Anda di halaman 1dari 10

Mata Kuliah : Askeb Persalinan

Dosen Pengampuh :Olkamien L. Longulo,S.kep.,Ns.,MSc

Resume

EBM & Kehamilan Resiko Tinggi

OLEH

Sri Lestari PO7124319070

Prodi /Tingkat : D4 Kebidanan IIB

POLTEKKES KEMENKES PALU

TAHUN AJARAN 2021


 Evidence Based Midwifery dalam Persalinan

1. Definisi

Pengertian evidence Base  jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence


Base dapat diartikan sebagai berikut:
Evidence : Bukti, fakta
Base   : Dasar
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti.
 Pengertian Evidence Base menurut sumber lain:
 Evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai dan menggunakan hasil
penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
 Jadi pengertian Evidence Base-Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
 2. Manfaat Evidence Base
Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidence Base antara lain:
1) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
2) Meningkatkan kompetensi (kognitif)
3) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagi professional dalam memberikan asuhan yang
bermutu
4) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien mengharapkan
asuhan yang benar, seseuai dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
Quality : Type Of Evidence
1a : Systematic review of randomized controlled trials
(best)
1b : Individual randomized controlled trials with narrow confidence interval
1C : All or one case series (when all patients died before a new therapy was introduced
but     patient receiving the new therapy now survive)
2a : Systematic review of cohort studies
2b : Individual study or randomized controlled trials with <80% follow up
2c : outcome research: ecological studies
3a :Systematic review of case –control studies
3b : Individual case –control study
4 : Case series
5 : Expert opinion
(worse)
Tingkatan Evidence Base
 Evidence Based Pada Kala II Persalinan

No Tindakan yang dilakukan Sebelum EBM Setelah EBM


1 Asuhan sayang ibu Ibu bersalin dilarang untuk Ibu bebas melakukan
makan dan minum bahkan aktifitas apapun yang
untuk mebersihkan dirinya mereka sukai
2 Pengaturan posisi persalinan Ibu hanya boleh bersalin Ibu bebas untuk memilih
dengan posisi telentang posisi yang mereka
inginkan
3 Menahan nafas saat mengeran Ibu harus menahan nafas Ibu boleh bernafas
pada saat mengeran seperti biasa pada saat
mengeran
4 Tindakan epsiotomi Bidan rutin melakukan Hanya dilakukan pada
episiotomy pada persalinan saat tertentu saja
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk,
berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Bhardwaj, Kakade alai 1995, Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karenan posisi ini mempunyai
kelebihan sebagai barikut: ·

1. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri. · Posisi tegak
dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat. · Posisi tegak membuat
ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih besar, dan robekan perineal dan
vagina lebih sedikit.
2. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam mengadakan
posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga mengurangi keluhan
haemoroid.Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih.
Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah
janin.Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi
uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi
3. bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran
dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses
pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk
menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan karena: · Menafas nafas pada saat
mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat.
4. Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada
primigravida. Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan
secara rutin pada proses persalinan karena: · Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan
karena episiotomy yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum
menekan perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan
“perdarahan yang tidak perlu”. · Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada
ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status
gizi dan kesehatan ibu kurang baik.
 (Kehamilan risiko tinggi)

 Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi
menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Corneles,2015).
Karakteristik ibu hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada
kehamilan terjadi pada kelompok usia 35 tahun,dikatakan usia tidak aman karena saat
bereproduksi pada usia 35 tahun dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah
mengalami penurunan kemampuan untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm,
berat badan kurang dari 45 kg, jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang
dari 2 tahun, jumlah anak lebih dari 4 (Hapsari, 2014).
 Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang
kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya bahaya atau komplikasi baik terhadap ibu m
aupun  janin yang dikandungnya selama masa kehamilan,
melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas
normal.
 Penyebab utama kematian ibu hamil adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab
tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada dan
kehamilan (WHO, 2017).
 Penyebab laindari meningkatnya angka kematian ibu adalah komplikasi kehamilan yang
dapat muncul melalui tanda bahaya kehamilan. Berdasarkan penyebab tersebut kehamilan
berisiko tinggi atau komplikasi kehamilan biasanya terjadi karena faktor 4 terlalu dan 3
terlambat : Faktor 4 Terlalu yaitu: (1) Terlalu muda (kurang dari 20 tahun); (2) Terlalu
tua (lebih dari 35 tahun); (3) Terlalu sering hamil (anak lebih dari 3); (4) Terlalu dekat
atau rapat jarak kehamilannya (kurang dari 2 tahun). Faktor 3 Terlambat yaitu: (1)
Terlambat mengambil keputusan untuk mencari upaya medis kedaruratan; (2) Terlambat
tiba di fasilitas kesehatan; (3) Terlambat mendapat pertolongan medis (Kemenkes RI,
2017).
 Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang menunjukkan ibu atau bayi yang
dikandungnya dalamkeadaan bahaya (Saifuddin, 2008). Setiap kehamilan dalam
perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit atau komplikasi (Wiknjosastro,
2010). Jika ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan, maka tidak akan diketahui apakah
kehamilannya berjalan dengan baik, mengalami resiko tinggi atau komplikasi obstetrik
yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janin, sehingga dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2010).
Kelompok risiko Penyulit    Bahaya untuk ibu  Bahaya untuk janin

