Anda di halaman 1dari 25

PENGANTAR ILMU PESISIR DAN KEPULAUAN

“POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN NON HAYATI”

Disusun Oleh
Fitri Handayani (J1A120023)
Fitriani (J1A120024)
Fitriani Purwanti (J1A120025)
Hardianti Hamid (J1A120026)
Hasniar (J1A120027)
Hikma Sri Nurwidiarni (J1A120028)
Imelia Anugrah Paretta Galla (J1A120029)
Indah (J1A120030)
Indah Maulia Putri (J1A120031)
Indah Sri Putri (J1A120032)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadhirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada kami untuk dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Pengantar Ilmu Pesisir dan Kepulauan”.
Jenis tugas yang diberikan adalah membuat makalah tentang “Potensi
Keanekaragaman Hayati dan Non Hayati Laut”. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data
dan fakta pada makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menjadikan kerangka pikir dalam mengambil


suatu keputusan pembelajaran, pemilah dalam pemecahan masalah, dan bahkan
sebagai bagian hidup yang integrative. Kami menyadari bahwa kami adalah
manusia yang memiliki keterbatasan berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal
yang diselesaikan dengan sempurna.

Kami telah melakukan semaksimal mungkin dengan kemampuan yang


kami miliki. Ada pepata yang mengatakan “Tiada gading yang tak retak”. Oleh
karena itu, Kritik dan saran perbaikan sangat kami harapkan sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang.

Kendari. 20 Oktober 2020

Penulis

ii
DFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3

A. Definisi Keanekaragaman .................................................................... 3


B. Jenis-jenis keanekaragaman ................................................................ 4
C. Potensi keanekaragaman ...................................................................... 7
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati ............... 8
E. Upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan non hayati laut ........... 10
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. 12

A. Potensi keanekaragaman hayati dan non hayati laut ........................... 12


B. Kasus keanekaragaman hayati dan non hayati laut ............................. 13
C. Hukum yang terkait dalam keanekaragaman hayati dan non hayati
Laut ...................................................................................................... 16

BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 19

A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ikan Nila ........................................................................................... 4

Gambar 2. Kura-Kura ......................................................................................... 5

Gambar 3. Jenis Ekosistem ................................................................................. 6

Gambar 4. Terumbu karang sebelum rusak ........................................................ 14

Gambar 5. Terumbu karang sesudah rusak ........................................................ 14

Gambar 6. Abrasi ................................................................................................ 15

