Tugas Final Analisis Kebijakan Pembangunan
Tugas Final Analisis Kebijakan Pembangunan
OLEH:
AISYA SYORAYA RACHMAN
B1A117172
Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian nasional dan global sangat terasa
pada triwulan II tahun 2020. Triwulan I tahun 2020, ekonomi nasional masih tumbuh 2,97%,
walau turun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2019 yang sebesar 5,07. Hal ini terjadi
karena pengaruh eksternal di mana Covid-19 sudah merebak di beberapa negara seperti Cina.
Pada triwulan II, walaupun belum ada data resmi, Indonesia diperkirakan mengalami
kontraksi (pertumbuhan ekonomi negatif) sekitar 3%. Hal ini terjadi karena kebijakan social
distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru di mulai pada pertengahan
Maret. Social distancing dan PSBB tersebut sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi.
Keadaan ekonomi Indonesia tersebut masih lebih bagus di tingkat regional maupun
dunia. Beberapa negara mengalami kontraksi yang sangat dalam misalnya Singapura sebesar
41,2%, Amerika Serikat diperkirakan sekitar 10%, dan Inggris sekitar 15%. Sementara itu,
Bank Dunia memprediksi ekonomi global pada tahun 2020 akan mengalami kontraksi
sebesar 5,2% dan Indonesia 0,3%, merupakan negara kedua terbaik ekonominya sesudah
Vietnam yang diperkirakan pertumbuhan ekonominya positif.
Para pengamat ekonomi dan Lembaga Internasional (IMF, Bank Dunia, OECD)
memprediksi akan terjadi resesi ekonomi dunia pada tahun 2020. Resesi tersebut akan
dialami lebih dalam oleh negara-negara maju. Indonesia diperkirakan akan mengalami resesi
namun resesi ringan (mild recession) karena kontraksi ekonomi diperkirakan “hanya” sekitar
-3%-0% dan tidak akan berlangsung lama, sekitar 2 triwulan.
Prediksi tersebut tentu membuat kita semakin optimis untuk melaksanakan kebijakan-
kebijakan pemulihan ekonomi nasional secara konsisten dan membangun kerjasama dari
seluruh komponen bangsa. Pemerintah Pusat mengambil kebijakan pemulihan ekonomi yang
holistic. Pelaksanaan kebijakan tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah.
Di samping itu, masyarakat dan pelaku usaha termasuk UMKM juga mempunyai
peran yang strategis dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia. Pemerintah
memberikan kemudahan/stimulus fiskal dan moneter, seyogyanya disambut dengan positif
oleh pelaku usaha dengan menggerakkan usahanya secara baik.
Pemulihan ekonomi nasional diharapkan mulai terasa pada triwulan III. Meskipun
tidak bertumbuh positif, diharapkan ekonomi nasional tidak berkontraksi sebesar triwulan II.
Selanjutnya triwulan IV, diharapkan ekonomi nasional bertumbuh positif sehingga kontraksi
tahun 2020 bisa ditekan sekecil mungkin. Sementara itu, pada tahun 2021, diharapkan
ekonomi nasional akan mengalami recovery secara siginifkan.
Untuk mencapai tujuan di atas, terdapat 3 (tiga) kebijakan yang dilakukan yaitu
peningkatan konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha serta menjaga
stabilitasi ekonomi dan ekpansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan
dengan sinergy antara pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi
terkait.
Salah satu penggerak ekonomi nasional adalah konsumsi dalam negeri, semakin
banyak konsumsi maka ekonomi akan bergerak. Konsumsi sangat terkait dengan daya beli
masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah telah mengalokasi anggaran sebesar Rp172,1 triliun
untuk mendorong konsumsi/kemampuan daya beli masyarakat. Dana tersebut disalurkan
melalui Bantuan Langsung Tunai, Kartu Pra Kerja, pembebasan listrik dan lain-lain.
Pemerintah juga mendorong konsumsi kementerian/Lembaga/pemerintah daerah melalui
percepatan realisasi APBN/APBD. Konsumsi juga diarahkan untuk produk dalam negeri
sehingga memberikan multiplier effects yang signifikan.
