelum kelahiran bayi, risiko mengalami masalah plasenta dapat meningkat.
Tekanan darah tinggi.
Kehamilan kembar. Kehamilan lebih dari satu dapat meningkatkan risiko masalah
pada plasenta.
Gangguan penggumpalan darah. Kondisi yang mengganggu kemampuan darah untuk
menggumpal atau kondisi yang meningkatkan kemungkinan darah untuk
menggumpal dapat meningkatkan risiko masalah pada plasenta.
Pernah mengalami operasi di rahim. Pengalaman menjalani operasi pada rahim,
seperti operasi caesar, dapat meningkatkan kemungkinan Anda mempunyai masalah
pada plasenta.
Pernah mengalami masalah pada plasenta.
Penyalahgunaan zat, seperti merokok atau penyalahgunaan obat-obatan selama
kehamilan.
Trauma abdomen (perut). Jika Anda pernah mengalami trauma di perut Anda, seperti
karena jatuh atau pernah mengalami pukulan di perut Anda, ini akan meningkatkan
risiko Anda mengalami masalah pada plasenta.
Pada usia kehamilan 4 minggu, massa sel menempel di dinding rahim. Beberapa sel
memisahkan diri, menggali lebih dalam ke dinding rahim. Salah satu dari massa sel ini
bertugas untuk membentuk plasenta (berbentuk cakram yang penuh akan pembuluh darah)
yang kemudian akan mengambil alih tugas korpus luteum pada trimester kedua kehamilan.
Dua bulan berikutnya, plasenta berkembang dan menjadi lebih besar. Sehingga, mampu
memberikan oksigen dan nutrisi yang lebih banyak untuk bayi Anda bertumbuh. Pada
kehamilan minggu ke-12, plasenta telah mempunyai struktur yang lengkap dan akan terus
bertambah besar mengikuti pertumbuhan bayi Anda.
Bagaimana plasenta dikeluarkan tubuh ibu?
Setelah bayi lahir dan tali pusar dipotong, plasenta juga akan “dilahirkan” oleh tubuh Anda
karena sudah tidak diperlukan. Tubuh Anda masih akan melakukan kontraksi sesaat setelah
bayi lahir yang bertujuan untuk mendorong plasenta keluar dari tubuh Anda. Jika tubuh Anda
tidak melakukan kontraksi setelah bayi lahir, mungkin bidan atau dokter akan memberikan
obat untuk merangsang kontraksi dan membantu plasenta keluar. Merangsang kontraksi
dengan menggunakan obat juga dapat mencegah perdarahan berat pada ibu. Menyusui bayi
Anda segera setelah bayi lahir juga dapat membantu menimbulkan kontraksi pada rahim
Anda, sehingga dapat membantu mendorong plasenta keluar.
Jika Anda melahirkan dengan cara operasi caesar, dokter juga akan mengeluarkan plasenta
dari tubuh Anda setelah bayi lahir. Setelah plasenta keluar dari tubuh Anda, dokter atau bidan
akan memeriksa apakah plasenta dan membran sudah keluar semua dari tubuh Anda,
sehingga tidak ada yang tertinggal dan rahim Anda kembali bersih.
Apa saja yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta?
Plasenta merupakan penunjang kehidupan bayi saat berada dalam kandungan, sehingga
kesehatan bayi juga bergantung pada kesehatan plasenta. Beberapa masalah dapat dialami
oleh plasenta, misalnya abrupsio plasenta, plasenta previa, plasenta accreta, dan retensio
plasenta (plasenta tertahan). Oleh karena itu, Anda sebagai ibu hamil juga harus menjamin
bahwa Anda memiliki plasenta yang sehat.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan,
seperti:
Usia ibu saat hamil. Biasanya ibu yang berusia di atas 40 tahun saat kehamilan
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah plasenta.
Membran meluruh sebelum waktunya. Selama dalam kandungan, bayi dikelilingi
membran yang dipenuhi cairan (kantung ketuban). Jika kantung ketuban pecah
sebelum kelahiran bayi, risiko mengalami masalah plasenta dapat meningkat.
Tekanan darah tinggi.
Kehamilan kembar. Kehamilan lebih dari satu dapat meningkatkan risiko masalah
pada plasenta.
Gangguan penggumpalan darah. Kondisi yang mengganggu kemampuan darah untuk
menggumpal atau kondisi yang meningkatkan kemungkinan darah untuk
menggumpal dapat meningkatkan risiko masalah pada plasenta.
Pernah mengalami operasi di rahim. Pengalaman menjalani operasi pada rahim,
seperti operasi caesar, dapat meningkatkan kemungkinan Anda mempunyai masalah
pada plasenta.
Pernah mengalami masalah pada plasenta.
Penyalahgunaan zat, seperti merokok atau penyalahgunaan obat-obatan selama
kehamilan.
Trauma abdomen (perut). Jika Anda pernah mengalami trauma di perut Anda, seperti
karena jatuh atau pernah mengalami pukulan di perut Anda, ini akan meningkatkan
risiko Anda mengalami masalah pada plasenta.