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara Kepulauan yang
memiliki banyak potensi sumber daya alam. Sebagian besar wilayah
Indonesia merupakan perairan yang sangat besar dibandingkan dengan
wilayah daratan. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara
yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar, termasuk kekayaan
keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar.
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya kelautan yang
melimpah, baik berupa potensi hayati maupun non hayati. Potensi hayati
memiliki sumber daya alam hayati laut yang potensial seperti terumbu
karang. Berdasarkan hasil penelitian pada tahun 1998, luas terumbu karang
Indonesia adalah 42.000 km^2 atau 16,5 % dari luasan terubu karang dunia
yaitu seluas 255.300km^2 dengan 70 genera dan 450 spesies. Terumbu
karang dan segala kehidupan yang terdapat di dalamnya merupakan salah satu
kekayaan alam yang bernilai tinggi.
Menurut Sawyer (1992) dalam Dahuri (2003) bahwa terumbu karang
diidentifikasi sebagai sumber daya yang memiliki nilai konservasi yang tinggi
karena memiliki keanekaragaman biologis yang tinggi, keindahan, dan
menyediakan cadangan palsma nutfah. Kewenangan pengelolahan sumber
daya alam non hayati di perairan Indonesia sangat bervariasi, memerlukan
suatu politik kebijakan dan peraturan – peraturan yang menjadi landasan bagi
negara untuk mengelola wilayah laut tersebut. Pemberian kebijakan dan
pengaturan pengelolahan sumber daya alam non hayati supaya tidak terjadi
konflik batas kewenangan pengelolahan konservasi, serta adanya kepastian
hukum bagi para stakeholder atau pemangku kepentingan dalam melakukan
kegiatannya di wilayah laut. Dalam hal ini butuh adanya dari berbagai pihak
untuk menjaga dan melestarikan potensi alam tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud keanekaragaman hayati dan non hayati ?
2. Apa saja potensi yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati dan non
hayati laut?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi potensi keanekaragaman hayati dan
non hayati laut?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian potensi
keanekaragaman hayati dan non hayati laut?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan dari makalah ini adalah
untuk menjawab permasalahan yang ditemukan yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian keanekaragaman hayati dan non hayati
2. Untuk mengetahui apa saja potensi yang dimiliki oleh keanekaragaman
hayati dan non hayati laut.
3. Untuk mengetahu apa saja faktor yang mempengaruhi potensi
keanekaragaman hayati dan non hayati laut.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam melestarikan potensi
keanekaragaman hayati dan non hayati laut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah semua kumpulan benda yang bermacam-
macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur, dan sebagainya. Pada
keanekaragaman yang ada dibumi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah
pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara
ilmiah dapat dikelompokan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan organisme serta ekosistem
dan proses – proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan
bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk
kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Istilah keanekaragaman
biologis (Biological diversity) pertama kali digunakan oleh J.Arthur
Harris pada Makalahnya yang berjudul “The Variabel Desert”.
Pernyataan dasar bahwa wilayah tersebut memiliki flora dan fauna yang
kaya akan genius dan spesies serta keragaman asal geografis atau afinitas
yang sepenuhnya tidak memadai sebagai deskripsi keanekaragaman
biologis yang sebenarnya. Saat itulah istilah biodiversitas telah
digunakan secara luas.
Keanekaragaman mahluk hidup bersifat tidak tetap atau tidak
stabil. Hal ini disebabkan oleh campur tangan manusia terhadap
lingkungan yang dapat mempengaruhi keanekaragaman. Penurunan
keanekaragaman mahluk hidup dapat terjadi secara alami dan campur
tangan manusia. Pada percampur tangan manusia berperan besar dalam
penurunan keanekaragaman mahluk hidup, baik itu yang disadari
maupun tidak disadari.

3
2. Keanekaragaman non Hayati
Keanekaragaman non hayati adalah suatu istilah pembahasan yang
mencangkup tentang sumber daya alam anorganik atau abiotik,berasal
dari unsur-unsur fisik atau benda mati. Dimana segalah sesuatu yang
yang sumber daya alamnya itu disediahkan langsung oleh alam untuk
kebutuhan dan kesehjateraan umat manusia.

B. Jenis-jenis Keanekaragaman
1. Keanekaragaman hayati laut
Perbedaan yang terdapat diantara mahluk hidup dalam satu spesies
disebut variasi. Adanya variasi menyebabkan keanekaragaman mahluk
hidup atau keanekaragaman hayati. Keanekaragaman mahluk hidup
terlihat dengan adanya berbagai variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan
sifat lainya yang terlihat pada tingkat yang berbeda. Berdasarkan
pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga
macam variasi yaitu:
a. Keanekaragaman tingkat gen
Keanekaragaman tingkat gen adalah suatu tingkat variasi yang
terjadi akibat susunan gen yang Menyebabkan tidak ada induvidu yang
sama persis dan Memunculkan variasi antar individu dalam spesies.
Contoh: Ikan Nila

Gambar: 1.ikan Nila sumber: google.image

4
Perbedaan warna pada gambar diatas menyebabkan sifat yang tidak
tampak (genotipe) dan sifat yang tampa (fenotipe) pada setiap mahluk
hidup menjadi berbeda. Keanekaragaman sifat genetik pada suatu
mahkluk hidup dikendalikan oleh gen – gen yang ada di dalam
kromosom yang dimilikinya. Kromosom tersebut didapatkan dari kedua
induknya melalui pewarisan sifat. Variasi mahluk hidup dapat terjadi
akibat perkawinan sehingga susunan gen keturunanya berbeda dengan
susunan gen induknya. Selain itu, variasi mahluk hidup dapat pula
terjadi karena interaksi gen dengan lingkungannya.

b. Keanekaragaman jenis (spesies)


Keanekaragaman spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan
pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu
tempat. Keanekaragaman hayati antar spesies (tingkat spesies) mudah
diamati karena perbedaannya yang mencolok. Contoh :

