Anda di halaman 1dari 14

TEORI BELAJAR KONTRUKTIVISTIK

Dosen Pengampu :

Dr. Dedy Hermanto K., M.M.

Drs. I Komang Winatha, M.Si.

Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran

Disusun oleh :

Kelompok 5

Dwi Putri Cahyani : 2013031034


Anggun Fitria : 2013031066
Galang mafatih : 2013031022
muhammad

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

UNIVERSITAS LAMPUNG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori belajar konstrutivistik” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pemahaman Hakikat Belajar dan Pembelajaran bagi para pembaca dan
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada BapakDr. Dedy Hermanto K., M.M. dan Bapak Drs.
I Komang Winatha, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelesaian
tugas makalah ini. Kami sadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan untuk menyempurnakan
makalah ini

Bandar Lampung, 09 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG ................................................................................................. 1
RUMUSAN MASALAH ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian pembelajaran konstruktivistik ....................................................... 2
B. Ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik ............................................................ 4
C. Langkah-langkah pembelajaran konstruktivistik ............................................. 5
D. Tokoh-tokoh pembelajaran konstruktivistik .................................................... 7
E. Kekurangan dan kelebihan teori belajar kontruktivistik .................................. 8
BAB II PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................................. 10

Saran ............................................................................................................................ 10

Daftar pustaka ........................................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses Pengkonstruksian
pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya Pemberian makna atas data
sensori baru dalam hubungannya dengan Pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan
dikonstruksi secara unik oleh setiap Individu pembelajar. Pembelajar akan secara aktif
mengkonstruksi pengetahuan Untuk memahami dunia, menginterpretasikan informasi
baru dalam struktur Kognitifnya. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan
siswa dikontruksi atau Dibangun sendiri oleh siswa. Proses konstruksi diperoleh
melalui interaksi Dengan benda, kejadian dan lingkungan. Ketika siswa berinteraksi
dengan Lingkungan belajar, siswa mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan
Pengalamannya dan besar kemungkinan terjadi kesalahan dalam proses
Mengkontruksi. Konsep awal yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori belajar kontruktivistik?
2. Apa ciri-ciri dari pembelajaran konstruktivistik?
3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran konstruktivistik?
4. Siapa sajakah tokoh-tokoh pembelajaran konstruktivistik?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori belajar kontruktivistik?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.PengertianTeori pembelajaran konstruktivisme


Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori pendidikan yang mengedepankan
peningkatkan perkembangan logika dan konseptual pembelajar. Seorang konstruktivis
percaya bahwa belajar hanya terjadi ketika ada pemrosesan informasi secara aktif sehingga
mereka meminta pembelajar untuk membuat motif mereka sendiri dengan menghubungkan
pengetahuan baru dengan motif tersebut.

Konstruktivis percaya bahwa pembelajar membangun pengetahuan untuk dirinya. Peran


seorang pengajar sangat penting dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Ketimbang
memberikan ceramah, seorang pengajar berfungsi sebagai fasilitator dimana yang membantu
pembelajar dengan pemahamannya.

Pengertian Dan Definisi Konstruktivistik

Karli (2003:2) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang
proses pembelajaran yang (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri dan pada akhir proses belajar,
pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan
lingkungannya.

Poedjiadi (2005:70) juga menyampaikan bahwa “konstruktivisme bertitik tolak dari


pembentukan pengetahuan dan rekonstruksi pengetahuan, yaitu mengubah pengetahuan yang
dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan itu
sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya”.

Konstruktivisme adalah aliran filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan


(knowledge) merupakan hasil konstruksi (bentukan) dari orang yang sedang belajar.
Maksudnya setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri (Kukla, 2003: 39).

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa


pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Matthews, dalam Paul
Suparno,1997 : 18-17).bahwa semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari
kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat
tetapi merupakan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia
2
sejauhdialaminya. Proses pengetahuan berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan
reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru.

Konstruktivistik merupakan perkembangan teori belajar Kognitif. Kostruktivisme berangkat


dari keyakinan bahwa pengetahuan adalah suatu proses pembentukan yang terus menerus
berkembang dan berubah. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari konstruksi kognitif
kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang tertentu
atau tetap, melainkan suatu proses untuk menjadi tahu

Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki
informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas
menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Landasan berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektifitas, yang lebih menekankan
pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi memperoleh lebih
diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.
Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut, dengan:

 Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;


 Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri; dan
 Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konstruktivisme adalah suatu


pandangan yang mendasarkan bahwa perolehan pengetahuan atau konstruksi (bentukan) dari
orang yang sedang belajar yang diawali dengan terjadinya konflik kognitif yang pada akhir
proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh melalui pengalamannya dari hasil interkasi
dengan lingkungannya.