 Gangguanpertumbuh
 Sehubungandenganpen  Hipertensi  Kejang, koma,
an, prematur,
yakit ( preeklampsia) kematianibu
Kematianjanin

Komplikasi diabetes Bayibesar (>4 kg),


akibatkadargulaberlebih gangguanpertumbuha
   Diabetes (hiperglikemia), , koma, n, kelainanbawaan,
seringdisertaihipertensi,hi dismatur,
poglikemia kematianjanin

Sesaknapas,
Gangguanpertumbuha
   Penyakitjantung Gagaljantung, Kematian 
n
ibu

Pd HIV:
Penyakitmenulars Penurunandayatahanibu,
  Penularankejanin
eksual gampanginfeksiolehpeny
lain (mis: TBC)

Sesak, krisistiroid, Gangguanpertumbuha


  Penyakittiroid
kematianibu n

Penyakitsalperna
Kadanggangguanpert
  pasan (asma, Sesaknapas
umbuhan
TBC)

Kesulitandalampersalinan
(kemampuanmengedan),
Sehubungandenganumur
>35 th umumnyaumurtuaseringdi Kelainanbawaan
ibu
sertaipenyakit lain
(hipertensi, diabetes dll)

Mental belumstabil,
  < 20 th  
tidaksiapmenerima

Sehubungandengan BB Gangguanpertumbuha
Status giziburuk Anemia
ibu/status gizi n

Status
Diabetes, hipertensi,  Bayibesar,
giziberlebih
  gangguanmetabolik,, gangguanpertumbuha
(overweight,
kesulitandlmpersalinan njanin
obesitas)

Sehubungandgnriwayatp Riwayatpersalina Kemungkinanberulang Gangguanpernapasans


ersalinan nprematur ewaktulahir
(parubelummatang),
Bayiberatlahirrendah
(BBLR),
kematianbayi

Riwayatperdaraha
  Kemungkinanberulang  
n  saat  persalinan

RiwayatSeksioses Kemungkinanberulang,
   
ar robekanrahim    

Pedarahan;
abortus, hamil di
luarkandungan,
Sehubungandengankeha Anemia,
molahidatidosa Kematianjanin
milan perdarahanbanyak, infeksi
(hamilanggur),
plasentaprevia,
solusioplasenta

Kesulitandalampersalinan
Sehubungandenganpeny
Panggulsempit , seksiosesar,  
ulitpersalinan
robekanrahim

Kesulitandalampersalinan
  Bayibesar , seksiosesar,  
robekanrahim
SOAL !

1. Penelitian Risiko Menggunakan Kartu Puji Rohyati


2. Seorang Wanita hamil 40 Minggu Datang ke poskesdes jam 8 pagi mengeluh keluar
cairan berbau amis sejak jam 4 subuh sampai sekarang. Pada pemeriksaan ditemukan
Tensi 170/110,Oedema,Protein(++),dan terasa pusing. Pada Pemeriksaan Palpasi
didapatkan L!-4. Diperoleh kesimpulan janin presentasi bokong sudah masuk
panggul,pembukaan 1 jari ,Nilailah Ibu Ini dalam kategori resiko apa?

JAWABAN!

1. Contoh Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif observasional dengan


desain studi deskriktif.Objek pada penelitian ini merupakan pasien yang meninggal
sebagai kasus kematian maternal di RSUD Anutapura tahun 2018-2020.dengan jumblah
58 orang.Variabel penelitian ini merupakan tingkat risiko kehamilan berdasarkan
KSPR,Faktor empat terlambat dan kematian maternal.
Hasil : Pada penelitian ini didapatkan seluruh kasus kematian maternal mengandung
unsur faktor resiko dalam KSPR dan empat terlambat.KRST Merupakan kelompok faktor
risiko terbanyak (55,2%),Diikuti oleh KRT (39,7%),dan KRR (5,2%).Faktor terlambat
mendeteksi tanda bahaya ditemukan sebanyak 82,8%, Terlambat mengambil keputusan
merujuk 56,9%,dan terlambat sampai ditempat rujukan 15,5%.
Simpulan : KSPR Masih relavan digunakan untuk deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
Pencegahan faktor empat terlambat penting untuk menurunkan angka kematian maternal.

