Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 5
UNIVERSITAS LAMPUNG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori belajar konstrutivistik” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pemahaman Hakikat Belajar dan Pembelajaran bagi para pembaca dan
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada BapakDr. Dedy Hermanto K., M.M. dan Bapak Drs.
I Komang Winatha, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian
tugas makalah ini. Kami sadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan untuk menyempurnakan
makalah ini
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Kesimpulan .................................................................................................................. 10
Saran ............................................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses Pengkonstruksian
pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya Pemberian makna atas data
sensori baru dalam hubungannya dengan Pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan
dikonstruksi secara unik oleh setiap Individu pembelajar. Pembelajar akan secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan Untuk memahami dunia, menginterpretasikan informasi
baru dalam struktur Kognitifnya. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan
siswa dikontruksi atau Dibangun sendiri oleh siswa. Proses konstruksi diperoleh
melalui interaksi Dengan benda, kejadian dan lingkungan. Ketika siswa berinteraksi
dengan Lingkungan belajar, siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
Pengalamannya dan besar kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses
Mengkontruksi. Konsep awal yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori belajar kontruktivistik?
2. Apa ciri-ciri dari pembelajaran konstruktivistik?
3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran konstruktivistik?
4. Siapa sajakah tokoh-tokoh pembelajaran konstruktivistik?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori belajar kontruktivistik?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Karli (2003:2) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar,
pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki
informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Landasan berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektifitas, yang lebih menekankan
pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut, dengan:
3
B.Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivistik
4
Pembelajaran konstruktivistik dapat dikenali melalui ciri-cirinya yang antara lain sebagai
berikut:
Adanya kerjasama;
Saling menunjang;
Menyenangkan, tidak membosankan;
Belajar dengan bergairah;
Pembelajaran terintegrasi;
Menggunakan bebagai sumber;
Siswa aktif, sharing dengan teman;
Siswa kritis, guru kreatif;
Laporan kepada orang tua berwujud, rapor, hasil karya siswa, laporan praktikum, dan
karangan siswa, dll.
Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil
adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara
sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa
sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep
ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi
siswa berjalan mulus.
Dalam proses itu, menurut Glasersfeld (Suparno, 1997: 20), diperlukan beberapa kemampuan
sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2)
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan,
dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.
Paul Suparno (1997 : 69-70) menjelaskan beberapa ciri mengajar konstruktivistik adalah
sebagai berikut :
1.Orientasi.
Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik
dan murid di beri kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak
dipelajari.
5
2.Elicitasi.
Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis,
membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar atau poster.
Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau lewat teman diskusi
ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat
terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok dan sebaliknya,
menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan
dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan teman-
teman.
Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan ada baiknya bila
gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang
baru.
Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi yang dihadapai. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap dan
bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi sehari-hari, seseorang perlu
merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan
mengubahnya menjadi lebih lengkap.
6
D. tokoh-tokoh konstruktivisme
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey
(Ibrahim & Nur, 2004). Dalam demokrasi dan pendidikan Dewey menyampaikan pandangan
bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey
menganjurkan pembelajar untuk mendorong pebelajar terlibat dalam proyek atau tugas
berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan
sosial.
Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran disekolah seharusnya lebih memiliki manfaat
daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh
pebelajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan
pilihan mereka sendiri.
7
Bruner adalah adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Ia
telah mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh yang
disebut dengan belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan
hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1998).
Bruner menyarankan agar pebelajar hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperopleh pengetahuan.
Perlunya pembelajar penemuan didasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya
melalui penemuan pribadi.
A. Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa untuk
mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan
B. Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru
C. Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep
D. Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan
teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru
E. Oleh klarena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan paham, ingat,
yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam belajar dan membina
pengetahuan baru.
A. Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena itu
pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli
B. Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas
C. Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.
8
BAB III PENUTUP
9
KESIMPULAN
Saran
Dalam pembelajaran kontruktivistik, kita dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. Sehingga siswa menjadi lebih kreatif,
aktif, dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Daftar pustaka
https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-konstruktivisme-dan-behaviorisme-dalam-
perancangan-elearning/
10
http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-ciri-ciri-dan-
definisi.html?m=1
https://fatkhan.web.id/teori-konstruktivisme-dan-tokoh-tokoh-konstruktivisme/
https://www.asikbelajar.com/kelebihan-dan-kelemahan-teori/
11