Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sri Nur Fatimah

Prodi : S1 Kebidanan

1. Bagaimana jika nanti kita telah menjadi seorang istri, membagi hak antara hak pekerjaan dan
hak keluarga , kebanyakan istri yang sudah bekerja melalaikan hak nya dikeluarga,
kebanyakan perempuan yang sudah bekerja mengandalkan asisten rumah tangga untuk
urusan rumah dan anaknya, Jadi baiknya bagaimana agar hak keduanya bisa sama sama
terlaksanakan dengan baik?
Jawaban :
pertama harus ada kesepakatan sama suami, kalo memang dibolehkan bekerja suami harus
menerima konsekuensinya bahwa mungkin istri jadi agak sibuk dengan pekerjaannya dan si
istri pun harus sadar diri, sadar bahwa tugas utama dia adalah mengurus keluarga jangan
sampai melalaikan tugas sebagai istri dan ibu, disini support suami sangat penting
komunikasi dengan suami juga harus baik.
Tentunya sebagai isteri kita harus bisa mengatur waktu agar tidak melalaikan salah satu
pekerjaan kita. Tentunya kita sebagai wanita harus pandai membuat jadwal kegiatan sehari-
hari. Usahakan jika mendapat cuti atau libur akhir pekan tentunya kita melakukan quality
time bersama keluarga kecil kita. Usahakan bangun lebih awal agar dapat mengerjakan
pekerjaan rumah terlebih dahulu dan menyiapkan sarapan bagi keluarga kecil kita. Jika kita
merasa tidak dapat melakukan kegiatan tersebut secara baik maka boleh dibantu oleh asisten
rumah tangga.
( https://m.liputan6.com/health/read/2160693/4-cara-jadi-istri-pekerja-yang-baik)
2. Dari tahun ke tahun kasus kekerasan pada anak semakin tinggi, bagaimana solusinya agar
tidak semakin memburuk? sebenarnya siapa yang bertanggung jawab atas hal ini, siapa yang
harus dieduksi, cara paling efektifnya bagaimana?
Jawaban :
Tentunya hal ini menjadi tanggung jawab kita semua baik pemerintah yang harus
mengedukasi seluruh lapisan masyarakat, badan penegak hukum yang harus lebih tegas pada
pelaku, KPAI yang lebih melindungi seluruh anak di Indonesia, masyarakat yang harus lebih
peka terhadap kejadian disekitar yang sangkut pautnya dengan kesejahteraan anak, orangtua
yang lebih memperhatikan kondisis anak serta lebih bisa mengatur emosi pada anak, pihak
sekolah yang mengedukasi anak cara mempertahankan diri dan cara menyikapi kekerasan
yang telah ataupun belum menimpa anak tersebut, serta peranan anak itu sendiri yang harus
memiliki keberanian melawan kekerasan yang menimpanya.
(https://gaya.tempo.co/read/702371/5-kiat-mencegah-kekerasan-pada-anak)
3. Selama 17 tahun terakhir, Komnas Perempuan melakukan pencatatan kasus kekerasan
terhadap perempuan, dan dari tahun ke tahun jumlah laporan kekerasan terhadap perempuan
ini selalu meningkat. Pertanyaannya, bagaimana cara supaya angka kasus kekerasan terhadap
perempuan itu menurun, atau bahkan tidak terjadi lagi di Indonesia ini?
Jawaban :
untuk mengurangi kasus kekerasan seksual, sebagai berikut :
• Membangun sikap saling menghargai antara laki-laki dan perempuan sehingga akan
terhindar dari perilaku yang mengarah pada kekerasan seksual karena menganggap bahwa
setiap orang memiliki hak untuk dilindungi dan dihormati,
• Pembuat kebijakan pun harus segera menjadikan pendidikan seks sebagai suatu pelajaran
wajib karena dapat dilihat bahwa masih maraknya kasus kekerasan seksual dengan adanya
pendidikan seks ini maka akan membentuk suatu pemahaman yang sama akan bahaya dan
dampak yang ditimbulkan dari kekerasan seksual,
• Orang tua pun harus memerhatikan pergaulan anak agar terhindar dari kemungkinann
melakukan atau menjadi korban kekerasan seksual dan memberikan pemahaman mengenai
cara menghormati orang lain dan tidak melakukan tindakan yang berkaitan dengan kekerasan
seksual.
(https://www.mampu.or.id/tema/pengurangan-kekerasan-terhadap-perempuan/)
4. Bagaimana cara menguatkan perlindungan terhadap perempuan dan anak?
