Anda di halaman 1dari 6

POLA HIAS GERABAH PADA SITUS-SITUS DI KAWASAN

DANAU SENTANI, PAPUA


The Decorative Patterns of Pottery in the Sites of The Sentani Lake, Papua

Bau Mene
Balai Arkeologi Jayapura
Jalan Isele Waena Kampung Jayapura 99358
baumene92@yahoo.co.id

Naskah diterima: 05-02-2014; direvisi: 22-08-2014; disetujui: 05-09-2014

Abstract
Pottery is a type of man-made objects made with raw materials burnt clay, pottery has
been known since prehistoric times. Pottery not only used as a fixture of daily needs are
also often used as a burial container or as stock tomb. Fragments of pottery were found
in the region of Lake Sentani rich decorative patterns including patterns of decorative
lines and waves. The purpose of this study was to determine the decorative patterns
found on pottery found at sites in the region of Lake Sentani and to know the techniques
of pottery were found at sites in the region of Lake Sentani. The method used in this
research is the method of data collection and data processing methods. Data collection
was performed by means of a survey and excavation, while the data processing is
done by classifying the findings for later analysis. The analysis was conducted to
see the decorative patterns found on pottery and decorative techniques are used.

Keywords: Pottery, Decorative Patterns, Lake Sentani

Abstrak
Gerabah adalah benda jenis buatan manusia yang dibuat dengan bahan baku tanah liat
yang dibakar, gerabah sudah dikenal sejak jaman prasejarah. Gerabah selain digunakan
sebagai perlengkapan keperluan sehari-hari juga seringkali digunakan sebagai wadah
penguburan atau sebagai bekal kubur. Fragmen gerabah yang ditemukan di kawasan
Danau Sentani kaya akan pola hias diantaranya pola hias garis dan gelombang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola hias yang terdapat pada gerabah yang
ditemukan pada situs-situs di kawasan Danau Sentani dan untuk mengetahui teknik
pembuatan gerabah yang ditemukan pada situs-situs di kawasan Danau Sentani.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data
dan metode pengolahan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei dan
ekskavasi sedangkan pengolahan data dilakukan dengan cara mengklasifikasi temuan
untuk kemudian dianalisis. Analisis dilakukan untuk melihat pola hias yang terdapat
pada gerabah dan teknik hias yang digunakan.

Kata Kunci : Gerabah, Pola Hias, Danau Sentani

PENDAHULUAN sampai tinggi dan berpori banyak (Mc.


Sejak jaman prasejarah manusia Kinnon, 1996:1).
sudah mengenal peralatan kebutuhan sehari- Dipilihnya tanah liat sebagai bahan
hari yang dikenal dengan sebutan gerabah. baku dalam pembuatan gerabah, disebabkan
Gerabah (earthenware) adalah keramik yang sifat plastis dan mudah dibentuk oleh tangan
dibakar dengan suhu pembakaran sekitar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
3500 sampai 10000 Celsius. Benda ini bersifat gerabah digunakan sebagai perlengkapan
menyerap dan dapat ditembus oleh air, karena untuk menyimpan air atau makanan serta
memiliki permeabilitas yang relatif sedang untuk memasak atau mengawetkan bahan