Gambar 2. kura-kura sumber: google.image

c. Keanekaragaman ekosistem
Keanekaragaman ekosistem adalah suatu interaksi antara
komunitas dan lingkungan abiotiknya pada suatu tempat dan waktu
tertentu. Ekosistem dapat terbentuk disebabkan adanya berbagai
kelompok spesies yang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, setelah itu saling mempengaruhi antar spesies dengan
spesies dan spesies dengan lingkungan abiotik tempat hidup, semisal
suhu, air, udara, tanah, cahaya matahari, kelembaban dan mineral.

5
Ekosistem berbeda dengan lainnya sesuai dengan spesies
pembentuknya. Terdapat beberapa ekosistem, yaitu ekosistem sungai,
ekosistem rawa, ekosistem terumbu karang, ekosistem laut dalam,
ekosistem padang lumut, ekosistem mangrove, ekosistem danau,
ekosistem pantai pasir dan lain – lain.
Selain ekosistem alami tersebut terdapat juga ekosistem buatan
manusia, yaitu agro ekosistem seperti sawah, kebun dan ladang.
Hanya saja agroekosistem memiliki tingkat keanekaragaman spesies
yang lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem alamiah, tetapi
mempunyai tingkat keanekaragaman genetik yang lebih tinggi.
Contoh :

Gambar 3. jenis ekosistem sumber: google.image

Tiap – tiap ekosistem mempunya ciri fisik, kimiawi dan biologis


tersendiri. Flora dan fauna yang terdapat di dalam ekosistem tertentu
berbeda dengan flora fauna yang terdapat di dalam ekosistem yang
lain. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi suhu udara dan laut,
panjang musim, permukaan air laut, pola arus laut dan angin, tingkat
curah hujan serta hal – hal lainnya. Perubahan ini mempengaruhi
habitat dan perilaku banyak spesies yang berbeda. Banyak spesies
yang tidak mampu beradaptasi cukup cepat dan dapat punah.

6
2. Keanekaragaman non hayati
berdasarkan sifat dan pulih atau tidaknya sumber daya alam
digolongkan atas 3 kelompok, yaitu:
a) Sumber daya alam yang tidak pulih ,yaitu sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui.sumber daya alam golongan ini akan
menjadi habis bila dimanfaatkan secara terus menerus .contoh
sumber daya ala mini antara lain minyak,gas bumi,bahan tambang
dan batuan.karena sifatnya yang tidak dapat diperbahari,pemanfaatan
sumber daya alam golongan iniharus hemat sesuai dengan
kebutuhan.
b) Sumber daya alam yang pulih ,yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui.sumber daya alam golongan ini keberadaannya dapat di
usahakan kembali oleh manusia.contoh sumber daya alam ini antara
lain air,angin,cuaca,gelombang laut,sinar matahari dan bulan.
c) Sumber daya alam yang mempunyai sifat gabungan,yaitu sumber
daya alam yang sebarannya dapat diperbaharui bila proses
pemulihannya dijalankan.namun,menjadi tidak dapat dimanfaatkan
lagi apabila sumber daya alam itu rusak dan tidak dapat atau sulit
untuk dipulihkan.contoh sumber daya ala mini yaitu tanah.

C. Potensi-potensi keanekaragaman
a) Potensi terumbu karang
Terumbu karang merupakan suatu ekosistem bawah laut yang
terdiri dari kumpulan binatang karang yang membentuk struktur kalsium
karbonat atau batu kapur. Menurut sifatnya terumbu karang terdiri atas
 Karang hermatipik, terumbu karang jenis ini hanya tersebar didaerah
tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun.
 Karang ahermatipik, jenis karang yang mampu hidup diperairan laut
dalam dan tidakmemperoleh sinar matahari. Sebarannya cukup luas
dan hamper diseluruh dunia

7
b) Potensi perikanan
Potensi perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang
memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan
mengoptimalisasi dan memelihara produktivitas sumber daya alam dan
kelestarian lingkungan.
c) Potensi hutan mangrove
Potensi hutan mangrove adalah hutan yang berada didaerah tepi
pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga lantai
hutannya selalu tergenang air. Menurut Steenis (1978) mangrove adalah
vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut. Nyambakke
(1988) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan suatu komutas pantai tropis yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon khas atau semak-semak yang mempunyai
kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati

Faktor – faktor yang mempengaruhi kenaekaragaman hayati yaitu :

1. Faktor Biotik, yaitu terdiri dari mahluk hidup


2. Faktor Abiotik, meliputi faktor fisik ( tanah, cahaya matahari, suhu, air,
dan kelembaban ) dan faktor kimia ( kandungan mineral, sanitasi dan
salinitas )
Penyebab kelangkaan keanekaragaman hayati disebabakan karena :

a. Tingkat reproduksi rendah,


b. Bencana alam, seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami,
c. Aktivitas manusia, seperti perburuan, penangkapan jenis hewan tertentu
secara terus menerus, penebangan hutan secara liar, mendatangkan
tumbuhan dan hewan tertentu dari Negara lain, mengembangkan secara
besar – besaran tumbuhan dan hewan tertentu terutama yang mempunyai

8
nilai ekonomi tinggi dan penangkapan ikan dengan bahan kimia maupun
listrik.
Dengan semakin majunya teknologi,tentunya berdampak pada
kemajuan pemikiran manusia. Hal tersebut menyebabkan manusia ingin
mengembangkan berbagai sector yang terdapat dapam kehidupan. Untuk
memenuhi keinginan tersebut, tentunya manusia melakukan berbagai aktifitas
atau kegiatan. Namun terkadang manusia lupa bahwa berbagai kegiatan yang
dilakukan tersebut berdampak terhadap lingkungannya. Dampak tersebut
tidak hanya terhadap unsur – unsur abiotik namun juga terhadap unsur –
unsur biotik. Dengan kata lain, banyak kegiatan manusia yang dapat
mengganggu kelestarian dari keanekaragaman hayati yang ada. Beberapa
penyebab penurunan keanekaragaman hayati yang berasal dari kegiatan
manusia diantaranya :

A. Perusakan habitat

Kerusakan habitat merupakan faktor utama penyebab kepunahan


mahluk hidup. Jika habitat suatu organisme rusak, maka organisme
tersebut tidak memiliki tempat hidup yang cocok. Kerusakan habitat yang
disebabkan manusia antara lain : penebangan hutan dan perusakan
terumbu karang. Selain itu, perusakan habitat juga dapat terjadi karena
pembukaan lahan baru tanpa penanaman kembali.

b. Penggunaan Bahan kimia Secara Berlebihan


Adapun penggunaan bahan kimia secara berlebihan seperti pupuk dan
pestisida juga dapat merusak keanekaragaman hayati yang ada. Bahan –
bahan kimia tersebut akan menyebar ke lingkungan dan meracuni
organisme disekitarnya. Pada dasarnya, penggunaan bahan – bahan kimia
tersebut tidak ada salahnya karena padaa walnya tujuan penggunaan bahan
kimia itu adalah untuk memberantas hama pada tanaman, namun jika
digunakan secara berlebihan tentu dapat merusak ekosistem yang ada.

9
c. Pencemaran lingkungan
Selain perusakan habitan dan penggunaan bahan kian secara
berlebihan, pencemaran lingkungan juga dapat merusak keanekaragaman
hayati yang ada. Bahan pencemar atau polutan dari limbah pabrik atau
limbah rumah tangga dapat mencemari dan membunuh mahluk hidup
penyusun keanekaragaman hayati. Selain itu, perubahan akan
mempengaruhi penyebaran dan ketahanan mahluk hidup. Akumulasi
pencemaran seperti DDT, Dioxin dan lain – lain di dalam perairan telah
mengakibatkan kematian berbagai polusi mamalia laut.

E. Upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan non hayati


Laut adalah salah satu daerah terbanyak di bumi. laut adalah habitat
bagi ikan serta terumbu karang. Ikan adalah salah satu sumber protein bagi
manusia. Selain terumbu karang menyimpan keindahan serta tempat timbuh
bagi rumput laut. Rumput laut adalah salah satu jenis tumbuhan yang memilki
berbagai macam manfaat bagi manusia. Selain itu laut berfungsi sebagai
pengatur suhu di bumi. Laut mampu membawa udara panas dari khatulistiwa
menuju kutup. Begitu juga sebaliknya.Sehingga suhu udara di bumi
seimbang.