Jawaban :
untuk mendorong penguatan upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak,
pemerintah dan DPR perlu memperkuat Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan dan anak (Komnas Perempuan) dan (KPAI) sebagai “lembaga negara yang
independen” untuk penegakan hak asasi manusia perempuan dan anak Indonesia, dengan
memperkuat landasan hukumnya dengan sebuah undang-undang khusus.
Saat ini landasan hukum pembentukan Komnas Perempuan dan anak berdasarkan keputusan
presiden. Dengan penguatan landasan hukum, lembaga ini dapat diberikan kewenangan untuk
membantu pemerintah dalam pembuatan kebijakan publik yang berperspektif gender hingga
kewenangan untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sehingga bisa
membawa pelaku kekerasan berbasis gender ke pengadilan.
(https://theconversation.com/bagaimana-menguatkan-perlindungan-perempuan-perkuat-
peran-komnas-perempuan-112797)
5. bagaimana cara mengatasi ketimpangan karakter tersebut agar tidak ada anak yang di
diskriminasi karna prilaku nya yang dinilai kurang baik? Lalu bagaimana pendapat ibu
terhadap kata kata guru tersebut, apakah benar atau salah? Jika salah bagaimana seharusnya
sikap seorang guru yang benar?
Jawaban :
Tentunya dengan mengenal karater anak tersebut, cara mengenal karakter anak adalah
melakukan pendekatan secara emosional terhadap anak contohnya dengan mengobrol,
semakin seing kita melakukan komunikasi dengan anak tersebut tentunya semakin kita
mengenal karakter anak tersebut. Saya kurang setuju dengan pernyataan guru tersebut,
menurut saya seorang guru seharunya tidak sepenuhya menyalahkan orangtua siswa apalagi
seorang ibu yang perannya sebagai pembentuk karakter anak, karena anak tersebut tidak
sepenuhnya mendapatkan pendidikan karakter dari orangtua, banyak faktor yang
menyebabkan si anak karakternya kurang baik contohnya peran lingkungan. Lingkungan
tentunya sangan berpengaruh terhadap karakter anak, karena pada dasarnya anak cenderung
lebih aktif bersama temannya sedangkan pada saat dirumah anak akan cenderung mengurung
diri dikamar. Disinilah harusnya guru lebih menekankan pada si anak bagaimana cara bergaul
yang baik tentunya guru tersebut sebelumnya harus berkomunikasi terlebih dahulu dengan
orangtua murid. Selain itu pentingnya wanita berpendidikan dan berakhlak mulia adalah ini
karena wanita dijadikan tumpuan sebagai pembentuk karakter pertama calon penerus bangsa.
6. Ada tanggapan perempuan itu no 2 setelah laki-laki. Tetapi di zaman sekarang banyak
fenomena pertukaran peran dalam rumah tangga, dimana sang ibu mencari nafkah dan ayah
stay at home dad. Apakah bisa dikatakan seorang perempuan itu perannya lebih tinggi dari
laki-laki?
Jawaban :
Menurut saya iya karena disini wanita berperan sebagai kepala rumah tangga yaitu pencari
nafkah. Namun seorang isteri tetaplah isteri yang harus patuh kepada suaminya walaupun
suami tugasnya sebagai bapak rumah tangga kita sebagai wanita wajib menghargai suami.
7. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan dukungan apa saja?
Jawaban :
Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-
haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi ,untuk mewujudkan perlindungan dan
kesejahteraan anak diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan
yang dapat menjamin pelaksanaannya, berbagai undang-undang hanya mengatur hal-hal
tertentu mengenai anak dan secara khusus belum mengatur keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan perlindungan anak, berdasarkan pertimbangan tersebut perlu ditetapkan Undang-
undang tentang Perlindungan Anak
(https://humanrightspapua.org/resources/nlaw/169-uu-ri-no-23-tahun-2002-ttg-perlindungan-
anak-dan-perubahan#:~:text=Perlindungan%20anak%20adalah%20segala
%20kegiatan,perlindungan%20dari%20kekerasan%20dan%20diskriminasi.)