Pola Hias Gerabah pada Situs-Situs di Kawasan Danau Sentani, Papua, Bau Mene 67
makanan. Dalam kehidupan religious, gerabah Berdasarkan latar belakang yang Temuan gerabah di Beberapa situs, sampai 7 Maret 2011. Survei dilakukan
digunakan dalam upacara penguburan sebagai dikemukakan di atas adapun permasalahan baik situs pemukiman maupun situs kubur, pada beberapa kampung yang masuk dalam
bekal kubur atau sebagai wadah kubur. yang akan diungkapkan adalah sebagai memberikan gambaran bahwa gerabaah wilayah kawasan Danau Sentani, sedangkan
Munculnya kemahiran membuat gerabah berikut : diperlukan dalam kehidupan manusia ekskavasi dilakukan pada situs Yemokho.
di Indonesia diperkirakan berasal dari masa 1. Pola hias apa saja yang terdapat pada masa lalu,terutama pada masa prasejarah. Ekskavasi dilakukan dengan membuka
bercocok tanam. Dugaan ini didasarkan gerabah yang ditemukan pada situs-situs Berdasarkan hal itu maka manusia masa beberapa buah kotak dengan menggunakan
atas sifat gerabah yang mudah pecah, di kawasan Danau Sentani? lalu, berusaha mencari jalan agar kebutuhan metode box sedangkan teknik penggaliannya
sehingga tidak memungkinkan masyarakat akan gerabah dapat terpenuhi. Upaya yang dengan teknik spit yaitu setiap spit digali
pemakainya untuk selalu hidup berpindah- 2. Bagaimana teknik pembuatan gerabah dilakukan adalah dengan membuat sendiri sedalam 10 cm. Untuk memperoleh informasi
pindah dari satu tempat ke tempat lain atau yang ditemukan pada situs-situs dikawasan bagi komunitas yang berdiam di wilayah yang yang kita harapkan dari gerabah diperlukan
nomaden. Bukti-bukti arkeologis yang Danau Sentani menyediakan bahan baku dan melakukan beberapa metode kerja dalam menganalisi
menunjukkan penggunaan gerabah dari masa hubungan antar komunitas bila di daerahnya gerabah. Dimana metode yang digunakan
bercocok tanam di Indonesia ditemukan tidak memiliki bahan baku pembuatan sesuai dengan tujuan analisis gerabah itu
Berdasarkan permasalahan yang
pada situs-situs antara lain situs Kendeng gerabah sendiri.
dikemukakan di atas, adapun tujuan penelitian
Lembu (Jawa Timur), Kelapa Dua (DKI Gerabah merupakan unsur yang Pengolahan data dilakukan dengan
ini adalah sebagai berikut
Jakarta), Kalumpang dan Minanga Sipakko menonjol dalam penelitian arkeologi, pada mengumpulkan semua data pada saat
(Poespanegoro, 1993: 188). 1. Untuk mengetahui pola hias yang terdapat situs arkeologi sering ditemukan artefak survei dan ekskavasi, data tersebut dianalisi
Gerabah merupakan unsur yang pada gerabah yang ditemukan pada situs- gerabah, baik utuh maupun pecah. Temuan untuk mengetahui pola hias dan teknik
menonjol dalam penelitian arkeologi. Pada situs di kawasan Danau Sentani tersebut kadang-kadang dalam jumlah yang pembuatannya. Sebelum diadakan analisis
situs arkeologi sering ditemukan artefak besar, dan merupakan temuan yang dominan ada beberapa tahap pra analisis meliputi
gerabah, baik utuh maupun pecah. Temuan 2. Untuk mengetahui teknik pembuatan diantara temuan artefak yang lain. Gerabah penanganan temuan sejak dari lokasi
tersebut kadang-kadang dalam jumlah yang gerabah yang ditemukan pada situs-situs merupakan peralatan yang mudah dibuat. penelitian sampai pada penyajiannya untuk
besar dan merupakan temuan artefak yang dikawasan Danau Sentani? Tanah liat sebagai bahan baku pembuatan dianalisis. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
paling dominan di antara temuan artefak yang gerabah relatif mudah diperoleh dan mudah 1. Pencucian temuan yaitu membersihkan