Tidak ada daerah yang terlalu panas dan daerah yang terlalu dingin.
Hanya saja, akibat ulah manusia, alam laut mulai mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut akibat manusia yang membuang limbah sembarangan ke
laut. Selain itu tumpahan minyak ke laut akibat kegiatan pengeboran minyak
lepas pantai, juga merusak alam di laut. Nelayan dengan memakai pukat
harimau dan bom menyebabkan keseimbangan ekosistem di laut menjadi
terancam. Keseimbangan ekosistem penting untuk dijaga. Karena ekosistem
yang seimbang sama saja dengan melesarikan alam. Cara melestarikan alam
laut dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut:

1. Menjaga kebersihan pantai dan laut dengan tidak membuang sampah di


laut

10
2. Melakukan daur ulang limbah industri dan pabrik sebelum dibuang
melalui aliran air, laut, atau udara.
3. Tidak merusak terumbu karang sebagai habitat berbagai biota laut. Cara
melestarikan terumbu karang dapat dilihat pada artikel cara transplantasi
terumbu karang
4. Tidak mengambil bagian bagian karang sebagai cindera mata atau bahan
bangunan
5. Tidak menggunakan bom ikan, racun, dan pukat harimau dalam
menangkap ikan
6. Tidak melakukan perburuan liar
7. .Mengurangi pencemaran tanah, air dan udara
8. Bersama dengan pemerintah, melakukan penanaman bakau atau
mangrove di pesisir pantai untuk melindungi pantai dari abrasi
Sedangkan pemerintah dapat membantu pelestarian laut dan biota laut
didalamnya dengan cara:

1. Melarang penggunaan bom ikan, racun dan pukat harimau


2. Memberikan sanksi yang tegas pada pelaku perburuan liar
3. Melarang adanya penangkapan ikan oleh warga asing di perairan
Indonesia
4. Membatasi dan mengawasi penambangan minyak bumi di lepas pantai
Indonesia
5. Mengawasi dan menindak pihak industri dan pabrik yang membuang
limbah ke laut tanpa diproses terlebih dahulu
6. Mencari cara untuk mengurangi jumlah pencemaran udara
7. Mengadakan penanaman mangrove di pesisir pantai yang rawan abrasi
8. Melarang kegiatan kegiatan yang dapat merusak terumbu karang seperti
pengambilan karang secara liar dan tidak terkontrol.
9. Memulihkan dan membiayai pelestarian terumbu karang
10. Membangun taman laut atau daerah perlindungan kawasan bawah laut,
contohnya adalah taman laut Bunaken, Manado.

11
BAB III

PEMBAHASAN

A. Potensi-potensi keanekaragaman hayati dan non hayati laut


a) Potensi terumbu karang
salah satu dari sekian banyak ekosistem yang dimiliki Indonesia
adalah ekosistem terumbu karang. selanjutnya kurang lebih 14% terumbu
karang dunia berada di Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000 Km2.
Terumbu karang mempunyai fungsi yang penting, antara lain sebagai
penahan ombak dan pelindung pantai dari abrasi, tempat berkumpul dan
berkembang biaknya ikan-ikan dan biota laut lain yang merupakan sumber
protein dan sumber bahan obat.
Karang juga memiliki fungsi sebagai tempat rekreasi bawah air
dengan panorama keindahan bawah air yang menarik yang berbeda dengan di
darat, oleh karena itu ekosistem terumbu karang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Konferensi kelautan dunia (WOC) yang berlangsung di Manado,
Sulawesi Utara 11-15 Mei 2009 menyepakati bahwa untuk mengurangi
bencana akibat perubahan iklim tentu harus dihindari dengan mengurangi
tingkat emisi karbon. Negara-negara berkembang mesti menjaga kelestarian
laut dan hutan sebagai paru- paru dunia. Potensi terumbu karang di Indonesia
sebagai paru-paru dunia di dasar laut bahwa untuk mengatasi perubahan iklim
pengaruh emisi karbon sangat besar.

b) Potensi perikanan
Sektor perikanan, potensi perikanan Indonesia secara keseluruhan
mencapai 65 juta ton, terdiri 7,3 juta ton pada sektor perikanan tangkap
khususnya ikan-ikan pelagis dan 57,7 juta ton pada sektor perikanan budidaya
(Kusuma, 2004). Sektor budidaya biota laut yang di budidaya seperti ikan
belanak, ikan kakap putih, udang, kepiting bakau, dan teripang. Tingkat
makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan-bahan tadi,
ganggang merah dan cokelat banyak mengandung yodium.