Pemerintah berusaha menggerakkan dunia usaha melalui pemberian insentif/stimulus
kepada UMKM dan korporasi. Untuk UMKM, pemerintah antara lain memberikan
penundaaan angsuran dan subsidi bunga kredit perbankan, subsidi bunga melalui Kredit
Usaha Rakyat dan Ultra Mikro, penjaminan modal kerja sampai Rp10 miliar dan pemberian
insentif pajak misalnya Pajak Penghasilan (PPh Pasal 21) Ditanggung Pemerintah. Untuk
korporasi, Pemerintah memberikan insentif pajak antara lain bebas PPh Pasal 22 impor,
pengurangan angsuran PPh Pasal 25 dan pengembalian pendahuluan PPN; menempatkan
dana Pemerintah di perbankan untuk restrukturisasi debitur. Pemerintah juga memberikan
penjaminan modal kerja untuk korporasi yang strategis, prioritas atau padat karya.
kebijakan strategis pemerintah dalam masa krisis ekonoomi baik secara makro dan
mikro
Kebijakan Indonesia dalam masalah ekonomi terus dilakukan dan dikembangkan. Hal ini
untuk menjaga stabilitas makroekonomi. Dilansir dari situs resmi Bank Indonesia, untuk
menjaga stabilitas makro ekonomi diperlukan dua kebijakan penting, yaitu:
1. Pemenuhan berbagai faktor pendukung bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja. Khususnya percepatan pembangunan infrastruktur baik fisik maupun nonfisik.
Kombinasi kebijakan tersebut didukung partisipasi swasta secara aktif. Diyakini mampu
mengatasi berbagai permasalahan dalam perekonomian Indonesia seperti kemiskinan,
pengangguran, dan ketimpangan sosial ekonomi.
1. Bantuan sembako
Bantuan sosial berupa paket sembako dikucurkan sejak awal pandemi Covid-19
terjadi di Indonesia pada Maret. Bantuan ini diberikan bagi warga di DKI Jakarta dan
wilayah sekitarnya, yakni Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Bekasi.
Baca juga: Polisi Beri Bantuan Sembako kepada Ibu Pencuri Sawit meski Hukum
Tetap Jalan Untuk di DKI Jakarta, bansos sembako diberikan kepada 2,6 juta jiwa
atau 1,2 juta keluarga. Jumlah sembako yang diberikan senilai Rp 600.000 per bulan
dan diberikan selama tiga bulan. Anggaran yang dialokasikan 2,2 triliun. Selanjutnya,
bansos sembako untuk wilayah Bodetabek diberikan kepada 1,6 juta jiwa atau
576.000 keluarga. Jumlah besarannya sama, yakni Rp 600.000 per bulan selama 3
bulan. Total angarannya Rp 1 triliun rupiah. Dengan demikian, total ada 4,2 juta
warga di Jabodetabek yang akan mendapat bansos sembako ini. Total keseluruhan
nilai sembako yang diterima tiap warga selama tiga bulan yakni April, Mei, dan Juni
adalah Rp 1,8 juta. Belakangan, pemerintah memperpanjang program ini sampai
Desember, namun nilainya berkurang menjadi Rp 300.000 per bulan.
2. Bantuan sosial
tunai Sama dengan bantuan sembako, program ini juga dikucurkan sejak awal kasus
Covid-19 muncul di Indonesia. Bedanya, bantuan tunai ini menyasar warga di luar
Jabodetabek. Program ini memberikan dana secara tunai sebesar Rp 600.000 kepada
masyarakat selama 3 bulan, yakni April, Mei, dan Juni.
3. BLT dana desa
Pemerintah juga mengalihkan sebagian anggaran dana desa untuk BLT ini demi
mengahadapi dampak ekonomi pandemi Covid-19. BLT Dana Desa disalurkan dalam
dua gelombang. Masing-masing gelombang terdiri dari tiga tahapan. Gelombang
pertama diberikan pada bulan April (tahap I), Mei (tahap II), dan Juni (tahap (III). Per
bulannya, masing-masing keluarga penerima manfaat (KPM) akan mendapatkan
bantuan sebesar Rp 600.000.
4. Listrik gratis
Pemerintah juga memberikan insentif tarif listrik pelanggan yang terdampak pandemi
Covid-19.
5. Subsidi gaji karyawan
Baru-baru ini, pemerintah memutuskan mengucurkan bantuan subsidi gaji bagi
karyawan swasta. Karyawan yang mendapat subsidi ini adalah mereka yang terdaftar
di BPJS Ketenagakerjaan dengan gaji di bawah Rp 5 juta. Pemerintah menyiapkan
anggaran Rp 37,7 triliun untuk program bantuan subsidi gaji ini. Penerima subsidi gaji
akan menerima bantuan Rp 600.000 per bulan selama 4 bulan. Pembayarannya
dilakukan selama 2 tahap atau Rp 1,2 juta setiap penyaluran.pemerintah telah
mengantongi 12 juta rekening calon penerima bantuan subsidi gaji. Pemberian BLT
BPJS Ketenagakerjaan ini akan disalurkan secara bertahap. Pemerintah juga meminta
perusahaan pemberi kerja proaktif menyampaikan data nomor rekening karyawan
penerima bantuan.