lain (Nurhadi, 1981: 2) Tradisi gerabah merupakan tradisi dibentuk. Gerabah merupakan barang yang temuan dari segala kotoran yang melekat
Seiring dengan kemajuan tingkat yang termasuk tua dalam perkembangan mudah pecah, hal ini disebabkan oleh karena pada permukaannya dengan menggunakan
pemikiran manusia, mereka mulai berusaha kebudayaan manusia. Berdasarkan beberapa bahan dan proses pembuatannnya yang air, adapun alat yang digunakan adalah
menciptakan berbagai macam bentuk wadah. kajian sebelumnya ditetapkan bahwa menghasilkan barang dengan daya tahan sikat gigi. Pencucian ini dilakukan dengan
Dalam pembuatan gerabah diperlukan manusia mulai mengenal gerabah sejak masa yang terbatas dalam pemakaiannya. Tetapi sangat hati-hati agar temuan tidak rusak atau
proses yang lebih rumit bila dibandingkan dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah gerabah yang dibuat dari bahan batuan tidak menghilangkan hiasan pada temuan tersebut.
dengan pembuatan alat-alat batu. Dari pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di dapat hancur dan tahan terhadap pelapukan, 2. Pengeringan, yaitu mengeringkan temuan
segi teknologi pembuatannya yang hanya daerah pantai pada masa prasejarah lebih dari sehingga mempunyai kelangsungan yang setelah dibersihkan dengan air dengan cara
menggunakan tangan, bentuk-bentuk yang 10.000 tahun yang lalu (Gardner, 1978: 142; panjang (Soegondo, 1995:1; Nurhadi, 1981: menjemur langsung dibawah sinar matahari
dihasilkan masih sangat sederhana. Yang Weinhold, 1983:12; Soegondho, 1995:1). 3). dengan menggunakan koran. 3. Klasifikasi
umum dihasilkan adalah wadah-wadah yang Gerabah merupakan artefak Dalam penelitian tembikar digunakan (pemisahan) yaitu mengelompokkan
memiliki bentuk dasar bulat dengan bentuk penting dalam kehidupan manusia, karena serangkaian metode analisis, yaitu metode temuan berdasarkan bagian-bagiannya dan
tepian yang sederhana, rata-rata tidak memiiki keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan analisis bentuk, metode analisis hiasan, memisahkan yang polos dan yang memiliki
hiasan, kalaupun ada hanya berupa goresan kehidupan manusia. Hubungan erat ini metode analisis bahan dan metode analisis pola hias. 4. Pengantongan, yaitu memasukkan
sederhana. Pada tahap selanjutnya pengerjaan tercermin pada fungsinya yang dapat dipakai konteks (Wahyudi, 1985:53). kedalam kantong dan memberikan label yang
dilakukan dengan teknik tangan yang dibantu untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberikan informasi asal temuan, jenis
dengan menggunakan tatap landas dan hal wadah yaitu sebagai tempat menyimpan METODE temuan, jumlah temuan dan tanggal temuan.
berikutnya berkembang lagi teknik roda putar. makanan dan sebagai benda-benda upacara. Metode yang digunakan dalam Analisis yang dilakukan meliputi analisis
Kehadiran gerabah pada situs- Bentuk wadah erat kaitannya dengan fungsi, penelitian ini adalah metode pengumpulan tipologi untuk mengetahui bentuk dan pola
situs di kawasan Danau Sentani menarik karena merupakan faktor penentu dari data dan metode pengolahan data. hias gerabah yang ditemukan
untuk diamati sebagai suatu usaha untuk bentuknya. Fungsi gerabah dapat dibedakan Pengumpulan data dilakukan pada beberapa
mengungkapkan salah satu aspek kehidupan menjadi dua yaitu gerabah praktis dan situs yang terdapat dalam kawasan Danau HASIL DAN PEMBAHASAN
yang pernah berlangsung di situs tersebut. gerabah seremonial (Nitihaminoto, 1993:66- Sentani dengan cara survei dan ekskavasi Kawasan danau Sentani berada
76; Suryati, 1998: 12) yang berlangsung dari tanggal 26 Februari dalam wilayah kabupaten Jayapura. Luas