12
c) Potensi hutan mangrove
Indonesia mempunyai mempunyai salah satu hutan mangrove yang
terluas di dunia yaitu sekitar 4,25 juta ha sebelum tahun 1969. Luas ekosistem
mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara,
atau sekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan ekosistem mangrove
Indonesia adalah memiliki keragaman jenis yang tertinggi di dunia. mangrove
merupakan sumberdaya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources
atau flow resources) yang mempunyai manfaat ganda (manfaat ekonomis dan
ekologis). Manfaat ekonomis diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu
bakar, arang, kayu konstruksi, dan lain-lain) dan hasil bukan kayu (hasil
hutan ikutan dan pariwisata).
Manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi lindungan baik
bagi lingkungan ekosistem daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis
fauna, di antaranya: sebagai proteksi dari abrasi atau erosi, gelombang atau
angin kencang, tsunami, pengendali intrusi air laut, habitat berbagai jenis
fauna, sebagai tempat mencari makan, memijah dan berkembang biak
berbagai jenis ikan dan udang, pembangun lahan melalui proses sedimentasi,
pengontrol penyakit malaria, memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan
penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding tipe hutan lain

B. Kasus keanekaragaman hayati dan non hayati laut


Banyak masalah yang dihadapi dalam upaya melestarikan
keanekaragaman hayati Indonesia untuk pembangunan nasional, baik berasal
dari pemerintah, pengusaha, masyarakat dan lain-lain. Dalam melaksanakan
tugas sektornya, setiap pihak dalam pemerintahan seringkali memerlukan
sumber daya alam hayati, sehingga muncul perbedaan kepentingan.

Berikut merupakan kasus-kasus yang terjadi di Indonesia termasuk


dalam keanekaragaman hayati dan non hayati :

13
1. Kasus rusaknya terumbu karang di Muna dan Buton

Gambar 4. terumbu karang sebelum dirusak)

Gambar 5. (terumbu karang setelah dirusak)


sumber: google.image
Perairan laut Kabupaten Muna dan Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara (Sultra), mengalami kerusakan terumbu karang yang sangat
parah karena aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan."Kerusakan terumbu karang di seluruh wilayah perairan Sultra
mencapai sekitar 40 persen, dan sekitar 50 persen dari terumbu karang
yang rusak tersebut terdapat di wilayah perairan laut Muna dan Bombana,"
kata Kepala Dinas Kelautanan dan Perikanan Sultra Abdul Salam di
Kendari, hari Senin (25/10).Daerah tersebut, menurut Abdul Salam,
mempunyai tingkat aktivitas penangkapan ikan dengan bahan peledak dan
potassium sianida yang cukup tinggi. Meski demikian, patroli dari Dinas
Kelautan dan Perikanan jarang menangkap para pelaku karena mereka
sangat lihai dalam mengelabuhi petugas. Biasaya para nelayan yang
sebagian besar berasal dari luar Sultra itu, melakukan aksinya saat petugas
lengah berpatroli, Kapal patroli yang dimiliki Dinas Perikanan dan

14
Kelautan sangat terbatas, sementara wilayah perairan laut cukup luas
.Selain aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan,
penyebab lain dari kerusakan itu adalah digunakannya terumbu karang
sebagai bahan baku pembuatan rumah oleh warga pesisir. "Hampir seluruh
wilayah pesisir di dua kabupaten itu terdapat pemukiman etnis masyarakat
Bajo, yang membuat pemukiman di wilayah perairan dengan menimbun
laut menggunakan batu karang.
Terkait dengan hal tersebut, pihak DKP telah melakukan langkah-
langkah mengantisipasi maraknya penggunaan jaring katrol. Pihaknya
terus berupaya melakukan sosialisasi dengan berbagai pihak sambil
memberikan bantuan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Selain itu, pihak DKP juga telah melakukan komunikasi dengan
pihak keamanan dan membentuk tim pengawasan yang dipelopori oleh
masyarakat sekitar.
2. Abrasi akibat penambangan pasir laut di Takalar