RANGKUMAN

Hak Asasi Manusia (HAM), adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Manha Esa dan merupakan
anugerahnNya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum
dan Pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. (Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia)Penghargaan terhadap
hak asasi manusia, perlu dijunjung tinggi, dihargai dan dihormati, tidak boleh adanya
perbedaan SARA, ataupun kekerasan satu sama lain, justru mereka yang tergolong lemah
harus dilindungi, dari tindakan apapun juga, yang bertentangan dengan hak asasi manusia
mereka.Anak dan perempuan sangat rentan terhadap kekerasan, dan diskriminasi, serta sering
terabaikan akan hak-hak mereka, karena dianggap sebagai makhluk yang lemah, yang
diharuskan untuk selalu menurut keinginan dari orang yang dewasa.Fenomena yang sering
terjadi, dalam hidup bermasyarakat, anak dan perempuan, akhirnya menjadi korban tindak
pidsna, hal ini bisa saja diakibatkan karena pemahaman dan pengetahuan dari masyarakat
luas yang tidak mengerti akan hak-hak dari anak dan perempuan tersebut.

Hak-Hak Anak Yang Harus DiLindungi:


Hak untuk Hidup
Hak Untuk Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran
Hak Untuk Memperoleh Kesehatan
Hak untuk mendapatkan Identitas diri
Hak untuk mendapat perlindungan
Hak Untuk Berpartisipasi
Kedudukan perempuan ditengah-tengah masyarakat begitu penting dan dengan potensi yang
dimilikinya perempuan dapat menjadi garda terdepan dalam membangun peradaban.
Ditangan perempuanlah keberlanjutan agama dan Negara dapat berlanjut dengan baik.
Berbagai keunikan dan keisitimewaan yang terdapat dalam dirinya. Karena perempuan
adalah tiang Negara. Bagaimana jika tiang Negara ini rapuh, tidak kokoh? Maka hancurlah
Negara itu dan tidak akan ada peradaban yang mulia. Hanya jejak-jejak yang tidak berarti.

Pendidikanpun tidak lepas dari bagaimana perempuan beraktivitas di dalamnya. Ketika


perempuan tidak berpendidikan bagaimana dia harus menjelaskan ini dan itu kepada anak-
anaknya. Berpendidikan dalam hal ini, bukanlah harus kuliah sampai bergelar sarjana, doktor
ataupun professor. Karena ada juga perempuan yang tidak bergelar sarjana namun mampu
memposisikan diri dalam ranah publik dan domestik.

Pentingnya Pendidikan Bagi Perempuan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun peradaban, menciptakan
sumber daya manusia yang tepat guna, khususnya meningkatkan kualitas sumber daya kaum
perempuan. Diskriminasi pada perempuan sering dilontarkan, karena mereka menganggap
bahwa perempuan selalu berada di bawah laki-laki dalam aktivitas di masyarakat. Sehingga
ada yang menganggap bahwa pendidikan yang dijalani perempuan untuk menyaingi laki-laki
dan mempunyai posisi yang sama dengan laki-laki dalam ranah domestik.