68 Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 2, November 2014: 67-76 Pola Hias Gerabah pada Situs-Situs di Kawasan Danau Sentani, Papua, Bau Mene 69
2
wilayah kabupaten Jayapura + 17. 516 Km . Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui Tabel 2. Tabel Fragmen gerabah hias bagian tepian berhias pada Situs Pulau Mantai
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan bahwa pola hias gerabah yang terdapat No Bagian Pola Hias Teknik Jenis Panjang Lebar Tebal Diameter Bahan Warna Core
pada beberapa situs yang ada di kawasan pada situs pulau Mantai adalah pola hias Hias Wadah

Danau Sentani, didapatkan fragmen gerabah gelombang dan garis 1 Tepian Gelombang Gores Tempayan 4,7 cm 3,5 cm 1,7 cm 16 cm Tanah liat Coklat Hitam
campur pasir
yang memiliki pola hias yang beragam
2 Tepian Gelombang Gores Tempayan 4 cm 3,6 cm 2,4 cm 13 cm Tanah liat Coklat Hitam
diantaranya pola hias, garis, gelombang, dan 2. Situs Yemokho campur pasir
belah ketupat. Untuk lebih jelasnya temuan Situs Yemokho terletak di wilayah 3 Tepian - Tekan Tempayan 5,7 cm 3,3 cm 1 cm 13 cm Tanah liat Coklat Hitam
pada masing-masing situs akan dideskripsikan kampung Harapan, situs ini berupa bukit yang campur pasir