Gambar 6. (abrasi) sumber: google.image

Jakarta, Beritasatu.com - Abrasi atau pengikisan darat oleh intrusi


air laut telah membuat cemas sebagian warga di pesisir Galesong Utara,
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang berjarak sekitar 19
kilometer selatan Makassar. Sebagian rumah warga rusak karena empasan
gelombang laut akibat abrasi yang membuat jarak rumah semakin dekat

15
dengan garis pantai.Penyebabnya ialah aktivitas penambangan pasir secara
besar-besaran.
Sebagai solusi sementara, masyarakat setempat hanya
mengandalkan karung berisi pasir untuk menahan terjangan ombak.
Disamping itu, pihak dari desa Aeng Batu Batu, Kabupaten Takalar telah
melaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
kabupaten Takalar dan telah dialokasikan anggaran untuk membeli
bronjong penahan abrasi yang menunggu dipasang.

C. Hukum yang terkait dalam kasus keanekaragaman hayati dan non


hayati laut
1. Hukum merusak terumbu karang
Terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang terkait dengan
perikanan resources. Ini sehubungan dengan terjadinya pelanggaran
perusakan terumbu karang secara langsung atau tidak langsung, lebih tegas
dan berat sebagaimana diatur dalam UU Nomor 27 Tahun 2007 (Ida &
Riski, 2016: 13). Dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 terhadap
orang-orang sengaja terlibat dalam kegiatan penambangan karang,
mengambil terumbu karang di kawasan konservasi, dengan menggunakan
bahan peledak dan bahan beracun, dan/atau cara Iain yang mengakibatkan
rusaknya ekosistem terumbu karang dalam bentuk perbuatan:

a. Pertambangan terumbu karang yang menyebabkan kerusakan


ekosistem;
b. Terumbu karang;
c. Mengambil terumbu karang di kawasan konservasi;
d. Menggunakan bahan peledak, bahan beracun, dan/atau bahan Iain
yang ekosistem terumbu karang kerusakan;
e. Menggunakan alat-alat Iain, metode dan metode yang ekosistem
terumbu karang kerusakan;

16
f. Melibatkan masyarakat pesisir secara langsung dalam upaya
melestarikan lingkungan air terumbu karang
g. Menetapkan kontrol pesisir dan laut masing-masing daerah di bawah
Kantor kelautan dan perikanan.
h. Sering mengendalikan kondisi perairan terumbu karang.
i. Aktif dalam menjaga dan mempertahankan perairan laut, khususnya
terumbu karang.
j. Menyediakan konseling fungsi ekologis tetangga terumbu karang
sehingga orang diharapkan menyadari pentingnya terumbu karang.
k. Memberikan sanksi yang cukup tegas dan berat bagi masyarakat untuk
melanggar peraturan tentang konservasi dan perusakan terumbu
karang.
Tindak pidana karena melanggar Pasal 73 ayat (1) huruf a jo UU
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil dan Penerapan Ketentuan Pidana Terhadap Pelaku Destruction
Kejahatan Ekosistem Terumbu Karang yang tepat dan sesuai dengan
rumusan dalam Pasal 73 ayat (1) huruf a jo UU Nomor 27 Tahun 2007
tentang Daerah Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dengan pidana
penjara selama 2 (dua) tahun, dan denda Rp.2,000,000,000.00 (dua miliar
rupiah).