6. BLT usaha mikro kecil Terakhir
pemerintah mengucurkan bantuan para pelaku usaha mikro kecil berupa dana hibah
atau bantuan langsung tunai (BLT). Skemanya, yakni kucuran bantuan modal usaha
Rp 2,4 juta yang ditransfer lewat rekening.
7. Kartu Prakerja Kartu Prakerja
dirilis pemerintah untuk membantu karyawan yang terkena PHK dan pengangguran.
Peserta dari program ini akan mendapatkan bantuan insentif untuk pelatihan kerja
sebesar Rp 1 juta per bulannya.
kebijakan fiskal dan moneter dalam pandemi covid 19 kondisi dalam negeri
Wabah Covid-19 mempengaruhi seluruh dunia karena telah menyebar ke 199 negara.
Setiap negara yang terjangkit Covid-19 mengambil tindakan yang cepat untuk menangani
Covid-19 dan mengurangi dampak sosial ekonomi.
Menurut virologist dan microbiologist, Covid-19 merupakan virus yang cepat menyebar,
walaupun fatality rate-nya rendah tidak seperti virus flu burung, atau demam berdarah.
Namun, Covid-19 berbahaya bagi penduduk berusia lanjut atau mempunyai penyakit jantung,
diabetes, darah tinggi dan penyakit pernapasan akut.
Menurut data worldometer per tanggal 30 Maret jam 11.00 WIB, jumlah kasus Covid-19 di
seluruh dunia mencapai 722.196. Jumlah pasien meninggal 33.976 orang, sembuh 151.766
orang dan telah menyebar di 199 negara. Sementara itu, negara terbanyak terinfeksi adalah
Amerika Serikat disusul Italia, China, Spanyol, Jerman dan Perancis. Indonesia sendiri
berada di urutan ke 37, dengan jumlah terjangkit 1.285 orang, sembuh 64 orang dan
meninggal dunia 114 orang. Sementara itu, jumlah provinsi yang telah terjangkit lebih 20
provinsi, dimana DKI Jakarta berada diurutan pertama, diikuti Jawa Barat dan Banten.
Salah satu cara memutus matarantai Covid-19 adalah dengan social distancing, bertujuan
mencegah orang sakit melakukan kontak dalam jarak tertentu dengan orang sehat untuk
mengurangi penularan. Menurut Center for Disease Control dan Prevention (CDC) AS, social
distancing adalah menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak
antar manusia sekitar 2 meter. Termasuk bekerja dari rumah (work from home), menutup
sekolah/kampus dengan melakukan home schooling/belajar on line, beribadat di rumah.
Social distancing ini mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang terkenal
guyub, suka bersalaman dan terbiasa berkumpul (seperti pesta perkawinan, upacara adat, atau
sekedar kongkow-kongkow).
Dalam menghadapi Covid-19, Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan yang cepat dan
prudent untuk mengurangi dampaknya pada perekonomian. Beberapa ahli mengkhawatirkan,
dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh Covid-19 bisa lebih besar dari dampak kesehatan,
dan pertumbuhan ekonomi akan melambat. Jika terjadi perlambatan ekonomi, maka daya
serap tenaga kerja akan berkurang, meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.
Sektor yang sangat terpukul dengan pandemi Covid-19 adalah pariwisata dikarenakan adanya
larangan traveling dan konsekuensi social distancing. Imbasnya merembet ke industri
perhotelan, restoran, retail, transportasi dan lainnya.
Sektor manufaktur juga terimbas karena terhambatnya supply chain bahan baku
disebabkan kelangkaan bahan baku terutama dari China dan keterlambatan kedatangan bahan
baku. Hal ini akan berdampak pada kenaikan harga produk dan memicu inflasi.
Kebijakan Fiskal dan Moneter Menghadapi Covid-19
Kemenkeu juga menerbitkan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak untuk
karyawan dan dunia usaha yaitu pajak penghasilan karyawan ditangung Pemerintah,
pembebasan pajak penghasilan impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Disamping itu,
pemberian insentif/fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang terdampak Covid-19.
Di bidang moneter, kebijakan moneter yang diambil harus selaras dengan kebijakan
fiskal dalam meminimalisir dampak Covid-19 terhadap perekonomian nasional. Oleh sebab
itu otoritas moneter harus dapat menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi dan
memberikan stimulus moneter untuk dunia usaha. Diharapkan ada relaksasi pemberian kredit
perbankan dan mengintensifkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).