sebagai berikut; berada disekitar danau Sentani, pada situs ini 4 Tepian - Gores Tempayan 5,8 cm 5,4 cm 1,9 cm 18 cm Tanah liat Hitam Hitam
campur pasir
ditemukan fragmen gerabah dengan berbagai
5 Tepian Gelombang Gores Tempayan 4,2 cm 3,7 cm 1,2 cm 14 cm Tanah liat Hitam Hitam
1. Situs Pulau Mantai macam pola hias. Adapun ketebalan fragmen campur pasir
Situs ini terletak di kawasan Danau gerabah yang ditemukan berkisar antara 0,3 6 Tepian Garis Gores Tempayan 5,1 cm 2,9 cm 1,4 cm 17 cm Tanah liat hitam hitam
Sentani pada situs ini ditemukan fragmen cm sampai 0,8 cm dengan jenis wadah periuk campur pasir
gerabah hias dan polos. Fragmen gerabah dan tempayan. Untuk lebih jelasnya temuan 7 Tepian Garis Gores Tempayan 3,9 cm 2,8 cm 1 cm 12 cm Tanah liat Coklat Hitam
campur pasir
hias yang ditemukan ketebalannya bervariasi fragmen gerabah pada situs tersebut dapat
8 Tepian Garis Gores Tempayan 3,8 cm 2,7 cm 0,9 cm 12 cm Tanah liat Coklat Hitam
antara 0,5 cm sampai 1 cm yang diperkirakan dilihat pada tabel 3. campur pasir
jenis wadah periuk. Adapun temuan fragmen Berdasarkan uraian pada tabel di 9 Tepian Garis Tekan Tempayan 5,7 cm 2,2 cm 0,9 cm 21 cm Tanah liat Hitam hitam
gerabah hias yang ditemukan pada situs pulau atas diketahui bahwa pola hias gerabah yang campur pasir
Mantai terdiri atas bagian badan dan tepian terdapat pada situs Yemokho adalah pola hias Sumber : Laporan Penelitian Arkeologi di Kawasan Danau Sentani
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel tekan kuku, garis sejajar dengan teknik hias
1. gores dan tekan.
Berdasarkan uraian pada tabel diatas Tabel 3. Tabel Fragmen gerabah hias bagian Tepian pada situs Yemokho
dapat diketahui bahwa pola hias gerabah yang Pola Hias Gerabah pada Situs Kawasan No Bagian Pola Hias Teknik Jenis Panjang Lebar Tebal Diameter Bahan Warna Core
Hias Wadah
terdapat pada situs pulau Mantai adalah pola Danau Sentani
1 Tepian Tekan kuku Tekan Tempayan 12,9 cm 10,2 0,8 cm 22 cm Tanah liat coklat Coklat
hias garis dan gelombang dengan teknik hias Pola hias merupakan paduan dari cm campur pasir
gores. unsur-unsur hias yang masing-masing 2 Tepian Garis Gores Periuk 6,2 cm 4,1 cm 0,3 cm 14 cm Tanah liat merah Merah
Fragmen gerabah hias bagian tepian unsur hias tersebut dibuat dengan teknik sejajar campur pasir
yang ditemukan pada situs Pulau Mantai yang berbeda-beda. Yang dimaksud dengan 3 Tepian Garis Gores Periuk 8,6 cm 4,9 cm 0,6 cm 16 cm Tanah liat Merah merah
sejajar campur pasir
ketebalannya antara 0,9 cm sampai 2,4 cm hiasan adalah unsur tambahan yang beupa
4 Tepian Tekan kuku Tekan Tempayan 10,4 cm 5,6 cm 0,6 cm 19 cm Tanah liat coklat Coklat
dari ketebalan fragmen yang ditemukan dekorasi yang ditempatkan pada permukaan campur pasir
diperkirakan bentuk gerabah tersebut adalah luar gerabah. Tujuan hiasan ini adalah untuk 5 Tepian Tekan kuku Tekan Tempayan 6,2 cm 4,5 cm 0,6 cm 11 cm Tanah liat Coklat Hitam
bentuk tempayan. Untuk lebih jelasnya dapat memberikan keindahan pada gerabah yang campur pasir
dilihat pada tabel 2. bersangkutan. Penempatan hiasan ini dapat 6 Tepian Tekan kuku Tekan Tempayan 6,4 cm 4,8 cm 0,5 cm 19 cm Tanah liat coklat Coklat
campur pasir
Tabel 1. Tabel Fragmen gerabah hias bagian badan pada situs Pulau Mantai 7 Tepian Garis Gores Periuk 4,7 cm 3,8 cm 0,2 cm 22 cm Tanah liat Coklat Hitam
No Bagian Pola Hias Teknik Jenis Panjang Lebar Tebal Bahan Warna Core sejajar campur pasir
Hias Wadah 8 Tepian Garis Gores Periuk 4,9 cm 4,6 cm 0,3 cm 22 cm Tanah liat merah Hitam
1 Badan Gelombang Gores Periuk 5,1 cm 3,5 cm 0,5 cm Tanah liat campur Coklat Hitam sejajar campur pasir
pasir 9 Tepian Garis Gores Tempayan 3,6 cm 2,3 cm 0,3 cm 13 cm Tanah liat Merah Coklat
2 Badan Garis Gores Periuk 6 cm 4,5 cm 1 cm Tanah liat campur Hitam Hitam sejajar campur pasir
pasir 10 Tepian Garis Gores Tempayan 3,5 cm 3,3 cm 0,3 cm 16 cm Tanah liat merah Hitam
sejajar campur pasir
3 Badan Garis Gores Periuk 2,7 cm 2,3 cm 0,4 cm Tanah liat campur Coklat Hitam
pasir 11 Tepian Garis Gores Tempayan 3,5 cm 2,5 cm 0,4 cm 18 cm Tanah liat Merah Coklat
sejajar campur pasir
4 Badan Garis Gores Periuk 5,7 cm 4 cm 0,7 cm Tanah liat campur Coklat Hitam
pasir 12 Tepian Garis Gores Tempayan 3,4 cm 2,8 cm 0,3 cm 11 cm Tanah liat merah Merah
sejajar campur pasir
5 Badan Gelombang Gores Periuk 3,8 cm 2,5 cm 0,5 cm Tanah liat campur Coklat Hitam
pasir 13 Tepian Garis Gores Periuk 3,8 cm 2,8 cm 0,6 cm 22 cm Tanah liat Coklat Coklat
sejajar campur pasir
6 Badan Gelombang Gores Periuk 5 cm 3,4 cm 0,7 cm Tanah liat campur Hitam Hitam
14 Tepian Tekan kuku Tekan Tempayan 4,9 cm 4 cm 0,5 cm 20 cm Tanah liat Merah Hitam
pasir
campur pasir
Sumber : Laporan Penelitian Arkeologi di Kawasan Danau Sentani Sumber : Laporan Penelitian di Kawasan Danau Sentani