Kelompok resiko dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Kehamilan Resiko Rendah (KRR) : skor 2 (hijau)
2. Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) : skor 6-10 (kuning)
3. Kehamilan Resiko sangat Tinggi (KRST) : skor >12 (Merah)

2. Kelompok resiko Sehubungan dengan penyakit Preeklamsia.

- Pengertian Preeklamsia

Keracunan kehamilan (preeklampsia dan eklampsia) adalah suatu kondisi yang berpotensi
berbahaya dan dapat berkembang dengan sendirinya pada wanita hamil. Keracunan kehamilan
terdiri dari tiga tanda:

 Tekanan darah tinggi (hipertensi)


 Protein urine (proteinuria)
 Pembengkakan cairan dalam tubuh (edema)
Preeklamsia sering kali disertai komplikasi kehamilan dan tanda-tanda kerusakan pada sistem
organ lain. Preeklamsia biasanya berkembang setelah 20 minggu (trimester kedua) kehamilan,
dimana justru pada ibu hamil dengan tekanan darah telah normal.

- Ciri-ciri preeklamsia lainnya termasuk:

 Kelebihan protein urine pada ibu hamil (proteinuria) atau tanda-tanda lain masalah ginjal
 Sakit kepala parah
 Gangguan penglihatan, termasuk melemahnya daya penglihatan sementara, penglihatan
kabur atau sensitivitas cahaya
 Nyeri perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan
 Mual atau muntah
 Pengeluaran urine menurun
 Penurunan kadar trombosit dalam darah (trombositopenia)
 Gangguan fungsi hati
 Sesak napas, yang disebabkan oleh cairan dalam paru-paru
 Kenaikan berat badan secara tiba-tiba dan pembengkakan (edema) khususnya di wajah
dan tangan sering kali menyertai preeklampsia. Tapi ciri ini juga terjadi pada kebanyakan
kehamilan normal, sehingga tidak bisa dianggap gejala utama preeklamsia.

- Faktor Risiko Preeklamsia

Preeklamsia berkembang hanya sebagai komplikasi kehamilan. Faktor risiko yang dapat memicu
preeklamsia tersebut meliputi:

 Riwayat preeklamsia. Riwayat pribadi atau keluarga yang pernah menderita preeklamsia
secara signifikan dapat semakin memicu risiko preeklamsia.
 Kehamilan pertama. Risiko preeklamsia semakin meningkat pada ibu yang baru pertama
kali hamil.
 Ayah baru. Setiap kehamilan dengan pasangan baru meningkatkan risiko preeklamsia
dibanding kehamilan kedua atau ketiga dengan pasangan yang sama.
 Usia. Risiko preeklampsia akan lebih tinggi pada wanita hamil dengan usia lebih dari 40
tahun.
 Obesitas. Risiko preeklampsia lebih tinggi jika tubuh Moms gemuk.
 Kehamilan kembar. Preeklamsia lebih sering terjadi pada wanita yang sedang
mengandung bayi kembar, kembar tiga atau lainnya.
 Interval antara kehamilan. Kehamilan dengan jarak kurang dari dua tahun atau lebih dari
10 tahun meningkatkan risiko preeklamsia.
 Riwayat kondisi tertentu. Misalnya seperti tekanan darah tinggi kronis, sakit kepala
migrain, diabetes tipe 1 atau tipe 2, penyakit ginjal, kecenderungan pembekuan darah,
atau lupus, semuanya dapat meningkatkan risiko preeklamsia.

- Komplikasi preeclampsia

Komplikasi preeklampsia termasuk di antaranya:


 Kurangnya aliran darah ke plasenta. Preeklamsia memengaruhi aliran darah ke plasenta.
Jika plasenta tidak mendapatkan darah yang cukup, janin dapat kekurangan oksigen dan
mendapat sedikit nutrisi. Akibatnya pertumbuhan janin menjadi lambat, berat badan lahir
rendah atau kelahiran prematur.
 Erupsi plasenta. Preeklamsia meningkatkan risiko erupsi plasenta, yaitu plasenta terlepas
dari dinding dalam rahim sebelum persalinan. Erupsi yang parah dapat menyebabkan
perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta, yang dapat mengancam jiwa ibu hamil
dan bayinya.
 Sindrom HELLP (Haemolysis – Elevated Liver enzymes – Low platelet count), singkatan
dari hemolisis atau penghancuran sel darah merah, peningkatan enzim hati dan jumlah
trombosit rendah, yang mengancam jiwa ibu hamil dan calon bayinya. Gejala sindrom ini
termasuk mual dan muntah, sakit kepala, dan nyeri perut kanan atas. Sindrom HELLP
sangat berbahaya karena memincu kerusakan beberapa sistem organ.
 Eklamsia. Apabila preeklamsia tidak terkontrol, bisa memicu eklampsia yaitu kondisi
preeklampsia ditambah kejang-kejang atau kontraksi otot pada ibu hamil. Gejala yang
mengarah pada eklampsia termasuk nyeri kanan atas perut, sakit kepala parah, gangguan
penglihatan dan perubahan kondisi mental.
 Penyakit kardiovaskular. Preeklampsia dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskular) di kemudian hari. Risiko akan lebih besar jika Moms
pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau memiliki kelahiran prematur
sebelumnya.

 Kelompok Faktor resiko III


1. Perdarahan Antepartum :Dapat Berupa solusio plasenta, plasenta previa,atau Vasa
previa.
2. Preeklamsia berat / Eklamsia.

Anda mungkin juga menyukai