Konstruktivistik dapat dilakukan dengan memberikan masalah pada siswa. Pemberian


masalah dimaksudkan untuk merangsang siswa agar berpendapat dan berpikir kritis ketika
mereka dihadapkan pada fakta-fakta baru. Siswa diperlakukan sebagai pemikir-pemikir, atau
dilatih untuk menjadi pemikir, bukan hanya sebagai penerima pasif pengetahuan.
Pembelajaran konstruktivistik lebih menekankan kepada peningkatan keterampilan proses
belajar, tidak semata-mata pada hasil belajar. Untuk mencapai tujuan belajar, strategi yang
dijalankan guru adalah menciptakan belajar kolaboratif, yang memungkinkan pembahasan
suatu masalah dari berbagai sudut pandang.

3
B.Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivistik

Yuleilawati (2004:54) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran konstruktivis menurut beberapa


literatur yaitu sebagai berikut:

 Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada


sebelumnya
 Belajar adalah merupakan penafsiran personal tentang dunia
 Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna dikembangkan berdasarkan
pengalaman
 Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai
informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi atau bekerja sama
dengan orang lain.
 Belajar harus disituasikan dalam latar (setting) yang realistik, penilaian harus
terintegrasi dengan tugas dan bukan merupakan kegiatan yang terpisah.

Sedangkan menurut Siroj (Jurnal/43/rusdy-a-siroj.htm) ciri-ciri pembelajaran yang


konstruktivis adalah :

 Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang telah


dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan.
 Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas
yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
 Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep melalui
kenyataan kehidupan sehari-hari.
 Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial
yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau dengan
lingkungannya, misalnya interaksi dan kerjasama antara siswa, guru, dan siswa-siswa.
 Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.
 Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga menjadi menarik dan siswa
mau belajar.

4
Pembelajaran konstruktivistik dapat dikenali melalui ciri-cirinya yang antara lain sebagai
berikut:

 Adanya kerjasama;
 Saling menunjang;
 Menyenangkan, tidak membosankan;
 Belajar dengan bergairah;
 Pembelajaran terintegrasi;
 Menggunakan bebagai sumber;
 Siswa aktif, sharing dengan teman;
 Siswa kritis, guru kreatif;
 Laporan kepada orang tua berwujud, rapor, hasil karya siswa, laporan praktikum, dan
karangan siswa, dll.

Menurut Suparno (1997:49) secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivisme yang diambil
adalah (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara
sosial; (2) pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa
sendiri untuk bernalar; (3) siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga terjadi
perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep
ilmiah; (4) guru berperan membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi
siswa berjalan mulus.

Dalam proses itu, menurut Glasersfeld (Suparno, 1997: 20), diperlukan beberapa kemampuan
sebagai berikut: (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, (2)
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan,
dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain.

C.Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivistik

Paul Suparno (1997 : 69-70) menjelaskan beberapa ciri mengajar konstruktivistik adalah
sebagai berikut :

1.Orientasi.

Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik
dan murid di beri kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak
dipelajari.

5
2.Elicitasi.

Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis,
membuat poster, dan lain-lain. Murid diberi kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diobservasikan, dalam wujud tulisan, gambar atau poster.

Restrukturisasi ide yang terdiri dari tiga hal yaitu :

 Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide-ide orang lain atau lewat teman diskusi
ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide-ide lain, seseorang dapat
terangsang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok dan sebaliknya,
menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
 Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya bertentangan
dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan teman-
teman.
 Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan ada baiknya bila
gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau persoalan yang
baru.

4.Penggunaan ide dalam banyak situasi.

Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi yang dihadapai. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap dan
bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.

5.Review, bagaimana ide itu berubah.

Dapat terjadi bahwa dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi sehari-hari, seseorang perlu
merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan
mengubahnya menjadi lebih lengkap.

Dari langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kostruktivistik di atas


maka tugas guru adalah menjadi mitra yang aktif bertanya, merangsang pemikiran,
menciptakan persoalan, membiarkan pebelajar mengungkapkan gagasan atau konsepnya,
serta kritis menguji konsep siswa. Yang terpenting adalah menghargai dan menerima
pemikiran siswa apapun adanya sambil menujukkan apakah pemikiran itu jalan atau tidak.
Guru harus menguasai bahan secara luas dan mendalam sehingga dapat lebih fleksibel
menerima gagasan siswa yang berbeda.