70 Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 2, November 2014: 67-76 Pola Hias Gerabah pada Situs-Situs di Kawasan Danau Sentani, Papua, Bau Mene 71
dilakukan dengan mengadakan perubahan Pola hias gerabah yang terdapat
seperlunya pada permukaan gerabah pada di Kalumpang memperlihatkan kesamaan
waktu masih basah atau dapat pula tanpa dengan tradsi pembuatan tembikar yang
dilakukan perubahan permukaan misalnya terkenal di Asia Tenggara yaitu Sahuynh
dengan cara pewarnaan ( Nurhadi, 1981: 65) Kalanay (Fatimah, 1995:7)
Penerapan pola hias adalah teknik Adapun jenis-jenis gerabah yang
atau cara pemberian dekorasi (hiasan) dikenal di dalam tradisi gerabah di Indonesia
pada permukaan luar gerabah. Pengamatan terdiri atas jenis-jenis wadah (vessel) dan
terhadap teknik hias dilakukan dengan jenis-jenis bukan wadah. Jenis-jenis wadah
mengamati irisan dinding keramik berhias, yang dikenal adalah periuk, cawan (mangkuk),
khususnya pada gerabah. Dari bentuk dan piring, kendi dan tempayan. Gerabah dari
dalamnya irisan itu dapat diketahui peralatan jenis yang wadah antara lain beupa patung-
serta cara pembuatan hiasan itu. (Mc. Kinnon, patung terakota, saluran-saluran air, dinding
1996:54) sumur, bandul jala, manik-manik, tablet-tablet
Pola hias gerabah dari suatu situs yang tanah liat dan lain-lain. Jenis- jenis gerabah
menghasilkan gerabah sangat penting untuk yang ditemukan pada situs -situs dikawsasan
diteliti dan diketahui. Pola hias dari situs yang Danau Sentani adalah wadah tempayan dan
satu dengan situs yang lain sering terdapat piring.
perbedaan- perbedaan (Suyati, 1984: 68) Tempayan adalah jenis gerabah
Pola hias gerabah yang terdapat di yang berukuran paling besar dibandingkan
Kawasan situs Danau Sentani adalah pola jenis gerabah yang lainnya. Wadah-wadah
hias gelombang, garis sejajar. Menggunakan tanah liat dari jenis ini ada yang berbadan
teknik hias yaitu teknik tekan, dan teknik bulat dengan alas bulat atau rata umumnya
gores. Teknis tekan diduga menggunakan berbadan tinggi dan melebar sehingga rongga
ujung jari dengan cara ujung jari ditekankan badannya cukup dalam, dan memiliki mulut
pada permukaan gerabah yang masih basah
dengan orientasi menutup atau menyempit. Gambar 1. Peta Pulau Papua (lokasi kawasan Danau Sentani bertanda lingkaran merah
atau lunak sehingga menghasilkan pola hias
Jenis gerabah ini kebanyakan berdinding
tekan kuku. Pada permukaan gerabah terlihat
tebal sesuai dengan ukuran rongga badannya.
ada bekas ujung jari. Sedangkan teknik
Perbandingan ukurannya adalah tinggi badan memperoleh bentuk gerabah yang diinginkan. Prose ini dikerjakan melalui pemukulan
gores kemungkinan alat yang digunakan
antara 40-100 cm, diameter badan antara Proses pembuatan gerabah dimulai pada bagian luar wadah dengan tatap dan
mempunyai ujung yang runcing maupun
35-95 cm, diameter mulut antara 20-50 cm, dengan membuat gumpalan-gumpalan dari menahan bagian dalamnya dengan pelandas.
tumpul, gerabah yang masih basah atau lunak
permukaannya digores menggunakan alat ketebalan 0,8-1,5 cm. tanah adonan. Gumpalan tanah itu lalu dibuat Tujuannya untuk menipiskan dinding wadah
tersebut hingga menghasilkan pola hias yang Piring adalah gerabah yang berbadan menjadi bentuk awal, dengan cara memutar- guna mendapatkan bentuk wadah yang lebih
diinginkan. pendek tetapi lebar, dengan mulut melebar mutarnya di atas roda putar dan menahan besar dengan rongga yang lebih luas. Untuk
Berbicara tentang pola hias gerabah bagian dan terbuka. Bagian Bagian badannya (membentuk dengan tangan). Diperbengkelan menipiskan bagian-bagian tertentu yang
maka dapat diambil suatu perbandingan hampir tidak tampak karena menyatu dengan yang tidak menggunakan roda putar, bentuk terlalu tebal, seperti bagian-bagian yang
dengan penelitian gerabah yang pernah bagian tepian dan dasarnya. Bagian dasar awal hanya dibuat dengan tangan atau dengan menyudut pada bagian dasar, digunakan alat
dilakukan pada situs di Kalumpang Sulawesi umumnya rata atau agak bulat. Perbandingan penyambungan gulungan (kumparan ) tanah, yang disebut pengerik, lalu ditipiskan lagi
Selatan. Penelitian tentang gerabah pada situs ukurannnya adalah tinggi badan antara 1-2 sebaliknya di perbengkelan yang mengenal dengan tatap pelandas. Bagian tepian wadah
Kalumpang Sulawesi Selatan menghasilkan cm, diameter badan antara 10-35 cm, diameter roda putar, bagi jenis wadah tanah liat yang umumnya tidak mengalami pengerjaan
pola hias garis-garis yang tidak beraturan, mulut antara 11-36 cm (Soegondo, 1995: 2-4) berukuran relatif kecil seperti cawan, piring dengan tatap landas karena sudah dibuat
garis berjajar pada satu jalur, tumpal dan dan periuk-periuk kecil, umumnya dibuat menjadi bentuk yang dikehendaki melalui
pita, paduan garis tegak dan miring, paduan Teknik Pembuatan Gerabah pada Situs- terus dengan roda putar sampai selesai, proses roda putar. Bagian ini dan bagian-
rangkaian garis-garis miring, pita paduan Situs Kawasan Danau Sentani tanpa dilanjutkan dengan alat tatap landas. bagian lain seperti kaki, pegangan atau cerat
garis tegak dan tumpal, meander, tumpal, Dalam pembuatan gerabah Tetapi bagi wadah yang berukuran lebih disambungkan setelah proses tatap landas
lingkaran yang ditempatkan pada satu jalur, memerlukan teknik tertentu dimana dalam besar, setelah diperoleh bentuk awal dan selesai.
pilin dengan teknik gores, cukil,tusuk dan tera pembuatannya memerlukan proses dari sudah lebih mengeras, proses pembentukan Melalui proses yang kedua ini
(Fatimah, 1995:53) merubah bentuk gumpalan tanah liat sampai dilanjutkan lagi dengan alat tatap landas. akan diperoleh bentuk wadah-jadi seperti