Perempuanpun wajib menuntut ilmu sebagaimana yang telah disyariatkan. Namun bagaimana
dengan kewajiban perempuan dalam menyampaikan ilmu? Apakah seorang perempuan tidak
memiliki peran dalam hal ini? Pentingnya pendidikan bagi seorang perempuan karena dengan
pendidikan seorang perempuan dapat meningkatkan kualitas diri, baik dari ilmu dan
wawasannya.

Perempuan dan Peradaban


Kemajuan suatu bangsa hanya bisa terjadi apabila semua elemen bangsa diberi akses yang
adil untuk berkembang dan berkontribusi tanpa terkecuali. Akses yang adil bagi perempuan
terhadap pendidikan, pekerjaan, dan ranah-ranah publik lainnya akan membuka kesempatan
bagi perempuan untuk lebih berdaya dan berkontribusi pada kemajuan sebuah bangsa. Salah
satu langkah untuk mewujudkan perempuan yang berdaya adalah memberikan layanan
pendidikan yang setara bagai para perempuan. Bukan hanya kesempatan memeroleh
pendidikan, tapi juga pendidikan yang responsif gender, serta kesempatan untuk
mengaktualisasikan diri sebagai buah dari pendidikan. Selain itu peran perempuan sebagai
ibu juga sangatlah besar, yang akan mendidik dan mengarahkan generasi penerus bangsa
(anak) menjadi insan-insan yang membawa kemajuan bagi bangsa ini. Secara tidak langsung,
masa depan bangsa ini juga tidak lepas dari kontribusi nyata perempuan dalam menyiapkan
generasi-genrasi emas. Perempuan turut serta dalam merancang, mengonsep, dan
membangun kualitas putra-putrinya yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini agar siap
dalam membangun peradaban bangsa. Bisa disebut bahwa perempuan adalah arsitek bagi
peradaban bangsa. Sebuah bangsa akan maju jika para perempuannya diberikan akses
pendidikan yang setara dengan laki-laki. Terkait dengan peran strategis perempuan sebagai
arsitek peradaban bangsa, maka kitaperlu mengetahui terlebih dahulu seberapa maju
perempuan-perempuan di Indonesia. Setidaknya ada tiga indikator yang dapat kita lihat
terkait dengan kemajuan perempuan di Indonesia
1.Aspek ekonomi
Masih banyak perempuan Indonesia yang berada dalam garis kemiskinan. Rendahnya
pendapatan dan kurangnya akses dalam perekonomian membuat kaum perempuan Indonesia
semakin terpuruk. Saat ini 4,7 juta perempuan di Indonesia masih menganggur. Masih
kuatnya budaya patriarki juga menyebabkan ketimpangan sosial. Sehingga, kaum perempuan
sulit mengakses pekerjaan, pendidikan dan aktualisasi diri.
2.Aspek pendidikan
Dari jumlah perempuan pekerja di Indonesia sekitar 81,15 juta orang dan 56 persen atau 45,4
juta orang di antaranya hanya berpendidikan SD. Hanya 4,7 persen atau 3,8 juta yang
berpendidikan akademi atau sarjana, data BPS tersebut juga menunjukkan bahwa banyak
kasus anak perempuan terpaksa tidak bersekolah untuk mengurangi biaya pendidikan yang
ditanggung keluarganya dan terpaksa masuk ke angkatan kerja mencari nafkah bagi
keluarganya, dan lebih banyak anak perempuan usia sekolah yang bekerja
3.Aspek kesehatan
Derajat kesehatan kaum perempuan juga sangat memprihatinkan. Walaupun Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia sudah menurun, namun ternyata masih cukup tinggi dibandingkan
dengan negara-negara di ASEAN. AKI di Indonesia terakhir berada di angka 228/100.000
kelahiran hidup setelah sebelumnya sebesar 307/100.000 kelahiran hidup.

Anda mungkin juga menyukai