(https://hellosehat.com/kehamilan/perkembangan-janin/apa-itu-plasenta-ari-ari-bayi/#grefv)
Fungsi Plasenta
1. Menyalurkan oksigen dan nutrisi pada janin
Janin membutuhkan oksigen dan nutrisi untuk bisa hidup serta berkembang selama di dalam
kandungan. Namun untuk mendapatkannya, bukan berarti janin bernapas melalui hidung atau
makan melalui mulut, lho, Bun. Oksigen dan nutrisi yang didapat oleh janin diperoleh dari
tubuh Bunda.
Oksigen dan nutrisi dari tubuh Bunda akan dibawa oleh darah dan dialirkan ke dalam
plasenta. Setelah itu, asupan tersebut akan ditransfer langsung ke janin melalui tali pusar
yang terhubung dari plasenta ke janin.
2. Membuang zat sisa dari darah janin
Selain memasok oksigen dan nutrisi, plasenta juga berfungsi untuk membuang sisa
metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan oleh janin. Zat sisa tersebut akan dialirkan kembali
ke aliran darah Bunda dan kemudian dikeluarkan bersama sisa metabolisme yang Bunda
hasilkan.
3. Memproduksi hormon pendukung kehamilan
Fungsi plasenta yang tidak kalah penting lainnya adalah memproduksi hormon kehamilan,
yaitu estrogen, progesteron, dan human chorionic gonadotropin (hCG). Hormon-hormon
tersebut sangat penting dalam mendukung perkembangan janin dan menjaga kehamilan.
4. Melindungi janin dari infeksi bakteri
Plasenta juga berfungsi sebagai penghalang bagi bakteri yang mungkin ada pada tubuh
Bunda. Jadi jika Bunda mengalami infeksi bakteri, plasenta akan melindungi janin agar tidak
tertular infeksi tersebut.
5. Menyalurkan antibodi dari ibu ke janin
Di masa akhir kehamilan, plasenta akan menyalurkan antibodi yang Bunda miliki ke janin.
Antibodi ini dapat memberikan kekebalan tubuh untuk Si Kecil agar terhindar dari penyakit.
Namun setelah Si Kecil dilahirkan, antibodi dari Bunda hanya bisa bertahan hingga usianya
mencapai 3 bulan.
Mengenali Jenis Gangguan Plasenta
Untuk dapat mengantisipasi, ibu hamil wajib mengenali berbagai jenis gangguan plasenta
yang paling umum terjadi, seperti berikut:
Abrupsi plasenta (placental abruption)
Abrupsi plasenta adalah saat plasenta meluruh, baik sebagian maupun seluruhnya, dari
dinding rahim yang terjadi sebelum waktu persalinan tiba. Kondisi ini menyebabkan
terputusnya ketersediaan nutrisi dan oksigen untuk bayi. Abrupsi plasenta dapat terjadi di saat
usia kehamilan melewati 20 minggu, gejalanya yakni menimbulkan rasa sakit, perdarahan
vagina, kontraksi ataupun kram perut pada ibu hamil. Pada beberapa kasus, kondisi ini juga
dapat mendatangkan konsekuensi berupa persalinan prematur dan emboli air ketuban.
Plasenta previa
Plasenta previa dapat terjadi saat plasenta menutup sebagian atau seluruh bagian mulut
rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan parah pada vagina sebelum waktu
bersalin. Hal ini lebih sering terjadi di masa awal kehamilan dan dapat berkembang seiring
dengan perkembangan rahim. Tindakan operasi caesar adalah satu-satunya metode persalinan
yang disarankan untuk ibu dengan gangguan plasenta previa.
Plasenta akreta
Plasenta akreta adalah situasi saat jaringan plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding
rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan wanita hamil mengalami perdarahan pada trimester
ketiga dan kehilangan banyak darah setelah bersalin. Kondisi yang lebih serius bisa terjadi
saat plasenta melekat di otot rahim (plasenta inkreta), dan saat plasenta tumbuh melewati
dinding rahim (plasenta perkreta). Situasi ini biasanya ditangani dengan operasi caesar dan
pada sebagian besar kasus dilanjutkan dengan pengangkatan rahim.
Retensi plasenta (retensio placenta)
Pada proses persalinan, normalnya dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir plasenta akan
ikut dikeluarkan dari rahim. Plasenta disebut tertahan jika organ ini masih menempel pada
dinding rahim dan terjebak di belakang mulut rahim yang setengah tertutup hingga 30 menit
atau satu jam pasca persalinan. Jika tidak segera ditangani, retensi plasenta dapat membuat
ibu kehilangan banyak darah yang dapat membahayakan nyawa.
Insufisiensi plasenta (placental insufficiency)
Plasenta yang tidak berkembang dengan sempurna atau rusak adalah salah satu komplikasi
serius pada kehamilan. Hal ini disebut dengan insufisiensi plasenta. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh aliran darah dari sang ibu tidak mencukupi di masa kehamilan. Sebagai
konsekuensi, plasenta yang tidak berkembang menyebabkan janin juga tidak dapat
berkembang sehingga mengalami kelainan (cacat bawaan lahir), persalinan prematur, hingga
berat badan rendah saat lahir. Kondisi ini dapat disebabkan oleh anemia, diabetes, hipertensi,
merokok, efek samping obat-obatan, dan gangguan pembekuan darah pada ibu.
(https://www.alodokter.com/tiap-wanita-hamil-berisiko-mengalami-gangguan-plasenta)