72 Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 2, November 2014: 67-76 Pola Hias Gerabah pada Situs-Situs di Kawasan Danau Sentani, Papua, Bau Mene 73
yang dikehendaki, selanjutnya dilakukan dapat terlihat dari adanya bekas jari-jari pada tembikar yang berkembang di Asia Tenggara
penyelesaian melalui penghalusan permukaan permukaan gerabah serta ketebalan yang yaitu Sahuynh Kalanay.
dengan potongan kain yang basah, kegiatan tidak merata , teknik pijit dipadukan dengan Berdasarkan analisis tipologi yang
itu diikuti dengan pengeringan ditempat tatap pelandas dapat terlihat dari adanya telah dilakukan diperoleh gambaran bahwa
teduh (diangin-anginkan) selama satu sampai cekungan bekas tekan jari, permukaan dalam bentuk-bentuk gerabah yang ditemukan pada
tiga malam. Pemberian hiasan dengan atau luar yang tidak rata, ketebalan gerabah situs-situs dikawasan danau Sentani adalah
cairan oker seperti di Balongmulyo dan yang tidak merata dan terdapat jejak bekas dalam bentuk wadah yaitu berupa periuk dan
Narukan atau penggosokan permukaan pemukul, analisis dengan teknik roda putar tempayan. Bentuk periuk dan tempayan dapat
dengan batu penggosok di Watuhadang dapat terlihat pada permukaan gerabah yang dibedakan berdasarkan ketebalan fragmen
dilakukan setelah calon gerabah itu mulai terdapat bekas striasi yang lurus dan rapi (Tim gerabah yang ditemukan. Wadah tempayan
mengering. Pengeringan dilakukan sekali lagi Penelitian, 2011). ketebalannya melebihi wadah periuk, baik
sebelum penjemuran di tempat panas atau Gambar 4. Sampel gerabah dengan pada bagian dasar, badan, tepian dan bibir.
di bawah sinar matahari setelah pemberian berbagai pola hias
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Jayapura)
hiasan atau penggosokan selesai dikerjakan. *****
Calon gerabah baru dapat dijemur di bawah KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
sinar matahari apabila dianggap sudah kering Berdasarkan hasil analisis pada
betul oleh pengrajin. Penjemuran terhadap Gardner, E.J., 1978. The Pottery Technology of
beberapa sampel temuan yang telah dilakukan
calon gerabah yang belum kering betul akan the Neolotic Period in Southearn Europe.
analisis dapat diketahui bahwa pola-pola
menyebabkan keretakan atau kerusakan Ph. D Theses. University of Indonesia
hias fragmen gerabah yang ditemukan pada
sehingga proses pengeringan ini seringkali beberapa situs yang berada dikawasan danau Fatimah, ST., 1995. Unsur Tradisi Sahuynh
memakan waktu cukup lama terurama bila Kalanay pada tembikar di Kalumpang
Sentani adalah pola hias pola hias gelombang,
keadaan cuaca sangat lembab. (Tinjauan berdasarkan analisis teknologis
garis sejajar, gelombang. Menggunakan
Proses pembuatan dengan roda putar dan tipologis), Skripsi. Makassar:
teknik hias yaitu teknik tekan dan teknik Universitas Hasanuddin.
akan meninggalkan alur-alur bekas –bekas
Gambar 2. Salah satu sampel gerabah yang gores. Adapun teknik pembuatan gerabah
jari atau kain penghalus yang didalam istilah Mc. Kinnon, E. Edward., 1996. Buku Panduan
dibuat dengan teknik tangan yang ditemukan di kawasan danau Sentani
arkeologi disebut sebagai striasi (stiaction) Keramik. Jakarta: Pusat Penelitian
(Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Jayapura) yaitu dengan cara teknik tangan, teknik pijit Arkeologi Nasional –Ford Foundation.
pada bagian tepian atau bagian-bagian yang dipadu dengan tatap pelandas, dan teknik