6
D. tokoh-tokoh konstruktivisme

1.Dewey dan Pembelajaran demokratis

Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey
(Ibrahim & Nur, 2004). Dalam demokrasi dan pendidikan Dewey menyampaikan pandangan
bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Ilmu mendidik Dewey
menganjurkan pembelajar untuk mendorong pebelajar terlibat dalam proyek atau tugas
berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan
sosial.

Dewey juga menyatakan bahwa pembelajaran disekolah seharusnya lebih memiliki manfaat
daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat dilakukan oleh
pebelajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan proyek yang menarik dan
pilihan mereka sendiri.

2.Konstrukivisme Piaget dan Vygotsky

Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan diatas pandangan konstruktivis kognitif


(Ibrahim dan Nur, 2004). Pandangan ini banyak didasarkan teori Piaget. Piaget
mengemukakan bahwa pebelajar dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses
perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Bagi Piaget pengetahuan
adalah konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan seseorang (Suparno, 1997). Pengetahuan
tidak bersifat statis tetapi terus berevolusi.
Seperti halnya Piaget, Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan intelektual terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang dan ketika mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini (Ibrahim &
Nur, 2004). Untuk memperoleh pemahaman individu mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan awal yang telah dimiliki.
Piaget memandang bahwa tahap-tahap perkembangan intelektual individu dilalui tanpa
memandang latar konteks sosial dan budaya individu. Sementara itu, Vygotsky memberi
tempat lebih pada aspek sosial pembelajaran. Ia percaya bahwa interaksi sosial dengan orang
lain mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
pembelajar. Implikasi dari pandangan Vygotsky dalam pendidikan adalah bahwa
pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial dengan pembelajar dan teman sejawat. Melalui
tantangan dan bantuan dari pembelajar atau teman sejawat yang lebih mampu, pebelajar
bergerak ke dalam zona perkembangan terdekat mereka dimana pembelajaran baru terjadi.

3.Bruner dan Belajar Penemuan

7
Bruner adalah adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Ia
telah mengembangkan suatu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh yang
disebut dengan belajar penemuan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan
hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk pemecahan masalah dan pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1998).

Bruner menyarankan agar pebelajar hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperopleh pengetahuan.
Perlunya pembelajar penemuan didasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya
melalui penemuan pribadi.

E. Kelebihan dan kekurangan teori konstruktivistik

KELEBIHAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

A. Teori ini dalam proses berfikir membina pengetahuan baru, membantu siswa untuk
mencari ide, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan
B. Teori ini dalam proses pemahaman murid terlibat secara langsung dalam membina
pengetahuan baru
C. Teori ini dalam proses pengingatan siswa terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep
D. Teori ini dalam kemahiran sosial siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan
teman dan guru dalam mebina pengetahuan baru
E. Oleh klarena siswa terlibat secara terus-menerus makan mereka akan paham, ingat,
yakin, dan berinteraksi maka akan timbul semangat dalam belajar dan membina
pengetahuan baru.

KEKURANGAN TEORI KONSTRUKTIVISTIK

A. Siswa membuat pengetahuan dengan ide mereka masing-masing, oleh karena itu
pendapat siswa berbeda dengan pendapat para ahli
B. Teori ini menanamkan supaya siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini
pasti membutuhkan waktu yang lama. Apalagi untuk siswa yang malas
C. Kondisi disetiap sekolah pun mempengaruhi keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuan yang baru dan keaktifan siswa.

8
BAB III PENUTUP

9
KESIMPULAN

Teori konstruktivistikmerupakan pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang berasaskan


Konstruktivisme akan memberi peluang kepada guru untuk memilih kaidah pengajaran dan
pembelajaran yang sesuai dan murid dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk
memperoleh suatu konsep atau pengetahuan.

Teori pembelajaran konstruktivisme menjelaskan tentang sebuah teori pendidikan yang


mengedepankan peningkatkan perkembangan logika dan konseptual pembelajaran
Konstruktivis percaya bahwa pembelajar membangun pengetahuan untuk dirinya.

Saran

Dalam pembelajaran kontruktivistik, kita dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri. Sehingga siswa menjadi lebih kreatif,
aktif, dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Daftar pustaka

https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/teori-konstruktivisme-dan-behaviorisme-dalam-
perancangan-elearning/

10
http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-ciri-ciri-dan-
definisi.html?m=1

https://fatkhan.web.id/teori-konstruktivisme-dan-tokoh-tokoh-konstruktivisme/

https://www.asikbelajar.com/kelebihan-dan-kelemahan-teori/

11

Anda mungkin juga menyukai