2. Hukum tentang Pertambangan


UUD No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral (berupa
mineral berbentuk batu, pasir, dan brongkol) dan batu bara
Setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR,
atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, pasal 40 ayat (3), pasal
48, pasal 67 ayat (1) atau ayat (5) dipidana dengan penjara paling lama 10
tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah)

17
3. Hukum tentang konservasi hayati dan ekosistemnya
UU No 5 tahun 1990 Tentang konservasi keanekaragaman Hayati
dan Ekosistemnya
1. Pasal 1 ayat (2) UU menyatakan jika “ Konvervasi SDA hayati adalah
pengelolahan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan
secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya”.
2. Pasal 1 ayat (3) “ ekosistem SDA hayati adalah sistem hubungan timbal
balik antara unsur dalam alam, baik hayati maupun non hayati yang saling
tergantung berpangaruh dan mempengaruhi

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil tinjauan pustaka serta pembahasan yang diambil dari rumusan
masalah makalah diatas maka penulis dapat menyimpulkan:

1. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah suatu istilah


pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara
ilmiah dapat dikelompokan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan organisme serta ekosistem
dan proses – proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan
bagiannya. Keanekaragaman non hayati adalah suatu istilah pembahasan
yang mencangkup tentang sumber daya alam anorganik atau
abiotik,berasal dari unsur-unsur fisik atau benda mati. Dimana segalah
sesuatu yang yang sumber daya alamnya itu disediahkan langsung oleh
alam untuk kebutuhan dan kesehjateraan umat manusia.
2. Potensi yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati dan non hayati ada
dua potensi yaitu potensi terumbu karang, potensi hutan mangrove dan
potensi perikanan. Potensi terumbu karang adalah suatu ekosistem bawah
laut yang terdiri dari kumpulan binatang karang yang membentuk
struktur kalsium karbonat atau batu dapur. Dan potensi perikanan adalah
suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam
perikanan dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasi dan memelihara
produktivitas sumber daya alam dan kelestarian lingkungan.

3. Faktor yang mempengaruhi keanekaragaman hayati dan non hayati ada


dua faktor yaitu faktor keturunan atau genetik dan faktor lingkungan.
Faktor genetik disebabkan oleh adanya gen yang akan memberikan sifat
dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun-temurun dari
induk kepada keturunannya. Akan tetapi sifat bawaan ini terkadang tidak
muncul (tidak tampak) karena faktor lingkungan. Jika faktor bawaan

19
sama tetapi lingkungan berbeda, sifat yang tampak menjadi berbeda.
Sedangkan faktor pada non hayati yaitu Bencana alam, seperti banjir,
gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami,
4. Upaya yang harus dilakukan untuk menjaga kelestarian keanekaragaman
hayati dan non hayati yaitu :
 Menjaga kebersihan pantai dan laut dengan tidak membuang sampah
di laut
 Melakukan daur ulang limbah industri dan pabrik sebelum dibuang
melalui aliran air, laut, atau udara.
 Tidak merusak terumbu karang sebagai habitat berbagai biota laut.
Cara melestarikan terumbu karang dapat dilihat pada artikel cara
transplantasi terumbu karang
 Tidak mengambil bagian bagian karang sebagai cindera mata atau
bahan bangunan
 Tidak menggunakan bom ikan, racun, dan pukat harimau dalam
menangkap ikan
 Tidak melakukan perburuan liar

B. Saran
Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman
baik hewan maupun tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan
usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya untuk
melestarikannya, dan memberikan sanksi yang tegas kepada oknum-oknum
yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut di Perairan
Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut, Jakarta.

Bengen, D.G. 2001.Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat kajian


sumberdaya pesisir dan lautan IPB, Bogor.

Baransano, Hengky K. dan C. Mangimbulude. 2011. Eksploitasi dan Konservasi


Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia. Jurnal Biologi Papua Volume
3, Nomor 1.

Dahuri, R. 2003. Kenakaragaman hayati laut. Aset pembangunan berkelanjutan


Indonesia. PT. Gramedia Pustaka utama. Jakarta.

Kartawinata, K. dan S. Soemodihardjo. 1977. Komunitas Hayati di Wiiayah


Pesisir Indonesia. Oseanologi di Indonesia 8: 19 - 32.

Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di wilayah pesisir


dan laut tropis, Cetakan ke satu. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir Dan Laut; Pendekatan Ekologi,


Sosial-Ekonomi, Kelembagaan, dan Sarana Wilayah. Brilian Internasional
(International Brilliant). Surabaya.

21

Anda mungkin juga menyukai