lain dari gerabah. Tanda-tanda penggunaan Nitihaminoto, Goenadi., 1993. Cara- cara
roda putar. Pembuatan dengan teknik tangan
tatap landas adalah berupa bekas-bekas menentukan kekunaan gerabah dalam
dapat terlihat dari adanya bekas jari-jari pada
pukulan tatap berhias dan cekungan-cekungan penelitian arkeologi: analisis eksternal.
permukaan gerabah serta ketebalan yang Dalam Berkala Arkeologi tahun XIII No I
pada dinding keramik sebelah dalam yang tidak merata, teknik pijit dipadukan dengan Maret 1993. Yogyakarta: Balai Arkeologi
merupakan bekas alat pelandas. Bekas-bekas Yogyakarta. Hal.66-76.
tatap pelandas dapat terlihat dari adanya
jari atau bekas sambungan dihasilkan oleh cekungan bekas tekan jari, permukaan dalam
pembuatan gerabah yang tidak memakai Nurhadi. 1981. Gerabah dari Situs Kalumpang
atau luar yang tidak rata, ketebalan gerabah Sulawesi Selatan, sebuah analisis
roda putar melainkan memakai teknik tangan yang tidak merata dan terdapat jejak bekas pendahuluan. Tesis. Yogyakarta:
dan teknik kumparan. Tanda-tanda yang Universitas Gajah Mada.
pemukul, analisis dengan teknik roda putar
lain adalah bekas-bekas penggosokan pada dapat terlihat pada permukaan gerabah yang Poesponegoro Djoned Marwati, Notosusanto
dinding gerabah sebelah luar (Soegondo, terdapat bekas striasi yang lurus dan rapi, Nugroho., 1993. Sejarah Nasional
1995: 42-43) Indonesia. Departemen Pendidikan dan
Gambar 3. Sampel gerabah dengan Hasil perbandingan terhadap
Berdasarkan temuan fragmen gerabah Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
berbagai macam pola hias penelitian gerabah di Kalumpang Sulawesi
yang ditemukan pada beberapa situs yang ada (Sumber: Dokumen Balai Arkeologi Jayapura) Selatan dapat dsimpulkan bahwa pola hias Soegondho, Santoso., 1995. Tradisi Gerabah di
di kawasan Danau Sentani dapat diketahui yang terdapat pada gerabah di Kawasan Indonesia Dari Masa Prasejarah Hingga
teknik pembuatan gerabah pada situs-situs Masa Kini. Jakarta: Himpunan Keramik
Danau Sentani pola hias yang dihasilkan lebih
tersebut. Adapun teknik pembuatan gerabah Indonesia.
sedikit dibanding pola hias yang terdapat
yang ditemukan di kawasan danau Sentani di Kalumpang Sulawesi Selatan. Pola hias Suryati, Ning., 1998. Tradisi Gerabah Sa Huynh
yaitu dengan cara teknik tangan,, teknik pijit gerabah yang ditemukan di Kalumpang Kalanay pada Gerabah Kalumpang,
dipadu dengan tatap pelandas, dan teknik Sulawesi Selatan (Analisis Bahan Baku).
memiliki kesamaan dengan tradisi pembuatan
roda putar. Pembuatan dengan teknik tangan Skripsi. Denpasar: Universitas Udayana.

74 Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 2, November 2014: 67-76 Pola Hias Gerabah pada Situs-Situs di Kawasan Danau Sentani, Papua, Bau Mene 75
Suyati, Tatik., 1984. Gerabah Prasejarah Melolo,
Sumba Timur sebuah Studi Analisis.
Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Tim penelitian. 2011. Penelitian Arkeologi di


Kawasan Danau Sentani Kabupaten
Jayapura. Laporan Penelitian. Jayapura:
Balai Arkeologi Jayapura.

Wahyudi, Rahadjo Wanny., 1985. Beberapa


Metode Analisis Tembikar Di Indonesia
berdasarkan Penelitian Tahun 1973-1983.
Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Weinhold,R., 1983. “The many faces of clay “


Edition Leipzig

76 Kapata Arkeologi Volume 10 Nomor 2, November 2014: 67-76

Anda mungkin juga menyukai